Disusun Oleh :
GIC terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah dilakukan
manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk GIC adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat
lebih tinggi pada semen silikat dan kaya akan fluoride. Bubuk merupakan hal
yang terpenting dalam komponen semen, berpengaruh terhadap translusensi,
reaksi setting dan kekuatan. Kaca alumino silikat dapat dianggap sebagai
kerangka struktural acak terkait {SiO4} dan {AIO4} tetrahedra. Jaringan
tersebut mendapatkan peningkatan muatan negatif meningkat ketika rasio
Al2O3 / SiO meningkat karena penggantian Si4+ oleh Al3+. Nilai jaringan
menjadi seimbang dengan muatan positif yang diberikan oleh ion jaringan
setempat seperti Na+ dan Ca2+. Ketika rasio atom Al Si mencapai atau
melebihi 2:3, jaringan menjadi bertanggung jawab terhadap serangan asam di
Al3+ yang timbul dari medan elektrostatik lemah dari ion Al 3+. Dalam tiga
komponen sistem kaca oksida, ketika rasio CaO: Al2O3 lebih besar dari 1: 1,
atom non bridging oxygen juga mengganggu jaringan kaca sehingga rentan
terhadap serangan asam.Kandungannya meliputi silika (41,9 %), alumina
(28,6%), aluminium fluoride (1,6%), calcium fluoride (15,7%), sodium
fluoride (9,3%) dan aluminium fosfat (3,8%).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan GIC adalah larutan dari asam poliakrilatdalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel
setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat
adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan,
mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan membentuk gel
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk suatu pasta, permukaan
partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, alumunium, natrium, dan
fluorin dilepaskan ke dalam media yang bersifat air. Rantai asam poliakrilat akan
berikatan silang dengan ion-ion kalsium dan membentuk massa padat. Selama 24
jam berikutnya, terbentuk fase baru dimana ion-ion alumunium menjadi terikat di
dalam campuran semen. Ini membuat semen menjadi kaku. Ion natrium dan
fluorin tidak berperan serta dalam ikatan silang dari semen. Beberapa ion natrium
dapat menggantikan ion-ion hidrogen dari gugus karboksilik, sementara sisanya
bergabung dengn ion-ion fluorin membentuk natrium fluorida yang menyebar
secara merata di dalam semen yang mengeras. Selama proses pematangan, fase
ikatan sialang juga dihidrasi olh air yang sama seperti yang digunakan sebagai
medium. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel-partikel kaca akan diselebungi
oeh gel silica yang terbentuk selama pelepasan kation dari permukaan partikel.
Dengan demikian, semen yang mengeras terdiri dari atas gumpalan partikel-
pertikel bubuk yang tidak bereaksi, dikelilingi oleh gel silica dalam matriks
amorfus dari kalsiumdan terlihat pada mikrograf dari semen yang mengeras.
[1] Irawan B. Material Restorasi Direk Kedokteran Gigi Saat Ini. Jurnal Dentistry
Indonesian Vol. 11(1). 2004.
[2] Roberson, T.M., Harald, O.H., Swift E.J. Sturdevant’s Art and Science Operative
Dentistry, ed 4. St.Louis: C.V.Mosby. 2002.
[3] Annusavice, K.J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, ed 10.
Jakarta: EGC. 2003.
[4] McCabe, John F. Bahan Kedokteran Gigi, ed. 9. Jakarta: EGC. 2014.
[5] Craig, R.G., Powers, J.M. Restorative Dental Material, ed 11. St.Louis;
C.V.Mosby. 2002.
[6] Annusavice, K.J. Phillips’ Science of Dental Materials, 11th ed. India: Elsevier.
2009.
[7] Power J, Watara J. Dental Materials Properties and Mannipulation, 9th ed. USA:
Mosby Elsiver. 2008.
[8] Hussain, S. Textbook of Dental Materials, 1st ed. New Delhi: Jaypee. 2004.