Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ISU-ISU MASA DEPAN DALAM

MANAJEMEN KESEHATAN

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Strategis Pelayanan Kebidanan

Oleh :

SILVIA AGUSTIN
NIM : 194330538

KELAS : A (Alih Jenjang)

Dosen Mata Kuliah : Dr. Yuliva, S.SiT, M.Kes

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat


menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Isu-isu Masa Depan
dalam Manajemen Kesehatan”. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi ujian
tugas mata kuliah manajemen strategis pelayanan kebidanan. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : ibu Dr.Yuliva,
S.SiT,M.Kes yang telah memberikan kesempatan dan memberikan ilmu
pengetahun sehingga makalah ini dapat selesai.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini.  Tiada gading yang tak retak, kami menyadari
betul bahwa makalah ini belumlah sempurna. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan sekaligus dapat menambah
wawasan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, Dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.

Padang, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
1. Tujuan Umum........................................................................................2
2. Tujuan Khusus.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Managed Care Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan.................................3
B. Aplikasi Ilmu Manajemen Dalam Pelayanan Kesehatan........................13
C. Evidance Based Policy And Management..............................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................21
B. Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan di Indonesia adalah salah satu hak yang harus dimiliki oleh
tiap warga negara. Didalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan
bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping kebutuhan akan
sandang dan pangan, pemukiman dan pendidikan. Karena hanya dalam
keadaan sehatlah man usia dapat hidup, tumbuh, berkarya dan berkreasi
dengan baik.
Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Isu-isu strategis yang dialami oleh sektor kesehatan yang perlu
diantisipasi untuk kurun waktu mendatang adalah derajat kesehatan, angka
kematian, masalah demografi, jumlah penduduk miskin, ketersediaan
sumberdaya, kesehatan yang belum optimal, pelayanan kesehatan yang belum
optimal, fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan bagi peyandang cacat dan
lansia belum memadai, penduduk miskin belum seluruhnya mendapat
jaminan kesehatan, Sistem informasi Kesehatan (SIK) yang belum optimal
pemanfaatannya.

1
Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan
pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima pada setiap instansi
pemerintah. Implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 sampai saat ini belum
terlaksana maksimal oleh instansi terkait.
Itulah sebabnya maka upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal merupakan upaya penting yang dilaksanakan oleh masyarakat seluruh
dunia. Di sektor kesehatan, kesadaran dan kemampuan setiap masyarakat
untuk hidup sehat merupakan faktor utama untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimanakah isu-isu masa depan dalam manajemen
kesehatan ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui isu-isu masa depan dalam manajemen kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui managed care dalam sistem pelayanan kesehatan
b. Mengetahui aplikasi ilmu manajemen dalam pelayanan kesehatan
c. Mengetahui evidance based policy and management.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Managed Care dalam Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Pengertian Managed care
Managed care menurut Juanita tahun 2002 didefinisikan sebagai
suatu sistem dimana pelayanan kesehatan terlaksana secara terintegrasi
dengan sistem pembiayaan yang mempunyai 5 elemen yaitu :
a) Penyelenggaraan pelayanan oleh provider tertentu
b) Memiliki kriteria khusus untuk penetapan provider
c) Memiliki program pengawasan mutu dan manajemen utilisasi
d) Penekanan pada upaya promotif dan preventif
e) Adanya financial insentive bagi peserta yang melaksanakan pelayanan
sesuai prosedur.
Menurut Internasional Foundation of Employee Benefit Plans
2003 managed care merupakan pengaturan perawatan / pelayanan
kesehatan yang mencakup biaya, alokasi risiko antara proses asuransi,
penyedia dan pengusaha, serta klaim administrasi dan pelaporan. Tujuan
dari pengaturan ini adalah untuk membantu masyarakat atau sekelompok
orang untuk memenuhi kebutuhan dalam pelayanan kesehatan.
Menurut WHO (2000) managed care adalah suatu sistem yang
mencoba mengintegrasikan antara pembiayaan dan pemberian pelayanan
kesehatan yang sesuai bagi anggotanya. Managed care merupakan
pendekatan komprehensif yang melibatkan perencanaan, pendidikan,
pemantauan, koordinasi, pengendalian kualitas, akses, pembiayaan, serta
kontrol pemanfaatan terlibat.
Menurut Henny, 2007 managed care adalah suatu sistem
pembiayaan pelayanan kesehatan yang disusun berdasarkan jumlah
anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai dari perencanaan pelayanan
serta meliputi ketentuan :

