Disusun Oleh :
FARMASI - C
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
serta hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
diharapkan.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikut yang telah dengan ikhlas memeluk agama Allah
SWT dan mempertahankan sampai akhir hayat.
Kami penulis mengucapkan terimakasih kepada tim dosen mata kuliah Farmasetika
Sediaan Semisolida selaku pembimbing sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
tepat waktu.
Semoga segala bimbingan yang diberikan dapat menjadi amal hasanah, maslahah, dan
mendapat ridho Allah SWT dengan teriring doa jazakumulloh khoirul jaza’jazakumulloh
ahsanul jaza’.
Akhirnya kami penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua,dan
pembaca khususnya.Amiin
Wassalamualaikum wr.wb
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
2.4.3 Humektan..................................................................................................................... 15
2.4.4 Antioksidan................................................................................................................... 16
BAB IV ......................................................................................................................................... 35
BAB V .......................................................................................................................................... 41
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 41
BAB VI ......................................................................................................................................... 44
PENUTUP..................................................................................................................................... 44
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 44
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang
musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata sinar
matahari tidak selalu memberikan keuntungan karena sinar ultraviolet yang terkandung di dalam
sinar matahari dapat berdampak buruk bagi kulit apabila terpapar secara berlebih. Dampak
negatif akibat paparan sinar matahari yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya eritema,
tanning, pigmentasi, penuaan dini (skin aging), bahkan dapat menyebabkan kanker kulit (Kale et
al, 2010).
Secara alamiah kulit memiliki perlindungan diri, dengan terjadinya penebalan stratum
korneum dan pigmentasi kulit merupakan salah satu bentuk perlindungan diri dari kulit, namun
ternyata hal ini belum cukup untuk melindungi kulit dari dampak negatif sinar ultraviolet
sehingga dibutuhkan perlindungan secara kimia atau dengan perlindungan fisik misalnya dengan
menutupi tubuh menggunakan pakaian yang panjang, topi, dan payung (Gozali dkk, 2009).
Sinar Ultraviolet memiliki spektrum yang berbeda dan terbagi menjadi tiga yaitu sinar
UV A, sinar UV B dan sinar UV C. Spektrum ultraviolet yang smpai ke bumi yaitu UV A
dengan panjang gelombang 320-400 nm menyebabkan tanning atau kulit tampak kecoklataan
dan UV B dengan panjang gelombang 290-320 nm menyebabkan eritrema atau kulit tampak
kemerahan. Sedangkan UV-C dengan panjang gelombang yang lebih kecil dari 290 nm tidak
sampai ke bumi karena tersaring oleh ozon (Rini dkk, 2013). UV B dengan panjang gelombang
290- 320 nm lebih efektif menyebabkan kerusakan kulit dibandingkan UV A karena sinar
ultraviolet pada daerah UV B memiliki kekuatan 1000 kali lebih kuat. Pemaparan UV B ini dapat
membahayakan kulit manusia, karena kerusakan kulit dapat terjadi segera setelah pemaparan
yang ditandai dengan gejala eritrema atau kulit terbakar selain terjadi hal tersebut dampak yang
terjadi dalam jangka panjang dan paparan sinar matahari yang berlebihan antara lain penuan dini
kulit dan kemungkinan kanker kulit (Rini dkk, 2013).
Radikal bebas dapat menimbulkan efek penuaan dini kulit dan berpotensi memunculkan
penyakit kanker. Kulit yang diterpa sinar ultraviolet secara terus menerus menyebabkan elektron
1
atom benda tersebut akan meloncat dari orbitnya dan tidak lagi berpasangan akibatnya electron
tersebut bersifat sangat reaktif dan tidak stabil dan terciptanya radikal bebas. Lipid yang
seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi
dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker kulit pun disebabkan oleh oksigen
reaktif yang intinya memacu zat karsinogenik (Ika, 2011).
Radikal bebas pada kulit dapat ditangkap oleh antioksidan karena kandunganya dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron sehingga mencegah terbentuknya radikal bebas baru.
Berdasarkan sumbernya antioksidan lebih banyak terbuat dari bahan sintetik dan masih sangat
sedikit yang berasal dari bahan alami padahal dalam jangka waktu yang panjang dikhawatirkan
terdapat efek samping antioksidan sintetik. Bahan aktif sintetik dilaporkan telah menimbulkan
beberapa dampak negatif, seperti reaksi alergi maupun reaksi toksisitas ringan (Abdul dkk,
2012).
