PENDAHULUAN
Struktur atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya. Struktur atap juga merupakan sebuah
mahkota yang mempunyai fungsi untuk menambah keindahan dan sebagai pelindung
bangunan dari pengaruh panas, debu, hujan, angin. Yang menahan atau mengalirkan
beban – beban dari atap.
1. Struktur atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap beban - beban
yang bekerja padanya.
2. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan serta
kenyamanan bagi penghuninya.
3. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, dan tahan
terhadap pengaruh cuaca.
4. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan penutupnya. Makin
rapat jenis bahan penutupnya, maka kemiringannya dapat dibuat lebih landai,
seperti bahan dari seng, kaca, asbes dan lain – lainnya
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap
datar biasanya digunakan untuk bangunan/rumah bertingkat, balkon yang bahannya
bisa dibuat dari beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang
tebal. Agar air hujan yang tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke
salah satu sisi dengan kemiringan cukup. Atap bentuk ini paling susah perawatannya
terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya
supaya suhu ruangan tidak terlalu panas.
Gambar 1. Bentuk atap datar
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangunan –
bangunan atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap terdiri dari dua sisi yang
bertemu pada sat ugaris pertemuan yang disebut bubungan. Atap ini merupakan
bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena pemeliharaannya mudah dalam
hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Sudut kemiringan atap ini antara 30 sampai
40 derajat.
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan
lebarnya, sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri empat
bidang atap yang bertemu disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring
adalah bubungan miring yang disebut jurai.
Gambar 4. Bentuk atap tenda
Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada
sat ugaris bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau nok.
Jika dilihat terdapat dua bidang berbentuk segitiga. Bentuk atap ini penyempurnaan
dari bentuk atap pelana, yang tediri atas dua bidang atap miring yang berbentuk
trapesium. Dua bidang atapnya berbentuk segitiga dengan kemiringan yang sama.
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun
atau bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah
kita, karena sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di
negara kita.
Bentuk atap ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat
bidang atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung – ujung bagian atasnya
bertemu pada satu titik yang cukup tinggi. Atap menara mempunyai jurai luar yang
sama panjang dan ujung bagian atas bertemu pada satu titik yang berada pada bagian
ujung atas gantung atau maklar. Bentuk atap semacam ini banyak digunakan untuk
bangunan – bangunan gereja.
Gambar 7. Bentuk atap menara
Bentuk atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk
denah bangunan dapat segi 5, segi 6, segi 8 dan seterusnya.
Atap minangkabau seolah - olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri.
Bentuk atap ini banyak kita jumpai di Pulau Sumatra terutama di daerah Sumatra
Barat.
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patah ke dalam seolah-olah terdiri
dari dua bagian yaitu bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap lebih kecil
atau landai dan bagian atas akan tampak bagian – bagian bidang atap yang berbentuk
trapesium. Atap ini banyak digunakan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Bentuk atap berbentuk melengkung berupa setengah bola. Atap jenis ini
banyak digunakan untuk bangunan masjid dan gereja.
Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya.
Model atap gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap, sehingga syarat
penutup atap harus mempunyai sifat kedap air atau bisa mecegah terjadiya rembesan
air selama terjadi hujan. Disamping itu penutup atap juga merupakan struktur yang
langsung berhubungan dengan pengaruh luar sehingga harus dipilih dari material yang
tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca.
1.3.2 Reng
Reng merupakan bilah kayu atau bambu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan
yang melintang di atas kasau atau usuk yang berfungsi sebagai tempat kedudukan
genteng. Pada struktur atap yang penutup atapnya dari asbes atau seng gelombang,
keberadaan reng tidak digunakan. Reng dipasang pada arah tegak lurus kasau dengan
jarak sesuai dengan panjang penutup atapnya (genteng).
1.3.3 Kasau
Kasau atau dikenal dengan istilah usuk berfungsi untuk menerima beban
penutup atap melalui reng dan diteruskannya ke gording. Usuk terbuat dari balok
kayu dengan ukuran 6/6 cm atau 5/7 cm dengan panjang maksimal batang 4,00 meter.
Usuk dipasang dengan jarak sekitar 40 sampai 50 cm antara satu dengan yang lainnya
pada arah tegak lurus gording, dan terhubung dengan gording dengan menggunakan
paku. Pada jenis struktur atap tertentu seperti limasan, tenda, menara dan joglo usuk
juga terhubung dengan jurai pada salah satu ujungnya. Ujung bawah usuk diteruskan
mennjol ke luar dari dinding rumah membentuk lebar tritisan yang dikehendaki.
1.3.4 Gording
Fungsi gording pada struktur atap adalah penyalur beban penutup atap
termasuk reng dan usuknya, beban air hujan dan beban angin yang diteruskan ke
kuda-kuda. Oleh sebab itu gording kedudukanya terletak di atas kuda-kuda yang
diletakan dengan paku dan posisinya tegak lurus terhadap kuda - kuda. Posisi gording
harus tepat berada pada titik buhul kuda-kuda dan jaraknya juga harus disesuaikan
dengan panjang usuk yang tersedia. Bahan gording pada struktur kuda-kuda kayu
biasanya berupa balok kayu ukuran sekitar 8/12 cm sampai 8/14 cm dengan panjang
batang sekitar 4,00 meter – 6,00 meter.
1.3.5 Jurai
Garis sambungan antara bidang atap yang satu dengan bidang atap yang lainya
disebut jurai. Jurai hanya di jumpai pada jenis struktur atap limasan dan yang sejenis.
Sedangkan struktur atap berbentuk pelana yang memiliki satu buah sambungan
bidang yaitu pada bagian atas tidak memiliki jurai tapi hanya memiliki bubungan.
Pada atap dengan model yang kompleks seperti limasan ,tenda, menara, joglo, apalagi
piramida akan terdapat banyak bidang atap dan sambungan bidang atap sehingga akan
memiliki jurai
1. Jurai dalam
Merupakan balok kayu yang diletakan miring menghadap kedalam. Jurai dalam ini
berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara balik gording dengan balok gording
lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang digunakan sebagai jurai dalam
berukuran 8/12 cm atau 8/14 cm. Pada jurai dalam biasanya diberi talang sebagai
tempat lewatnya air pada saat terjadi hujan.
2. Jurai Luar
Adalah sambungan bidang atap yang menonjol kearah luar. Pada jurai luar
biasanya diberikan genteng khusus yang disebut nok.
Kuda-kuda bisa diletakan diatas tembok, ring balok atau kolom selaku
tumpuannya. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam
satu luasan atap tentu yang berupa beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk,
gording, dan berat sendiri kuda-kuda), beban hidup (orang pada saat memasang atau
memperbaiki atap), beban air hujan serta beban angin.