Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 LatarBelakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Salah satu tujuan
pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama
melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Hal ini sesuai dengan
prilaku masyarakat yang di harapkan dalam Indonesia Sehat 2010 yaitu: bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit dan melindungi dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Sudayasa, 2010).

Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan


yang diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat
diketahui kebutuhan manusia tentang kesehatan. Promosi kesehatan (health
promotion) adalah tingkat pelayanan kesehatan pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Tingkat pelayanan kesehatan ini dapat
meliputi kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan
kesehatan berkala, peningkatan status gizi, kebiasaan hidup sehat dan semua
kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status kesehatan (Hidayat, 2009).

Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari


model medikal yang menitik beratkan pada pelayanan pada diagnosis dan
pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran
dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan yang lain
dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996).

Klien merupakan partisipan aktif dalam mencari kondisi sejahtera. Tujuan


aktualisasi diri, pemenuhan pribadi, dan meningkatkan kondisi kesehatan

1
memperkuat dugaan bahwa klien menjalankan tanggung jawab pribadi untuk
kesehatannya. Untuk meningkatkan pemenuhan tujuan ini, perawat berusaha
untuk memberdayakan klien dalam pencapaian tujuan (Stolte, 1996). Hal tersebut
sejalan dengan Health Promotion Model dari Nola J. Pender yang berasumsi
bahwa tingkat kesehatan yang optimal dapat dicapai melalui perilaku promosi
kesehatan dari individu sendiri.

Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran
dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan
kesehatan dari kuratif ke arah promotif dan peventif ini telah direspon oleh ahli
teori keperawatan Nola. J Pender dengan menghasilkan karya tentang “Health
Promotion Model” atau model promosi kesehatan. Model ini
m e n g g a b u n g k a n 2 t e o r i y a i t u t e o r i n i l a i h a r a p a n (expectancy
value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang konsisten
dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis. Makalah ini akan
mengemukakan tentang model promosi kesehatan dari Nola J.Pender serta
komponen paradigma keperawatan tentang model promosi kesehatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah mampu menganalisa model
keperawatan yang dikembangkan oleh Nolla J. Pender dalam penerapan
pelayanan asuhan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memahami model konseptual keperawatan menurut Nolla J. Pender
b. Menganalisa empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan menurut
Nolla J. Pender
c. Menganalisis kelebihan dan kelemahan teory Nolla J. Pender

2
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari
BAB I Pendahuluan,
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Aplikasi Teori dan Pembahasan
BAB IV Pembahasan
BAB V Penulisan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Biography

Gambar 2.1 Nola J. Pender, PhD, RN, FAAN

Nola J. Pender dilahirkan tanggal 16 Agustus 1941 di Lansig, Michigan.


Ketertarikan pada keperawatan bermula dari Nola J. Pender berusia 7 tahun, pada
saat mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan keperawatan pada
bibinya di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan perawatan kepada orang
lain dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang ia yakini sebagai
profesi yang menolong orang lain.

Pada tahun 1962 ia meraih gelar diploma keperawatan dan selanjutnya diterima
bekerja di unit bedah Rumah Sakit Michigan. Tahun 1964, meraih gelar BSN di
Universitas State Michigan di East Lansig, dan gelar MA pada bidang
pertumbuhan dan perkembangan di Universitas Michigan diraih pada tahun 1965.
Gelar Ph.D di bidang psikolog dan pendidikan diraih tahun 1969 dari Universitas
North Western di Evanston, Illinois.

Pernihakannya dengan Albert Pender seorang asisten professor di bidang bisnis


dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan tentang
keperawatan dalam perpektif ekonomi. Tahun 1975, Dr. Pender mempublikasikan

4
model konseptual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah bagaimana individu
membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka sendiri dalam konteks
keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang ditemukan
dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan individu dalam
pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam
praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang
kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit. Model promosi kesehatan pertama
kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami revisi tahun 1996.

2.2 Tingkatan Teori


Model promosi kesehatan Nola J. Pender termasuk dalam middle-range theory
yaitu teori yang menyeimbangkan kepesifikanya dengan konsep ekonomi secara
normal dan nampak dalam grand theory. Akibatnya middle range teori
memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktek dan
cukup abstrak secara ilmiah.

