Anda di halaman 1dari 21

Evidance Based Practice

Intervensi Prioritas Setiap Diagnose Keperawatan Komunitas

A. Diagnose keperawatan 1: Defisiensi kesehatan komunitas b.d tidak terpenuhinya


pelayanan kesehatan
1. Data :
 Sebanyak (66%) warga di RW 12 dan RW 14 Desa Cipendeuy memiliki
kebiasaan keluarga bila sakit yaitu membeli obat bebas sebelum berobat.
 Sebanyak (85%) warga di RW 14 Desa Cipendeuy mengatakan memerlukan
penyuluhan informasi kesehatan secara berkelompok.
 Sebanyak (72%) RW 12 dan RW 14 Desa Cipendeuy mengatakan bahwa tidak
pernah dikunjungi petugas kesehatan.
2. Intervensi prioritas:
Screaning
• Screaning masalah kesehatan yang terjadi di RW 12 dan RW 14 sebagai
identifikasi awal.
• Dilakukan selama 5 hari pertama saat berada di Desa
• Sasaran screaning yang termasuk dalam hitungan sampel
• Mahasiswa akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah RT
dalam RW tersebut, kemudian screaning dimulai pada pagi hari pukul 08.00 dan
berakhir pada sore hari
• Screaning dilakukan dalam bentuk wawancara dengan setiap sampel
• Hasil screaning akan dikumpulkan dan mahasiswa akan mengolah data sehingga
dapat menentukan prioritas masalah kemudian membuat suatu perencanaan sesuai
masalah yang ditemukan
3. Evidence Based Practice
a. Scooping
N Judul Tujuan Metode Desain Hasil
o
1. Skrining Kesehatan Bahwa layanan memberikan PKM ini terbagi menjadi dua 1. Pada PKM di area CBD (Lippo Mall Puri) terdapat
Masyarakat Perkotaan kesehatan yang angket singkat bagian yaitu kegiatan talk show tiga pekerjaan yang paling besar jumlahnya pada
Di Lokasi Central terintegrasi yang untuk evaluasi dan kegiatan skrining kesehatan. warga yang mendapatkan skrining kesehatan yaitu
Bussiness District (Cbd) memberikan juga sekaligus Jumlah pengunjung mall yang karyawan (34 %), Dosen / Guru (25,9 %), dan
Dan Pemukiman Di pencegahan, untuk dilakukan skrining kesehatan mahasiswa (15,5 %).
Jakarta Barat .2018 deteksi dini, mengetahui secara lengkap yaitu 58 orang. 2. PKM skrining kesehatan di area CBD, faktor yang
penanganan dan kebutuhan Persiapan dokumen yang didapatkan dari skrining kesehatan yang paling
(Theresia dan Grace manajemen PTM edukasi diperlukan antara lain formulir banyak untuk beresiko berkembang menjadi PTM
Solely.2018) sangat diperlukan kesehatan para skrining. yaitu, kolesterol ≥ 240 g/dl, tidak memiliki olahraga
dalam konteks warga Evaluasi proses pada skrining yang rutin 19 %, riwayat stroke di keluarga (17,3 %),
kesehatan perkotaan. kesehatan ini yaitu pengunjung selain itu tekanan darah ≥ 140/80-89 mmHg (13,8 %).
penduduk kota tampak antusias saat mendaftar 3. Skrining kesehatan di area Pemukiman memiliki
di bagian registrasi dan saat faktor resiko yaitu Indeks masa tubuh (yang tergolong
pemeriksaan kesehatan. obesitas), tekanan darah ≥ 140/80-89 mmHg (20%),
dan nilai kolesterol ≥ 240 g/dl (14,3 %).
2. Pengaruh Supportive untuk mengetahui Desain Teknik sampling yang digunakan 1. Tingkat stres tertinggi lansia sebelum diberikan
Group Therapy pengaruh penelitian ini adalah cluster sampling. Sampel supportive group therapy berada pada tingkat sedang
Terhadap Stres Lansia supportive group adalah pre- penelitian ini berjumlah 61 lansia sebanyak 18 lansia (58,1%) dan yang berat sebanyak
Dengan Hipertensi Di therapy terhadap post quasi- hipertensi yang mengalami stres 5 lansia (16,1%). Setelah diberikan supportive group
Puskesmas stres yang dialami experiment berdasarkan Depression, anxiety, therapy tingkat stres lansia terlihat mengalami
Pudakpayung.2018 oleh lansia with control stress scale (DASS) dan dibagi penurunan menjadi ringan sebanyak 20 lansia
hipertensi. group. dalam kelompok intervensi dan (66,7%) dan sedang sebanyak 7 lansia (23,3%).
Lisnawati.2018 kontrol. 2. pada kelompok intervensi sebelum pemberian
Supportive group therapy sebesar 21,87 dan setelah
perlakuan sebesar 16,97 dengan selisih mean sebesar
-4,5 yang berarti rata-rata terjadi penurunan tingkat
stres sebesar 4,5.
3. Pada kelompok kontrol nilai ratarata stres sebelum
perlakuan sebesar 20,35 dan setelah perlakuan sebesar
20,65 dengan selisi mean 0,30 yang artinya terdapat
peningkatan stres rata-rata 0,30 pada lansia di
kelompok kontrol.
4. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok Intervensi dan control
dengan nilai p value 0.000 < 0.05 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penurunan
streslansia pada kedua kelompok tersebut
3. Evaluasi Pelaksanaan penelitian Subjek dalam penelitian ini 1. Perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas
Program Skrining kualitatif diambil dengan menggunakan Karangrejo berupa perencanaan kebutuhan
Hipotiroid Kongenital dengan metode purposive sampling. 2. Pengorganisasian meliputi bagaimana pembagian tugas
Oleh Puskesmas pendekatan Informan utama adalah kepala dan koordinasi internal & eksternal. Pembagian tugas
Karangrejo Kota Metro, deskriptif puskesmas dan koordinator dalam bentuk jadwal piket kerja, deskripsi jobdesk
Lampung. 2019 analitik. program. secara tertulis belum tersedia, koordinasi internal
berjalan secara langsung sedangkan koordinasi
Anggraini, Adelia; eksternal dengan DKK dilakukan secara langsung dan
Chriswardani Suryawati; tidak langsung.
dan Eka Yunila 3. Pelaksanaan
Fatmasari a. Pra skrining mencakup kegiatan KIE (komunikasi,
informasi, edukasi)
b. Proses skrining meliputi bagaimana prosedur yang
benar dalam persiapan, pengambilan spesimen,
tata laksana spesimen
c. Pasca skrining meliputi hasil SHK dan tindak
lanjut hasil.
4. Screening Hipertensi untuk mengetahui Merupakan Desain penelitian menggunakan 1.Hasil Skrining hipertensi menemukan responden yang
Pada Lansia Di Wilayah gambaran penelitian deskriptif analitik dengan berisiko menderita hipertensi sebanyak 107 (52,2%)
Puskesmas Banyumas. screening kuantitatif pendekatan studi crossectional, tidak berisiko menderita hipertensi dan sebanyak 98
2018 hipertensi pada dengan teknik sampel menggunakan non (47,8) berisiko menderita hipertensi.
lansia. pendekatan probability sampling dengan 2.Kegiatan skrining hipertensi pada lansia sangat perlu
(Suparti1, Sri dan Diyah cross teknik accidental sampling.yang dilakukan baik itu skrining berbasis rumah, Puskesmas
Yulistika sectional, melibatkan 205 lansia dengan dan komunitas untuk menemukan kasus baru dan
Handayani.2018) teknik acidental sampling. melakukan manajemen hipertensi dari mulai edukasi,
Instrumen penelitian perawatan dan pengobatanya.
menggunakan kuesioner skrining
risiko hipertensi dan hasil
pengukuran tekanan darah
dengan menggunakan
sphygnomanometer
b. Pembahasan
Diagnosa keperawatan pertama adalah Defisiensi kesehatan komunitas b.d tidak terpenuhinya
pelayanan kesehatan. Diagnosa tersebut ditemukan berdasarkan permasalahan yang terjadi pada
Desa Cipendeuy RW 12 dan RW 14 dengan data sebanyak 66% warga memiliki kebiasaan
membeli obat bebas sebelum berobat ke pelayanan kesehatan terdekat, 85% warga mengatakan
memerlukan penyuluhan infomasi kesehatan secara berkelompok dan sebanyak 17% warga
mengatakan tidak pernah dikunjungi petugas kesehatan.
Kelompok membuat beberapa intervensi sesuai dengan diagnosa yang dapat dilakukan
dan dilaksanakan, namun kelompok memilih 1 intervensi prioritas untuk diaplikasikan
berdasarkan jurnal-jurnal yang mendukung intervensi tersebut.
Menurut jurnal Theresia dan Grace Solely (2018), skrining kesehatan masyarakat
bertujuan untuk memberikan pencegahan deteksi dini, penanganan dan manajemen PTM sangat
diperlukan dalam konteks kesehatan. Dengan memberikan angket singkat untuk evaluasi dalam
kegiatan talk show. Hasil yang di dapat dari skrining kesehatan tersebut yaitu terdapat faktor
resiko menjadi PTM adalah kolesterol ≥ 240 g/dl, tidak memiliki olahraga yang rutin 19 %,
riwayat stroke di keluarga (17,3 %), selain itu tekanan darah ≥ 140/80-89 mmHg (13,8 %) pada
area Central Bussines District sedangkan pada area pemukiman terdapat faktor resiko obesitas,
tekanan darah ≥ 140/80-89 mmHg (20%), dan nilai kolesterol ≥ 240 g/dl (14,3 %).
Pada jurnal Lisnawati (2018) memyatakan pengaruh supportive Group Therapy terhadap
stress lansia dengan hipertensi mengalami penurunan. Dengan metode pre-post quasi-experiment
with group dan desain cluster sampling berdasarkan Depression,Anxiety,Stress scale (DASS)
dan dibagi dalam kel. Intervensi dan kontrol. Ttingkat stress pada lansia mengalami penurunan
yang dimana sebelum diberikan supportive group therapy pada tingkat sedang sebanyak 18
lansia (58,1%) dan yang berat sebanyak 5 lansia (16.1%). Setelah diberikan supportive group
therapy tingkat stres lansia terlihat mengalami penurunan menjadi ringan sebanyak 20 lansia
(66,7%) dan sedang sebanyak 7 lansia (23,3%).
Pada kelompok intervensi sebelum pemberian Supportive group therapy sebesar 21,87 dan
setelah perlakuan sebesar 16,97 dengan selisih mean sebesar -4,5 yang berarti rata-rata terjadi
penurunan tingkat stres sebesar 4,5. Pada kelompok kontrol nilai ratarata stres sebelum perlakuan
sebesar 20,35 dan setelah perlakuan sebesar 20,65 dengan selisi mean 0,30 yang artinya terdapat
peningkatan stres rata-rata 0,30 pada lansia di kelompok kontrol. Menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok I ntervensi dan control dengan nilai p value 0.000 <
0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penurunan stress lansia pada kedua
kelompok tersebut.
Berdasarkan jurnal ketiga menurut Anggraini, Adelia; Chriswardani Suryawati; dan Eka
Yunila Fatmasari 2019, tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Skrining Hipotiroid Kongenital
Oleh Puskesmas Karangrejo Kota Metro, Lampung. Menyatakan bahwa deteksi dini kelainan
bawaan menggunakan metode skrining pada BBL adalah salah satu upaya untuk mendapatkan
generasi yang lebih baik. Uji saring atau skrining pada bayi baru lahir (Neonatal Screening)
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan kongenital sedini mungkin.
Hipertiroid kongenital merupakan penyebab disabilitas intelektual tersering pada anak yang
dapat dicegah. HK disebabkan oleh karena tidak adekuatnya produksi hormon tiroid pada bayi
baru lahir. Hasil penelitian Anggraini, Adelia,dkk, menyatakan bahwa Perencanaan yang
dilakukan oleh Puskesmas Karangrejo berupa perencanaan kebutuhan, Pengorganisasian
meliputi bagaimana pembagian tugas dan koordinasi internal & eksternal. Pembagian tugas
dalam bentuk jadwal piket kerja, deskripsi jobdesk secara tertulis belum tersedia, koordinasi
internal berjalan secara langsung sedangkan koordinasi eksternal dengan DKK dilakukan secara
langsung dan tidak langsung, dan Pelaksanaan
a. Pra skrining mencakup kegiatan KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
b. Proses skrining meliputi bagaimana prosedur yang benar dalam persiapan, pengambilan
spesimen, tata laksana spesimen
c. Pasca skrining meliputi hasil SHK dan tindak lanjut hasil.
Berdasarkan jurnal keempat menurut Suparti1, Sri dan Diyah Yulistika Handayani.2018
tentang Screening Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas Banyumas. Menyatakan
bahwa tujuan dari peneltian ini untuk mengetahui gambaran screening hipertensi pada lansia.
penyakit ini merupakan kelompok penyakit tidak menular dan dikelompokan dalam penyakit
kronik yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan. Hasil yang didapat pada
penelitian ini adalah Hasil Skrining hipertensi menemukan responden yang berisiko menderita
hipertensi sebanyak 107 (52,2%) tidak berisiko menderita hipertensi dan sebanyak 98 (47,8)
berisiko menderita hipertensi, Kegiatan skrining hipertensi pada lansia sangat perlu dilakukan
baik itu skrining berbasis rumah, Puskesmas dan komunitas untuk menemukan kasus baru dan
melakukan manajemen hipertensi dari mulai edukasi, perawatan dan pengobatanya.
Dalam pelaksanaannya, skrining memiliki metode-metode yang bisa diaplikasikan dalam
pelaksanaannya sehingga tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam melakukan skrining dapat
terpenuhi dengan baik secara maksimal. Diantaranya adalah adanya supportive group therapy
yang dapat mendukung adanya masyarakat untuk terbuka dan menerima tenga kesehtaan yang
melakukan skrining atau penyaringan selain itu, adanya supportive group therapy mampu
mengurangi stress masyarakat dalam menangani masalah kesehatan yang terjadi.
Berdasarkan pemaparan beberapa jurnal diatas, intervensi prioritas yang kelompok pilih
untuk dilakukan pada Desa Cipendeuy warga RW 12 dan RW 14 adalah Skrining. Skrining
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada warga desa RW
12 dan 14.
B. Diagnose 2: Sindrom lansia lemah b.d tak cukupnya dukungan sosial
1. Data :
• Sebanyak (69%) di RW 12 dan sebanyak (21%) di RW 14 Desa Cipeundeuy
terdapat usia lanjut.
• Sebanyak (82%) lanjut usia di RW 12 dan sebanyak (59%) di RW 14 Desa
Cipeundeuy memiliki keluhan penyakit.
• Sebanyak (88%) lanjut usia di RW 12 dan sebanyak (50%) di RW 14 Desa
Cipeundeuy memiliki penyakit hipertensi.
• (100%) tidak ada kader lanjut usia di RW 12 dan RW 14 Desa Cipeundeuy.
• Sebanyak (70%) melakukan upaya kesehatan yaitu periksa ke sarana
kesehatan
2. Intervensi prioritas :
Health Teaching
• Melakukan penyuluhan tentang perawatan hipertensi dan program latihan
fisik dengan sasaran lansia hipertensi
• Penyuluhan tentang pencegahan hipertensi, sasaran mayarakat RW yang tidak
hipertensi
• Penyuluhan dilakukan secara berkelompok di RW 12 dan RW 14, waktu dan
tempat penyuluhan disesuaikan dengan hasil MMD
3. Evidence Based Practice
a. Scooping
No Judul Tujuan Metode & Intervensi Hasil
Desain
1. Pengaruh Penelit Penelitian ini 1. Intervensi dalam 1. Sebanyak 4 responden
Aktivitas ian ini menggunakan penelitian ini tidak mengalami
Fisik Jalan bertuj metode one group dilakukan pada 15 perubahan tekanan
Pagi uan quasi experimental responden. darah sistol setelah
Terhadap untuk dengan desain pre- 2. Responden yang diberikan intervensi.
Penurunan menge test and pos-test diambil dalam 2. Sebanyak 11 responden
Tekanan tahui yang dilakukan penelitian ini dengan mengalami perubahan
Darah Pada penga terhadap 15 rentang usia 45-59 tekanan darah sistol
Lansia ruh responden lansia tahun. setelah diberikan
dengan aktivit dengan hipertensi intervensi.
3. Diberikan intervensi
Hipertensi as di Posyandu Lansia
aktivitas berjalan 3. Berdasarkan penelitian
Stadium I fisik Desa Makahaji.
selama 8 minggu (40 tidak terjadi perubahan
di berjal
kali intervensi). stadium hipertensi yang
Posyandu an
signifikan (14
Lansia terhad
responden masih dalam
Desa ap
hipertensi stadium I
Makahaji. perub
dan 1 responden
(Khomarun, ahan
stadium pre hipertensi).
Maharso tekana
4. Tekanan darah sistol
A.N,dan n
pre aktivitas berjalan
Endang Sri darah
pada lansia wanita
W. 2014) pada
dengan hipertensi di
lansia
Posyandu Lansia Desa
di
Makamhaji Kartasura
Posya
berkisar antara 140
ndu
mmHg – 158 mmHg.
Lansia
Desa 5. Tekanan darah post
Maka aktivitas berjalan pada
haji. lansia wanita dengan
hipertensi di Posyandu
Lansia Desa
Makamhaji Kartasura
berkisar antara 133
mmHg – 153 mmHg.
6. Namun jika ditinjau
dari selisih perubahan
tekanan darah sistol pre
dan post intervensi
secara diskriptif
menunjukkan rentang
angka yang cukup
besar yaitu 5–10
mmHg.
b. Pembahasan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 tahun 2004 lanjut usia adalah
seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun keatas. Seiring dengan bertambahnya usia lansia
menjadi lebih rentan terhadap berbagai keluhan fisik, baik karena faktor alami maupun karena
penyakit (Kemenkes RI, 2017).
Data yang didapatkan di Desa Cipendeuy bahwa jumlah lansia di RW 12 sebanyak 69 %
dan di RW 14 sebanyak 21%. Sebagian besar lansia di dua rw memiliki keluhan penyakit.
Berdasarkan data tidak ditemukan adanya kelompok usia lanjut dan tidak ada kader untuk
posyandu lansia di masing-masing rw sehingga tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan oleh
lansia.
Diagnosa keperawatan prioritas kedua adalah Sindrom lansia lemah berhubungan dengan
tidak cukupnya dukungan sosial. Sindrom lansia lemah diartikan sebagai suatu kondisi dinamik
dari ekuilibrium yang tidak stabil yang memengaruhi seorang lansia mengalami penyimpangan
pada satu atau lebih domain kesehatan (fisik, fungsi, psikologis, atau sosial) dan menimbulkan
peningkatan kerentanan untuk mengalami efek penyimpangan kesehatan, terutama disabilitas.
Berdasakan diagnosa diatas kelompok telah membuat beberapa intervensi yang dapat
dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang diangkat. Terdapat beberapa intervensi yang
dapat dilaksanakan, namun kelompok telah memilih intervensi yang menjadi prioritas untuk
diaplikasikan yaitu lakukan program latihan fisik rutin. Intervensi ini didukung oleh beberapa
jurnal penelitian.
Penelitian oleh Baga, Hezron D S, dkk (2017), tentang perspektif lansia terhadap
aktivitas fisik dan kesejahteraan jasmani di Desa Margosari Salatiga. Didapatkan hasol bahwa
Lansia memiliki kesejahteraan jasmani yang baik dimana mereka masih mampu melakukan
aktivitasnya sendiri, tidak mengalami kelelahan yang berlebih dikarenakan telah dibiasakan sejak
dulu, dan dibantu dengan waktu istirahat yang cukup.
Menurut Farizati dalam Khomarun (2014) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
yang membutuhkan energy untuk menggerakannya, seperti berjalan, menari, dan lain
sebagainya. Latihan adalah suatu bentuk dari aktivitas fisik yang secara khusus direncanakan,
terstruktur, dan berulang-ulang seperti latihan beban, tai chi, atau kelas aerobik. Ada banyak
pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk intensitas sedang, misalnya, jalan kaki jarak dekat, membersihkan rumah, bersepeda
santai, naik tangga, hingga berkebun. Sementara itu, aktivitas berat meliputi berenang, tai
chi, yoga, joging, jalan cepat, menggendong anak, sampai bulu tangkis (Kemenkes R1. 2018).

Aktivitas fisik secara teratur sangat penting untuk mempertahankan kondisi fisik lansia,
menurunkan resiko jatuh dan menjadi jalan hidup untuk mandiri. Manfaat melakukan aktivitas
fisik yang teratur antara lain dapat meningkatkan massa otot, menurunkan resiko osteoporosis,
menjadikan tulang menjadi kuat, mempertahankan fungsi fisik, kognitif dan kemandirian dalam
kehidupan sehari-hari (Nurhidayah, 2017). Selain itu menurut Predersen dalam Khomarun
(2014), menyatakan bahwa exercise therapy dalam bentuk latihan fisik telah banyak
diintegrasikan dalam penatalaksanaan penyakit kronis yang bertujuan untuk meminimalkan efek
fisiologis yang merugikan dari bed rest maupun gaya hidup akibat penyakit kronis,
mengoptimalkan kapasitas fungsional penderita penyakit kronis sebagai salah satu parameter
keberhasilan program terapi, dan mengoptimalkan kerja terapi farmakologi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khomarun (2014), yang berjudul pengaruh
aktivitas fisik jalan pagi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
stadium I di Posyandu Lansia Desa Makahaji. Didapatkan hasil bahwa aktivitas fisik berjalan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistol. Hal ini didukung
oleh penelitian Arief (2019) tentang efektifitas senam lansia terhadap penurunan tekanan darah
kepada lansia yang mengalami hipertensi di Puskesmas Pancur Batu Deli Serdang. Didapatkan
hasil bahwa semua responden mengalami penurunan tekanan darah dikarenakan mereka aktif
mengikuti gerakan senam dan mengikuti prosedur senam yang benar secara berkontinuitas yaitu
melakukan latihan pemanasan, latihan inti serta latihan pendinginan atau latihan penutup.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012), yang
menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara senam lansia dengan penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi. Senam lansia yang dilakukan berulang-ulang
(frekuensi tinggi), maka lama-kelamaan penurunan tekanan darah akan berlangsung lama. Itulah
sebabnya latihan aktivitas fisik senam yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan
darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah senam lansia dengan
intensitas sedang. Frekuensi latihan 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit sekali
latihan (Rigaud dalam Arief. 2019).
Aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif lansia seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Sauliyusta (2016), yang berjudul aktifitas fisik mempengaruhi fungsi
kognitif lansia didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi
kognitif lansia. Dalam penelitian didapatkan lansia dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi
memiliki fungsi kognitif yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Muzamil (2014), yang
mengatakan tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan rutin mempunyai hubungan dengan tingginya
skor fungsi kognitif. Sedangkan lansia yang memiliki tingkat aktivitas rendah atau sedang
berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, khususnya memori dan fungsi bahasa
(Makizako, et al., 2014).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumowardani (2017) tentang pengaruh
latihan fisik terhadap kemampuan kognitif lansia di Desa Ngesrep Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali didapatkan hasil bahwa latihan fisik memberikan pengaruh positif terhadap
kemampuan kognitif lansia sehingga perlu dilakukan secara rutin. Aktivitas dan latihan fisik
dapat mempertahankan aliran darah yang optimal dan juga meningkatkan penghantaran nutrisi
ke otak. Selain itu, aktivitas fisik juga memfasilitasi metabolisme neurotransmiter, menghasilkan
faktor tropik yang merangsang proses neurogenesis, meningkatkan stimulasi aktivitas molekuler,
dan selular di otak yang nantinya mendukung dan menjaga plastisitas otak. Proses-proses ini
penting untuk menghambat hipertrofi jaringaan otak yang dapat menyebabkan degenerasi
neuronal yang berdampak terhadap fungsi kognitif (Muzamil, 2014).
Selain itu, aktvitas fisik juga dapat mempengaruhi kejadian resiko jatuh pada lansia.
Berdasarkan penelitian Ninik (2017), frekuensi minimal latihan 3 kali seminggu selama kurang
lebih 4 minggu dengan durasi 20-30 menit lansia dalam mengikuti aktivitas senam dan aerobik
mempengaruhi resiko jatuh. Melakukan aktivitas fisik secara regular akan berdampak positif
pada kesehatan lansia. Latihan fisik yang dilakukan secara rutin oleh lansia memberikan manfaat
pada berbagai hal seperti: mengurangi resiko hilangnya tulang dan osteoporosis dan latihan
dengan fokus pada keseimbangan distribusi beban tubuh dapat membantu tulang menjadi lebih
kuat dan sehat, Mengurangi resiko injuri karena jatuh.
The American Guidelines dalam Wan & Wong (2014) merekomendasikan latihan fisik
yang baik jika dilakukan 75-150 menit untuk gerakan aerobik dengan intensitas sedang dalam
satu kali seminggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah, (2015). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa latihan fisik berhubungan dengan resiko jatuh, dapat disimpulkan bahwa
pada 91 responden yang melakukan senam, jalan sehat dan TAK secara teratur dapat mengurangi
risiko jatuh. Diperkuat juga oleh penelitian Matoka, Huriah & Sutantri (2014), menyatakan
bahwa senam dapat meningkatkan kekuatan otot lansia. Senam yang dilakukan secara teratur
dengan gerakan sesuai pedoman dapat meningkatkan otot tubuh. Gerakan senam dilakukan pada
semua otot tubuh dan dilakukan secara seimbang sehingga bila kualitas dan kuantitas senam
yang dilakukan lansia baik, maka kekuatan otot akan meningkat.
Didukung oleh jurnal Jamini (2019) tentang pengaruh trunk stability exercise terhadap
keseimbangan tubuh lanjut usia di PSTW Jakarta Timur didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh Trunk Stability exercise terhadap keseimbangan tubuh pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Trunk balance exercise adalah suatu latihan khusus yang dilakukan untuk
membantu meningkatkan kekuatan otot pada trunk dan anggota bawah (kaki) dengan
meningkatkan keseimbangan dari trunk dan mengaktifkan otot-otot stabilitas postural untuk
menimbulkan respon otot-otot yang sinergis, sehingga terjadi stabilisasi dari otot-otot trunk. Saat
melakukan stabilisasi, biasanya dengan kontraksi otot static (isometrik). Dalam peran untuk
menahan segmen tubuh tidak bergerak.
Didukung oleh jurnal Patti, Antonino, dkk. (2016) yang berjudul The effects of physical
training without equipment on pain perception and balance in the elderly: A randomized
controlled trial, menunjukkan bahwa program olahraga standar selama 13 minggu efektif dalam
peningkatan keseimbangan dan menurunkan persepsi nyeri pada lansia. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kiik, Stefanus. dkk. (2018) yang berjudul peningkatan kualitas hidup lanjut usia
(Lansia) di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan dengan hasil bahwa adanya peningkatan
kualitas hidup pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan. Kualitas hidup lansia
meningkat karena latihan keseimbangan memiliki pengaruh terhadap fungsi fisik, psikologik,
hubungan sosial dan lingkungan lansia.
Berdasarkan beberapa jurnal penelitian diatas aktivitas fisik sangat penting bagi
kesehatan lansia. Dalam pelaksanaannya lansia membutuhkan dukungan dari dari pihak-pihak
lain misalnya dukungan sosial. Dukungan sosial datang dari sumber-sumber yang berbeda,
seperti dari pasangan atau orang yang dicintai, seperti keluarga. Dengan adanya dukungan sosial
dari berbagai sumber, individu akan merasa yakin bahwa dirinya dicintai, disayangi, dihargai,
bernilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial (Purba, Yualianto, dan Widyanti 2007).
Dukungan keluarga memiliki peran yang besar dalam kehidupan lansia. Hurlock dalam Mangasi
(2013) menyebutkan bahwa kebutuhan psikologis dalam pola hidup lansia akan terpenuhi
apabila mereka didekatkan dengan kerabat, keluarga dan teman-teman sehingga memungkinkan
mereka sering berkomunikasi. Dukungan keluarga juga menjadi unsur penting dalam membantu
individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan
dapat memotivasi lansia dalam menjaga kesehatannya melalui aktivitas fisik (Stuart & Sundeen
dalam Mangasi, 2013).

Selain dukungan dari keluarga, lansia juga memerlukan dukungan dari petugas pelayanan
kesehatan setempat atau kader posbindu dalam pelaksanaan aktivitas fisik ini agar lebih
terpantau. Mengingat pentingnya manfaat aktivitas fisik pada lansia diharapkan kegiatan ini
dilakukan sebagai agenda rutin dalam kegiatan Posyandu Lansia (Kusumowardani. A. 2017).

Aktivitas fisik secara teratur sangat penting untuk mempertahankan kondisi fisik lansia,
menurunkan resiko jatuh, menurunkan tekanan darah pada lansia, meningkatkan fungsi kognitif,
meningkatkan keseimbangan, menurunkan persepsi nyeri, dan meningkatkan kekuatan otot.
Jadi aktivitas fisik sangat penting bagi kesehatan lansia apabila dilakukan dengan baik
dan teratur. Selain itu juga dukungan sosial pada lansia di butuhkan misalnya dukungan dari
pasangan atau orang yang dicintai, seperti keluarga, suami atau istri, dan anak-anaknya.

C. Diagnose 3: Perilaku kesehatan cendrung beresiko b.d dukungan sosial yang tidak
memadai
1. Data
• Sebanyak 61,19% warga RW 12 dan sebanyak 46 % warga RW 14 memiliki
tempat pembuangan sampah sementara.
• Sebanyak 53,73 % warga RW 12 dan sebanyak 43% warga RW 14 membuang
sampah dengan cara di bakar.
• Sebagian besar (89,55%) warga RW 12 dan sebagian besar (80%) warga RW 14
memiliki tempat penampungan sampah dalam keadaan terbuka.
• Sebanyak 70,12% warga RW 12 dan hampir seluruhnya (90%) warga RW 14
warga membuang air limbah di got.
• Lebih dari setengahnya (67,16%) jarak penampungan sampah di RW 12 lebih dari
5 meter.
• Sebanyak 71% Terdapat vektor nyamuk.
• Sebanyak 72% warga di RW 12 memiliki kandang ternak di dalam rumah.
• Sebanyak 94% kandang tidak dirawat di RW 12
2. Intervensi prioritas :
Collaboration
• Melakukan kerjasama dengan kelompok Hayo Hejo dalam pengolahan limbah
rumah tangga
• Bekerja sama dengan kader dan masyarakat dalam membuat tempat sampah dari
bahan bekas kemudian dibuat berwarna dan dilakukan di RW 12 dan RW 14
3. Evidance Based Practice
a. Scooping
No Judul Tujuan Metode dan desain Hasil
1 Analisis Pengolahan Menganalisis perilaku pengolahan Penelitian ini 1. Sikap masyarakat Kota Payahkumbuh tidak
Sampah Reduce, Reuse, sampah 3R Masyarakat di Kota menggunakan desain melakukan pemilahan sampah berdasarkan
Recycle (3r) Pada Payakumbuh. penelitian deskriptif jenis sampah, sehingga tidak mendukung
Masyarakat Di Kota analitik dengan desain pelaksanaan pengolahan sampah 3R
Payakumbuh cross sectional yang (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga belum
dilaksanakan di Kota terlaksana secara maksimal.
Ediana, Dina dkk. 2018. Payahkumbuh pada 2017 2. Pengetahuan dan status pekerjaan responden
dengan menggunakan uji tidak memiliki hubungan yang signifikan
bivariat. dengan pengolahan sampah 3R

2 Pengelolaan Sampah Mengidentifikasi mengenai Penelitian ini 1. Berdasarkan hasil penelitian Timbunan
Rumah Tangga Di pengelolaan sampah rumah menggunakan desain sampah rata-rata tiap rumah tangga sebesar
Kecamatan Daha Selatan. tangga analitik observasional. 1,46 liter/orang/hari atau 0,38 kg/orang/hari.
Analisis data dilakukan 2. Komposisi sampah terdiri dari 47% sampah
Sunoko, 2011 dengan uji korelasi organik, 15% kertas dan 22% lastik, 16%
Spearman yang logam. Pengetahuan dan penerapan konsep
bertujuan untuk 3 R( Reduce,Reuse dan Recyle) secara
mengetahui faktor-faktor sedehana dilakukan oleh 35% rumah tangga,
mana saja yang misalnya menggunakan produk isi ulang,
berkorelasi dengan menggunakan kembali kantong plastik
cara pengelolaan tempat berbelanja, dan membuat vas bunga
sampah rumah dari plastik.
tangga. 3. Berdasarkan jumlah sampah yang
dimanfaatkan maka dapat dihitung nilai
ekonomis dari setiap rumah tangga yang
enerapkan prinsip 3R terhadap sampahnya.
Berat timbunan sampah rata-rata sekitar
0,38 kg/orang/hari. Jika rumah tangga terdiri
dari 4 orang maka berat sampahnya
mencapai 1,52 kg/rumah/hari. Dikurangi
dengan residu maka sampah yang dapat
dimanfaatkan sekitar 91,2% atau 1,39
kg/rumah/hari.

3 Partisipasi asyarakat dalam Mendeskripsikan bentuk Metode yang digunakan 1. Adanya partisipasi tenaga masyarakat dalam
pengelolaan sampah di partisipasi masyarakat di dalam penulisan karya mengumpulkan, mengambil sampah hingga
Lingkungan Margaluyu Lingkungan Margaluyu tulis ilmiah ini adalah mengelola sampah ( anorganik dan non-
Kelurahan Cicurug. Kelurahan Cicurug terkait metode penelitian organik).
pengelolaan sampah. deskriptif.Metode yang 2. Partisipasi masyarakat pada tahap
Nur Rahmawati dkk. 2015. digunakan untuk perencanaan kegiatan pengelolaan sampah
mengumpulkan data di Lingkungan Margaluyu Kelurahan
adalah metode studi Cicurug adalah cukup baik, hal ini ditandai
pustaka yang terdiri atas dengan adanya berbagai gagasan dan ide
pencarian data dan dari warga dalam penentuan keputusan
informasi melalui kebijakan yang akan diambil demi
dokumen-dokumen mewujudkan kesejahteraan hidup
pendukung berupa data lingkungannya.
dari buku, jurnal ilmiah, 3. Partisipasi masyarakat pada tahap
dan dokumen elektronik pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di
dari internet. Lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug
adalah baik, hal ini dapat dilihat dari
kesadaran warga untuk melaksanakan usaha
pemilahan sampah dan daur ulang sampah.
Disamping itu berkembangnya swadaya
masyarakat yang cukup berhasil untuk
mengelola sampah di lingkungannya.
4 Efektivitas Pengelolaan Mengetahui bagaimana Teknik analisis data yang 1.Mengenai pengurangan sampah Dalam
Sampah di Kota Denpasar memisahkan sampah berdasarkan digunakan adalah UndangUndang Nomor 18 Tahun 2008
(Suatu Penelitian di Dinas jenisnya dan memasukkannya deskriptif kualitatif, tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 3 cara
Lingkungan Hidup dan kembali ke barang-barang bernilai dimana jenis data ini atau metode yang digunakan untuk
Kebersihan Kota ekonomis. biasanya berbentuk tulisan melakukan pengurangan sampah
Denpasar) dan bukan angka. berwawasan lingkungan metode tersebut
adalah 3R, yaitu pembatasan timbulan
Winarsih, Ni Wayan Eni, sampah (reduce), penggunaan kembali
dkk, 2019 sampah (reuse) dan pendaur ulangan
(recycle).
2.Penanganan Sampah, Dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, terdapat 5 cara atau metode yang
digunakan untuk melakukan penanganan
sampah berwawasan lingkungan yaitu
pemilihan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pemrosesan akhir.
5 Pengaruh Implementasi Menganalisis pengaruh penerapan Pendekatan penelitian Hasil menujukan Pengaruh Partisipasi
Kebijakan Pengelolaan kebijakan pengelolaan sampah yang digunakan dalam Masyarakat terhadap Efektivitas Pengelolaan
Sampah Terhadap terhadap partisipasi masyarakat penelitian ini adalah Sampah adalah positif (R2 = 0.627) dan
Partisipasi Masyarakat dan efektivitas pengelolaan korelasional dengan signifikan (t = 4.852 > 2.042, p value 0.000 <
Dan Efektivitas sampah di Kecamatan Murung pendekatan kuantitatif 0.05 yang berarti ada pengaruh yang positif dan
Pengelolaan Sampah Di Pudak Kecamatan Tabalong, baik signifikan partisipasi masyarakat terhadap
Kecamatan Murung Pudak langsung maupun tidak langsung. efektifitas pengelolaan sampah di Kecamatan
Kabupaten Tabalong. Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

Nurmalasyah, 2018
b. Pembahasan
Diagnosa keperawatan ketiga adalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak memadai. Diagnosa keperawatan
tersebut diangkat berdasarkan temuan masalah yang ada di RW 12 dan 14. Masalah
tersebut yaitu perilaku masyarakat yang kurang tepat dalam mengelola sampah.
Berdasarkan data, didapatkan sebanyak 53,73% warga RW 12 dan 43% warga RW 12
membuang sampah dengan cara dibakar.
Kelompok telah membuat beberapa intervensi yang dapat dilakukan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang diangkat. Terdapat beberapa intervensi yang dapat
dilaksanakan, namun kelompok telah memilih intervensi yang menjadi prioritas untuk
diaplikasikan berdasarkan hasil penelitian atau jurnal-jurnal yang mendukung
intervensi tersebut.
Berdasarkan penelitian Nurlela (2017), menyatakan bahwa pengelolaan sampah
telah menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh
perkotaan dan pedesaan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan dilakukannya
pengelolaan sampah. Konsep pengelolaan sampah terpadu dengan prinsip 3R (reduce,
reuse, dan recycle) merupakan cara terbaik untuk mengolah sampah. Reduce yaitu
mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan, reuse
yaitu menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah, dan
recycle yaitu mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain
setelah melalui proses pengelolaan. Hasil penelitian Nurlela (2017) menyatakan bahwa
terdapat dampak positif dari pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Dampak positif
yang dihasilkan adalah lingkungan menjadi bersih dan nyaman, meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan peduli terhadap lingkungan, serta
mendapatkan manfaatnya seperti dapat dipergunakan untuk pupuk sebagai penyubur
tanaman. Didukung oleh hasil penelitian Sunoko (2011), menyatakan sampah dapat
dimanfaatkan dan menghasilkan nilai ekonomis dari setiap rumah tangga yang
menerapkan prinsip 3R terhadap sampahnya.
Pelaksanaan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R harus diawali dengan
mengubah perilaku “membuang” sampah menjadi perilaku “mengelola” sampah.
Dengan menerapkan kosep 3R dapat mengurangi sampah, mengurangi pencemaran
lingkungan akibat sampah yang tidak diolah atau dilakukan dengan cara yang salah
deperti dibakar. Didukung oleh Winarsih (2019), menyatakan bahwa efektivitas
pengolahan sampah di Kota Denpasar salah satunya dengan cara pengurangan sampah.
Kota Denpasar menerapkan 3 metode untuk pengurangan sampah yaitu reduce, reuse,
recycle.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini harus disertai dengan partisipasi
masyarakat, karena timbulnya permasalahan pada pengelolaan sampah tidak akan
pernah dapat diselesaikan jika hanya bertumpu pada pemerintah saja tanpa ada
keterlibatan dari masyarakat sebagai sumber penghasil sampah itu sendiri
(Puspitawati, 2012). Didukung oleh hasil penelitian Nurmalasyia dan Suryani (2018)
menujukan pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas pengelolaan sampah
adalah positif (R2 = 0.627) dan signifikan (t = 4.852 > 2.042, p value 0.000 < 0.05
yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan partisipasi masyarakat terhadap
efektifitas pengelolaan sampah di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.
Sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati (2015) menunjukkan adanya partisipasi
masyarakat di Lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug membuat tahap kegiatan
perencanaan sampai ke tahap pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah berjalan
lancar dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Sejalan degan hasil penelitian
Martinawati (2016) menunjukan tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Sukarmi
tergolong tinggi (rata-rata skor 73,46%) dan termasuk kategori baik dalam pengelolaan
sampahnya. Didukung oleh penelitian Dina (2018), didapatkan nilai p value 0,028 <
0,05 yang artinya ada hubungan sikap dengan pengolahan sampah 3R pada masyarakat
di Kota Paykumbuh.
Berdasarkan pemaparan diatas, intervensi yang kelompok jadikan prioritas untuk
dilaksanakan pada warga RW 12 dan 14 adalah modifikasi perilaku. Modifikasi
perilaku adalah mengubah perilaku atau kebiasaan masyarakat yang kurang baik
menjadi lebih baik. Aplikasi modifikasi perilaku yang disarankan kelompok adalah
partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R
(Reduce, Reuse, Recycle).
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M & Susilawati, E. (2019). “Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Kepada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Puskesmas Pancur Batu Deli
Serdang”
Astari, dkk. (2012). “Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi
pada Kelompok Senam Lansia di Banjar Kaja Sesatan Denpasar Selatan”.
Baga, Hezron D S, dkk. (2017). “Perspektif Lansia Terhadap Aktivitas Fisik Dan Kesejahteraan
Jasmani Di Desa Margosari Salatiga.
Ediana, Dina dkk. 2018. Analisis Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R)
pada Masyarakat di Konta Payahkumbuh. Payakumbuh: Jurnlal Endurance 3(2) Juni
2018 (238-246)
Hasanah, Uswatun & Wati, Dwi, NK. (2015). “Peningkatan Latihan Fisik Menurunkan Risiko
Jatuh Pada Lansia Di Panti. Depok”. Fakultas Ilmu Keprawatan Universitas Indonesia.
Jamini, Theresia. (2019). Pengaruh Trunk Stability Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh
Lanjut Usia Di PSTW Jakarta Timur. Caring Nursing Journal.

KEMENKES RI. (2018). “Aktivitas Fisik Untuk Lansia. Direktorat Promosi Kesehatan dan
pemberdayaan Masyarakat”. http://promkes.kemkes.go.id/?p=8816.
Khomarun, Maharso A.N,dan Endang Sri W. (2014). “Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di
Posyandu Lansia Desa Makahaji”.
Kiik, Stefanus M, dkk. (2018). “Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia (Lansia) di Kota Depok
Dengan Latihan Keseimbangan”.
Kusumowardani. A & Endang Sri W. (2017). “Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan
Kognitif Lansia Di Desa Ngesrep Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”.
Makizako, H., Shimada, H., Doi, T., Park, H., Tsutsumimoto, K. Suzuki, T. (2014). “Moderate-
intensity physical activity, cognition and apoe genotype in older adults with mild cognitive
impairment”.
Mangasi, A (2013). “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lansia Dalam
Mempertahankan Kualitas Hidup Lansia Di Rw 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen
Jakarta Pusat”. Jakarta: STIK Saint Carolus.
Matoka, Y M., Huriah, T., & Sutantri. (2014). “Pengaruh Terapi Aktivitas Senam Ergonomis
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Lanjut Usia di Wilayah Puskesmas Kasihan II
Bantul Yogyakarta”. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Muzamil, M.S, Afriwadi, & Martini, R.D. (2014). “Hubungan antara aktivitas fisik dengan
fungsi kognitif pada usila di kelurahan jati kecamatan padang timur”.
Nurhidayah, Ninik. (2017). “Pengaruh Senam dan Aerobik Terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia
di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak” Boyolali Jawa Tengah.
Nurmalasyia dan Lilis Suryani. 2018. Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Sampah Terhadap Partisipasi Masyarakat Dan Efektivitas Pengelolaan Sampah Di
Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong (Perda Nomor 14 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah). Jurnal Ilmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2,
No. 1, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi pada tanggal 1 April 2020 pukul 18.00
dari http Tabalong.
Diakses://jurnal.stiatabalong.ac.id/index.php/PubBis/article/view/3 6.
Patti, Antonino, dkk. (2016). “The Effects Of Physical Training Without Equipment On Pain
Perception And Balance In The Elderly: A Randomized Controlled Trial”.
Purba, J. Y. “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru”. Jurnal Psikologi.
Puspitawati, Yuni. 2012. Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan
Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon. Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota
Rahmawati, Nur (2015). Partisipasi asyarakat dalam pengelolaan sampah di Lingkungan
Margaluyu Kelurahan Cicurug. Diakses 1 April 2020 ( 16:55).
Sauliyusta, Mersiliyana dan Etty Rekawati.(2016). “Aktifitas Fisik Mempengaruhi Fungsi
Kognitif Lansia”.
Sunoko, Henna . 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha
Selatan. Jurnal ilmu lingkungan (diakses 1 april 2020).
Wan, M, Wong, RY. (2014). “Benefits of Excercise in the Elderly”. GCS Journal of CME.
Winarsih, Ni Wayan Eni, dkk. 2019. Efektivitas Pengelolaan Sampah di Kota Denpasar
(Suatu Penelitian di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar).
Sintesa: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 10, Nomor 2, pp. 74–77.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali,
Indonesia. Diakses pada tanggal 1 April 2020 pukul 18.05 dari
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/sintesa/article/downlo d/1536/118

Anda mungkin juga menyukai