Salah satu cara perlindungan secara kimia terhadap kulit yaitu dengan memakai sediaan
kosmetika tabir surya atau yang sering dikenal sebagai sunscreen. Tabir surya merupakan
sediaan topikal yang mampu melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet. Tabir surya berfungsi
untuk mencegah atau meminimalkan efek radiasi dari sinar matahari yang terpapar berlebih pada
kulit manusia tanpa efek samping (Sugihartini dkk., 2011).
Tabir surya fisik yaitu sediaan yang mampu menghalangi atau memblok sinar ultraviolet
menembus masuk ke dalam lapisan kulit dengan cara menghamburkan atau memantulkan sinar
ultraviolet. Contoh tabir surya fisik adalah titanium dioksida dan zink oksida (Sukardani, 2013).
Tabir surya kimia yaitu sediaan yang mengandung senyawa yang dapat menyerap radiasi sinar
ultraviolet yang berbahaya untuk diubah menjadi bentuk lain yang memiliki energi lebih rendah
atau menjadi inaktif. Contoh tabir surya kimia adalah turunan Para Amino Benzoic Acid
(PABA), turunan benzofenon, turunan sinamat, dan turunan salisilat (Soeratri, 2005).
Penambahan Titanium dioksida sebagai bahan yang mengandung bahan aktif
fotoprotektor. Bahan ini berfungsi menyerap atau menyebarkan sinar matahari sehingga
intensitas sinar yang mampu mencapai kulit jauh lebih sedikit dari yang seharusnya. Menurut
penelitian Hidayatu dan Karim (2013) contoh fotoprotektor yang digunakan dalam sediaan
kosmetik antara lain benzofenon, oksibenson, titanium oksida, seng oksida. Titanium dioksida
2
(TiO2) adalah contoh tabir surya fisik yang umum digunakan dan telah disetujui oleh Food
and Drug Administration (FDA).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui rancangan yang baik dan sesuai untuk sediaan krim.
1.4 Mamfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Titanium Dioksida sebagai tabir
surya dengan menentukan konsentrasi terbaik dari Titanium Dioksida yang dapat
menghasilkan nilai SPF (Sun Protection Factor) dan dapat memenuhi persyaratan suatu
sediaan tabir suryadan digunakan untuk proteksi kulit terhadap bahaya radiasi sinar
ultraviolet.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Mudah kering dan mudah rusak, khususnya untuk krim tipe a/m karena
terganggu oleh sistem campuran. Terutama disebabkan oleh perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan karena penambahan salah satu fase
secara berlebihan.
6
2. Pendapar
Pendapar diguanakan untuk mempertahankan pH sediaan pelembab
3. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk mencegah ketengikan yang terjadi akibat oksidasi
oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
BM : 79,88
Pemerian : Putih, tidak berbentuk, tidak berbau, dan tidak berasa, serbuk non
higroskopik.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam sulfur, asam hidroklorida, asam
nitrit, pelarut organik dan air. Larut dalam asam hidroflorik dan asam
sulfur panas.
8
Stabilitas : Stabil pada temperatur tinggi. Hal ini karena ikatan kuat antara ion
tetravalen titanium dan ion oksigen bivalen.
Penyimpanan : TiO2 harus disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya
di tempat sejuk dan kering (Rowe,2009).
Efek Farmakologi : TiO2 merupakan mikropigmen yang secara luas digunakan sebagai
sebagai UV filter. Keuntungannya yaitu memberikan perlindungan
dengan spektrum luas dan tidak menyebabkan dermatitis kontak.
Ukuran partikel dan keseragaman dispersi menjadi kunci untuk
mencapai SPF. Ukuran partikel harus kurang dari 200 nm untuk
mencapai transparansi (Barel, 2001).
9
2.3 Peta Konsep Pemilihan bahan aktif
Emulgator
terpilih : Bahan pengawet
As.Stearat& terpilih : nipagin,
TEA
Humektan
terpilih :
Propilenglikol
Emolien terpilih :
Mg. Stearat
10
2.4. Tinjauan Bahan Tambahan
2. Vaselin Album
Sinonim Vaselinum Album, Vaselin Putih, White Vaselin FI ed. IV hal. 822
Pemerian Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan
FI ed. IV hal. 822
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0 oC.