Teori dan model yang dikemukan oleh Pender adalah berfokus pada upaya
promosi kesehatan dan prevensi penyakit. Sehingga teori bersifat spesifik dan
sederhana, namun demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan 
sehingga dapat diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsep
yang dikemukakan saling berhubungan.  Teori ini dikemukakan dengan
menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil
penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep-konsep yang dikemukakan
dalam teori  dapat diaplikasikan.

2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Nola J. Pender


a. Manusia
Manusia adalah organisme biopsikososial yang sebagian dibentuk oleh
lingkungan, tetapi juga mencari lingkungan yang sesuai dengan keinginan
diri, sehingga potensi dirinya dapat diekspresikan dengan baik.
b. Lingkungan

5
Lingkungan adalah konteks sosial, budaya, dan fisik, dimana individu hidup
yang dapat dimanipulasi oleh individu untuk membentuk isyarat positif dan
menfasilitasi perilaku promosi kesehatan.
c. Sehat
Sehat adalah aktualisasi kesesuaian lingkungan dengan potensi individu
melalui perilaku yang berorientasi pada tujuan, kemandirian dalam perawatan
diri, dan membangun hubungan saling memuaskan dengan orang lain.
d. Keperawatan
Keperawatan adalah kolaborasi perawat dengan individu, keluarga, dan
komunitas untuk membentuk kondisi positif, sehingga derajat kesehatannya
berada pada level tertinggi.

2.4 Health Promotion Model Menurut Nola J. Pender


Dasar pembentukan teori Health Promotion Model (HPM) oleh Pender adalah
pandangan holistik dalam keperawatan, psikologi, sosial dan teori pembelajaran.
Pusat dari teori HPM adalah teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura (1977)
yang menjelaskan tentang pentingnya perkembangan kognitif dalam merubah
tingkah laku. Teori pembelajaran sosial yang sekarang bernama Social Cognitive
Theory terdiri dari kepercayaan diri, atribusi diri, evaluasi diri dan kemajuan diri.
Kemajuan diri adalah pusat pembentukan HPM.

Health Promotion Model yang dikembangkan oleh Pender telah di gunakan


khususnya dalam disiplin keperawatan. Model ini menggambarkan komponen
dan mekanisme yang menjadi faktor penentu pada gaya hidup yang
mempromosikan kesehatan. Dengan mewujudkan potensi kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan melalui penggunaan prilaku pedekatan bukan
perilaku penolakan penyakit menyebabkan model ini di gambarkan sebagai
model promosi kesehatan bukan model pencegahan penyakit (Tomey & Alligood,
2010).

1. Karakteristik dan pengalaman individu


Setiap individu mempunyai karakteristik dan pengalaman yang berbeda yang
dapat mempengaruhi dalam tindakan. Aspek dari perilaku sebelumnya serta

6
karakteristik individu digunakan sebagai ukuran dalam variabel HPM.
Beberapa faktor tersebut antara lain:

a. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung
dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan.

Sesuai dengan teori social kognitif, perilaku dahulu mempunyai pengaruh


tidak langsung pada perilaku promosi kesehatan melalui persepsi terhadap
kemajuan diri, keuntungan, rintangan dan pengaruh aktifitas. Jika hasilnya
memuaskan maka akan menjadi pengulangan perilaku dan jika gagal
menjadi pelajaran untuk masa depan. Setiap insiden perilaku juga disertai
oleh emosi atau pengaruh sikap positif atau negatif sebelum, selama dan
sesudah perilaku dilakukan menjadi pedoman untuk selanjutnya. Perawat
membantu klien dengan melihat riwayat perilaku positif dengan berfokus
pada pemanfaatan perilaku, mengajar klien bagaimana bertindak dan
menimbulkan potensi  dan sikap yang positif melalui pengalaman yang
sukses dan feed back positif (Pender, 1996).

b. Faktor Personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis, dan social budaya. Faktor-faktor
ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dati dibentuk secara alami oleh
target perilaku.
1) Faktor Biologis Personal
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas,
status menopause, kapasitas aerobik, kekuataii, kecerdasan atau keseintbatigan
2) Faktor Psikologis Personal
Variabel yang merupakan bagian dan faktor ini adalah harp diri, motivasi,
kemampuan personal, status kesehatan, dan definisi sehat
3) Faktor social kultural
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitions and


7
Affect)
a. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)
Rencana seseorang Melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi
terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat
merupakan representasi mental dari konsekuensi perilaku positif.
Berdasarkan teori expecting value.

b. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Bailers to Actions)


Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian
empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata dan
perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku
promosikesehatan, hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun
nyata. Hambatan ini terdiri atas : persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak
menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-
tindakan khusus.

c. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)


Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment/keputusan
dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan
tindakan secara nyata. Tidak ada concern dengan satu ketrampilan yang
dimiliki tetapi alasan dari apa yang dapat dilakukan dengan apapun
ketrampilan yang dimiliki. Judgment dari personal efficacy dibedakan
dari harapan yang ada dalarn tujuan.