3
a. Ada kontak dengan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk
pelayanan yang komprehensif
b. Penekanan agar peserta tetap sehat sehingga utilasi berkurang
c. Unit pelayanan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan
d. Ada program pelayanan mutu pelayanan

2. Ciri Managed Care


Ada beberapa cici-ciri dari managed care, yaitu :
a) Adanya kerjasama antara pemberi layanan jasa kesehatan (provider)
dengan lembaga penyelenggara asuransi
b) Monitoring dan kontrol pelayanan yang diberikan
c) Adanya pembatasan pelayanan kesehatan (PPK) atau provider
d) Menciptakan layanan kesehatan yang sesui dengan standar yang
ditetapkan
e) Menekankan pada pemeliharaan peserta untuk mengurangi utilitas
pelayanan
f) Adanya program peningkatan mutu dan Untilization Review (UR)
g) Sistem Reimbursement yang membuat sarana pelayanan kesehatan
(dokter, puskesmas, rumah sakit) dapat mempertanggungjawabkan
biaya dan kualitas layanan kesehatan.

3. Bentuk – Bentuk Managed care


Managed care terdiri dari 3 bentuk yaitu :
a. Health Maintenance Organization (HMO)
Merupakan suatu bentuk managed care yang mempunyai ciri sebagai
berikut :
1) Pembayaran premi didasarkan pada perhitungan kapitasi
2) Terikat pada lokasi tertentu
3) Pembayaran out of pocket sangat minimal
4) Mempunyai dua bentuk HMO yaitu yang pertama HMO
merupakan badan penyelenggara merangkap sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan sehingga kontrol lebih baik

4
dan mengurangi utilisasi yang berlebihan. Kedua, HMO
mengontrol penyelenggaraan pelayanan kesehatan
5) Pilihan provider/penyelenggara pelayanan kesehatan adalah
terbatas
6) Kendali biaya dan pemanfaatan tinggi
7) Ada kemungkinan mutu pelayanan rendah
Beberapa tipe HMO adalah :
1) Staff model, dimana dokter secara langsung menjadi pegawai
HMO, dan diberikan imbalan imbalan dengan sistem gaji
2) Group mode, dimana HMO mengontrak dokter secara kelompok
dan biayanya berdasarkan atas kapitasi
3) Network model, dimana HMO mengontrak lebih dari satu grup
dokter
4) Individual Practice Assosiation (IPA), dimana HMO mengontrak
sejumlah dokterdari beberapa jenis praktik dan biayanya
berdasarkan padafee for service.
b. Preferred Provider Organization (PPO) dan Point of Servie (POS)
Merupakan bentuk managed care yang memberikan jaminan pilihan
PPK yang lebih luas kepada konsumen yaitu provider yang termasuk
dalam jaringan pelayanan sehingga harus dibayar penuh Ciri-ciri dari
PPO dan POS, antara lain :
1) Pelayanan bersifat komprehensif
2) Kebebasan memilih PPK
3) Isentif untuk menggunakan PPK murah
4) Pembayaran PPK berdasarkan fee for service dengan potongan
harga
5) Pengeluaran out of pocket sedang
6) Inflasi biaya relati masih tinggi
7) Ada kendali utilitas dan mutu
8) Tumbuh paling cepat

5
Namun menurut Sulastomo 2000, konsep dasar bentu-bentuk
managed care organization dapat dikenali sebagai berikut :
1) HMO (Health Maintenance Organization)
Adalah sistem pemeliraan kesehatan yang terorganisir, yang
bertanggung jawab terhadap pembiayaan kesehatan dan
pemberian pelayanan kesehatan yang komprehensif, terhadap
sekelompok masyarakat yang menjadi pesertanya dengan
pembayaran pradana praupaya dalam jumlah yang tetap.
Adapun prototipe dari HMO yang sering diperkenalkana
dalah Kaiser Permanente Health Plant, dimana memiliki jaringan
pelayanan kesehatan yang lengkap (RS, Laborlatorium, klinik,
apotik dan lainnya), dengan dokter bekerja purna waktu (staf
odel) serta pembayaran berdasarkan kapitasi.
2) PPO (Preferred Providers Organization)
Adalah sebuah lembaga dan organisasi dari sekolompok
profesi/dokter dan institusi kesehatan yang menyelenggarakan
perjanjian dengan perusahaan asuransi kesehatan/ HMO serta
third party administration lainnya, pada sekelompok peserta
sesuai dengan biaya yang disepakati bersama.
Peranan PPO dengan hubungan dengan pihak ketiga,
misalnya MCO, adalah menetapkan/memilih PPK, negosiasi tarif
pelayanan, melaksanakan program penjaga mutu dan pemanfaatan
pelayanan.
3) IPA (Independent Practice Association)
Adalah sekelompok dokter yang jumlahnya tidak besar
yang menyetujui untu dapat melayani sekelompok peserta MCO.
IPA dapat dalam bentuk non for profit maupun for profit
organization, sekedar partnership dan lain sebagainya.
Peranan IPA sangat penting dalam penyelenggaraan sebuah
program MCO, baik dalam memberikan pelayanan kesehatan
maupun dalam menetapkan biaya pelayanan kesehatan, misal
dalam konsep kapitasi adanya IPA, MCO juga dapat memperoleh

6
garansi dalam pengendalian mutu pelayanan kesehatan (quality
assurance programme) melalui misalnya program peer review
dan bahkan penggunaan pelayanan kesehatan.
4) IPO (Independent Prakctitioner Organization)
Sebuah organisasi yang di bentuk oleh kalangan profesi dan
masyarakat kedokteran untuk mengevaluasi kepesertaan mereka
dalam program MCO, tetapi lebih berperan sebagai semacam
clearing house bagi anggotanya untuk memperoleh informasi
tentang perkembangan MCO dan lainnya.
Dengan perkemabangan sebagaimana yang dikemukakan
diatas managed care sesungguhnya lebih merupakan suatu
pendekatan untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan,
melalui berbagai upaya pengembangan sistem pelayanan dan
pembiayaan yang efisien dan efektif, untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal dan bermutu.

4. Teknik – Teknik Managed Care


Terdapat beberapa teknik managed care yang dapat digunakan baik untuk
program yang berbasis PPK dan bukan yang berbasis PPK. berikut ini
adalah teknik-teknik managed care :
a. Care and Disesase Management (C/DM)
Sebuah sistem intervensi kesehatan yang terkoordinasi diperuntukan
bagi pasien yang memerlukan upaya perawatan diri yang signifikan.
Menurut Green (2009) care management merupakan suatu rancangan
program kesehatan yang menangani pasien dengan kondisi kronis
yang dianggap berisiko tinggi akibat kombinasi dari berbagai masalah
kesehatan, sosial dan fungsional. Sedangkan Disesase Management
merupakan program yang mengelola pasien dengan penyakit tertentu
seperti diabetes dan hipertensi. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Care and Disesase Management sangat cocok
diperuntukan pada pasien yang mengalami penyakit kronis seperti
diabetes, gagal ginjal, gagal jantung dan hipertensi.

7
Konsep dari C/CM adalah saling berbagi pengetahuan, membangun
pengetahuan, tanggung jawab, dan rencana perawatan dengan praktisi
kesehatan atau kerabat dekat (keluarga, teman. Pengasuh). Agar
program ini efektif, diperlukan implementasi sistem secara
menyeluruh dengan dukungan sosial masyarakat, profesional klinis
selaku penyedia pelayanan kesehatan bersedis untuk bertindak sebagai
mitra pasien serta sumber daya yang memdai
Secara keseluruhan program C/DM ini berpotensi untuk mengurangi
biaya perawatan kesehatan dengan mengurangi penggunaan pelayanan
medis yang tidak perlu.
b. Case Management
Menurut Powell dalam tesis kgasi 2010 , case management adalah
proses mendapatkan layanan yang tepat terhadap klien yang tepat.
Artinya sebuah proses kalaboratif yang menilai, merencanakan,
mengimplentasikan, mengkoordinasi, memonitoring dan
mengevaluasi pilihan dan layanan untuk memenuhi kebutuhan dan
peningkatan kesehatan individu melalui komunikasi dan ketersediaan
sumber daya. Proses pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk
memberikan kualitas kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup klien
dengan biaya minimal. Case management mengembangkan sistem
untuk mengidentifikasi dan menangani kasus resiko tinggi dan
berbiaya tinggi. Kasus yang ditangani diantaranya kanker, HIV/AIDS,
insiden pembuluh darah otak, transplantasi organ, luka bakar parah,
kehamilan berisiko tinggi, neonatus resiko tinggi, luka bakar parah,
cidera tulang belakang dan penyakit neuromuskuler. Kasus berisiko
tinggi ini telah meningkatkan potensi komplikasi medis dan masa
perawatan di rumah sakit yang berkepanjangan sehingga
meningkatkan biaya perawatan.
Menurut Applebeum dan Austin (1990) dalam Scharlach, et al (2001),
tujuan case management dapat dilihat berdasarkan :
1) Client – Oriented

