Anda di halaman 1dari 5

Pengantar Ilmu dan Teknologi Kemaritiman

“Essai mengenai Kondisi Ekonomi Maritim Indonesia Akibat


Wabah Global Virus Corona”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail., M.Si

Disusun Oleh:
Elisa Juliana (170384202021)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Kondisi Ekonomi Maritim Indonesia Akibat Wabah Global Virus Corona

Virus corona merupakan virus yang pertama kali muncul dari kota Wuhan, China
pada akhir Desember 2019. Diduga virus ini berasal dari hewan kelewar dan setelah
ditelusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang
memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di
Wuhan, China. Serta kebiasaan masyarakat wuhan yang memakan makanan cepat
saji.
Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi
secara langsung sehingga tingkat penyebaran virus tersebut semakin pesat. Seperti
dilansir dari kompas.com, Hingga senin (30 maret 2020) pagi, data real time yang
dikumpulkan oleh John Hopkins CSSE, angka kasus positif penderita virus corona
sebanyak 722.196 kasus di dunia. Sementara di Indonesia tercatat 1.285 kasus,
dengan rincian 1.107 orang dalam perawatan, 64 sembuh, dan 114 orang meninggal
dunia. Tentu menjadi masalah yang serius bagi masyarakat Indonesia.

Seperti dilansir pada siaran Metro TV (15.39 WIB), Penyebaran virus


corona di Tiongkok menimbulkan ancaman bagi stabilitas perekonomian dunia.
Sebab, penyebaran virus corona ini diyakini akan menekan pertumbuhan ekonomi
Tiongkok, berdasarkan catatan dana moneter international tahun 2019, kekuatan
ekonomi Tiongkok yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat dengan produk
domestic bruto mencapai US$ 14,4 Triliun atau hanya terpaut 7 triliun dollar dari
PDB Amerika Serikat yang mencapai US$ 21,43 Triliun. Selain memiliki kekuatan
ekonomi terbesar kedua di dunia, pengaruh Tiongkok diberbagai sektor ekonomi
didunia juga sangat besar, baik di sektor perdagangan barang dan jasa, investasi
maupun perdagangan barang dan jasa, investasi maupun keuangan global
berdasarkan laporan bersama Lembaga Riset Rhodium Group & Mercator Institute
for China Studies, asset global Tiongkok tahun ini mencapai US$ 20 triliun atau
meningkat tiga kali lipat dari tahun 2015 yang hanya sebesar US$ 6,4 triliun.
Prediksi nilai asset global itu menempatkan Tiongkok sebagai investorlintas negara
terbesar di dunia. Sebagian besar total nilai investasi itu berupa cadangan devisi
valas dan investasi portofolio. Namun, tidak sedikit pula berupa investasi langsung
ke negara-negara maju. Seperti di kawasan Eropa yang meneriman banyak aliran
dana investasi dari negeri tirai bamboo ini pasca krisis keuangan 2008. Selain
investasi, Tiongkok juga tercatat sebagai importir minyak terbesar dunia. Tiongkok
juga tercatat sebagai negara yang melakukan perjalanan ke luar negeri terbanyak.
Tahun 2017 lalu, total turis Tiongkok yang melakukan perjalanan ke luar negeri
mencapai 145 juta orang dengan total pengeluaran mencapai US$ 1,1 triliun.
Menyebarnya virus corona berdampak kepada perekonomian global karena
perusahaan manufaktur dan pusat keuangan di Tiongkok tidak beroperasi sehingga
ekspor-impor Tiongkok terhambat. Penyebaran virus corona ini datang disaat
ekonomi Tiongkok ditingkat terendah dalam 30 tahun terakhir. Dimana, pada tahun
2019 lalu, pertumbuhan ekonomi di Tiongkok hanya 6,1% akibat tekanan perang
dagang dengan Amerika Serikat, meskipun belum ada angka pasti terkait jumlah
kerugian yang ditimbulkan jika dibandingkan dengan penyebaran virus SARS pada
2003 lalu.

Begitu pula di Indonesia, Salah satu penyebab virus corona mudah


menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara dengan Sektor
pariwisata. Sektor pariwisata adalah sektor yang sangat berperan penting dalam
pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Sektor pariwisata ini dampaknya dapat dirasakan secara langsung dan dapat
dilihat dengan bertambahnya pendapatan nasional. Namun, seiring berjalannya
waktu virus corona ini menyebar dengan sangat cepat dan membuat semuanya
berubah. memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada perekonomian
Indonesia.
Saat ini, sektor pariwisata mengalami kelesuan dengan dibuktikan bahwa
daya beli menurun secara drastis karena berkurangnya pengunjung, baik turis lokal
maupun turis mancanegara yang secara otomatis dapat menurunkan pendapatan dan
devisa dari hasil sektor pariwisata.

Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Maret 2020, yang
mengatakan bahwa akan diadakan penundaan terhadap segala kegiatan pada setiap
sektor yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri untuk mengurangi
penyebaran virus corona. Termasuk sektor pariwisata. Yang menyebabkan
lumpuhnya sektor pariwisata dan pengangguran semakin bertambah. Karena,
pariwisata juga merupakan wadah dalam pemberian lapangan pekerjaan bagi
masyarakat di Indonesia.

Selain itu, karyawan-karyawan perusahaan juga merasakan dampaknya.


Seperti di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karena banyak pekerjaan yang tidak
memungkinkan untuk dikerjakan dirumah, kurangnya konsumen dikarenakan
konsumen ketakutan akan keluar rumah yang bisa menghubungkan mata rantai
virus tersebut, bahkan toko-toko yang dipaksa tutup dan kemudian harus membayar
sewa setiap bulan bahkan setiap tahun juga ikut merasakan dampaknya. Perusahaan
yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurut buku BULETIN (laporan keuangan akhir tahun Q2-Q4 2018 & Q1
– Q4 2019 Saham-saham 2nd Line Undervalue 9-20 March 2020: Kombinasi
Fundamental & Technical Analysis) yang dikarang oleh Buddy Setianto, Kepala
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan
memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mengalami perlambatan
sekitar 0,23%, jika perekonomian China melemah satu persen akibat virus corona.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai dampak virus corona


terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia relative kecil. Sebab, pertumbuhan
ekonomi masih ditopang konsumsi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah
sebaiknya menjaga konsumsi dalam negeri. Beberapa cara mendorong konsumsi
masyarakat diantaranya memberi bantuan langsung tunai, program kartu prakerja,
diskon penginapan untuk wisatawan domestik, hingga menggelar rapat pemerintah
di daerah. Lebih lanjut, Chatib mengatakan usulan pengusaha untuk diversifikasi
produk perdagangan atau ekspor tidak efektif untuk mengurangi dampak virus
corona terhadap perekonomian Indonesia sebagai upaya menjaga pertumbuhan
ekonomi dalam negeri di tengah ancaman perlambatan ekonomi Tiongkok akibat
wabah penyebaran virus corona.
Akibat penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok 1% bisa berdampak negative
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3-0,6%. Oleh sebab itu,
diversifikasi perdagangan dipercaya akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi.
Kalau Indonesia bisa prudent, menjaga stabilitas makro ekonomi dengan
mendisversifikasi perdagangan dengan lebih gencar, maka tidak ada alasan untuk
khawatir Indonesia akan resesi hanya karena pertumbuhan Tiongkok turun 1-2%.
Oleh sebab itu, adanya dukungan pemerintah terkait dan kinerja yang baik dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu menurun dapat membantu
Indonesia mampu bertahan terhadap ancaman ekonomi pada masa wabah virus
corona.

Anda mungkin juga menyukai