Perceived self efficacy adalah adalah judgment dari kemampuan untuk


menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau
harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya
benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari
ketrampilan dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk
melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan dan
ketrampilan dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk
melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan
ceroboh dan tidak terampil.
d. Activity-Related Affect (Afektif sikap yang berhubungan dengan
8
aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,
didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini
dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar disimpan di dalam
memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya.
Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen
yaitu : emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-
related), menindak diri sendiri (self-related ), atau lingkungan dimana
tindakan itu terjadi (context-related).Perasaan yang dihasilkan
kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu akan mengulang
perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya.
e. Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku,
kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau
tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh
interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang
tua dan saudara kandung), tertian, dan petugas perawatan kesehatan.
Pengaruh interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang
berarti), dukungan social (dorongan instrumental dan emosional) dan
modeling (pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus
seseorang). Tiga proses interpersonal ini mempredisposisi seseorang
untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan . Norma sosial
mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh
individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan sumber-
sumber dukungan yang diberikan oleh orang lain.
f. Pengaruh Situasional (Situational Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan
dapat memudahkan atau menghalangi suatu perijaku.Pengaruh situasi pada
perilaku promis kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada,
karakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana
perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam
perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa
lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan
yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan
9
meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan rnengancarn.
Lingkungan yang menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan
perilaku kesehatan.

3. Hasil Perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari
suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke
arah perilaku kecuali kebutuhan berkompetisi yang tidak dapat dihindari
oleh individu atau pilihan berkompetisi tidak ditolak oleh individu.
a. Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi daripada tidak.
Menurut Ajzen dan Fishbein, kesengajaan adalah faktor utama yang
menentukan kernauan berperilaku. Tanggung dalam merencanakan
tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang
mendasari proses kognitif:
1. Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu
dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
2. Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk
mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku
3. Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada
tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya
merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa
perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat
dan klien akan sukses di implementasikan.

b. Kebutuhan Untuk Segera Berkotripetisi dan Pilihan-Pilihan


Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada
alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian dari
yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi
kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai
perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol
yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja
10
atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon terhadap
suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk diri
sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan herkompetisi dipandang
seba ai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat lebih yang
Maria individu relatif nienggurtakan level kontrol yang tinggi. Mereka
dapat mengeluarkan pen aku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku
kornpetisi. Tingkat dimand individu mampu Melawan pilihan kornpetensi
tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri.

c. Perilaku Prornosi Kesehatan


Variabel pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku sehingga
disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan
adalah titik akhir atau hasil tindakan pada PM. Bagaimanapun, harus dicatat bahwa
perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk
mencapai hash kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi
kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat
yang rneliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan
kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan.

11
2.5 Skema Health Promotion Model Nola.J Pender

Sifat2 & Pengalaman Perilaku Spesifik Hasil Perilaku


Individu Pengetahuan dan Sikap

Keuntungan dari tindakan


yang dirasakan

Kebutuhan bersaing
segera (control rendah) &
Hubungan dengan Pilihan2 (Kontrol tinggi
Penghambat2 untuk bertindak
perilaku sebelumnya
yang dirasakan

Kemajuan diri yg dirasakan

Tindakan yang terkait yang


mempengaruhi aktivitas
Faktor Pribadi;
Komitment pd Metode
biologi,psikologis,
Rencana Tindakan Perilaku
social budaya
Promosi
Kesehatan
Pengaruh hubungan (HPM)
interpersonal (klg, kelompok,
provider), norma dukungan
dan model

Pengaruh situasional; pilihan,


sifat kebutuhan; estetika

Gambar 2.2 Model Promosi Kesehatan (Tomey & Alligood, 2010)


12
BAB III
ANALISIS DAN APLIKASI TEORI

3.1 Analisis Health Promotion Model dari Nola J. Pender


Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemontrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Health Promotion Model menggunakan
teori pembelajaran sebagai dasar dalam pembentukan model tersebut. Pada
beberapa bagian teorinya memiliki kesamaan pola pandang dengan teori lain
seperti memandang bahwa fokus dari perawatan adalah individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat serta teori health belief model (Tomey &
Alligood, 2010).

Health Promotion Model yang dikemukakan oleh Pender merupakan upaya


pormosi kesehatan sehingga dengan upaya promosi tersebut individu dapat
melakukan tindakan preventif terhadap penyakit.  Teori ini dikemukakan dengan
menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil
penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep-konsep yang dikemukakan
dalam teori  dapat diaplikasikan.

Teori ini cukup logis untuk dipahami karena  memberi pemahaman yang luas dan
komprehensif tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada klien.
Pandangan tentang aspek promotif adalah lebih murah daripada  aspek kuratif dan
rehabilitatif sangat logis dan telah diterima masyarakat.

Health Promotion Model merupakan kerangka kerja dalam melakukan suatu


penelitian, Pender dan rekan–rekannya menggunakan metode HPM ini untuk
meneliti empat populasi yaitu para pekerja usia dewasa, komunitas lansia,
ambulasi pada pasien kanker dan pasien yang sedang dalam pemulihan dari
penyakit jantung (Tomey & Alligood, 2010).

13
Riset yang berhubungan dengan Helath Promotion Model  memberikan
kontribusi secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu
keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuratif-rehabilitatif ke arah promotif dan
preventif. Pender meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap promosi
kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara integral.

Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus promosi kesehatan


akan sangat terbuka. Bagi Pender adalah sesuatu yang sangat menggairahkan
untuk membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku kuratif dan
rehabilitatif ke arah perilaku promotif dan rehabilitatif. Pender menekankan
practical nurse dapat memainkan suatu peran yang sangat penting dalam
partnership antar ilmuan dan konsumen serta praktisi untuk mengembangkan
strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi populasi.

Teori Pender konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit adalah sesuatu yang logis dan ekonomis.
Teori ini telah mengalami beberapa kali revisi namun focus teori ini tetap pada
aspek promotif.

Pandangan dari Health Promotion Model adalah untuk mempengaruhi promosi


kesehatan yang dikaitkan dengan unsur edukasi, penelitian dan kebijakan, semua
pandangan tersebut akan dapat membawa perubahan besar dalam profesi
keperawatan.

3.2 Aplikasi Health Promotion Model


Aplikasi Model Keperawatan Nola J. Pender dilakukan melalui teknik pengkajian
terlebih dahulu menggunakan variable-variabel yang sudah ditetapkan dalam
HPM (Health Promotion Model).

Kasus
Anak W usia 2 tahun jenis kelamin Laki – laki datang ke poli rawat jalan
bersama orang tuanya. Orang tua An. W mengeluh sudah satu bulan anaknya
mengalami batuk yang tidak sembuh-sembuh, berat badan anak makin turun,
nafsu makan anak makin berkurang, sudah berobat ke puskesmas namun tidak
14
kunjung sembuh, orang tua cemas dengan keadaan anaknya dan takut anaknya
terkena plek paru .Ibu mengatakan paman klien menderita TB paru dan baru di
ketahui saat pamannya menderita batuk darah dan si anak sering kontak langsung
dengan pamannya. Orang tua pasien mengatakan batuk pilek pada anak
merupakan hal yang biasa. tindak lanjut yang dilakukan pada An. W dilakukan
pemeriksaan laboratorium hematologi dan gambaran darah tepi dengan hasil ada
peningkatan laju endap darah serta dilakukan pemeriksaan tes mantoux dengan
hasil negatif. pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak W adalah di
rongen dengan hasil terdapat flek paru. Orang tua bertanya pada perawat kenapa
anaknya bisa terkena flek paru dan apa yang harus dilakukan agar anaknya
sembuh.

1. Tahap Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan terhadap orang tua/keluarga anak (bila
usia anak belum mencukupi untuk menerima informasi kesehatan) dan
kepada anak dan juga orang tua/keluarga anak (bila usia anak sudah
mencukupi untuk menerima informasi kesehatan).

Pengkajian tentang karakteristik dan pengalaman individu tentang kesehatan


sebelumnya yang dikaitkan dengan perilaku sebelumnya dan faktor– aktor
personal seperti faktor biologi personal seperti usia, jenis kelamin, index
massa tubuh, status pubertas, status menopause, kekuatan, keseimbangan,
faktor psikologi personal seperti harga diri, motivasi diri, kemampuan
personal, persepsi tentang status kesehatan dan definisi sehat sedangkan
faktor sosiokultural personal antara lain etnis, pendidikan, status sosial
ekonomi.

