Anda di halaman 1dari 4

B.

Tindakan Prioritas Untuk Kesehatan Maternal Dan Neonatal Sebagai Bagian


Dari PPAM
Sejak awal respon di setiap situasi bencana sektor kesehatan harus menetapkan
satu organisasi sebagai koordinator kesehatan reproduksi. Bisa berupa sebuah LSM
internasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau lembaga PBB,h arus segera
menugaskan seorang petugas kesehatan reproduksi tetap untuk jangka waktu minimal
tiga bulan guna memberi dukungan teknis dan operasional kepada mitra kesehatan
dan untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi adalah prioritas serta mencapai
cakupan yang baik untuk layanan PPAM.

1. Mencegah kekerasan seksual Kekerasan seksual telah dilaporkan dari kebanyakan


situasi darurat bencana, termasuk yang disebabkan oleh bencana alam. Semua
pelaku dalam situasi kemanusiaan harus menyadari risiko kekerasan seksual dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan multisektoral untuk mencegah dan
melindungi penduduk yang terdampak, khususnya perempuan dan anak
perempuan.Dalam kolaborasi dengan mekanisme sektor/cluster kesehatan secara
keseluruhan, petugas kesehatan reproduksi dan staf program kesehatan reproduksi
harus :

a. Memastikan perempuan, pria, remaja dan anak-anak memiliki akses terhadap


layanan kesehatan dasar, termasuk layanan kesehatan seksual dan kesehatan
reproduksi;

b. Mendesain dan menempatkan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan


keamanan fisik, melalui konsultasi dengan masyarakat, khususnya pada
perempuan dewasa dan remaja;

c. Berkonsultasi dengan penyedia layanan dan pasien tentang keamanan di


fasilitas fasilitas kesehatan;

d. Menempatkan toilet dan tempat mencuci laki-laki dan perempuan secara


terpisah di fasilitas kesehatan di tempat yang aman dengan penerangan jalan
yang memadai pada malam hari, dan memastikan bahwa pintu-pintu dapat
dikunci dari dalam;

e. Mempekerjakan perempuan sebagai penyedia layanan, pekerja kesehatan


masyarakat, staf program dan penerjemah
2. Mengurangi penularan HIV Untuk mengurangi penularan HIV sejak permulaan
respon bencana, petugas kesehatan reproduksi harus bekerja dengan para mitra
sektor kesehatan untuk:

a) menetapkan praktik transfusi darah yang aman dan rasional

b) memastikan penerapan tindakan pencegahan standar menjamin tersedianya


kondom gratis.

c) Meskipun bukan komponen dari PPAM, adalah penting untuk membuat


antiretroviral (ARV) tersedia agar dapat melanjutkan pengobatan bagi orang-
orang yang masuk dalam program ARV sebelum keadaan darurat, termasuk
perempuan yang terdaftar dalam program PMTCT.

3. Transfusi darah yang aman Penggunaan darah secara rasional dan aman untuk
transfusi darah sangat penting untuk mencegah penularan HIV dan infeksi-infeksi
lain yang dapat menular melalui transfusi (TTI/Transfusion-Transmissible
Infection) seperti hepatitis B, hepatitis C dan sifilis. Jika darah yang tercemar
HIV ditransfusikan, maka penularan HIV kepada penerima hampir 100%.
Transfusi darah tidak boleh dilakukan jika fasilitas, perlengkapan dan staf yang
terlatih tidak ada.Transfusi darah yang rasional mencakup:

a. transfusi darah hanya dalam keadaan yang mengancam nyawa dan bila tidak
ada alternatif lain;

b. menggunakan obat-obatan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan


aktif (misalnya oksitosin)

c. menggunakan pengganti darah untuk mengganti volume yang hilang seperti


cairan pengganti berbasis kristaloid (Ringer Laktat, Normal Salin) atau
substitusi berbasis koloid (haemaccell, gelofusin) jika memungkinkan.

4. Transfusi darah aman mencakup:pengumpulan darah hanya dari donor darah


sukarela yang tidak dibayar dengan risiko rendah tertular infeksi lain melalui
transfuse (TTI) dan menetapkan kriteria seleksi donor darah yang lebih
ketat;melakukan skrining terhadap semua darah untuk transfusi, minimal untuk
HIV 1 dan 2, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis, dengan menggunakan alat tes
yang paling tepat.Satu tes skrining HIV tidak cukup untuk menentukan status
HIV. Jangan mengungkapkan hasil tes skrining yang positif kepada donor jika
mereka tidak dapat dirujuk untuk mendapat layanan konseling dan tes sukarela
(VCT). Dalam hal ini lakukan skrining terhadap darah untuk transfusi dan buang
darah itu jika tidak dapat digunakan. Hubungkan jasa transfuse darah dengan
layanan VCT sesegera mungkin setelah ditetapkan sebagai bagian dari respon
yang komprehensif dan rujuklah donor ke VCT sebelum skrining darah
mereka.melakukan pengelompokan ABO dan tipe Rhesus D (RhD) dan, jika ada
waktu, melakukan pemeriksaan silang hanya melakukan transfusi darah kepada
wanita usia subur dengan darah tipe RhD yang sesuai;

1) memastikan praktik transfusi yang aman di sisi tempat tidur dan pembuangan
kantong darah, alat suntik, dan jarum suntik secara aman

2) Membuat kondom gratis tersedia

3) Kondom merupakan metode perlindungan

Penting untuk mencegah penularan HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
lainnya. Meskipun tidak semua orang tahu tentang kondom, dalam kebanyakan
populasi ada beberapa orang yang akan menggunakan kondom. Pastikan bahwa
kondom untuk lakilaki dan perempuan tersedia sejak hari-hari permulaan respon
kemanusiaan dan pesan segera persediaan kondom untuk laki-laki dan perempuan
yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup Mencegah meningkatnya kesakitan
dan kematian maternal dan neonatal Kegiatan prioritas untuk mencegah
meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal :

Memastikan ketersediaan layanan kegawatdaruratan kebidanan dan perawatan


neonatal termasuk:

1. Di fasilitas kesehatan: penolong persalinan terlatih dan supply untuk pertolongan


persalinan normal dan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir

2. Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan supply untuk penanganan
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir

3. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari


masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah saki
4. Menyediakan kit persalinan bersih untuk ibu hamil yang terlihat dan penolong
persalinan jika terpaksa melahirkan di rumah ketika akses ke fasilitas Kesehatan
tidak memungkinkan.

5. Rencanakan untuk mengintegrasikan layanan kesehatan reproduksi komprehensif


ke dalam layanan kesehatan dasar Mulailah merencanakan integrasi kegiatan
kesehatan reproduksi komprehensif ke dalam pelayanan kesehatan dasar pada
fase awal respon darurat. Jika tidak dilakukan, ini dapat menyebabkan penundaan
yang tidak perlu dalam penyediaan layanan ini, yang meningkatkan risiko
terjadinya kehamilankehamilan yang tidak diinginkan, penularan IMS (infeksi
menular seksual), komplikasi dalam kekerasan berbasis gender, serta kesakitan
dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir

Anda mungkin juga menyukai