Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Umum Mekanika Batuan


Mekanika batuan adalah cabang disiplin ilmu geomekanika, yang
membahas tentang respons mekanik dan semua material geologi seperti
batuan dan tanah. Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-
sifat mekanik batuan dan massa batuan, dimana secara teori maupun
prakteknya membahas tentang perilaku mekanis batuan serta membahas
tentang berbagai metoda perancangan perilaku batuan yang sesuai dengan
disiplin ilmu mekanika batuan.
Mekanika batuan dalam pelaksanaannya di lapangan membuktikan
bahwa aplikasi mekanika batuan untuk rancangan dan pelaksanaan operasi
penambangan telah berhasil meningkatkan efisiensi struktur-struktur dalam
tambang (lereng penggalian, lubang bukaan dan sebagainya) dan safety
confidency. Dalam pelaksanaannya di lapangan selalu dilakukan Prediksi
prediksi kondisi kekuatan dan kelemahan suatu struktur telah ditingkatkan
keakuratannya, sehingga mengurangi unsur trial and error. Pelaksana di
lapangan dipermudah dan dipercepat penyelesaian pekerjaannya karena
diterapkannya soistem monitoring selama dan setelah suatu pengalian
terowongan.

2.2 Modulus Bulk


Jenis pertama parameter material disebut modulus yang mengukur
jumlah gaya persatuan luas (stress) yang diperlukan untuk mencapai
deformasi tertentu. Modulus yang lebih tinggi biasanya menunjukkan bahwa
bahan tersebut sulit untuk mengalami deformasi. Tipe kedua parameter yaitu
mengukur batas elastis. Batas dapat menjadi stress luar dimana materi tidak
lagi elastis atau deformasi luar dimana elestisitas hilang. Ketika
menggambarkan elastisitas relatif dari dua bahan, baik modulus dan batas
elastis harus diperhitungkan.
Modulus bulk adalah nilai yang menggambarkan toleransi sebuah bahan
terhadap perubahan volume jika dikenai gaya. Modulus bulk didefinisikan
ebagai perbandingan tegangan volume dengan regangan volume. Tegangan
volume adalah gaya persatuan luas, sedangkan regangan volume adalah
perbandingan perubahan volume dengan volume mula-mula.
Modulus bulk menyatakan deformasi atau perubahan volume benda
dibawah pengaruh tegangan normal (normal stress). Modulus bulk dengan
lambang K atau B adalah suatu ukuran resistansi zat pada kompresi uniform.
Didefiniskan sebagai rasio kenaikan tekanan infinitesimal terhadap penurunan
relatif volume yang dihasilkan. Satuan SI modulus bulk adalah pascal dan
bentuk dimensionalnya adalah M1L-1T-2. Poisson Ratio adalah rasio kontraksi
terhadap ekstensi atau rasio dari tegangan yang terjadi tegak lurus dengan
beban terhadap tegangan aksial. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan
suatu bahan. Jadi semakin tinggi nilainya semakin sedikit perubahan bentuk
pada suatu benda apabila diberi gaya.
Modulus bulk K>0, maka dapat secara formal didefinisikan dengan
persamaan:

K= -V dP/dV.

Dimana P adalah tekanan, V adalah Volume dan dP/dV melambangkan


turunan tekanan terhadap volume. Secara ekuivalen maka rumusnya dapat
ditulis dengan:

dP
K= ρ dρ

dimana ρ adalah densitas dan dP/dρ melambnagkan turunan tekanan


terhadap densitas. Invers modulus bulk adalah kompresibilitas zat tersebut.
Secara sempit modulus bulk adalah kuantitas termodinamika, untuk
memberi spesifikasi suatu modulus bulk perlu diberi spesifikasi bagaiman
suhu berubah-ubah ketika mengalami kompresi, yaitu suhu konstan
(isotermik) Kt adalah entropi konstan, Ks adalah adiabatik dan variasi-variasi
lain mungkin terjadi. Bagi suatu gas ideal, modulus bulk adiabtik Ks, dihitung
dengan Ks = γ P dan modulus bulk isothermal Kt, dihitung dengan Kt= P
dimana γ adalah indeks adiabatik, sedangkan P adalah tekanan. Bilamana gas
itu bukan ideal, persamaan-persamaan ini hanya memberi perkiraan modulus
bulk. Dalam suatu cairan, modulus bulk k dan densitas ρ ditentukan oleh
kecepatan suara c (pressure waves), menurut rumus newton Laplace yaitu,
K
c= ρ√
Dalam benda padat Ks dan Kt mempunyai nilai yang hampir sama.
Benda padat juga dapat menahan gelombang transvers. Modulus bulk dapat
diukur menggunakan difraksi bubuk dibawah tekanan. Ini merupakan sifat
suatu cairan yang menunjukkan kemampuan untuk mengubah volume
dibawah tekanan.
Modulus bulk atau inkompresibilitas (k) dapat didefinisikan dengan
kemampuan suatu material untuk menahan tekanan yang diberikan. Definisi
lain dari modulus bulk adalah rasio tekanan hidrostatis terhadap perubahan
volume yang terjadi. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan.

Gambar 1. Ilustrasi Modulus Bulk


Keterangan:

∆P = P’ – P = perubahan tekanan (tegangan)

P = tekanan awal

P’ = tekanan setelah diberikan tegangan

∆V = V’ – V = perubahan volume yang terjadi akibat tegangan

V = volume awal

V’ = volume setelah diberikan tegangan

2.3 Konstanta Lame

2.4 Sifat Massa Batuan di Alam


Sifat massa batuan memiliki sifat yang cenderung unik dan tidak ada
kembarannya, karena prosesnya terjadi secara alamiah, meskipun secara
deskritif namanya sama, misalnya andesit tetapi antara satu dengan andesit
yang lain hamper pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah maka sifat massa
batuan di alam adalah hetrogen,anisotrop,diskontinu.
1. Heterogen,artinya :
 Mineralogis : Jenis mineral pembentuk batuan berbeda-beda.
 Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda.
 Void : ukuran,bentuk dan penyebarannya berbeda-beda
2. Anisotrop,artinya yaitu empunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang
berbeda.
3. Diskontinu,artinya yaitu massa batuan selalu mengandung unsur struktur
geologi yang mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar,
retakan, fissure, bidang perlapisan. Struktur geologi ini cenderung
“memperlemah” kondisi massa bantuan.

Dari kondisi diatas apabila diperlakukan sebagaimana mestinya maka


tidak memungkinkan untuk dilakukan solusi dengan pendekatan logik-
matematik. Sehingga, perlu penyederhanaan dengan asumsi yang semulanya
Heterogen-Anisotrop-Diskontinu menjadi Homogen-Isotrop-Kontinu. Dalam
hal tersebut maka seolah-olah terjadi kontradiksi atau saling bertolak
belakang antara kondisi sebenarnya pada massa batuan dengan asumsi yang
dibuat, tetapi asumsi tersebut harus disertai equivalensi, misalnya dari kondisi
batuan yang Heterogen-Anisotrop-Diskontinu yaitu B1, B2, B3 diasumsikan
menjadi Homogen-isotrop-Kontinu menjadi batuan B’.

2. 6 Karakteristik Batuan
Dalam mekanika batuan sifat sifat batuan dapat dikelmpokkan menjadi 2
bagian:
1. Sifat fisik batuan yang dapat dikelompokkan berdasarkan:
a) Bobot isi
b) Berat jenis batuan
c) Porositas batuan
d) Absorpsi batuan
e) Void ratio

2. Sifat mekanik batuan yang dapat dikelompokkan berdasarkan:


a) Kuat tekan
b) Kuat tarik
c) Modulus elastisitas
d) Poisson ratio
e) Sudut geser dalam
f) Kohesi
g) Kuat gese

Dalam pengujian sifat mekanik batuan dapat dilakukan pengujian di


laboratorium dan pengujian di lapangan.
Untuk mengetahui jenis batuan maka dilakukan test batuan berdasarkan
kerusakan bahannya:
1. Non destructive test
Non destructive test adalah pengujian tanpa merusak conto misalnya pada
pengujian sifat fisik dan ultrasonic velocity test.
2. Destructive test
Adalah pengujian yang mengakibatkan conto batuan rusak atau hancur
misalnya pada pengujian kuat tekan, kuat geser, triaxial, point load test.
Sifat fisik batuan berkaitan dengan :
- rancangan peledakan
- Perencanaan penambangan
- Perhitungan beban dan analisis regangan
- Analisis kemantapan lereng

-Penentuan sifat fisik batuan di laboratorium


1. Penyiapan conto batuan
Di laboratorium dengan core machine, kalau di lapangan dengan core
drilling.
Keterangan : H : tinggi conto, biasanya ≥ 2 d
D : diameter conto 50 mm hingga 70 mm
2, Penimbangan
Wn : Berat perconto asli
Wo : Berat perconto kering setelah dioven 24 jam, kurang lebih 90 derajad
Ww : Berat conto jenuh ( setelah dijenuhkan selama 24 jam)
Wa : Berat conto jenuh + berat air + bejana
Wb : Berat perconto jenuh tergantung didalam air+berat air+berat bejana
Ws : Berat perconto jenuh dalam air = Wa – Wb
Vtp : Volume perconto tanpa pori pori = Wo – Ws
Vt : Volume perconto total = Ww-Ws
2. Penentuan sifat fisik batuan
- Berat isi air : Mw
- Bobot isi asli (natural density) : M = Wn/(Ww-Ws)
- Bobot isi kering (dry density) : Md = Wo/(Ww-Ws)
- Bobot isi jenuh (saturated density) : Ms = Ww/(Ww-Ws)
- Berat jenis semu (apperent density) : ρ ap = {Wo /(Ww-Ws)}/ γw
- Berat jenis nyata (true spesifik density) : ρ tr = {Wo /(Wo-Ws)}/ γw
- kadar air asli(natural water content) : (Wn-Wo)/Wo X 100%
- Kadar air jenuh (absorption) : (Ww-Wo)/Wo X 100%
- Derajad kejenuhan : (Wn-Wo)/(Ww-Wo) X 100%
- Porositas : n = (Ww-Wo)/(Ww-Ws) X 100%
- Void ratio : e = n/1-n

Contoh soal :
Pada kondisi aslinya, sebuah contoh batuan mempunyai massa 2290 gram,
dan volume 1.15 X 10 -3 m3. Setelah dikeringkan dalam oven massanya
menjadi 2035 gram. Gs(berat jenis) : 2.68. Tentukan kerapatan butiran,
berat isi, kadar air, angka pori, porositas, derajad kejenuhan, dan
kandungan udara.
Catatan : Berat isi air = 9.8 KN/m3
Jawab :
- Kerapatan butiran : ρ = M/V = 2.290 gr/1.15 X 10-3 m3 = 1.991 kg/m3
- Berat Isi = ρ x Mw = 1991 kg/m3 X 9.8 KN/m3 = 19.500 KN/m3.
- Kadar air w = Mw-M/M = 2990-2035/2035 = 0.125 atau 12.5%
- Angka Pori = e = Gs(1+w) ρw/ ρ-1
= 2.68(1+0.125)1000/1990 -1
= 2.68*1.125* 0,502513 -1
= 0,515077

- Porositas n = e/1+e = 0.52/1-0.52 = 0.34 atau 34 %

- Derajad kejenuhan Sr = wGs/e = 0.125*2.68/0.52 = 0.645 atau 64.5%

- Kandungan udara, A = n(1-Sr) = 0.34*0.355 = 0.121 atau 12%

-Penentuan Sifat Mekanik


Jenis pengujian sifat mekanik yang umumnya dilakukan di laboratorium
mekanika batuan diantaranya :
1. Test uji kuat tekan (unconfined compression test)
2. Uji kuat tarik ( Indirect tensile strength test)
3. Uji beban titik (point load test/test franklin)
4. Uji triaxial (triaxial compression test)
5. Uji kuat geser langsung (punch shear test)
6. Uji kuat geser pada σn tertentu (direct box shear strength test)
7. Uji kecepatan gelombang ultrasonik (ultrasonic velocty)
Adapun jenis penentuan sifat mekanik di lapangan (insitu test) antara lain ialah :
1. Rock loading test (jacking test)
2. Block shear test
3. Insitu triaxial compression test
4. Hidraulic fracturing
Keuntungan pengujian insitu :
- lebih representatif, karena pengujian dilakukan pada kondisi asli dan
menyangkut volume batuan yang lebih besar.
Kerugian :
- Memerlukan waktu lebih lama untuk persiapan dan mobilisasi peralatan
- Biaya menjadi lebih mahal.

Anda mungkin juga menyukai