Pengkajian tentang pengaruh interpersonal dari keluarga, kelompok, norma,


dukungan sosial dan yang menjadi contoh dalam perilaku kesehatan, persepsi
individu tentang manfaat dari tindakan kesehatan, persepsi individu terhadap
hambatan dalam tindakan, persepsi tentang kemajuan/kemampuan diri dan
persepsi tentang aktivitas yang akan dilakukan .

2. Tahap Merumuskan Diagonsa


15
Setelah melakukan analisa data terkait dengan kesiapan pasien dan keluarga,
perawat merumuskan dignosa keperawatan dan rencana tindakan dalam hal
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga. Dengan merumuskan
diagnosa keperawatan terkait dengan promosi kesehatan setelah perawat
menemukan data pada contoh kasus diatas diagnosa keperawatannya :
kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit serta perawatan yang
dilakukan pada anaknya berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.

3. Tahap Penyusunan Rencana Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosa keperawatan perawat merumuskan tujuan
serta kriteria hasil apa yang di inginkan tercapai pada pasien. Sesuai pada
kasus di atas maka perawat menyusun rencana sebagai berikut :
a. Jelaskan pada orang tua tentang cara perawatan anaknya terkait tentang
fisioterafi dada pada anak, cara dan waktu pengobatan TB, nutrisi pada
anak dengan TB, dan kontrol ulang anak.
b. Ajarkan orang tua membuat obat alternatif yang aman untuk meredakan
batuk anak (misal dengan pemberian jeruk nipis dicampur kecap).
c. Diskusikan dengan orang tua tentang hal-hal yang belum dipahami.
d. Berikan reinforcement atas kerjasama pasien.
e. Jelaskan pada keluarga agar menjaga lingkungan yang sehat seperti
pentingnya ventilasi dan cahaya matahari untuk mencegah penyebaran
penyakit.
f. Jelaskan pada orang tua dampak pada anak jika pengobatan pada
anaknya tidak tuntas.

4. Tahap Implementasi Keperawatan


Pada tahap implementasi perawat memberikan edukasi kepada orang
tua/keluarga pasien tentang cara-cara menjaga kesehatan anak supaya
terhindar dari penyakit melalui penyuluhan dengan menggunakan media
yang representatif. Melakukan edukasi pada keluarga tentang perawatan anak
dengan TB dengan menggunakan media yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga .

5. Tahap Evaluasi
16
Tahap evaluasi dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarga tentang
pemahaman dari penyuluhan yang telah diberikan dan menanyakan
komitmen keluarga/orang tua untuk melakukan tindakan kesehatan untuk
menjaga kesehatan anak.

Evaluasi jangka panjang dilakukan dengan melihat hasil bila ada kunjungan
ulang dari pasien tersebut apakah dengan kasus yang sama atau untuk tujuan
yang lain yaitu datang ke fasilitas kesehatan hanya untuk memeriksakan
perkembangan anaknya dan bukan untuk memeriksakan penyakit anaknya.
Bila orang tua/keluarga mendatangi lagi fasilitas kesehatan dengan tujuan
yang bersifat preventif, maka dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan yang
dilakukan oleh petugas berhasil.

17
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kelebihan
Kelebihan pada teori pender adalah pengkajian dilakukan secara menyelurh
meliputi:
a. Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi
pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal.
b. Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi
persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang hambatan tindakan,
persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap,
pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal
meliputi norma, dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal
terutama berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan.
c. Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen terhadap
rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya pilihan-pilihan yang
lebih baik serta perilaku promosi kesehatan.

Dengan pengkajian yang spesifik dan meyeluruh dapat mempermudah perawat


dalam menentukan intervensi yang tepat dan perawat lebih memahami setiap
individu dengan lebih mendalam

Dalam menentukan diagnosa juga berdasarkan masalah karakteristik dan


pengalaman individual, masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap
individu,masalah hasil perilaku. Sehingga intervensi dan implementasi bisa
dilakukan secara tepat.

4.2 Kelemahan
Pengkajian yang spesifik dan menyeluruh membutuhkan waktu yang relative
lama, sehingga pengkajian dengan menggunakan teori pender ini tidak bisa
dikukan dalam waktu yang singkat.

18
19

Anda mungkin juga menyukai