8
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa klien menerima
layanan yang tepat yang mendukung perawatan secara informal,
meningkatkan akses terhadap perawatan formal dan
meningkatkan kesejahteraan individu dan keluarga
2) Administrative – Oriented
Menyangkut biaya, penyediaan dan pemanfaatan jasa dalam
rangka meningktakan pemanfaatan layanan dan pembatasan
biaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan biaya,
mengurangi pembiayaan yang lebih mahal atau meningkatkan
atau menurunkan jumlah klien yang dilayani.
3) System – Oriented
Bertujuan untuk mengatasi seluruh sistem pelayanan yang efisien
dan berkualitas tinggi. Hal ini meliputi penyediaan rangkaian
perawatan yang berkesinambungan, meningkatakan akses
pelayanan dan meningkatakan keetepatan waktu pelayanan.
c. Workplace Wellness
Merupakan program kegiatan promosi kesehatan atau kebijakan
organisasi yang dirancang untuk mendukung perilaku hidup sehat di
tempat kerja dan untuk meningkatkan kesehatan pekerja. Workplace
Wellness terdiri dari berbagai kegiatan promosi kesehatan seperti
pameran kesehatan, pendidikan kesehatan, pemeriksaan medis,
pembinaan kesehatan, program kebugaran, serta program manajemen
berat badan. Sedangkan kebijakan organisasi Workplace Wellness
mencakup penyediaan fasilitas kesehatan bagi pekerja, penyediaan
dapur dan kantin, penawaran pilihan makanan yamh sehat dan
sebagainya. Workplace Wellness sudah diperluas sebagai budaya
hidup sehat dalam lingkup tempat kerja.
Manfaat yang diperoleh dengan penerapan Workplace Wellness
adalah peningkatan kesehatan bagi pekerja sehingga risiko cidera
lebih rendah, ketidakhadiran pekerja rendah, dan ketahanan pekerja
lebih besar.

9
d. Patient Education
Patient Education adalah salah satu inisiatif untukmembuat orang
berpartisipasi penyakit kroni mereka sendiri.Langkah yang diberikan
memberikan kompetensi terhadap yang memungkinkan mereka untuk
mengelola penyakit kronis mereka menjadin lebih baik.
e. Utilization Management
Merupakan proses evaluasi terhadap kesesuaian kebutuhan medis
dan efisiensi prosedur pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan,
berdasarkan kriteria (pedoman) yang ditetapkan dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku oleh National Comitee of Quality Assurance
(NCQA).
f. Utilization Review (UR)
Merupakan suatu metode untuk memantapkan kualitas pelayanan
dari penyedia layanan kesehatan yang berfokus pada kontrol biaya
dengan mengkaji perlu atau tidaknya pelayanan secara medis
diberikan serta layak atau tidaknya jika dilihat dari segi biaya dan
sumberdaya.

5. Kelemahan dan Keuntungan Menggunakan Metode Manage Care


a. Kelemahan metode manage care
Berikut ini merupakan hal yang paling sering dikomplein dari sistem
managed care, yaitu:
 Cost savings (penghematan biaya)
Penghematan biaya yang diklaim oleh managed care dianggap
tidak benar atau tidak berkelanjutan.
 Provider reimbursement
Reimbursement rumah sakit dan kompensasi untuk dokter terlalu
rendah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
 Quality of care (kualitas pelayanan)
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi managed care
di bawah standar, termasuk penolakan pelayanan, akses yang sulit

10
untuk konsultasi dengan dokter spesialis dan batas waktu untuk
rawat inap.
b. Keuntungan menggunakan metode manage care
Secara keseluruhan manage care menimbulkan reaksi positif dalam
mengontrol pertumbuhan biaya pelayanan kesehatan tanpa
menimbulkan efek negatif terhadap kualitas pelayanan rumah sakit.
Berikut keuntungan dari sistem managed care, yaitu:
 Manajemen penyakit
Dengan sistem manage care, sistem pembiayaan fee for service
dimana provider membayar untuk suatu penyakit, berubah ke
sistem kapitasi dimana keuntungan dapat diperoleh jika penduduk
dalam keadaan sehat. Pengobatan juga semakin efektif dengan
melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam menangani penyakit
kronik dan melakukan promosi manfaat dari regimen obat yang
digunakan. Selain itu, target utama lainnya adalah program
manajemen penyakit seperti asma pada anak, diabetes, cedera
tulang belakang, nyeri tulang belakang, penyakit ginjal kronik dan
kesehatan mental dengan biaya yang masuk akal.
 Pengukuran kualitas
Beberapa teknik digunakan dalam managed care, salah satunya
adalah guideline yang berdasarkan praktik klinik terbaik, buku
laporan yang berkualitas yang berisikan informasi mengenai
provider dan kinerja rencana kesehatan dan evidence-based-
medicines yang berhubungan dengan penemuan kedokteran
mutakhir serta data efektivitas biaya. Protokol klinis yang
dikembangkan oleh HMOs memiliki efek positif untuk
memperpaiki kualitas. Evidence-based-medicines memerlukan hal
tersebut untuk mempromosikan kualitas pelayanan, baik dokter
dan pasien dapat melakukan diskusi untuk meningkatkan kualitas
dalam menentukan pengobatan yang akan dilakukan.

11
 Penyelarasan insentif
Managed care melakukan beberapa cara untuk membayar
provider dengan harga terbaik dan membuat kerangka agar
pembiayaan kesehatan menjadi efektif, produktif dan berkualitas.
Biaya juga dibatasi dengan cara mengeliminasi hal-hal yang tidak
sesuai dan tidak penting dalam sistem pelayanan kesehatan.

6. Asuransi Kesehatan dan Managed Care

Managed care (Managed Health Care) adalah sistem yang


mengintegrasikan antara pembiayaan dan pelayanan kesehatan melalui
penerapan kendali mutu dan biaya dengan cara meningkatkan kelayakan dan
efisiensi pelayanan kesehatan. Pendekatan ini dapat mengurangi bahaya moral
(moral hazard) terhadap pelayanan kesehatan yang tidak dibutuhkan oleh
pasien sehingga mengakibatkan kerugian kesejahteraan masyarakat.
Managed care ini berbeda dengan asuransi kesehatan indemnity
tradisional. Dalam managed care pembayaran pada provider tidak
berdasarkan fee for service dan reimbursment, akan tetapi besar biaya telah
ditentukan dan dibayar untuk memberikan pelayanan yang komprehensif
termasuk pelayanan preventif seperti perawatan anak, imunisasi, papsmears
dan lain-lain.14 Tidak seperti asuransi indemnity, managed care memberikan
pelayanan promotif dan preventif. Dengan demikian dapat dipandang bahwa
managed care merupakan kombinasi dari perusahaan asuransi kesehatan dan
system pemberian pelayanan kesehatan.
Jika asuransi kesehatan tradisional hanya bertanggungjawab
memberikan reimburstment pada peserta atas biaya pelayanan kesehatan
maka managed care juga bertanggujawab dalam memberikan pelayanan bagi
peserta. Konsekuensinya managed care harus menjamin akses pelayanan
kesehatan, manjemen kualitas dan kesesuaian pelayanan peserta.
Berikut merupakan tabel perbedaan antara asuransi konvensional
dengan managed care:

