Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah


meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia

Dalam RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yang sejalan dengan Sustainable


Development Goals (SDGs) dimana ada 7 agenda pembangunan dimana salah
satunya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing. Salah satu upayanya yakni melalui peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta. Dalam RPJMN IV
tahun 2020 – 2024 ada derajat kesehatan yang ingin dicapai dalam bentuk
indicator dan sasaran pencapaian. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan telah diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang
diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sektor. Sering dengan era
desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik di
pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah
masing-masing. Selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui
kementerian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan otonomi untuk
mengembangkan informasi nya, baik di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas
maupun rumah sakit.
Sistem informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu system pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut WHO, Sistem Informasi
Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama
dalam sistem kesehatan di suatu negara.

Pada umumnya gambaran sistem informasi yang berjalan saat ini masih
terfragmentasi, setiap program memiliki basis data yang berdiri sendiri. Pada
kondisi ini jika pengguna menginginkan informasi atau kebutuhan data dari
sumber yang berbeda maka kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan
menggunakan mekanisme manual. Hal ini berimplikasi pada sulitnya memenuhi
kebutuhan informasi komposit yang harus merelasikan dua atau lebih basis data.
Selain masalah integritas data yang dapat terjadi, kondisi tersebut mengakibatkan
rasio beban administrasi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi lebih besar. Hal
ini secara tidak langsung akan berdampak pada gangguan kinerja pelayanan
publik.

Sulitnya mengakses data pada sistem yang tidak terintegrasi akan menjadi kendala
dalam penyediaan informasi sehingga manajemen program kesehatan masyarakat
yang berbasis bukti sulit dilakukan. Berbagai kebijakan nasional sistem informasi
dan tata kelola egovernment telah dirumuskan, diantaranya adalah Strategi
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003
tentang Pengembangan e-Gevernment, UndangUndang nomor 14 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah nomor 82
tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan,
serta Peraturan Presiden nomor 96 tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar
Indonesia. Namun kebijakan nasional tersebut belum secara signifikan
memberikan dampak positif dalam penyelenggaraan system informasi kesehatan,
baik di daerah maupun di pusat.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Teranalisanya situasi sistem kesehatan nasional
2. Tujuan Khusus
a. Teranalisanya Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan
b. Teranalisanya Sistem Informasi Kesehatan yang dikembangkan
c. Teranalisanya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

1.3 MANFAAT
2. Mahasiswa mampu mengetahui situasi sistem kesehatan nasional
3. Mahasiswa mampu menganalisa situasi sistem informasi kesehatan
4. Mahasiswa mampu menganalisa sistem informasi kesehatan yang
dikembangkan
5. Mahasiswa mampu menganalisa sistem informasi manajemen puskesmas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL


Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi
kesehatan yang disebut SIKNAS (sistem informasi kesehatan nasional)
yang melingkupi sistem informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai
ke pusat. Sistem yang dibangun adalah sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi, baik di dalam sektor kesehatan, dan di luar sektor kesehatan,
yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan
informasi di pusat.

Jaringan sistem informasi kesehatan nasional adalah sebuah


koneksi jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik yang
dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan sistem informasi kesehatan merupakan
infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan
wide area network (WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area
yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara local area
network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer
lainnya.

Untuk penguatan sistem informasi kesehatan, dilakukan dengan


mengembangkan model sistem informasi kesehatan nasional yaitu
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, yang menyediakan
mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara
yang sesuai, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat mengalir,
menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.

Model sistem informasi kesehatan yang terintegrasi terdiri dari 7


komponen yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu :
1. Sumber data manual.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih


dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model sistem
informasi kesehatan nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung sistem informasi
kesehatan manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur.

2. Sumber data komputerisasi.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang sudah


dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga
dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung
terhubung dengan sistem informasi puskesmas.

3. Sistem informasi dinas kesehatan.

Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan


baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan dapat berupa laporan softcopy
dan laporan hardcopy.

4. Sistem informasi pemangku kepentingan.

Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan


terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan di semua lingkungan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.
5. Bank data kesehatan nasional.

Mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan). Oleh
karena itu di unit-unit program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data
langung ke sumber data.

6. Penggunaan data oleh kementerian kesehatan.

Data kesehatan yang sudah diterima di bank data kesehatan nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan
UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPT/D-nya.

7. Pengguna data

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi


sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat
mengakses informasi yang diperlukan dari bank data kesehatan nasional
melalui website Kementerian Kesehatan.

Dengan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi berbasis


elektronik, akan meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas
kesehatan di lapangan. Serta data entri hanya perlu dilakukan satu kali, data
yang sama akan disimpan secara elektronik, dikirim dan diolah. Fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta wajib menyampaikan
laporan sesuai standar data set minimal dengan jadwal yang telah
ditentukan.

2.2 KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Untuk mencapai visi sistem informasi kesehatan yang terarah, yang


mampu mendukung proses pembangunan kesehatan menuju masyarakat
sehat yang mandiri dan berkeadilan, maka dilakukan kebijakan-kebijakan
diantaranya :
 Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi.

 Pengembangan dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan


dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk lintas
sektor dan masyarakat.

Pengembangan sistem informasi kesehatan dilakukan melalui kegiatan


perencanaan sistsem, analisis sistem, perancangan sistem, pengembangan
perangkat lunak, penyediaan perangkat keras, uji coba sistem, implementasi
sistem, serta pemeliharaan dan evaluasi sistem. Dan pengembangan sistem
informasi kesehatan tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengkajian dan
penelitian.

 Penetapan kebijakan dan standar sistem informasi kesehatan dilakukan


dalam kerangka desentralisasi di bidang kesehatan.

 Penataan sumber data dan penguatan manajemen sistem informasi


kesehatan pada semua tingkat sistem kesehatan dititik beratkan pada
ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan
kapasitas SDM dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi
pemenuhan anggaran.

 Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan


dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lintas sektor terkait
serta terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.

 Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, penyimpanan,


diseminasi dan pemanfaatan data/informasi dalam kerangka kebijakan
manajemen data satu pintu.

 Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan


dari pemangku-pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah,
serta memperhatikan prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di
bidang kesehatan dan kedokteran.
 Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan
statistik vital melalui upaya penyelenggaraan registrasi vital di seluruh
wilayah Indonesia dan upaya inisiatif lainnya.

 Peningkatan inisiatif penerapan eHealth untuk meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien.

Yang dimaksud dengan eHealth adalah pemanfaatan teknologi informatika


dan komunikasi di sector kesehatan terutama untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan.

 Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di


semua tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang
ada.

 Peningkatan penggunaan solusi-solusi mHealth dan telemedicine untuk


mengatasi masalah infrastruktur, komunikasi dan sumber daya manusia.

 PP nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan

 Kebijakan sistem informasi kesehatan nasional. Pusat data dan informasi.

 Rancangan peraturan pemerintah tentang sistem informasi kesehatan

 Pengembangan sistem informasi

2.3 SISTEM INFORMASI KESEHATAN YANG DIKEMBANGKAN

Dasar hukum pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia


adalah :
a. UUD 1945, Pasal 28 ; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan mengamanatkan pusat data dan informasi (
PUSDATIN ) sebagai pelaksana tugas kementrian kesehatan di
bidang data dan informasi kesehatan;
e. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
f. Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi
Kesehatan Kabupaten / Kota;
g. Kepmenkes RI Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
i. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer ( SIKNAS ) Online Sistem
Informasi Kesehatan Nasional

Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan


ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang
akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk :
1. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan,  pengendalian dan
penilaian.
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
4. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan.
Tujuan dari dikembangkannya sistem informasi kesehatan adalah :
a. Sistem informasi kesehatan ( SIK ) merupakan subsistem dari
Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yang berperan dalam
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap
jenjang adminisratif kesehatan baik di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti
Rumah Sakit ataupun Puskesmas.
b. Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-
bentuk Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ), dengan tujuan
dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat
mentransformasi data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin
maupun non rutin menjadi sebuah informasi.
c. Menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap informasi
kesehatan yang bernilai pengetahuan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi
profesi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
e. Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dalam
ruang lingkup sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan
berhasil guna terutama melalui penguatan kerja sama, koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan,  harus
dibangun komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar
setiap sistem informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih
terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer
( Computer Based Information System ).

2.4 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS


Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau SIMPUS adalah sebuah
system informasi yang terintegrasi dan didesain multi user yang di siapkan
menangani keseluruhan proses manajemen Puskesmas, system untuk
pencatatan kunjungan pasien, pelayanan dan pembayaran dan juga untuk
pelaporan data-data kunjungan dan pelayanan. Simpus meliputi fitu-fitur:
- Registrasi Pasien ( Baru dan lama)
- Pelayanan pasien
- Pembayaran/Kasir
- Pelaporan Kunjungan pasien baru dan lama
- Pelaporan Pelayanan dan detailnya
- Pelaporan kujungan per Poli klinik.
SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam mengembangkan
system informasi yang lebih cepat dan akurat. Simpus dikembangkan
melalui system komuterisasi dalam suatu perangkat lunak (software ) yang
bekerja dalam sebuah system operasi akan tetapi kenyataanya simpus di
berbagai daerah tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dari beberapa
system informasi ksehatan yang telah dikembangkan dapat di analisa
beberapa hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem memenuhi kebutuhan
Suatu system yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau
daerah pengambil keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan
tepat sehingga kebijakan dapat efektif dan efisien
2. Kemampuan daerah
Kondisi Geografis juga sangat memperngaruhi masih banyak Puskesmas
di daerah yang sangat terbatas akses informasinya.
3. Pemanfaatan data dan informasi
S
M
I
P
U
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat bukanlah
kebutuhan daerah sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego
program masing-masing
4. Sumber Daya Manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah
tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain.

Beberapa hal mengenai SIMPUS antara lain :


1. Menggunakan Sistem Operasi windows, menampilkan tampilan
secara grafis dan mudah digunakan. Untuk proses keluaran data
bahkan hamper semua tampilan bisa di akses dengan menggunakan
mouse.
2. Menyimpan informasi riwayat kunjungan pasien dengan akurat.
Penomoran index yang tepat dan benar akan lebih mempermudah
dalam proses pencarian data pasien tertentu.
3. Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu register
pasien. Desain memasukan data yang dikembangkan dengan
mengacu padapengalaman di Puskesmas menjadi pertimbangan
utama untuk membuat proses entry harus cepat. Dalam kondisi
normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk memasukan satu
data pasien.
4. Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat , serta
membuat pelaporan dengan cepat. Periode keluaran data dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, data harian, mingguan,
bulanan atau tahunan.
5. Dapat menampilkan data 10 besar / 20 besar penyakit dengan cepat
6. Menampilkan data-data keluaran secara table maupun grafik
dengan cepat.
7. Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan
cepat dan mudah, sesuai dengan criteria yang di inginkan.

Anda mungkin juga menyukai