Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

GLASS IONOMER CEMENT

Instruktur :drg. M. Yanuar Ichrom N., Sp.KG

Disusun Oleh :

Noor Aulia Hafizah I1D115060

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
A. Pengertian semen ionomer kaca

Ionomer kaca adalah nama generik dari sekelompok bahan yang


menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. GIC atau Semen
Ionomer Kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic
acid ). Reaksi yang terbentuk dari GIC adalah reaksi antara alumina silikat kaca
dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai
bahan restorasi GIC dapat digunakan sebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk
restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis kavitas, penutup pit dan fisur,
bonding agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan
ortodontik. Ukuran partikel gelas GIC bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai
bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting. Awalnya, semen ini
dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan utuk
penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Selain itu, semen ini
menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, akan sangat
berguna untuk restorasikonservatif pada daerah yang tererosi. Penggunaan semen
ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik, bahan
restoratif untuk restorasi kelas I dan II, membangun badan inti, dan sebagai
penutup ceruk dan fisura. Tipe semen ionomer kaca terbagi menjadi 9 tipe, yaitu:

B. Komposisi semen ionomer kaca

GIC terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah dilakukan
manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk GIC adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat
lebih tinggi pada semen silikat dan kaya akan fluoride. Bubuk merupakan hal
yang terpenting dalam komponen semen, berpengaruh terhadap translusensi,
reaksi setting dan kekuatan. Kaca alumino silikat dapat dianggap sebagai
kerangka struktural acak terkait {SiO4} dan {AIO4} tetrahedra. Jaringan
tersebut mendapatkan peningkatan muatan negatif meningkat ketika rasio
Al2O3 / SiO meningkat karena penggantian Si4+ oleh Al3+. Nilai jaringan
menjadi seimbang dengan muatan positif yang diberikan oleh ion jaringan
setempat seperti Na+ dan Ca2+. Ketika rasio atom Al Si mencapai atau
melebihi 2:3, jaringan menjadi bertanggung jawab terhadap serangan asam di
Al3+ yang timbul dari medan elektrostatik lemah dari ion Al 3+. Dalam tiga
komponen sistem kaca oksida, ketika rasio CaO: Al2O3 lebih besar dari 1: 1,
atom non bridging oxygen juga mengganggu jaringan kaca sehingga rentan
terhadap serangan asam.Kandungannya meliputi silika (41,9 %), alumina
(28,6%), aluminium fluoride (1,6%), calcium fluoride (15,7%), sodium
fluoride (9,3%) dan aluminium fosfat (3,8%).

b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan GIC adalah larutan dari asam poliakrilatdalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel
setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat
adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan,
mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan membentuk gel

C. Proses kimia dari pengerasan

Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk suatu pasta, permukaan
partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, alumunium, natrium, dan
fluorin dilepaskan ke dalam media yang bersifat air. Rantai asam poliakrilat akan
berikatan silang dengan ion-ion kalsium dan membentuk massa padat. Selama 24
jam berikutnya, terbentuk fase baru dimana ion-ion alumunium menjadi terikat di
dalam campuran semen. Ini membuat semen menjadi kaku. Ion natrium dan
fluorin tidak berperan serta dalam ikatan silang dari semen. Beberapa ion natrium
dapat menggantikan ion-ion hidrogen dari gugus karboksilik, sementara sisanya
bergabung dengn ion-ion fluorin membentuk natrium fluorida yang menyebar
secara merata di dalam semen yang mengeras. Selama proses pematangan, fase
ikatan sialang juga dihidrasi olh air yang sama seperti yang digunakan sebagai
medium. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel-partikel kaca akan diselebungi
oeh gel silica yang terbentuk selama pelepasan kation dari permukaan partikel.
Dengan demikian, semen yang mengeras terdiri dari atas gumpalan partikel-
pertikel bubuk yang tidak bereaksi, dikelilingi oleh gel silica dalam matriks
amorfus dari kalsiumdan terlihat pada mikrograf dari semen yang mengeras.

D. Sifat semen ionomer kaca


a. Sifat Fisis
1. Anti karies karena ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat
gigi lebih tahan terhadap karies.
2. Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel.
3. Tahan terhadap abrasi.
4. Biokompatibel, yaitu menunjukkan efek biologis yang baik
terhadap struktur gigi.
5. Ketahanan terhadap reaksi pulpa lebih tinggi daripada zinc oxida-
eugenol, tetapi lebih rendah daripada semen zinc phospate.
b. Sifat Mekanis
Compressive strength dan kekerasan dari Glass Ionomer rendah.
Compressive stregth glass ionomer adalah yaitu 150 Mpa atau 22.000 psi. Tensile
strength semen glass ionomer sebesar 6,6 Mpa atau 960 psi. Besarnya kekerasan
semen glass ionomer adalah 48 KHN. Semen glass ionomer bersifat rapuh
sehingga tidak digunakan untuk tambalan di bagian oklusal yang menahan daya
kunyah besar. Mekanisme adhesi nya melibatkan proses kelasi dari gugus
kaboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit email dan dentin. Ikatan
email selalu lebih besar daripada kekuatan ikatan dentin karena kandungan
anorganikdari email lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar dilihatdari
sudut pandang morfologi.
c. Sifat Kimia
GIC melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari GIC Ikatan
dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan
sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. GIC tahan terhadap
suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai GIC. Ikatan
ini terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi.
d. Sifat Biologi
Mempunyai sifat anti-karies yang sama dengan semen silikat.
B. Kelebihan dan Kekurangan GIC
Untuk mempertimbangkan bahan yang cocok untuk diaplikasikan pada
kavitas sebelum dilakukan restorasi tentunya harus diketahui kelebihan maupun
kekurangan dari GIC.  Adapun kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi GIC
adalah  sebagai berikut :
a. Kelebihan:
1) Potensi antikariogenik, yaitu dapat mencegah terjadinya karies, disebabkan
terjadinya pembebasan flouride oleh semen. Demikian halnya dengan
enamel yang berkontak dengan restorasi semen tersebut, akan memperoleh
flouride sehingga dapat meningkatkan daya tahan terhadap asam.
2) Translusen.
3) Biokompatibel.
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi.
5) Sifat fisik yang stabil.
6) Mudah dimanipulasi. (Craig, 2004).
7) Bersifat adhesif. Semen glass ionomer mampu berikatan dengan enamel dan
dentin secara kimia. Ikatan tersebut bersifat adhesif dan memerlukan ikatan
mekanik dengan kavitas yang telah dipreparasi sehingga menghasilkan
penutupan yang baik.
b. Kekurangan :
1) Water in and water out.
2) Compressive strenght kurang baik. Tidak dapat menahan gaya mastikasi
yang besar.
3) Resistensi terhadap abrasi menurun.
4) Estetik kurang baik.
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dengan gigi asli. (Craig, 2004)
6) Tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi
estetik lainnya, seperti komposit dan keramik.
C. Indikasi dan kontraindikasi
Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
yang nantinya dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti apa bahan
tersebut. Untuk GIC sendiri memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut :
a. Indikasi :
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas.
2) Penumpatan pit dan fisura oklusal.
3) Restorasi gigi sulung.
4) Restorasi lesi karies Kelas V.
5) Restorasi lesi karies Kelas III lebih diutamakan yang pembukaannya arah
lingual.
6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
7) Pada gigi setelah perawatan endodontik dengan beban kunyah minimal,
seperti pada gigi anterior dengan kerusakan jaringan yang tidak terlalu
banyak.
b. Kontraindikasi :
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang.
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi, seperti
pada gigi posterior.
3) Lesi karies Kelas IV atau fraktur insisal.
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor
estetika
DAFTAR PUSTAKA

[1] Irawan B. Material Restorasi Direk Kedokteran Gigi Saat Ini. Jurnal Dentistry
Indonesian Vol. 11(1). 2004.
[2] Roberson, T.M., Harald, O.H., Swift E.J. Sturdevant’s Art and Science Operative
Dentistry, ed 4. St.Louis: C.V.Mosby. 2002.
[3] Annusavice, K.J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, ed 10.
Jakarta: EGC. 2003.
[4] McCabe, John F. Bahan Kedokteran Gigi, ed. 9. Jakarta: EGC. 2014.
[5] Craig, R.G., Powers, J.M. Restorative Dental Material, ed 11. St.Louis;
C.V.Mosby. 2002.
[6] Annusavice, K.J. Phillips’ Science of Dental Materials, 11th ed. India: Elsevier.
2009.
[7] Power J, Watara J. Dental Materials Properties and Mannipulation, 9th ed. USA:
Mosby Elsiver. 2008.
[8] Hussain, S. Textbook of Dental Materials, 1st ed. New Delhi: Jaypee. 2004.

Anda mungkin juga menyukai