Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan teknologi terkini yang kian pesat memicu pertumbuhan pasar

modal Indonesia agar dapat dukung kebutuhan pasar yang ada.

Sebagai salah satu pilar pendukung ekonomi nasional, self regulatory


organization (SRO) turut berpartisipasi dalam sokong infrastruktur di bidang
digital dan teknologi melalui perkembangan dan pemutakhiran sistem pada
2018.

Masing-masing SRO telah terapkan generasi terbaru sistem utama masing-


masing yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan JATS Next-G, Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KEPI) dengan enhancement architecture e-
Clears (EAE), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan the
central depository and book entry settlement system next generation (C-Best
Next-G).

Penerapan teknologi itu dapat menjadi nilai tambah yang positif dalam peran
ekonomi digital yang dijadikan prioritas pemerintah Indonesia.

Melalui koordinasi dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI
bersama dengan KPEI dan KSEI,pasar modal Indonesia diharapkan akan
semakin efisien dari sisi sistem penunjang perdagangan efek yang terkini.

Ke depan, pasar modal Indonesia juga akan jawab tantangan di era ekonomi
digital saat ini dengan kembangkan produk pasar modal lebih modern,
semakin matang untuk bersaing baik dalam segi literasi pasar modal,
menciptakan produk yang inovatif dan berkembang, maupun dalam jalin kerja
sama antar pemangku kepentingan, serta terapkan datat kelola perusahaan
yang baik.

Dari sisi nilai kapitalisasi, pasar modal Indonesia tumbuh signifikan dari posisi


Rp 2,73 miliar pada 1977 menjadi Rp 6.870,7 triliun per 8 Agustus 2018.

Sementara itu, pada periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) tumbuh 6.119 persen dari 98 poin pada 1977 menjadi 6.094,83 pada
8 Agustus 2018.

Selain itu, hingga pertengahan 2018, BEI terus mencatatkan pencapaian


melampaui tahun sebelumnya. Peraihan dana dari 31 pencatatan saham baru
hingga 7 Agustus 2018 mencapai Rp 12 triliun.

Frekuensi perdagangan saham hari terus meningkat mencapai 392 ribu kali
dan merupakan tertinggi di ASEAN.
Hal ini didukung dengan aktivitas investor yang juga mencapai nilai tertinggi
hingga 43 ribu investor per hari.

BEI juga telah menaikkan sistem perdagangan dan meningkatkan kapasitas


perdagangan hingga dua kali lipat atau 15 juta order dan 7,5 juta transaksi
per hari.

Selain itu, availability sistem perdagangan juga meningkat menjadi 99.982


persen yang didukung oleh data center level tier-3.

Dalam laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja pasar modal Indonesia
pada 2018 sangat dipengaruhi oleh kondisi stabilitas perekonomian domestik
serta pengaruh ekonomi global.

Pengaruh domestik antara lain Bank Indonesia (BI) hingga 9 Agustus 2018
telah menaikkan BI 7 day reverse repo rate sebanyak tiga kali dari 4,25
persen menjadi 5,25 persen.

Selain itu, lembaga pemeringkat rating and investment information Inc


meningkatkan sovereign credit rating Indonesia dari BBB- dengan outlook
positif menjadi BBB dengan outlook stabil pada 7 Maret 2018.

Adapun pengaruh global antara lain the Federal Reserve kembali menaikkan
suku bunga 25 basis poin untuk kedua kalinya pada 2018 menjadi dua
persen.

Imbal hasil suku bunga obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun naik 3,1
persen untuk pertama kali sejak 2011, sementara untuk yield dua berada di
level tertingginya setelah satu dekade pada level 2,58 persen. Selain itu
politik dagang antara Amerika Serikat dengan China turut memberikan
stimulus pada pasar modal Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai