Rangkaian Penyulut
Rangkaian Penyulut
Rangkaian Penyulut
NIM: 1824041010
KELAS: PTE 02
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "rangkaian penyulut ini, meskipun
masih banyak kekurangan.
Makalah ini saya buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta diskusi
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saya mengucapkan terima kasih untuk semua
pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun dari segi
materi. Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Metode Penyulutan
Prinsip Prinsip Perancanaan Rangkaian Penyulut
Jenis Jenis Rangkaian Penyulut
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik yang dapat mengubah
sumber daya listrik dari bentuk gelombang tertentu (seperti bentuk gelombang sinusoida)
menjadi sumber daya listrik dengan bentuk gelombang lain (seperti gelombang
nonsinusoida) dengan menggunakan piranti semikonduktor daya. Semikonduktor daya
memiliki peran penting dalam rangkaian elektronika daya. Semikonduktor daya dalam
rangkaian elektronika daya umumnya dioperasikan sebagai pensaklar (switching), pengubah
(converting), dan pengatur (controlling) sesuai dengan unjuk kerja rangkaian elektronika
daya yang diinginkan.
Rumusan Masalah:
Tujuan:
BAB II
PEMBAHASAN
Rangkaian Penyulut
A. Metode Penyulutan
Jika tegangan yang diberikan kepada SCR melebihi rating tegangan breakdown, SCR
akan diswitch dari keadaan tidak konduksi menjadi konduksi karena mengalami ovalanche
breakdown. Hal ini dapat merusak SCB.
Apabila tegangan yang diberikan pada Anoda lebih positif dari Katoda, sambungan J2
pada struktur SCR akan dibias mundur dan pada sambungan akan terbentuk kapasitansi. Jika
suatu tegangan diaplikasikan dengan tiba – tiba, arus pengisian akan mengalir dan cenderung
mengkonduksikan komponen. Jika muatan yang terdapat pada kapasitansi sambungan Cj
dinyatakan dengan Q dan tegangan yang diberikan dinyatakan dengan V, maka :
ic= CjdVdt
Dengan demikian, laju perubahan tegangan (dV/dt) yang terjadi pada komponen
besar dapat mengakibatkan switching dari keadaan off menjadi on.
Temperatur
Jika temperatur naik, arus bocor pada sambungan yang dibias mundur akan naik.
Pada temperature yang tinggi, akan menyebabkan SCR konduksi.
Cahaya
Aksi turn-on karena pengaruh cahaya diperoleh karena radiasi komponen. Ini dapat
digunakan bergantian dengan penyulutan gate. Penyulutan semacam ini mungkin diaplikasikan
dimana rangkaian memerlukan tanggapan cahaya atau isolasi secara kelistrikan antara sinyal
penyulut dan beban.
Penyulutan Gate
Ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengkonduksi thyristor.
Penyulutan gate memerlukan penguatan penyulutan yang tinggi yang merupakan perbandingan
arus anoda dan arus gate , sehingga pengaturan hanya akan menggunakan daya yang rendah.
Jika arus gate yang diberikan pada komponen diperbesar, tegangan breakover SCR akan turun,
sehingga memungkinkan SCR konduksi pada tegangan rendah.
Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi agar SCR dapat konduksi, yakni :
3. Impedansi beban sepatutnya jangan terlalu tinggi sehingga saat SCR dikonduksikan, dapat
mencapai arus latchingnya.
Untuk menghasilkan pulsa tegangan untuk tiap thyristor pada saat yang tepat secara
periodic dengan urutan tertentu tergantung pada tipe rangkaian dayanya. Pulsa penyulut
dengan urutan yang dikehendaki dapat dibangkitkan dengan mempergunakan rangkaian –
rangkaian elektronika yang terdiri atas gerbang - gerbang logika, flip – flop, counter dan lain –
lain. Penggunaan komponen – komponen tersebut dalam bentuk rangkaian terintegrasi akan
sangat meyederhanakan rangkaian pengatur.
Pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian pengatur biasanya memiliki daya yang rendah,
sehingga mungkin tidak mampu menyulut thyristor jika diaplikasikan langsung. Oleh karena itu,
pulsa ini perlu dikopel ke terminal gate-katoda thyristor melalui rangkaian pengendali (driver
circuit). Rangkaian pengendali umumnya berupa penguat pulsa dan trafo pulsa. Rangkaian
penyulut terdiri atas suplai dc, pembangkit pulsa, penguat pulsa dan beberapa trafo pulsa yang
disesuaikan dengan rangkaian dayanya. Suplai daya dc berfungsi untuk memberikan sumber
daya pada rangkaian pembangkit pulsa serta penguat pulsa.
