Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kesehtatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan
dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap
setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan
sampai pada kematian (saifudin,2003).
Persoalan kesehatan reproduksi bukan hanya mecakup persoalan
kesehatan reproduksi wanita secara sempit dengan mengkaitkan seputar wanita
usia subur yang sudah menika,namun mencakup pada setiap tahap dalam
lingkungan hidup mulai sejak masa kanak-kanak,remaja ,dewasa reproduktif baik
menikah maupun tidak hingga pada wanita menepouse.aAgar dapat melaksanakan
fungsi reproduksi secara sehat setiap wanita hendaknya terbebas dari kelainan
atau penyakit,baik langsung maupun tidak langsung mengenai organ
reproduksi.Salah satu kondisi diatas adalah adanya kanker pada organ reproduksi
(Harahap,2008).
Kanker serviks terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada
leher Rahim yang tidak lazim (abnormal).Tetapi sebelu sel-sel tersebut menjadi
sel-sel kanker,terjadi beberapa perubahan yang dialamioleh sel-sel
tersebut.Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-
tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker (Ramli,dkk 2002).
Di seluruh duni,kanker srviks adalah kanker yang paling sering menyerang
perempuansetelah kanker payudara dan paling sering menyebabkan kematian
pada wanita.Setiap tahunnya sebanyak 490 ribu perempuan duni dan 80%
perempuan di negara berkembang terdiagnosa menderita kaker serviks,sekitar 240
ribu di antaranya meninggal dunia.Bahkan setiap satu menitnya ditemukan satu
kasus baru dan dan setiap dua menitnya merupakan satu kematian.Peningkatan
angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun (Nofa,2003).
Di Indonesia penyakit kanker serviks saat ini menempati urutan pertama
daftar kanker dan saat ini ada sekitar 100 kasus per 100.000 penduduk atau 200
ribu kasus setiap tahunnya.Sebanyak 41 kasus baru dan 20 kematian akibat
kanker serviks ditemukan setiap tahunnya yang diakibatkan karena lebih dari 70%
kasus yang datang ke rumah sakit,ditemukan dalam stadium lanjut.Insiden kanker
serviks meningkat sejak usi 25-34 tahun dan menunjukkan punxcaknya pada
kelompok umur 45-54 tahun untuk seluruh Indonesia (Yatim F,2005)
2. Rumusan masalah
a. Apa definisi kanker serviiks?
b. Apa etiologi kanker serviks?
c. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?
d. Bagaimana tanda dan gejala kanker serviks?
e. Bagaimana pencegahan pada kanker serviks?
f. Bagaimana factor resiko kanker serviks?
g. Bagaimana cara mendeteksi dini pada kanker serviks ?
h. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kanker serviks?
i. Bagaimana penatalaksanaan pada kanker serviks?
j. Apa saja manifestasi klinis dari kanker serviks?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada kanker serviks?

3. Manfaat penulisan
a. Mendapatkan pengetahuan tentang kanker serviks
b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kalien
kanker serviks
c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi kanker serviks


Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher Rahim adalah tumor
ganas yang tumbuh didalam leher Rahim atau serviks yang merupakan bagian terendah
dari Rahim yang menempel pada puncak vagina.Pada penderita kanker serviks terdapat
sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus-menerus yang tidak terbatas,tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
berfungsi dengan baik (sarwono,2006).
Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher Rahim atau serviks.
(regina vt novita,s.kep,20011).
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut Rahim/serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah dysplasia atau mengarah
keganasan.Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status
sexually active.Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah mengalami
melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.biasanya kanker ini menyerang
wanita yang telah berumur,terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55
tahun.akan tetapi,tidak mustahil wanita yang muda pun dapat menderita penyakit
ini,asalkan memiliki factor resikonya.
Kanker serviks adalah kondisi yang jarang terjadi disbanding sebelumnya akibat
deteksi dengan pap smear,kondisi ini terjadi paling sering usia 30-44 tahun,tetapi dapat
terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun,pada wanita dibawah usia 25 tahun dengan riwayat
pasangan seksual lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini angka kejadian ini
lebih prevalen.kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik,yang menyerang leher Rahim awalnya terjadi pada leher Rahim ,apabila telah
memasuki tahap lanjut kanker ini dapat menyebar ke organ lain di seluruh badan si
penderita.
Dari semua pengertian diatas maka disimpulkan bahwa kanker serviks adalah
pertumbuhan sel-sel mulut Rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami
perubahan kearah dysplasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya menyerang
wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.Tidak pernah ditemukan
wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.

B. Etiologi kanker serviks


Inveksi HPV risiko tinggi merupakan factor etiologi kanker serviks.Pendapat
ini,ditunjang oleh berbagai penelitian.Penelitian yang dilakukan oleh international
Agency for Research on Cancer (IARC)terhadap 1000 sampeldari 22 negara
mendapatkan adanya infeksi HPV pada sejumlah 99,7% kanker serviks.Penelitian kasus
control dengan 2500 kasus karsinoma serviks dan 2500 perempuan yang tidak menderita
kanker serviks sebagai control,deteksi infeksi HPV pada penelitian tersebut dengan
pemeriksaan PCR(Munoz N,Castellsague X,de Gonzalez AB,Gissmann L,HPV in the
etiology of human cancer,vaccine,2006).
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui,namun ada beberapa factor
penyebab resiko dan predisposisi yang menonjol,antara lain :
a) Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat serviks.Kawin pada usia 20
tahun dianggap makin terlalu muda .
b) Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
c) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai factor resiko yang besar terhadap kanker serviks.
d) Infeksi virus
Infeksi HPV (human papilloma virus) beresiko tinggi menyebabkan
kanker leher Rahim yang dilakukan melalui hubungan seksual.Perempuan
biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun,sampai 30,walaupun
kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya.Infeksi virus
HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16,18,45,56 dimana
HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus.Infeksi HPV tipe
ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher Rahim menjadi lesi intra-
epitel derajat tinggi (hight-grade intraepithelial lesion/LISDT) yang
merupakan lesi (yatim,faisal,2010).

C. Patofisiologi kanker serviks


Serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks(portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ).Pada
wanita SCJ ini berada diluar OUE,sedang pada wanita berumur > 35 tahun,SCJ berada
didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi
tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum,tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik.Tumor dapat tumbuh sebagai
berikut :
a. Eksofitik,mulai dari SCJ kea rah lumen vagina sebagai masa
proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b. Endofitik,mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan inflitrasi menjadi ulkus.
c. Ulseratif,mulai SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fomises vagina untuk menjadi ulkus
yang luas.
Pada masa kehidupan wanita menjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar.Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh Ph vagina yang rendah.Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik
terdapat 2 SSK,yaitu SSK (sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (rahmawan,2009).
Daerah di antara SSK ini disebut daerah transformasi.Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetic pada saat fase aktif
metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas.Perubahan ini biasanya
terjadi di darah transformasi.Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan
secara hubungan seksual dan diduga bahwan HPV memegang peranan penting.Sel yang
mengalami mutase tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut dysplasia.Perbedaan derajat dysplasia didasarkan atas tebal
epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainna sel.Sedangkan karsinoma
in-situ adalah gangguan maturase epitel skuamos yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh (rahmawan,2009)
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel neoplastic terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut dysplasia.Displasia merupakan neoplasma serviks
intraephitelia (CNI).CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat 1 ringan,tingkat 2
sedang,tingkat 3 berat.Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servikspendarahan
merupakan satu -satunya gejala yang nyata,tatapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap
lanjut.Sedangkan tahap awal tidak (pince,Sylvia a,2010).
D. Tanda dan gejala kanker serviks
Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang
keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.Dalam hal demikian,pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.Perdarahan yang
dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontrak) merupakan
gejala karsinoma kanker serviks (75-80%) (wiknjosastro,2005).
Pada tahap awal,terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.Biasanya
timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,amenorrhea,hipermenorhea,dan
penyaluran secret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual,post koitus serta
latihan berat.Perdarahan yang khas terjadi pada penyakitbini yaitu daerah yang keluar
berbentuk mucoid.Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari
daerah lumbal.Pada tahap lanjut,gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi,secret dari vagina berwarna kuning,berbau dan terjadi iritasi vagina serta
mukosa vulva.Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,hematuria dan gagal
ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.Perdarahan rektrum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut (rasjidi.I,2007).Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gejala awal kanker serviks tidak
tampak,perlahan-lahan sejalan dengan aktivitas hiperplasi sel maka tanda dan gejala akan
meningkat dan pada akhirnya wanita akan mengetahui kondisi ini pada stadium lanjut
dengan leukorea patologis yang keluar secara berlebihan dan berbau busuk serta kontak
berdarah setelah berhubungan seksual.

E. Pencegahan pada kanker serviks


Upaya pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan diri dari factor
risiko seperti :
a. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan
penyakit infeksi menular seksual.
b. Menghindari merokok,kandungan nikotin dalam rokok pun dapat
mengakibatkan kanker serviks.
c. Menghindari mencuci vagina dengan anti septik tidak dilakukan secara
rutin,kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan pencucian
dengan antiseptic.obat tersebut dapat membunuh kuman,termasuk kuman
bacilius doderlain di vagina yang mempertahankan ph vagina.
d. Jangan pernah menaburi talk pada vagian yang terasa gatel atau
kemerahan,dikhawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap masuk
kedalam vagina dan lama kelamaan berkumpul kemudian mengendap
menjadi benda asing yang bisa berubah menjadi sel kanker.
e. Diet rendah lemak.Diketahui bahwa timbulnya kanker berkaitan erat
dengan pola makan,lemak memproduksi hormone estrogen ,dan
endometrium yang sering bersinggungan dengan hormone estrogen mudah
berubah menjadi kanker.
f. Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama betakaroten,vitamin C,dan
asam folat.ketiga zat ini dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa
kanker serviks .oleh karena itu,rajinlah mengkonsumsi wortel,buah-
buahan yang mengandung vitamin c dan makanan hasil laut.
g. Hubungan seks terlalu dini,idealnya hubungan seks dilakukan setelah
perempuan benar-benar matang.ukuran pematangan bukan hanya dilihat
dari datangnya menstruasi,tetapi juga bergantung pada pematangan sel-sel
mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh.
h. Menghindari berganti-ganti pasangan karena berisiko kemungkinan
tertularnya penyakit kelamin makin besar.
i. Penggunaan estrogen,risiko karena kanker serviks juga dialami oleh
perempuan yang terlambat menopause.sebab rangsangan terhadap
endometrium lebih lama,sehingga endometrium sering terkena estrogen
dan kemungkinan munculnya kanker Rahim.
j. Social ekonomi,masalah kanker serviks banyak dijumpai pada golongan
social ekonomi rendah,hal ini karen afaktor social ekonomi ada kaitannya
dengan gizi dan imun tubuh (yatim.f,2005).
F. Factor risiko
a. Factor genetic
Onkogen,mutasi P53 dan Rb,radiasi,mutasi gen supresor tumor
b. Factor lingkungan
Sanitasi lingkungan yang jelek,paparan radiasi,populasi dan keracunan zat kimia.
c. Perilaku seksual
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang.Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau
belum.Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat
dielaput kulit bagian dalam rongga tubuh.Umumnya sel-sel mukosa baru matang
setelah wanita tersebut berusia 20 tahun keatas.Jadi,wanitayang menjalin
hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16
tahun.Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita.
d. Social ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan social ekonomi
rendah.Mungkin factor social ekonomi erat kaitannya dengan gizi,imunitas dan
kebersihan perseorangan.
e. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawatt sehingga banyak kumpulan-kumpulan mikroorganisme.
f. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat
mencegah kanker misalnya
avokad,brokoli,kol,wortel,jeruk,anggur,bawang,bayam,tomat.Beta karoten/retinol
dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.Antioksidan dapat
melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk
akibat oksidasi karsinogen bahan kimia.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim )
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah.Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines.Pda wanita perokok konsentrasi nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum.Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun local
sehingga dapat menjadi kokarsi nogen infeksi virus.
h. Kontrasepsi
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan.Kontrasepsi oral yang
dipakai dalam jangka Panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko
relative 1,53 kali.
i. Hormone
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause.Karena
rangsanganterhadap endometrium akan lebih lama,sehingga endometriumnya
akan lebih sering terpapar estrogen.Sehingga sangat memungkinkan terjadi
kanker.Umumnya wanita yang telah menopause di negara maju menggunakan
estrogen untuk mencegah osteoporosis dan serangan jantung.Namun,pemakainnya
sangat risiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding
endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehinnga berubah sifat
menjadi kanker .

G. Mendeteksi dini pada kanker serviks


Metode pemeriksaan deteksi dini yang ditemukan oleh para ahli yang mampu
mendeteksi adanya kelainan pada leher Rahim merupakan lompatan raksaa di bidang
ilmu kedokteran,karena tingkat penyembuhan dan penanggulangan kanker serviks telah
mencapai 80% (Elizabeth.2001).
Adapun cara metode-metode dalam deteksi dini pada kanker serviks antara lain :
1) Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks,test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher Rahim yang abnormal
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher Rahim
dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.Pap
smear hanyalah sebatas skirining,bukan diagnosis adanya knaker
serviks.Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal,maka dilakukan
oemeriksaan standar berupa kolposkopi.Kolposkopi merupakan
pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop ) yang digunakan
untuk mengamati secara langsung permukaan kanker serviks dan bagian
kanker serviks yang abnormal.
2) Biopsy ini dilakukan untuk melengkapi hasil papsmear.Teknik yang bisa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan dan
Teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi.Biopsi dilakukan untuk
mengetahui kelainan yang ada pada kanker serviks.Jaringan yang diambil
dari daerah bawah kanal servikal.Hasil biopsy akan memperjelas apakah
yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja (prayetni,2007).
3) Inspeksi visual asam asetat (IVA) tes merupakan alternative skrining
untuk kanker serviks.Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan,sehingga
tenaga kesehtan non dokter ginekologi,bidan praktek dan lain-
lain.prosedur pemeriksannya sangat sederhana ,permukaan leher Rahim
diolesi dengan asam asetat,akan tampak bercak-bercak kanker serviks
yang tidak normal (Elizabeth,2001).
H. Pemeriksaan penunjang
1) Sitologi/pap smear,keuntungan dari pemeriksaan ini adalah murah dapat
memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.Sedangkan kelemahan dari
pemeriksaan ini tidak dapat menetukan denga tepat lokasinya.
2) IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana unyuk
mendeteksi kanker leher Rahim sedini mungkin dengan menggunkan asam asetat.
3) Schillentest , epitel karisnoma serviks tidak mengandung glygocen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio di beri yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna coklat tua,sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
4) Koloskopi , memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat kanker serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40. Keuntungan ,dapat melihat jelas daerah
yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biospsy.
5) Kolpomikroskopi,melihat hapusan vagina( Pap Smeardengan pembesaraan
sampai 200 kali.
6) Biopsi, dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
7) Konisasi, dengan cara jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila,2012)
I. Penatalaksanaan
1) Irradiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium
b) Dapat dipakai untuk wanita yang gemuk tua dan pada medical risk.
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2) Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karisnoma yang terletak diserviks.
3) Komplikasi irradiasi
a) Kerentanan kandungan kencing
b) Diarrhea
c) Perdarahan rectal
d) Fistula vesico atau rectovaginasis
4) Operasi
a) Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
b) Operasi schauta,histerektomi vagina yang radikal
5) Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin,sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi,adema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula,disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limte dan peredaran darah.
6) Cytostatik
Bleomycin,terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,dianggap resisten bila 8-10
minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila,2012)
7) Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina
Mukhtar,2015)

J. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks


1. Pengkajian
a. Data dasar

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara


anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

b.Data pasien

Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,


alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

c. Keluhan utama

Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai


keputihan menyerupai air.

d. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang


mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.

e. Riwayat penyakit sebelumnya

Data yang perlu dikaji adalah :

Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat


ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
f. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:

Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama
kebersihan dari saluran urogenital.

Data khusus

Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna


darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar
setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang

g. Pemeriksaan penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,


pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra
servikal
b) Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
d) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika.
e) Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan
tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra
servikal

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara


mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami

Kriteria hasil :

 Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan


 Intensitas nyeri berkurangnya
 Ekpresi muka dan tubuh rileks

Intervensi :

 Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien


 Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
 Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
 Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
 Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

b. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal

Tujuan : Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi


jaringan membaik :

Kriteria hasil :

 Perdarahan intra servikal sudah berkurang


 Konjunctiva tidak pucat
 Mukosa bibir basah dan kemerahan
 Ektremitas hangat
 Hb 11-15 gr
 Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-370C,
RR : 18 - 24 X/mnt.

Intervensi :

 Observasi tanda-tanda vital


 Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
 Cek Hb
 Cek golongan darah
 Beri O2 jika diperlukan
 Pemasangan vaginal tampon.
 Therapi IV
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi penurunan berat badan


 Porsi makan yang disediakan habis.
 Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :

 Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan


 Berika makan TKTP
 Anjurkan makan sedikit tapi sering
 Jaga lingkungan pada saat makan
 Pasang NGT jika perlu
 Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam


penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien
menjadi stabil

Kriteria hasil :

 Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya


 Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang
dekat.
 Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara
konstruktif.
 Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

Intervensi :
 Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan
sikap positif.
 Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan
pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan
pengobatan.
 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap
mispersepsi tentang penyakitnya.
 Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri
melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal,
peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta
perkembangan spiritual dan moral.
 Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal
perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial,
penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
 Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

e. Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya


pengetahuan tentang penyakit Ca serviks dan pengobatannya

Tujuan: Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat


informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.

Kriteria hasil :

 Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita


 Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
 Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah
komplikasi.
 Sumber-sumber koping teridentifikasi
 Ansietas berkurang
 Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
Intervensi :

 Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.


 Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata
cara mengentrol dirinya.
 Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan
penyesuaian. (Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak
efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
 Tunjukkan adanya harapan
 Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari saifuddin.2001.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dalimartha,Setiawan.2004.Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker.Jakarta :Swadaya

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear Dengan hasil
pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai