PROTOZOA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ZOOLOGI INVERTEBRATA

(ABKC )
“PROTOZOA”

Disusun Oleh: Kelompok I


Dessy Rahmadita F
Qathrin Nada (18101193200220)
Laily Najmah
Siti Rukhmanah
M. Rio Fadil
Hamidah
Elsa Novita Sari
Eka Wati

Dosen Pembimbing:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena
berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Protozoa” dengan tepat pada waktunya. Tak lupa pula sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kejalan
yang benar yakni agama islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun menyadari masih banyak sekali
terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu kami harap
para pembaca dapat memakluminya dan dapat memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “Protozoa”, akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Banjarmasin, 25 September 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak sekali organisme mikroskopis yang dalam hidupnya tidak pernah melalui stadium
multisel. Tubuh organisme semacam ini merupakan suatu massa protoplasma tunggal yang
berupa sel saja, hanya terbagi menjadi sitoplasma dan nucleus. Organisme-organisme ini disebut
organisme uniseluler, yaitu sel tunggal yang hidup sendiri dengan bebas. Organisme ini dapat
berupa tumbuhan maupun hewan, dengan tanda-tanda spesifik sebagai pembeda. Ada kalanya
organisme uniseluler tertentu sukar ditentukan penggolongannya, kadang dapat digolongkan ke
dalam tumbuhan, dan kadang digolongkan ke dalam hewan.

Saat ini terdapat kesamaan pendapat, bahwa istilah tumbuhan dan hewan sukar digunakan
bagi organisme uniseluler, karena adanya kesamaan-kesamaan di dalam semua organisme
tersebut. Timbullah gagasan untuk menyebut organisme uniseluler tersebut dengan Protista.

Protista terbagi menjadi 3 yaitu Protista mirip hewan (protozoa), Protista mirip tumbuhan
(algae) dan Protista mirip jamur.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sistem hidup pada organisme protozoa?


2. Bagaimanakah klasifikasi pada organism protozoa?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tentang kehidupan pada organisme protozoa serta
klasifikasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Protozoa

Kata protozoa berasal dari bahasa Yunani, yakni “proto” yang berarti pertama dan zoa
yang berarti hewan. Protozoa merupakan Protista yang mirip hewan. Kebanyakan protozoa tidak
berbahaya bagi manusia tetapi beberapa jenisnya bersifat pathogen.

Protozoa merupakan hewan bersel satu (uniseluler) yang ciri utamanya adalah
mempunyai nukleus (inti) dan plasma, berukuran 100-300 mikron, segala aktivitas hidupnya
(seperti bergerak, bernapas, menangkap makanan, dan bereproduksi) dilakukan oleh sel tersebut.
Cara hidup protozoa adalah heterotroph (saprofit atau parasit). Protozoa berkembang biak secara
seksual dengan cara membelah diri, dan secara aseksual dengan konjugasi.

Protozoa mempunyai bentuk yang bervariasi, seperti oval, bulat atau memanjang. Bentuk
sel (tubuhnya) dapat berubah-ubah tergantung padakondisi lingkungannya. Protozoa termasuk
organisme “kosmopolitan” artinya dapat ditemukan dimana-mana seperti diudara, ditanah, dilaut
dan lain-lain. Beberapa genus dari hewan ini dapat bertahan dilingkungan yang kurang
menguntungkan dengan membentuk dinding pelindung (kista).

Dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, protozoa bersifat saprofitik, saprozoik, holozoik,


dan holofitik.

1) Saprofitik, yaitu menyerap makanan dari hasil pembusukan zat organic yang ada di
sekelilingnya.
2) Saprozoik, yaitu mengambil makanan dari organisme mati yang telah mengalami
pembusukan.
3) Holozoik, yaitu dengan cara memakan mikroorganisme lain seperti bakteri, alga dan
jamur.
4) Holofitik, yaitu dengan cara membentuk makanan sendiri atau mampu berfotosintesis.

2.2. Ciri-Ciri Protozoa

Menurut Brum et al (1994: 813), lebih dari 40.000 spasies protozoa hidup diberbagai
tempat, diperairan, tanah yang lembab atau di dalam organisme lain (parasit). Protozoa
merupakan organisme uniselular. Protozoa mendapatkan makanan dengan cara mengabsorpsi
molekul organic, yang terjadi secara intrasel. Prptozoa mampu bergerak bebas. Pernapasan
protozoa berlangsung secara difusi

Protozoa melakukan perkembang biakan secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan


secara aseksual dilakukan dengan cara pembentukan tunas dan pembelahan biner. Adapun cara
perkembangbiakan seksual dilakukan dengan cara konjugasi. Alat gerak protozoa terdiri atas
bulu cabuk (flagela), kaki semu (pseudopodia), dan bulu getar (sillia).

Ciri-ciri umum protozoa :

• Organisme uniseluler (bersel tunggal)

• Eukariotik (memiliki membran nukleus)

• Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

• Sifat hidupnya kosmopolit artinya dapat hidup di tempat atau habitat apapun.

• Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)

• Hidup bebas, saprofit atau parasit

• Protozoa merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan penting
sebagai indikator polusi

• Sejumlah protozoa dapat menimbulkan penyakit.

• Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup

• Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela

2.3 Habitat Protozoa


Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebratayang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua
protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut
merupakan bagian dari zooplankton.
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada
di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang
hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa
berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain
membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan
hewan lainnya.[2]. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air
protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang
tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah
berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar (cangkok) dari zat kersik dan kapur.
Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista
dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badangolgi, mikrokondria,
plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu
makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat
mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu
ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah
mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel,
terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan
bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.

2.4 Klasifikasi Protozoa

Berdasarkan cara makannya, protozoa diklasifikasikan menjadi enam filum yaitu


Rhizopoda, Actinopoda, Foraminera, Apicomplexa, Zoomastigophora, dan Cilliophora.

A. Kelas Rhizopoda
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanan dengan kaki semu (pseudopodia).
Tubuh rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah. Hewan dari filum
ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Rhizopoda ada yang bersifat
parasite pada manusia dan hewan.
Salah satu hewan yang tergolong kedalam filum rhizopoda adalah amoeba. Amoeba
memiliki bentuk tubuh yang tidak tetap, struktur tubuh amoeba tersusun atas plasmalena
dan sitoplasma.
1) Plasmalena, merupakan membran sel tipis dan bersifat elastis yang didalamnya
terdapat sitoplasma.
2) Sitoplasma, adalah protoplasma yang terdapat diantara nucleus dan plasmalena.
Sitoplasma dibedakan menjadi 2 yaitu Ektoplasma (sitoplasma yang berada
disebelah luar) dan Endoplasma (sitoplasma yang terdapat di bagian dalam dan
mengandung granula).
Dalam sel amoeba terdapat organel-organel seperti nucleus yang berfungsi untuk
mengatur berbagai proses penting yang terjadi didalam sel. Vakuola makanan yang
berfungsi untuk menerima dan mengolah makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi
mengeluarkan sisa-sisa zat sampah, mengedarkan zat makanan dan osmoregulasi
(memelihara tekanan osmosis dalam sel).
Amoeba menangkap makanan dengan membentuk pseudopodia yang mengelilingi
makanan. Pseudopodia mengelilingi makanan, yang selanjutnya makanan dimasukkan
kedalam sel dan terbentuklah vakuola makanan, cara seperti ini disebut fagositosis.
Amoeba bergerak dengan cara pseudopodia. Pseudopodia adalah juluran sel yang
menyerupai jari. Gerakan yang dilakukan amoeba dinamakan gerakan amoeboid.
Amoeba memiliki sifat yang sangat sensitive terhadap perubahan cahaya maupun
terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya.
Adapun contoh lain dari filum rhizopoda adalah diflugia dan entamoeba gingivalis.