Rangkaian penyulut biasanya diisolasi dari rangkaian daya. Pulsa yang dibangkitkan,
setelah dikuatkan dilewtkan melalui trafo pulsa dan rangkaian clamping, sehingga diperlukan
tegangan sumber dc yang terpisah. Trafo pulsa berfungsi mengisolasi tegangan rendah dari
rangkaian penyulut dan tegangan tinggi dari rangkaian anoda. Rangkaian clamping pada
dasarnya terdiri atas diode yang dihubung seri dengan terminal gate.
3. Penyulut pulsa berantai. Penyulut ini banyak digunakan karena akan menjamin
arus anoda SCR dapat mencapai arus latchingnya sekalipun beban memiliki induktansi yang
tinggi, juga disipasi daya pada gate yang relatif rendah.
Pada rangkaian penyulut ini Resistor pembatas Rmin ditempatkan antara anoda dan
gate. Hal ini dilakuan agar dapat mencegah dilewatinya arus gate maksimum, sehingga ketika
tegangan suplai mencapai puncaknya (Vm), maka :
Rmin>VmIgfm
Dimana Vd adalah tegangan jatuh dioda D, Igt adalah arus gate untuk menyulut SCR
dan Vgt adalah tegangan gate untuk menyulut yang berkaitan dengan nilai Igt.
Rv yang diserikan dengan Rmin digunakan untuk mengatur arus gate untuk
mendapatkan sudut penyulutan yang diinginkan. Pada saat Rv = 0, arus yang mengalir adalah
arus gate maju puncak saat tegangan anodanya mencapai Vm, yaitu pada saat ωt=90o. Namun
SCR akan konduksi pada saat arus gate mencapai nilai Igt dan SCR akan konduksi. Selanjutnya
nilai Rv dapat ditentukan dengan persamaan :
Rv= Vm-Vd-VgtIgfm
Pada saat nilai Rv dicapai, arus gate adalah Igt yang terjadi pada saat t=90o. dengan
demikian, rangkaian penyulut ini dapat mengatur sudut penyulutan SCR dari 0<α<90o.
Dengan penyulut UJT, daya yang didisipasikan pada terminal gate-katoda menjadi
rendah, karena dihasilkan pulsa penyulut yang pendek. Pada penyulut ini, UJT dioperasikan
sebagai osilator relaksasi untuk memperoleh pulsa yang tajam penyulut ini juga memiliki
stabilitas frekuensi yang baik terhadap perubahan tegangan sumber dan temperatur.
UJT akan breakdown bila tegangan antara emitter-basis mencapai tegangan puncak
Vp, yang dinyatakan dengan Vp= ηVz+Vd, dimana ( adalah intrinsic standoff ratio dari UJT yang
besarnya antara 0,54 – 0,7. Kemudian C akan melepaskan muatan melalui emiter sehingga
pulsa yang terjadi akan menyulut SCR untuk konduksi melalui trafo pulsa.
Zener digunakan untuk mengklip tegangan yang telah diserahkan ke level standard
untuk mencegah penyulutan yang berlebihan. Karena Vz menuju nol pada tiap awal setengah
siklus, sinkronisasi pulsa penyulut dengan tegangan suplai dapat dicapai. Trafo pulsa dengan
dua belitan sekunder memberikan pulsa ke kedua SCR dari suatu converter terkontrol satu fasa
atau pengatur tegangan AC satu fasa. Karena pulsa muncul pada tiap siklus, maka hanya SCR
yang dibias maju saja yang akan konduksi. Pengaturan sudut penyulutan dapat dilakukan
dengan memvariasi nilai Rc.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Rangkaian Penyulutan thyristor akan bekerja apabila kaki atau terminal gate pada thyristor
diberi tegangan sebesar 0.7V karna pada dasarnya prinsip kerja dari thyristor itu sendiri sama
seperti saklar atauswitch apabila kaki dari gerbang gate tidak diberikan tegangan sebesar 0.7
maka thyristor tidak akan berfungsi atau off.
SARAN
Dalam rangkaian penyulut sebaiknya memperhatikan metode penyulutan dan
prinsipprinsip perencanaan rangkaian penyulut.
DAFTAR PUSTAKA
adesurya03.blogspot.com/2017/06/rangkaian-penyulutan-thyristor- dengan_28.html?
m=1
https://dokumen.tips/documents/rangkaian-penyulut.html