Asuransi Konvensional Managed Care

12
Menghindari kerugian Meningkatkan status kesehatan
Cara penentuan premi dengan experience Menggunakan community rating yaitu
rating yaitu risiko dihitung dengan risiko dihitung berdasarkan data
memakai data biologis individu. Orang community
risiko tinggi akan membayar lebih mahal
Tidak ada cost containment Ada cost contaiment
Tidak ada manajemen utilisasi Ada manejemen utilisasi
Risk transfer Risk sharing
Resiko terpilih Komperenshif

7. Mekanisme Pembayaran Provider


Konsep yang diusung pemerintah dalam rangka penerapan
Universal Health Converage (UHC) melalui Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) adalah kendali biaya, kendali mutu. Diharapkan dengan
konsep ini , SJSN dapat menekan biaya pelayanan yang diikuti dengan
peningkatan kualitas derajat kesehatan masyarakat. berangkat dari konsep
managed care tersebut, pemerintah berupaya menyususn mekanisme
pembayaran kepada penyedia layanan kesehatan (health provider) yang
sesuai dengan prinsip managed care.

B. Aplikasi Ilmu Manajemen dalam Pelayanan Kesehatan


1. Pengertian manajemen
a) Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan
dengan menggunakan orang lain (Robert D. Terry)
b) Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan
diselenggarakan dan diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)
c) Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang
lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2
tanggung jawab utama (perencanaan dan pengawasan)
d) Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang /lebih
untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai
hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja.
(Evancevich)

13
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan
umum bahwa “Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain
guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan” Apabila batasan
ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai
berikut :
“Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan” Dengan
kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang
menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)

2. Fungsi manajemen
Perbandingan beberapa fungsi manajemen menurut 4 pakar
manajemen ilmiah Tokoh Fungsi manajemen
 George Terry : Planning, Organizing, Actuating, Controlling
 L. Gullick : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, Budgetting
 H. Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
Controlling
 Koonzt O’ Donnel : Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Controlling.
a) Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative
kegiatan untuk pencapaiannya.
b) Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
c) Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating)
atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada

14
staff agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-
tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan
dukungan sumber daya yang tersedia.
d) Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal)
adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.

3. Penerapan manajemen di bidang kesehatan


Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit
atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh sistem
kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Sesuai dengan tujuan sistem kesehatan tersebut, administrasi
(manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga
(business adminstration) yang lebih banyak berorientasi pada upaya untuk
mencari keuntungan finansial (profit oriented). Administrasi kesehatan
lebih tepat digolongkan ke dalam administrasi umum/publik (public
administration) oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan
pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi
kesehatan di Indonesia seperti Kantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah,
Rumah Sakit dan Puskesmas dan jajarannya. Untuk memahami penerapan
manajemen kesehatan di RS, Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu
dilakukan kajian proses penyusunan rencana tahunan Depkes dan Dinas
Kesehatan di daerah. Khusus untuk tingkat Puskesmas, penerapan
manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiap lima
tahun (micro planning), pembagian dan uraian tugas staf Puskesmas sesuai
dengan masing-masing tugas pokoknya.

4. Ruang lingkup manajemen kesehatan


a) manajemen personalia (mengurusi SDM)

15
b) manajemen keuangan
c) manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
d) manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen
(mengurusi pelayanan kesehatan)

5. Ekonomi layanan kesehatan


Masyarakat Indonesia sejak awal tahun 1998 kembali dilanda krisis
ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1965. Bom Bali tanggal 12
Oktober 2002 juga memperburuk krisis ekonomi yang berkepanjangan
juga berdampak pada bidang kesehatan. Kemampuan pusat-pusat
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang menyediakan
jasa pelayanan kesehatan bermutu dan harga obat yang terjangkau oleh
masyarakat umum semakin menurun. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya kesadaran mereka akan arti hidup sehat. Namun, daya beli
masyarakat untuk memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan semakin
menurun akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, terutama harga obat-
obatan yang hampir semua komponennya masih diimpor.
Depkes sudah mengantisipasi dampak krisis ekonomi di bidang
kesehatan dengan menyesuaikan terus kebijakan pelayanannya terutama di
tingkat operasional. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan primer, baik di
Puskesmas maupun di RS Kabupaten harus dijadikan indikator penerapan
kebijakan baru di bidang pelayanan kesehatan. Realokasi dana DAU dan
DAK juga perlu terus dikembangkan oleh Pemda untuk membantu
penduduk miskin. Beberapa kebijakan operasional yang sudah mendapat
perhatian dalam menghadapi krisis kesehatan ini adalah :
1) Meletakkan landasan kebijakan kesehatan yang lebih bersifat
pencegahan (preventif)
2) Kebijakan obat nasional harus diarahkan untuk pemasyarakatan obat-
obatan esensial yang terjangkau oleh masyarakat. Meskipun dengan
dalih untuk membuka peluang bagi penanaman modal asing (PMA),
pembatasan jumlah industri farmasi harus dilaksanakan secara ketat.

16
3) Etika kedokteran dan tanggung jawab profesi seharusnya mendapat
porsi yang lebih besar dalam pendidikan dokter agar dokter yang
ditamatkan oleh Fakultas Kedokteran di Indonesia juga dapat berfungsi
sebagai cendikiawan di bidang kesehatan.
Kesehatan merupakan hak masyarakat yang perlu terus
diperjuangkan terutama penduduk miskin karena sudah merupakan
komitmen global pemerintah. Oleh karena itu, LSM kesehatan perlu terus
diberdayakan (bagian dari reformasi kesehatan) agar mereka mampu
menjadi pendamping kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan
perlindungan.
Pembiayaan kesehatan, Sumber utama pembiayaan kesehatan :
a. Pemerintah
b. Swasta
c. Masyarakat dalam bentuk pembiayaan langsung (fee for service) dan
asuransi
d. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar
negeri.

Pembiayaan kesehatan di masa depan akan semakin mahal karena :


a. Pertumbuhan ekonomi nasional yang juga mengakibatkan
meningkatnya tuntutan (demand) masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu.
b. Perkembangan teknologi kedokteran dan pertumbuhan industri
kedokteran. Hampir semua teknologi kedokteran masih diimpor
sehingga harganya relatif mahal karena nilai rupiah kita jatuh
dibandingkan dolar Amerika.
c. Subsidi Pemerintah semakin menurun akibat krisis ekonomi tahun
1998. Biaya pelayanan kesehatan di Indonesia sebelum krisis adalah
18 US dólar/kapita/tahun, tapi kondisi ini menurun lagi setelah krisis
yaitu 12 US dólar/kapita/tahun pada tahun 2000. Seiring dengan
turunnya kemampuan pemerintah, daya beli masyarakat juga menurun
untuk mengakses pelayanan kesehatan.

17
6. Unsur-unsur asuransi kesehatan :
a) Ada perjanjian
b) Ada pemberian perlindungan
c) Ada pembayaran premi oleh masyarakat
d) Jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia :
 Asuransi kesehatan sosial (Sosial Health Insurance)
Contoh : PT Askes untuk PNS dan penerima pensiun dan PT
Jamsostek untuk tenaga kerja swasta.
 Asuransi kesehatan komersial perorangan (Private Voluntary Health
Insurance) Contoh : Lippo Life, BNI Life, Tugu Mandiri, Takaful, dll.
 Asuransi kesehatan komersial kelompok (Regulated Private Health
Insurance)
Contoh : produk Asuransi Kesehatan Sukarela oleh PT Askes.

C. Evidance Based Policy and Management


Evidence Based Policy atau Pengambilan Kebijakan berbasis
Bukti/Fakta merupakan sebuah proses pengambilan kebijakan yang berbasis
kepada bukti. Ini merupakan lawan dari pengambilan kebijakan yang hanya
berlandaskan kepada preferensi pribadi yang cenderung emosional, berjangka
pendek, berbasis pengalaman lampau, apalagi hanya untuk menyenangkan
atasan.
Makin Sackett dkk mendefinisikan EBM (Evidance Based Makin)
sebagai: “the conscientious, explicit, and judicious use of current best
evidence in making decisions about the case ofindividual patient’. Untuk
EBP, Cookson memberikan definisi yang serupa,namun berfokus pada
keputusan public tentang kelompok atau masyarakat, bukan sebuah keputusan
tentang individu pasien. Lebih lanjut Cookson menggambarkan hubungan
antara bukti ilmiah dengan keputusan. Keputusan berupa kebijakan publik
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu :
a) kepercayaan;
b) nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat;

18
c) berbagai hal lain seperti aspek politik,ekonomi, hukum, dan etik. Peran
bukti ilmiah adalah mempengaruhi kepercayaanpengambil keputusan
tentang hal yang harus ditetapkan. Akan tetapi kepercayaanini
dipengaruhi pula oleh pengalaman, bukti anekdot, ataupun opini yang
didengardan dibaca oleh pengambil kebijakan. Apabila tidak ada bukti
ilmiah, dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi
oleh kepercayaan yangberasal dari opini misalnya (Trisnantoro, 2007).