Kelarutan Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau
panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam
benzene, dalam karbon disulfide, dalam kloroform, larut FI ed. IV hal. 822
dalam heksana, dan dalam sebaguan besar minyak lemak
dan minyak atsiri.
11
Konsentrasi Untuk penggunaan topical emulsions 4-25% HPE ed. 5 hal. 509
3. Vaselin Flavum
4. Cera Alba
12
sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak, dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzene
dingin dan dalam karbon disulfide dingin pada suhu
lebih kurang 30oC, larut sempurna dalam
karbondisulfida
Konsentrasi Sebagai emolient: 2%-5%
HPE ed. 6 hal. 779
Emulsifiying agent: 2%-5%
Titik Didih 63 oC-65 oC FI ed. V hal. 809
2.4.2 Pengawet
1. Nipagin
13
2. Nipasol
3. Propyleneglikolum
14
2.4.3 Humektan
1. Glycerin
Sinonim Gliserol FI ed. V hal. 507
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), FI ed. V hal. 507
higroskopik, netral terhadap lakmus
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan FI ed. V hal. 507
dalam minyak menguap
Konsentrasi Sebagai humektan < 30% HPE ed. 6 hal. 283
Titik Didih 290oC HPE ed. 6 hal. 283
Wadah dan Disimpan dalam wadah tertutup rapat
FI ed. V hal. 507
Penyimpanan
2. Propyleneglikolum
15
2.4.4 Antioksidan
1. BHT
2.4.5 Pelarut
1. Aquadest
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa FI ed. V hal. 63
Rumus Kimia H2O FI ed. V hal. 63
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya FI ed. V hal. 63
Titik eku C
TD dan TB FI ed. V hal. 63
Titik didih C
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperolah
dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukaran
Deskripsi FI ed. V hal. 63
ion,osmosis balik,atau proses lain yang sesuai. Dibuat
dari air yang memiliki persyaratan air minum. Tidak
16
mengandung zat tambahan lain
Stabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas) FI ed. V hal. 63
Wadah dan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat FI ed. V hal. 63
penyimpanan
2.4.6. Emulgator
1. Asam Stearat
2. Trietanolamin
Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam FI ed. III hal. 612
Kelarutan
kloroform P
17
Wadah dan FI ed. III hal. 612
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Penyimpanan
2.4.8. Emolient
1. Magnesium Stearat
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter FI ed. IV hal 516
18
2.5. Rancangan Spesifikasi Sediaan
JENIS SPESIFIKASI
Bentuk Sediaan Krim
Kadar Bahan Aktif 5%
PH Sediaan 5-7
Warna Putih
Bau Tidak Berbau
Ukuran Kemasan 20g
Tekstur Lembut, halus
Viskositas Tidak kurang dari 50 dpa
Kemudahan Pengolesan Mudah dioleskan
Daya Sebar Mudah menyebar
19
2. Formula Literatur 2
INGREDIETS % WEIGHT
Deionized water 82,95
Carbomer 0,20
Disodium EDTA 0,10
Buthylene glycol 2,00
Cateary alcohol 2,00
Cyclopentasiloxane 4,00
Dimeticone 1,00
Caprylic triglyceride 5,00
Glyceryl stearat and PEG 100 stearat 1,25
Triaetanolamin 0,50
Preservative 1,00
3. Formula Literatur 3
Glycerin 100
Triaethanolamin 10
Nipagin q.s
m.f. cream
20
BAB III
Pengambilan Bahan :
1. Titanium Dioxida : x 20 = 2 g
2. Cera Alba : 3g
3. Parafin Liquid : x 20 = 2 g
4. TEA : 0,8 g
5. Asam Stearat : 4g
6. Nipagin : 0,06 g
7. Nipasol :: 0,2 g
21
8. Propilenglikol : 2g
9. BHT :: 0,02 g
10. Aquades : 6g
Cara Peracikan
22
Bagan Alir
Siapkan alat dan bahan, Setarakan timbangan dan Ditimbang semua bahan
Dimasukkan cera alba di dalam cawan, kemudian di lebur diatas water bath ad meleleh
Di masukkan BHT, asam stearat, dan nipasol kedalan cawan yang berbeda, lebur di water bath
(fase minyak)
Di buat fase air, Masukkan TEA, nipagin, Titanium Dioxida dan propilenglikol di dalam beaker
aduk ad larut
Buat mortir panas Dimasukkan cera alba yang sudah dilebur di dalam mortir panas kemudian
masukkan paraffin liquid aduk ad homogeny
Masukkan fase air kedalam fase minyak sedikit demi sedikit kedalam fase minyak aduk konstan
ad terbentuk cream. Dan tambahkan Ol Rosae 1 tetes
Cream yang sudah jadi di masukkan kedalam pot dan beri etiket
23
Formula Skala Kecil 2
Pengambilan Bahan
1. Titanium Dioxida : x 20 = 2 g
2. Vaselin album : 3g
3. Parafin Liquid : x 20 = 2 g
4. TEA : 0,6 g
6. Nipagin : 0,02g
7. Nipasol :: 0,12 g
8. Propilenglikol : 2,80 g
9. BHT :: 0,02 g
10. Aquades : 6g
24
Cara Peracikan
25
Bagan Alir
Siapkan alat dan bahan, Setarakan timbangan dan Ditimbang semua bahan
Dimasukkan vaselin album di dalam cawan, kemudian di lebur diatas water bath ad meleleh
Di masukkan BHT, asam stearat, dan nipasol kedalan cawan yang berbeda, lebur di water bath (fase
minyak)
Di buat fase air, Masukkan TEA, Titanium Dioxida, nipagin dan propilenglikol di dalam beaker
aduk ad larut
Buat mortar panas dan Dimasukkan Vaselin Album yang sudah dilebur di dalam mortar panas
kemudian masukkan paraffin liquid aduk ad homogen
Masukkan fase air kedalam fase minyak sedikit demi sedikit kedalam fase minyak aduk konstan ad
terbentuk cream. Dan tambahkan Ol Rosae 1 tetes
Cream yang sudah jadi di masukkan kedalam pot dan beri etiket
26
Formula Skala Kecil 3
Pengambilan Bahan
1. Titanium Dioxida : x 20 = 1 g
2. Vaselin album : 4g
3. Mg stearat : x 20 = 0,06 g
4. TEA : 0,8 g
5. Asam Stearat : 4 g
6. Nipagin : 0,04g
7. Propilenglikol : 3g
8. BHT :: 0,02 g
9. Aquades : 7,1 g
27
Cara Peracikan
28
Bagan Air
Siapkan alat dan bahan Setarakan timbangan dan Ditimbang semua bahan
Dimasukkan vaselin album di dalam cawan, kemudian di lebur diatas water bath
ad meleleh
Di masukkan BHT, asam stearat, mg stearat dan nipasol kedalan cawan yang berbeda,
lebur di water bath (fase minyak)
Di buat fase air, Masukkan TEA, Titanium Dioxida dan propilenglikol di dalam beaker
aduk ad larut
Buat mortir panas dan Dimasukkan vaselin album yang sudah dilebur di dalam mortir
panas aduk ad homogen
Masukkan fase air sedikit demi sedikit kedalam fase minyak aduk konstan ad terbentuk
cream
Cream yang sudah jadi di masukkan kedalam pot dan beri etiket
29
3.2 Formula Skala Besar
TEA Emulgator 4% 8g
Pengambilan bahan
1. Titanium Dioxida : x 200 = 10 g
2. Vaselin album : 4g
4. TEA : 8g
5. Asam Stearat : 40 g
6. Nipagin : 0,4g
7. Propilenglikol : 30 g
8. BHT :: 0,2 g
9. Aquades : 70,2 g
30
Cara Peracikan
31
Bagan Alir
Siapkan alat dan bahan, Setarakan timbangan dan Ditimbang semua bahan
Dimasukkan vaselin album di dalam cawan, kemudian di lebur diatas water bath ad
meleleh
Di masukkan BHT, asam stearat, dan nipasol kedalan cawan yang berbeda, lebur di
water bath (fase minyak)
Di buat fase air, Masukkan TEA, Titanium Dioxida dan propilenglikol di dalam beaker
aduk ad larut
Dimasukkan vaselin album yang sudah dilebur di dalam mortir panas aduk ad homogen
Masukkan fase air sedikit demi sedikit kedalam fase minyak aduk konstan ad terbentuk
cream
Cream yang sudah jadi di masukkan kedalam pot dan beri etiket
32
3.3 Rancangan Kemasan
a. Kemasan Primer
Nama obat jadi
Netto
Komposisi
Nama industri farmasi
Nomor pendaftaran
Nomor batch
Tanggal kadaluarsa
Cara penyimpanan
Tanda peringatan
Harus dengan resep obat
Alamat industri farmasi
b. Kemasan Sekunder
Nama obat jadi
Netto
Komposisi
Nama industri farmasi
Nomor pendaftaran
Nomor batch
Tanggal kadaluarsa
Cara penyimpanan
Tanda peringatan
Harus dengan resep obat
c. Brosur
Nama obat jadi
Nama industri farmasi
Nomor pendaftaran
33
Nomor batch
Netto
Komposisi
Alamat industri farmasi
Dosis
Cara penggunaan
Indikasi dan kontraindikasi
Efek samping
Interaksi obat
Peringatan
Cara penyimpanan
34
BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
Jenis
No. Evaluasi Cara Hasil
& Alat
Diamati warna sediaan
Dicium bau dari sediaan Bau :Wangi mawar
Uji
Dicek tektur dari sediaan Warna : Putih
1. Organoleptis
Tektur : Lembut
(Secara visual)
Persyaratan : bau dan warna tidak berubah
setelah penyimpanan 1 minggu
2. Uji Sediaan dimasukkan kedalam beker glass Speed 6 :
Viskositas 39 x 1000 = 39000
Masukkan spindel jangan sampai
(Viskometer 42 x 1000 = 42000
menyentuh beaker glass
brooksfield) 46,5 x 1000 = 46500
Nyalakan alat viskometer
Rata – Rata
Speed 6 = 42500 Cps
Speed 12 = 30916,67
Cps
35
Speed 30 = 16333,33
Cps
3. Uji Sediaan dioleskan diatas kaca Homogen, karena saat
di oleskan pada kaca
Homogenitas Kemudian diamati homogenitasnya
tidak terdapat butiran
(apabila terdapat butiran partikel-partikel
(gelas objek)
maka sediaan tidak homogen)
4. Uji Tipe Krim di letakkan pada gelas arlojji a dan b Pada gelas arloji a
Emulsi terdapat titik merah
Pada gelas arloji a ditetesi dengan sudan
dan Pada gelas arloji b
(Pewarnaan)
Dan pada gelas arloji b ditetesi dengan warna biru tersebar
(gelas arloji, methylene blue secara merata.
sudan,
Persyaratan: type O/W maka yang di tetesi Artinya tipe krim yang
methylene
dengan sudan akan tidak bercampur didapat adalah tipe
blue)
sedangkan yang ditetesi dengan methylene O/W
blue akan bercampur homogen
(beaker glass,
Persyaratan: Krim akan homogeny jika
batang
dilarutkan dalam air
pengaduk)
36
6. Uji pH Ditimbang krim sebanyak 5 g Replikasi 1 : pH=8,87
Replikasi 2 : pH=7,41
Ditambahkan dengan aquades bebas CO2
Replikasi 3 : pH=7,34
sebanyak 50 ml
Tekan tombol pH
7. Uji Daya Sebar Sediaan dioleskan diatas kaca. Kemudian Sediaan cream dapat
ditutup dengan kaca yang sama diatasnya menyebar secara
merata dengan :
Ditambahkan bebannya. Ditunggu selama
1 menit Berat kaca =650,92 g
37
1300,92 g = 3,375 cm
1350,92 g = 3,45 cm
1400,92 g = 3,525 cm
1450,92 g = 3.575 cm
8. Uji Oleskan sediaan pada kulit dengan
Acceptabilitas berbagai responden
Diberikan quisioner mengenai kriteria
Acceptable
sediaan meliputi:
warna, bau/aroma, sensasi, tekstur,
mudah menyerap dikulit/klengket,
kemudahan pengolesan dan kenyamanan
penggunaan.
38
Grafik Uji Acceptabilitas
Pertanyaan SB B C KB TB
Kemudahan
40% 60% 0% 0% 0%
penyerapan
Kenyamanan
60% 40% 0% 0% 0%
penggunaan
UJI ACCEPTABILITAS
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SB B C KB TB
39
Hasil Evaluasi Seluruh Kelompok
Bau: Bau: oleum Bau: oleum Bau: Bau: oleum Bau: oleum
1 Organoleptis
mawar rosae rosae aromatik roae rosae
Tipe Emulsi Larut air Larut air Larut air Larut air O/W O/W
7 (O/W)
Pengenceran (O/W) (O/W) (O/W)
40
BAB V
PEMBAHASAN
Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air
dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi, umumya berupa surfaktansurfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan Cream. Sediaan tersebut
diproduksi sebagai sunscreen atau UV fillter guna membantu para konsumen dalam merawat
kulitnya, dengan memberikan perlindungan atau protektif terhadap sinar matahari. Selain itu,
sediaan cream ini bertekstur yang lembut, mudah dioleskan juga memiliki aroma yang dapat
menarik perhatian dan meningkatkan keinginan konsumen untuk menggunakan sediaan cream
tersebut.
Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan Cream ialah Titanium Dioxida
(TiO2). Dalam proses pembuatan hal yang pertama dilakukan oleh praktikan ialah melakukan
studi praformulasi terkait sifat fisika-kimia bahan aktif, sehingga praktikan (formulator) dapat
menentukan eksipien yang kompaktibel terhadap bahan aktif sediaan, hingga dapat
menghasilkan sediaan crem yang berkhasiat, aman, stabil, dan acceptable.
Formulasi crem yang diproduksi dalam praktikum kali ini ialah terdiri dari fase minyak
(BHT, asam stearat, mg stearat dan nipasol) dan fase air (TEA, Titanium Dioxida dan
propilenglikol). Fase minyak merupakan bahan obat yang larut dalam minyak, sedangkan fase air
merupakan bahan obat yang larut dalam air. Dalam formulasi ditambahkan Nipagin sebagai
pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Sedangakn penambahn BHT atau Butil
Hidroksi Toluena sebagai antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh.
Pada proses pembuatan cream ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suhu dan
kecepatan dalam pengadukan. Suhu pada proses peleburan fase minyak dan pemanasan fase air
haruslah sama yaitu padea suhu 70ºC tujuannya agar tidak hasilnya tidak rusak atau pecah ketika
ketika kedua fase dicampurkan juga ketika mencampurkan haruslah menggunakan mortir panas
untuk menyamakan suhu dengan ke dua fase yang tujuannya sama agar sediaan tidak rusak atau
41
pecah. Sedangakn untuk pengadukan haruslah dengan kecepatan pengadukan yang konstan dan
tidak terlalu capat atau lambat agar sediaan tidak menjadi foaming.
Setelah proses produksi, sediaan cream disimpan selama satu minggu sebelum dilakukan
proses evaluasi. Proses evaluasi sediaan bertujuan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan
setelah masa penyimpanan sehingga dapat ditentukan kelayakan dan keamanannya untuk
digunakan oleh konsumen. Ada enam proses evaluasi yang dilakukan untuk sediaan cream
tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Uji Organoleptis, dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sediaan cream dengan
warna putih, bentuk atau tekstur yang lembut, serta wangi mawar sesuai dengan yang
dikehendaki. Begitu juga dengan kelompok lainnya yang memiliki hasil uji organoleptis
sesuai dengan yang masing-masing kelompok dikehendaki.
2. Uji Viskositas, dari evaluasi viskositas yang dilakukan, secara berturut-turut didapatkan
hasil rata-rata viskositas pada speed 6 ialah 42500 Cps, speed 12 ialah 30916,67 Cps, speed
30 ialah 16333,33 Cps. Untuk data dari kelompok 4 yaitu viskositas yang mereka dapatkan
pada kecepatan 12 dan 30 hasilnya tidak terbaca. Hal ini mungkin dikarenakan adanya
kesalahan dalam pembuatan atau dalam pemilihan bahan yang kurang tepat.
3. Uji Homegenitas, pada sediaan yang kami prosuksi setelah diamati hasilnya homogen,
karena saat di oleskan pada kaca tidak terdapat butiran-butiran parikel. Hal ini menandakan
bahwa sediaan cream yang kami produksi homogen dan belum sesuai dengan yang
dikehendaki. Begitu juga dengan kelompok lainnya yang memiliki hasil uji homogenitas
sesuai dengan yang masing-masing kelompok dikehendaki dimana tidak terdapat butiran-
butiran partikel.
4. Uji Tipe Emulsi dengan cara pewarnaan menggunakan Methylene bule dan Sudan didaptkan
hasil untuk methylene blue yaitu warna biru tersebar merata dan hasil dengan menggunakan
sudan yaitu terdapat titik mera yang tidak merata, sehingga tipe cream yang didapatkan yaitu
tipe O/W. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diperoleh bahwa krim yang kami
buat memiliki tipe O/W. Hal ini sama dengan yang dihasilkan oleh kelompok lain.
5. Uji Tipe Emulsi cara pengenceran yaitu dengan mengencerkan cream kedalam air
didapatkan hasil cream mudah larut dalam air sehinga tipenya adalah O/W. Berdasarkan
42
hasil pengamatan tersebut dapat diperoleh bahwa krim yang kami buat memiliki tipe O/W.
Hal ini sama dengan yang dihasilkan oleh kelompok lain.
6. Uji daya Sebar, Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan
krim yang dibuat, semakin menyebar menunjukkan kemampuannya dalam distribusi merata.
Uji daya sebar yang baik yaitu antara 5-7 cm. Hasil uji daya sebar pada sediaan kami
didapatkan cream berhenti menyebar pada beban 800 g dengan waktu 1 menit didapati hasil
3,575 cm. berdasarkan hasil uji daya sebar sediaan belum memenuhi daya sebar yang baik.
Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga
absorbsi obat ke kulit berlangsung cepat. Tetapi dibandingkan dengan 5 kelompok lainnya,
diameter yang diperoleh kelompok 2 cukup baik memasuki rentang persyaratan, untuk
kelompok 3 didapatkan hasil (3,975 mm) , kelompok 4 (3,675 mm), kelompok 5 (13,00
cm), kelompok 6 (14,1 cm). Hal ini menunjukkan bahwa uji daya sebar kelompok 1,3,4,5,6
tidak memasuki rentang daya sebar yang baik.
7. Uji pH, persyaratan uji pH ini ialah sediaan dapat mempertahankan stabilitasnya sesuai
dengan pH yang dikehendaki ketika produksi yaitu 4-6. Kemudian dilakukan pengamatan
pada indikator pH didapatkan hasil pH cream ialah 7,87. pH tersebut menunjukkan bahwa
sediaan cream yang diprosuksi tidak masuk dalam rentang pH yang dikehendaki. Artinya,
cream yang diproduksi tidak stabil selama masa penyimpanan. Dan begitu juga dengan lima
kelompok yang lainnya dimana pH yang didapatkan tidak mamasuki rentang pH kulit yaitu
4,5-6,5 kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topikal mempengaruhi penerimaan kulit
terhadap sediaan.
8. Evaluasi Acceptable ini dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada mahasiswa
lain dan untuk mengetahui respon mereka terhadap sediaan cream yang kami produksi. Dari
10 responden yang kami berikan 9 dari mereka memberikan hasil yang sangat baik dan 1
lainnya cukup baik hal ini dapat disimpulkan untuk sediaan salep yang kelompok kami
produksi yaitu acceptable, begitu pun juga dengan 5 kelompok lainnya memeiliki sediaan
yang acceptable dalam penggunaannya.
43
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sediaan cream yang mengandung bahan aktif Titanium dioxida (TiO2) dengan memiliki 2
fase yaitu fase minyak yang terdiri dari BHT, asam stearat, mg stearat dan nipasol dan fase air
terdiri dari TEA, Titanium Dioxida dan propilenglikol, memiliki hasil evaluasi organoleptis
warna putih, bentuk atau tekstur yang lembut, serta wangi mawar, nilai viskositas speed 6 ialah
42500 Cps, speed 12 ialah 30916,67 Cps, speed 30 ialah 16333,33 Cps, pH 7,87, daya sebar
3,575 cm/gram menit dengan tipe emulsi O/W. Dan dari hasil uji diatas maka crem yang kami
buat masih dapat dikatakan merupakan krim tabir surya yang mudah dioleskan, mudah
menyebar, lembut dan tidak meninggalkan sensasi lengket dikulit, sehingga dapat digunakan
untuk melindungi dari paparan sinar matahari.
6.2 Saran
Dalam pembuatan sediaan krim diperlukan suhu yang sama antara fase minyak dan fase
air, agar dapat dicampurkan. Pembuatan sediaan krim diperlukan teknik yang khusus, sehingga
dapat terbentuk massa krim yang baik dan hasil krim yang tidak berbusa.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
2. Viskositas
3. Homogenitas
46
4. Uji Tipe Emulsi Dengan Pewarnaan
6. Uji Ph
47
7. Uji Daya Sebar
8. Uji Acceptabilitas
48