Diflugia merupakan salah satu rhizopoda yang hidup bebas di air tawar, kerangka
tubuhnya dapat mengeluarkan selaput lendir sehingga benda-benda lain dapat melekat.
Entamoeba gingivalis yang merupakan hidup didalam gusi rongga mulut. Didalam
rongga mulu entamoeba gingivalis membusukkan sisa-sisa makanan yang menempel
pada celah-celah gigi dan efek dari pembusukan ini dapat merusak gigi.
B. Kelas Actinopoda
Acinopoda berarti kaki sinar. Kaki sinar yang dimaksud sebenarnya adalah bentuk
pseudopodia runcing yang dimiliki acinopoda yang disebut dengan aksopodia. Aksopodia
berfungsi dalam pengambilan makanan dan pergerakan.
Actinopoda terdiri atas helizoa dan radiozoa. Helizoa umumnya hidup diair tawar
sedangkan radiozoa hidup di air laut.
C. Kelas Foraminifera
Foraminifera hidup di air laut dengan perlindungan tubuh yang mengandung
kalsium karbonat (CaCO3). Jika foraminera mati, cangkangnya akan membentuk tanah
globigerina yang berfungsi sebagai petunjuk adanya sumber minyak, foraminifera
mendapat makanan dari hasil fotosintesis alga yang bersimbiosis dibawah cangkangnya.
D. Kelas Apicomplexa (sporozoa)
Filum apicomplexa merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak, filum ini
hanya memiliki inti dengan bentuk bulat dan oval. Pergerakan pada apicomplexa
dilakukan oleh kontraksi seluruh sel. Makanan secara langsung diserap oleh inangnya.
Respirasi dan eksresi dilakukan dengan cara difusi. Apicomplexa tidak ada yang hidup
bebas, semua hidup sebagai parasite pada hewan dan manusia.
Reproduksi apicomplexa berlangsung secara seksual dan aseksual adapun
reproduksi seksual terjadi dengan pertemuaan mikrogamet dan makrogamet yang terjadi
dalam tubuh (sporogami) sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan pembelahan
ganda (schyzogami)
Salah satu organisme yang tergolong filum ini adalah plasmodium yang dapat
menimbulkan penyakit malaria
E. Kelas Zoomastigophora (zooflagellata)
Filum zoomastigophora (zooflagellata) adalah protozoa yang memiliki alat gerak
berupa bulu cabuk (flagela). Flagel berfungsi juga sebagai alat penerima rangsang dan
penangkap makanan.
Zooflagellata hidup bebas di air tawar, air laut, dan di tanah yang basah atau
parasite pada hewan dan tumbuhan. Zooflagellata banyak hidup yang soliter, terikat pada
suatu substrat (sesil) da nada juga yang membentuk koloni. Zooflagellata yang hidup
terapung diair biasanya dimanfaatkan sebagai makanan hewan air. Beberapa zooflagellata
bersifat holozoic da nada pula yang memperoleh makanannya dari tubuh inangnya.
Spesies yang termasuk zoomastigophora adalah Trypanosoma yang hidup pada plasma
darah yang mana pada genus ini biasanya menyebabkan penyakit surra pada ternak.
Hewan yang menjadi vektor penyakit ini adalah lalat taanus (Tabanidae).
F. Kelas Cilliophora
Karakteristik dari filum cilliophora terlihat dari silia mereka yang digunakan
untuk mencari dan mengumpulkan serta untuk bergerak. Kebanyakan anggota dari filum
ini hidup soliter atau hidup sendiri di perairan tawar, selain itu filum ini hidup bebas dan
jarang menjadi parasite terhadap organisme lain. Bentuk tubuh dari filum ini tetap karena
mengandung pelikel yang tersusun atas protein. Pelikel merupakan suatu selaput keras
yang menyebabkan bentuk tubuh tetap.
Contoh spesies dari filum cilliophora adalah paramaecium caudatum. Protozoa
tersebut dapat kita temukan diperairan disekitar kita seperti kolam maupun ditengah
sawah, tubuh paramaecium memiliki bentuk mirip sandal jepit. Paramaecium memiliki
inti yang erukuran besar (makronukleus) dan berukuran kecil (mikronukleus).
Makronukleus bertanggung jawab terhadap berlangsungnya metabolisme sel sedangkan
mikronukleus berfungsi untuk mengontrol perkembangbiakan sel, selain itu paramaecium
juga memiliki dua jenis vakuola yakni vakuola makanan dan vakuola kontraktil.
Paramaecium berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Perkembang
biakan secara aseksual dilakukan dengan cara membelah diri sedangkan
perkembangbiakan secara seksual dilakukan melalui proses konjugasi.

2.5 Morfologi Protozoa


Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai
pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis.
Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada
dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa
pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan
hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah
menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung
selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae.
Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai
denganfleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa
seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca.
Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk
kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton.
Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka
luarForaminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara
khas menggunakan pseudopodia (kaki semu), flagela atau silia, namun ada yang tidak
dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan
inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.

2.6 Fisiologi protozoa


Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa
dapat hidup pada lingkung anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau
hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim
untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer
elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan
dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis
maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak
dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan
masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam
membrane yang berikatan dengan vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke
bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma.
Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang
bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh
bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel
oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk
mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan
makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak
tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa
bakteri.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut
sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah
makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan
dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom. Pada umumnya Protozoa
membutuhkan suhu optimum untuk tumbuh antara 16-25°C, dengan suhu maksimumnya
antara 36-40°C. Adapun pH (derajat keasaman optimum) untuk proses metabolismenya
adalah antara pH 6-8.

2.7 Adaptasi Protozoa


Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri,
dan microfungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di
decomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam
mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui
membran sel mereka, beberapa, misalnya amoebas, mengelilingi dan menelan makanan
itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu
makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen
disebut vakuola.
Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa merupakan sumber
makanan penting bagi microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis protozoa
dalam transfer bakteri dan ganggang produksi ke tingkat trophic berurutan adalah
penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium spp.), Dan Leishmania
trypanosomes juga penting sebagai parasit dan symbionts dari hewan multisel.
Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap proliferatif
(misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista, protozoa dapat bertahan hidup
kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya,
atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu
tertentu. Menjadi spesies parasit kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan
rumah, dan memungkinkan mereka transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa
adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho = untuk memberi makan), mereka
secara aktif memberi makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil bentuk
kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite
disebutexcystation.
Protozoa dapat mereproduksi dengan pembelahan biner atau beberapa fisi.
Beberapa protozoa bereproduksi secara seksual, beberapa aseksual, sementara beberapa
menggunakan kombinasi, (mis. Coccidia). Seorang individu protozoon adalah
hermaphroditic. Nama lain untuk protozoa adalah Acrita (R. Owen, 1861). Mereka dapat
menyebabkan malaria atau disentri amoeba.

2.8 Cara Reproduksi Protozoa


Untuk mempertahankan jenisnya, Protozoa berkembang biak dengan cara
aseksual/vegetatif dan seksual/generatif. Reproduksi secara aseksual, yaitu dengan cara
membelah diri atau pembagian selnya sama. Pembelahan ini dapat terjadi, baik secara
membujur atau melintang pada sepanjang selnya sehingga menghasilkan anak-anak sel
yang dapat berukuran sama atau tidak sama. Jika pada proses pembelahan diri
(pembagiannya) menghasilkan dua anak sel, maka disebut pembelahan biner, namun
apabila terbentuk banyak anak sel dinamakan pembelahan bahu rangkap (multipel
fission).
Beberapa kelompok Protozoa bereproduksi secara seksual, yaitu dengan cara
penggabungan atau penyatuan fisik sementara antara dua individu kemudian terjadi
pertukaran nukleus. Dengan demikian, akan terjadi perpaduan sifat yang dibawa oleh
kedua individu tersebut dan menghasilkan satu individu baru. Cara pembiakan ini disebut
dengan konjugasi. Berikut adalah gambar dari proses konjugasi.

2.9 Peranan Protozoa dalam Kehidupan Manusia


a. Peran yang Menguntungkan
Protozoa yang hidup di air tawar dan air laut merupakan zooplankton yang menjadi
salah satu sumber makanan bagi hewan air termasuk udang, ikan, kepiting yang
secara ekonomis bermanfaat bagi manusia. Peran protozoa lainnya adalah dalam
mengontrol jumlah bakteri di alam karena protozoa merupakan pemangsa bakteri.
Foraminifera, kerangkanya yang telah kosong mengendap di dasar laut membentuk
tanah globigerina, yang berguna sebagai petunjuk adanya minyak bumi. Radiolaria,
kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah radiolaria yang dapat
digunakan sebagai bahan penggosok.
b. Peran yang Merugikan
Protozoa dapat ditemukan di mana-mana karena termasuk organisme kosmopolit.
Oleh karena itu, beberapa jenis protozoa dapat mengancam kesehatan manusia karena
dapat menyebabkan penyakit.
Protozoa yang merugikan manusia sebagai penyebab penyakit antara lain:
• Toxoplasma gondii, penyebab toksoplasmosis;
• Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria;
• Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodosiense,
penyebab penyakit tidur;
• Leishmania sp, penyebab penyakit kalaazar;
• Trichomonas vaginalis, penyebab penyakit pada alat kelamin
wanita;
• Entamoeba histolytica, penyebab penyakit disentri.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Protozoa bisa diartikan sebagai hewan pencetus atau hewan pertama . Protozoa merupakan
kelompok lain protista eukaryotic. Protozoa memiliki ukuran tubuh yang mikroskopik yaitu
berukuran antara 3-1000mikron. Tubuhnya Uniseluler. Tubuhnya ada yang berbentuk bola,
memanjang, lonjong, berflagel, dan bersilia

Protozoa hidup di air atau di tempat yang basah. Beberapa spesies bersifat parasit. Hidupnya
secara soliter ada juga yang berkoloni dan kosmopolit. Mempunyai alat gerak berupa
pseudopodia, silia , atau flagella dan memiliki vakuola kontraktil sebagai system
reapirasinya. Bereproduksi secara seksual dan aseksual.

Klasifikasi protozoa antara lain : Rizhopoda , Flagellata, cilliata , Sporozoa. Protozoa juga
berperan penting dalam kehidupan, salah satunya sebagai penyeimbang ekosistem. Beberapa
protozoa juga merugikan karena menyebabkan penyakit.

3.2. Saran

Dalam pembelajaran matakuliah Avertebrata Air diharapkan mahasiswa dapat mengenal


lebih jauh tentang organisme protozoa, habitatnya, cara bereproduksinya serta
klasifikasinya. Sewajibnya kita memahami apa itu protozoa dalam mata kuliah Avertebrata
air.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, M. 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA).
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai