Anda di halaman 1dari 6

2.

2 BAHAN YANG DIGUNAKAN


2.2.1. Daun salam

Tanaman salam secara ilmiah mempunyai nama Latin Eugenia polyantha Wight dan
memiliki nama ilmiah lain, yaitu Syzygium polyantha Wight. dan Eugenia lucidula Miq. Tanaman
ini termasuk suku Myrtaceae. Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat
tradisonal dan penyedap masakan.

Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf, mengandung sedikit minyak atsiri 0,2%,
mengandung utama senyawa utamametil khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini bertujuan
pemanfaatan tanaman salam (Eugenia polyanthaWight)untuk kesehatan dan makanan. Daun
salam mengandung zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat antibakteri. Zat
tanin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent). Manfaat daun secara tradisional, daun
salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat digunakan untuk
menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk
mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung,
gatal-gatal, dan kencing manis. (Kloppenburg-Versteegh, 1983).

Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral, eugenol), flavonoid
(katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang dikenal juga sebagai
estragole atau p-allylanisole. Senyawa Katekin (a), Rutin (b), Asam Galat (c)Senyawa tersebut
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tanin dan flavonoidmerupakan bahan aktif yang
mempunyai efek anti inflamasi dan antimikroba (Adjirni, 1999; Katzer, 2001; Sumono dan
Wulan, 2009; Lelono, dkk, 2013).

2.2.2. Daun Beluntas


Beluntas (P. indica) merupakan tanaman yang termasuk dalam herba famili Asteraceae yang
tumbuh secara liar di daerah kering di tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai
tanaman pagar. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui tanaman beluntas memiliki
aktivitas farmakologi seperti anti-oksidan, anti-inflamasi dan analgesik. tanaman beluntas
(Pluchea indica L.) yang merupakan salah satu tanaman dari suku Asteraceae yang
mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
minyak atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, magnesium, dan fosfor sedangkan akarnya
mengandung flavonoid dan tanin (Agoes, 2010).
Kandungan Tanaman
a. Flavonoid
Yuliani et al., (2015) meneliti total flavonoid dari P. indica tidak berbeda secara signifikan
pada sampel daun yang diambil dari tiga lokasi dengan ketinggian yang berbeda (1,75 F
hitung <F tabel 2,508). Total flavonoid P. indica terbagi di dataran rendah 3,1 ± 0,019 mg
/ mL, menengah-dataran tinggi 3,0 ± 0,012 mg / mL, dan dataran tinggi 3,2 ± 0,015
mg/mL.
b. Alkaloid
Pada penelitian Febrianta et al., (2015) dilakukan penelitian terhadap tanaman P.
indica memiliki senyawa aktif seperti alkaloid (0,316%) (Gambar 2), tanin (2,351%) dan
flavonoid (4,18%). Pada penelitian Arya dan Phatni (2017) dilakukan pengujian senyawa
aktif alkaloid dengan mengunakan metode Tes Dragendroff Untuk 5 ml ekstrak
beberapa tetes pereaksi Dragendroff ditambahkan untuk
pembentukan presipitat berwarna oranye. Dan didapatkan hasil positif yaitu terdapat
peruabahan warna menjadi oranye.
c. Fenol
Berdasarkan hasil screening fitokimia ekstrak daun beluntas didapatkan hasil senyawa
yang dominan ialah fenol sebesar 2,02, alkaloid sebesar 3,18, flavonoid sebesar 1,09
dan saponin sebesar 3,06 serta minyak atsiri sebesar 0,38 (Roqib dan Kristanti, 2015).

2.2.3. Daun Pepaya

Carica papayaL. adalah pohon bulat dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas
bercabang atau tidak, sebelah dalam mengandung sponsor dan berongga, sebelah
luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai daun bulat berongga,
panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap,
berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75 cm hijau tua, sebelah bawah hijau
agak muda daun licin dan suram, pada setiap tiga lingkaran batang Setiap 8 daun.
Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi sebagian besar bunga
berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. (Steenis, 1992) .
(Carica papaya L.) mengandung alkaloid karpainin, karpain, pseudokarpain, vitamin C
dan E, kolin, dan karposid. Daun pepaya mengandung suatu glukosinolat yang disebut benzil
isotiosianat. Daun pepaya juga mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium,
tembaga, zat besi, zink, dan mangan. Selain itu, daun pepaya mengandung senyawa alkaloid
karpain, karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid, dan tannin (Milind dan Gurdita,
2011). Penentuan kandungan kimia pada daun papaya dilakukan melalui analisis fitokimia
secara kualitatif. Analisis fitokimia secara kualitatif ini merupakan suatu metode analisis awal
untuk meneliti kandungan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada daun papaya supaya
hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi dalam mencari senyawa dengan efek
farmakologi.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa kimia daun pepaya
melalui analisis fitokimia secara kualitatif.(Duke, 1983) .

2.2.4 daun mengkudu


Mengkudu (Morinda citrifolia L) atau yang disebut pace maupun noni
merupakan tumbuhan asli Indonesia yang sudah dikenal lama oleh penduduk di
Indonesia (Gambar 1). Pemanfaatannya lebih banyak diperkenalkan oleh masyarakat
jawa yang selalu memanfaatkan tanaman atau tumbuhan herbal untuk mengobati
beberapa penyakit (Djauhariya 2003). Mengkudu telah diketahui dapat mengobati
berbagai macam penyakit, seperti tekanan darah tinggi, kejang, obat menstruasi,
artistis, kurang nafsu makan, artheroskleorosis, gangguan saluran darah, dan untuk
meredakan rasa sakit (Djauhariya 2003).

Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolia L)

a. Senyawa Terpenoid

Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang juga terdapat pada
lemak atau minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi
tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan
pemulihan sel-sel tubuh (Solomon 1999).

b. Zat Anti-bakteri

Zat anti-bakteri dalam buah mengkudu dapat mengontrol dua golongan bakteri yang
mematikan (patogen), yaitu Salmonella dan Shigella. Penemuan zatzat anti bakteri
dalam sari buah mengkudu mendukung kegunaannya untuk merawat penyakit infeksi
kulit, pilek, demam dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri
(Winarti 2005).

c. Beberapa Jenis Asam

Asam askorbat yang ada di dalam buah mengkudu adalah sumber vitamin C yang luar
biasa. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang hebat. Antioksidan
bermanfaat untuk menetralisir radikal bebas (partikel-partikel berbahaya yang
terbentuk sebagai hasil sampingan proses metabolisme yang dapat merusak materi
genetik dan merusak sistem kekebalan tubuh). Asam kaproat, asam kaprilat dan asam
kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang
menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah mengkudu (Winarti 2005).
d. Scopoletin

Zat-zat scopoletin ini mempunyai khasiat pengobatan dan para ahli percaya bahwa
scopoletin adalah salah satu di antara zat-zat yang terdapat dalam buah mengkudu
yang dapat mengikat serotonin, salah satu zat kimiawi penting di dalam tubuh manusia
(Waha 2000). Scopoletin berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang
mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah.

e. Xeronine dan Proxeronine

Salah satu alkaloid penting yang terdapat dalam buah mengkudu adalah xeronine.
Xeronine dihasilkan juga oleh tubuh manusia dalam jumlah terbatas yang berfungsi
untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel (Solomon
1999). Proxeronine adalah sejenis asam koloid yang tidak mengandung gula, asam
amino atau asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya dengan bobot molekul relatif
besar, lebih dari 16.000. Apabila mengkonsumsi proxeronine maka kadar xeronine di
dalam tubuh akan meningkat. Di dalam tubuh manusia (usus) enzim proxeronase dan
zat-zat lain akan mengubah proxeronine menjadi xeronine. Fungsi utama xeronine
adalah mengatur bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-protein spesifik yang
terdapat di dalam sel.

DAFTAR PUSTAKA

 Fitri, A. 2007. Pengaruh penambahan daun salam (Eugenia polyantha Wight)terhadap


kualitas mikrobiologis, kualitas organoleptis dan daya simpan telur asin pada suhu
kamar. skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
core.ac.uk/download/pdf/12347922.pdf. Diakses 24 Nov 2015.
 Foragri. 2012. Budidaya Tanaman Salam, http://www.agropustaka.com /2012/04/
budidayatanaman-salam.html. Diakses 16 Desember 2015.
 1. Agoes A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Airlangga; Jakarta.
 2. Khodaria P. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less)
Terhadap Pertumbuhan Aeromonas hydrophila. Universitas Muhammadiyah Purwokerto
; Purwokerto
 Duke, JA., 1983. Handbook of Energy Crops (Unpublished)
www.hord.purdue.edu/newcrop/duke Steenis, 1992,

3.3.8 UJI STEROID dan TERPENOID

Uji steroid dan triterpenoid menggunakan metode Liebermann-Bouchard, ekstrak


dilarutkan dalam kloroform kemudian ditambah pereaksi Liebermann-Bouchard (asam asetat
anhidrat-H2SO4) menunjukkan hasil positif dengan adanya perubahan warna menjadi merah
kecoklatan untuk steroid dan coklat-ungu untuk triterpenoid. Reaksi triterpenoid dengan
pereaksi Liebermann menghasilkan warna merah-ungu sedangkan steroid memberikan warna
hijau-biru. Hal ini didasari oleh kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk
warna oleh H2SO4 dalam pelarut asam asetat anhidrid. Perbedaan warna yang dihasilkan oleh
triterpenoid dan streoid disebabkan perbedaan gugus pada atom C-4 (Marliana & Saleh, 2011).

Reaksi yang terjadi pada uji steroid dan terpenoid :

Dalam praktikum ini pada uji steroid dan terpenoid dengan cara sampel diambil sebanak 3
tetes kemudian tambahkan aquades 3 tetes lalu dikocok, setelah dikocok tambahkan 5 tetes
asam asetat glasial dan 3 tetes H2SO4 pekat. Dengan hasil sebagai berikut :

1. Beluntas Alkohol : warna Hijau tua (+) steroid


Beluntas kloroform : warna hijau muda (+) steroid
2. Salam alkohol : warna coklat (+) terpenoid
Salam kloroform : warna hujau tua (+) streroid
3. Mengkudu alkohol : warna hijau kekuningan (+) steroid
Mengkudu kloroform : warna hijau tua (+) steroid
4. Pepaya alkohol : warna hijau kekuningan (+) steroid
Pepaya kloroform : warna hijau tua (+) steroid

3.3.9 UJI GULA REDUKSI


Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksisenyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai
kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugusaldehid atau keton bebas.
Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktoradalah logam-logam oksidator
seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gulareduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa,
laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkanyang termasuk dalam gula non reduksi adalah
sukrosa.

Reaksi yang terjadi pada uji Gula Reduksi :

Dalam uji gula reduksi pada praktikum ini dilakukan dengan cara sampel diambil sebanyak 3
tetes masukkan tabung reaksi kemuadian tambahkan aquades 3 tetes lalu dikocok, setelah
dikocok tambahkan 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B kemudian panaskan selama 5 menit.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Beluntas Alkohol : warna hijau tosca


Beluntas kloroform : endapan merah bata
2. Salam alkohol : endapan merah bata
Salam kloroform : endapan merah bata
3. Mengkudu alkohol : endapan merah bata
Mengkudu kloroform : endapan merah bata
4. Pepaya alkohol : endapan coklat
Pepaya kloroform : endapan merah bata

Anda mungkin juga menyukai