Manfaat EBP secara umum mencakup:


a) EBP menjadi dasar dalam melakukan proses umpan balik pembelajaran
dalam mengembangkan kebijakan (policy learning). Proses umpan balik
membutuhkan dasar, dan data evidence menjadi dasar yang obyektif
untuk melihat apakah ada kesalahan dalam mengolah data,
menginterpretasikan data atau menyajikan data sehingga kesimpulan
yang diambil tepat atau tidak sesuai.
b) EBP juga menjadi perpustakaan dinamis yang menjadi ingatan institusi
(institutional memory). Proses EBP biasanya terdokumentasi karena
dimulai dari data yang dikumpulkan. Proses EBP juga membutuhkan
diskusi dalam penyamaan persepsi dan pembangunan konsensus dalam
menentukan kebijakan. Dua proses utama ini, dokumentasi dan diskusi,
akan meninggalkan jejak pengetahuan baik secara tulisan maupun secara
ingatan di pelaku di organisasi.
c) Mendisiplinkan organisasi untuk mengumpulkan data bukti (evidence)
yang relevan. Dengan membuat data menjadi kebutuhan dalam
mengambil keputusan, maka organisasi akan selalu didorong untuk
mengupdate data secara rutin dan menambahkan data baru yang
dibutuhkan. Pengumpulan data memang membutuhkan biaya, namun
biaya ini akan digantikan oleh kualitas dari pengambilan kebijakan dan
terhindar dari kesalahan yang bisa terjadi, dan biaya memperbaiki
kesalahan itu menjadi lebih mahal dari kesalahannya.
Evidence Based Management, Manajemen berbasis bukti tampaknya
telah membuat sedikit kemajuan dalam perawatan kesehatan dibandingkan
sejenis klinis lainnya. Sementara akademisi dan praktisi manajer telah

19
menuls tentang hal itu dalam jangka sebagian besar positif pemerintah
dalam pembuat kebijakan. Meskipun ada beberapa manajemen mendorong
pembangunan seperti collaborations Cochrane praktek efektif dan organisasi
kelompok perawatan, yang pemerintah pengiriman U.K pelayanan kesehatan
dan program penelitian organisasi. yayasan penelitian pelayanan kesehatan
Canada baru-baru ini didirikan dan inisiatif baru untuk mempromosikan
berbasis bukti oleh asosiasi untuk program sarjana dalam administrasi
kesehatan. Masih jauh dari melihat manajer membuat penggunaan yang tepat
dari bukti dalam pengambilan keputusan mereka (Elukra, 2011).

BAB III
PENUTUP

20
A. KESIMPULAN
managed care adalah suatu sistem yang mencoba mengintegrasikan
antara pembiayaan dan pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai bagi
anggotanya. Managed care merupakan pendekatan komprehensif yang
melibatkan perencanaan, pendidikan, pemantauan, koordinasi, pengendalian
kualitas, akses, pembiayaan, serta kontrol pemanfaatan terlibat.
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan” Dengan
kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
Evidence Based Policy atau Pengambilan Kebijakan berbasis
Bukti/Fakta merupakan sebuah proses pengambilan kebijakan yang berbasis
kepada bukti. Evidence Based Management, Manajemen berbasis bukti telah
membuat sedikit kemajuan dalam perawatan kesehatan dibandingkan sejenis
klinis lainnya. Sementara akademisi dan praktisi manajer telah menulis
tentang hal itu dalam jangka sebagian besar positif pemerintahdalam pembuat
kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

21
Heni Djuhaeni. 2007. Modul pembelajarna asuransi kesehatan dan managed
care. Bandung.
Rahmad suhanda. Jurnal Kedokteran. volume 15 nomor 2 agustus 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai