Anda di halaman 1dari 9

Perilaku Menggosok Gigi ...

(Arianto, Zahroh S, Priyadi N)

Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V dan VI


di Kecamatan Sumberejo

Arianto*), Zahroh Shaluhiyah**), Priyadi Nugraha***)


*)
Politeknik Kemenkes Tanjungkarang
Korespondensi : arianto.arianto@rocketmail.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang
***)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Salah satu pencegahan karies gigi adalah menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok
gigi secara baik dan benar. Usia sekolah dasar merupakan saat ideal untuk melatih
kemampuan motorik seorang anak, diantaranya perilaku menggosok gigi. Tujuan penelitian
untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menggosok gigi pada
siswa Sekolah Dasar Kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo. Jenis penelitian ini adalah
explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah siswa
sekolah dasar kelas V dan VI di Kecamatan sumberejo dengan jumlah sampel 285 siswa.
Analisa data dilakukan dengan cara univariat, bivariat dengan chi square dan multivariat
dengan regresi logistic. Hasil analisis bivariat variabel yang berhubungan dengan perilaku
menggosok gigi adalah peran orang tua (p=0,008), peran guru (p=0,007). Hasil uji regresi
logistic menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku menggosok gigi
pada siswa sekolah dasar kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo adalah peran guru (OR=
1,791) artinya peran guru yang baik mempunyai kemungkinan siswa untuk berperilaku
menggosok gigi yang baik sebanyak 2 kali lebih besar dibandingkan dengan peran guru
yang kurang.
Kata Kunci : Perilaku, menggosok gigi, Siswa sekolah dasar

ABSTRACT
Tooth Brushing Behavior on the Elementary School Students of Grade V and VI in Sumberejo
Sub-District; One of preventions for dental caries is by keeping mouth cleanliness by brushing the
teeth properly and correctly. The age of elementary school is the ideal time to train a child’s motoric
ability, such as teeth brushing behavior. The aim of the research is to identify the factors influencing
teeth brushing behavior on the elementary school students of grade V and VI in Sumberejo Sub-
Distict, Tanggamus District. The type of this research was explanatory research with cross sectional
approach. The research subjects were the elementary school students of grade V and VI in Sumberejo
Sub-Distict, and the number of samples was 285 students. The data analysis was conducted in
univariate, bivariate with chi square and multivariate with logistic regression. The bivariate analysis
results on the variables associated with tooth brushing behavior are the parents role (p=0.008),
teacher’s role (p=0.007). The results of logistic regression test show that the most influencing variable
on tooth brushing behavior in the elementary school students of grade V and VI in Sumberejo Sub-
Distict, is teacher’s role (OR=1.934). It means that good teacher’s role has the effect on students to
have good tooth brushing behavior twice as much as poor teacher’s role.
Keywords: Behavior, Tooth Brushing, Elementary School Students

127
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

PENDAHULUAN tenaga kesehatan. Untuk umur 5-14 tahun


Pembangunan kesehatan diselenggarakan prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut
dengan memberikan prioritas kepada upaya mencapai 42,2% dan sebanyak 57,5% yang
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit menerima perawatan atau pengobatan gigi dari
dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan tenaga kesehatan gigi. Penduduk Indonesia usia
dan pemulihan kesehatan .untuk menunjang upaya 10 tahun ke atas telah melakukan sikat gigi setiap
kesehatan yang optimal maka upaya dibidang hari 91,1%, namun hanya 7,3% telah menggosok
kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes gigi dua kali di waktu yang benar, yaitu pagi hari
RI, 1994). dan malam sebelum tidur.
Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut
Indonesia masih merupakan hal yang perlu pada anak usia 5 -12 tahun mencapai 45,0 %,
mendapatkan perhatian serius dari tenaga dan didapatkan nilai DMF-T dengan angka 4
kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi. gigi per anak. Hasil penelitian Anggraeni Z.R,
Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut 2009, anak Indonesia berumur sampai 12 tahun
berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak mengalami karies gigi mencapai 77%. Dalam tiga
yang tersebar diberbagai wilayah. Penyakit gigi tahun terahir dari tahun 2009 sampai 2011 tentang
dan mulut yang banyak diderita masyarakat kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga menunjukan hasil bahwa dari jumlah 1.604.075
dan karies gigi, penyakit tersebut akibat siswa yang diperiksa 211.676 siswa (13,20%),
terabaikannya kebersihan gigi dan mulut (Depkes siswa yang perlu mendapatkan perawatan 26.552
RI, 2004). dan yang mendapatkan perawatan 10.154 siswa
Data dari World Health Organization (38,73%). Siswa yang telah menggosok gigi
(WHO) menunjukkan bahwa tingkat keparahan setiap hari 94,8 %, namun yang menggosok gigi
kerusakan gigi (indeks DMF-T) pada anak usia dua kali di waktu yang benar, yaitu pagi hari
12 tahun sebesar 1 (satu) gigi. Kenyatannya sesudah makan 5,0 % dan malam sebelum tidur
pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF- 14,3%. Selanjutnya prevalensi masalah
T = Decay Missing Filling-Teeth) adalah 4,85 kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 5 – 12
yang berarti rata rata kerusakan gigi penduduk tahun Kabupaten Tanggamus mencapai 59,5%,
adalah 5 gigi per orang. (Depkes RI, 2000). dan didapatkan nilai DMF-T dengan angka 4
Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut gigi per anak. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan
saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor gigi dan mulut wilayah Kabupaten tanggamus
antara lain faktor perilaku masyarakat. Hasil menunjukan bahwa dari jumlah 111.320 siswa
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, yang diperiksa 13.960 siswa (12,54%) Siswa
2004), menyebutkan prevalensi karies gigi di yang perlu mendapatkan perawatan 3.436 dan
Indonesia adalah 90,05% dan 80% orang yang mendapat perawatan 2.003 siswa
Indonesia mengalami karies gigi. (58,29%). Siswa yang telah menggosok gigi
Data yang dirilis Departemen Kesehatan setiap hari 98,3 %, namun yang menggosok gigi
(Depkes) dari Riskesdas 2007 menunjukkan, dua kali di waktu yang benar, yaitu pagi hari
karies gigi secara nasional adalah 4,85. Sebanyak sesudah makan 4,2 % dan malam sebelum tidur
72,1% penduduk Indonesia mempunyai 13,1%. (DinKes Propinsi Lampung, 2010).
pengalaman karies dan 23,4% penduduk Praktek kebersihan mulut oleh individu
indonesia mengeluhkan adanya masalah gigi dan merupakan tindakan pencegahan yang paling
mulutnya dan hanya 29,6% yang mencari utama dianjurkan, juga berarti individu tadi telah
pertolongan dan mendapatkan perawatan dari melakukan tindakan pencegahan yang

128
Perilaku Menggosok Gigi ... (Arianto, Zahroh S, Priyadi N)

sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat terhadap kesehatan gigi dan mulut. (Dinkes
dilakukan individu dengan cara menggosok gigi. Propinsi Lampung, 2010).
Menggosok gigi berfungsi untuk menghilangkan Sejak dini siswa sekolah dasar perlu dididik
dan mengganggu pembentukan plak dan debris, untuk dapat memelihara kesehatan giginya.
membersihkan sisa makanan yang menempel Siswa kelas V dan VI berusia antara 10 – 12
pada gigi, menstimulasi jaringan gigiva, tahun. Pada usia 10 - 12 tahun anak memasuki
menghilangkan bau mulut yang tidak awal dari fase gigi geligi tetap, meskipun masih
diinginkan.(Depkes RI, 2004) berlangsung pergantian dari gigi sulung ke gigi
Perilaku menggosok gigi pada anak harus permanen namun sudah banyak gigi permanen
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada yang tumbuh. Pada usia tersebut sudah dapat
perasaan terpaksa. Kemampuan menggosok gigi menangkap suatu pengertian dan dapat
secara baik dan benar merupakan faktor yang menjelaskan tentang sesuatu secara realitis.
cukup penting untuk perawatan kesehatan gigi Selain itu pada masa usia 10-12 tahun sudah
dan mulut. Keberhasilan menggosok gigi juga dapat diberi tanggungjawab terhadap tindakan
dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode menggosok gigi. Pada usia 10-12 tahun sudah
menggosok gigi, serta frekuensi dan waktu mampu melakukan menggosok gigi secara
menggosok gigi yang tepat.(Houwink, 1994) sistematis bila dibandingkan dengan kelompok
Kegiatan kesehatan gigi anak usia sekolah usia dibawahnya. Untuk itu kesehatan gigi dari
dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan awal perlu dijaga agar anak mempunyai gigi
Gigi Sekolah (UKGS) yang salah satu kegiatan permanen yang baik.(Suwelo, IS, 1992)
UKGS lebih menekankan pada aspek pelayanan Penelitian ini akan menganalisis faktor–
kesehatan siswa yaitu melakukan upaya faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
pencegahan penyakit gigi yang terjadi pada anak menggosok gigi pada siswa Sekolah Dasar kelas
sekolah (SD/MI), dan juga aspek pendidikan V dan VI di Kecamatan Sumberejo
pada siswa agar siswa dapat membiasakan
pelihara diri kesehatan gigi sejak dini salah satunya METODE PENELITIAN
melalui kebiasaan menggosok gigi yang benar. Design penelitian ini merupakan penelitian
(Ircham, 1993) penjelasan (explanatory research)) dengan
Cakupan pelayanan kesehatan gigi pendekatan cross sectional. Pengumpulan data
sekolah dasar diharapkan 100% sekolah dilakukan dengan wawancara langsung kepada
dasar binaan melakukan UKGS dengan responden menggunakan alat kuesioner. Populasi
memasukan kurikulum pendidikan kesehatan penelitian ini adalah semua siswa sekolah dasar
oleh guru UKS/UKGS. Target cakupan kelas V dan VI yang berjumlah 986 siswa di 24
pelayanan kesehatan gigi pada siswa sekolah sekolah dasar (SD) di Kecamatan Sumberejo.
dasar melalui UKGS dapat dicapai dengan Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
melalui pembinaan petugas dalam bidang proposional random sampling, sehingga
kesehatan gigi dan mulut ke sekolah dasar diperoleh jumlah sampel sebanyak 285 orang.
dilakukan minimal 2 kali pertahun per sekolah Alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
dasar dari jumlah sekolah dasar melakukan data dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa
UKGS, dengan tujuan terciptanya derajat pertanyaan tertulis untuk mengungkap peran
kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar orang tua, peran teman, peran guru, peran
secara optimal, siswa mempunyai petugas kesehatan. Untuk membuktikan
pengetahuan tentang kesehatan gigi serta keabsahan kuesioner yang digunakan dalam
mempunyai sikap/kebiasaan memelihara diri penelitian ini perlu dilakukan uji coba kuesioner

129
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

pada siswa sekolah dasar kelas V dan VI di 38,1%. Sikap dan perilaku orang tua tentang
Kecamatan Pulau Panggung, yang dilakukan menggosok gigi yang kurang adalah menurut
pada 30 siswa. Uji validitas dilakukan dengan responden orang tua tidak menyediakan sikat gigi
uji korelasi product moment, sedangkan uji dengan ukuran kecil sebesar 54,0%. Sebesar
reliabilitas menggunakan uji statistic alpha 28,8% responden menjawab bahwa orang tua
cronbach. Analisis data yang digunakan adalah tidak menyediakan sikat gigi yang tangkainya
analisis univariat, bivariat dengan chi square dan lurus. Sebesar 24,2% responden menjawab
multivariat dengan regresi logistik. bahwa orang tua dirumah tidak mengawasi
responden dalam menggosok gigi dan 18,9%
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN responden menjawab bahwa orang tua tidak
Gambaran Umum Lokasi Penelitian menyediakan sikat gigi yang berbulu lembut.
Kecamatan Sumberejo merupakan salah Hasil uji Chi square dengan CI = 95% (α=
satu Kecamatan di Kabupaten Tanggamus, 0,05) diperoleh p.value = 0,008, karena
dengan luas wilayah 56,77 Km2, dan jumlah (p.value < α) yang artinya ada hubungan yang
penduduk sebanyak 35.640 jiwa. Wilayah signifikan antara sikap dan perilaku orang tua
Kecamatan ini terbagi atas 13 wilayah kelurahan. dengan perilaku menggosok gigi pada siswa
(Biro Pusat Statistik, Propinsi Lampung, 2012). sekolah dasar kelas V dan VI di Kecamatan.
Hal ini dapat diartika bahwa orang tua siswa
Peran orang tua sekolah dasar mendukung perilaku menggosok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku gigi yang benar untuk mencegah terjadinya
menggosok gigi yang kurang lebih banyak penyakit gigi dan mulut.
terdapat pada kelompok siswa sekolah dasar Berdasarkan hasil análisis multivariat
yang sikap dan perilaku orang tuanya kurang didapatkan nilai p.value = 0,057 dengan odds
54,3% dibandingkan dengan siswa sekolah dasar ratio (OR) atau (Exp B) = 1,615 artinya peran
yang sikap dan perilaku orang tuanya baik orang tua yang baik mempunyai kemungkinan

Tabel 1. Ringkasan analisis bivariat antara variable independen dan variable dependen
Perilaku menggosok gigi
No Variabel Independent
Nilai p Keterangan
1 Peran Orang Tua 0,008 Signifikan
2 Peran Teman 1,000 Tidak Signifikan
3 Peran Guru 0,007 Signifikan
4 Peran Petugas Kesehatan 0,759 Tidak Signifikan

Tabel 2. Hasil analisis regresi logistic antara variabel independen yang mempunyai hubungan
dengan variabel dependen dengan perilaku menggosok gigi pada siswa sekolah dasar
kelas V dan VI di Kecamatan sumberejo Kabupaten Tanggamus
95.0% C.I.for EXP(B)
Variabel B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Lower Upper
Peran Orang Tua .479 .251 3.634 1 .057 1.615 .987 2.644
Peran.Guru .583 .271 4.617 1 .032 1.791 1.053 3.046

130
Perilaku Menggosok Gigi ... (Arianto, Zahroh S, Priyadi N)

siswa untuk berperilaku menggosok gigi yang kesehatan gigi sekolah berhubungan dengan
baik sebanyak 2 kali lebih besar dibandingkan perilaku menyikat gigi pada siswa sekolah dasar.
dengan peran orang tua yang kurang. Peran orang tua dapat dilakukan dengan baik
Hal ini sesuai dengan teori yang apabila didukung oleh faktor-faktor yang ada
dikemukakan Green tentang perubahan perilaku dalam diri orang tua sendiri yaitu, pendidikan,
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status ekonomi, hubungan sosial dan
perilaku seseorang adalah faktor penguat pengalamannya. (Hutabarat, 2009)
(reinforcing factor) mencakup dukungan sosial, Sebagian besar siswa dalam menghabiskan
pengaruh sebaya, serta nasehat dan umpan balik waktu kesehariannya dirumah bukan
dari tenaga kesehatan akan memperkuat disekolahan, jadi orang tua siswa mempunyai
perilaku.(Green, 2000). Dukungan sosial salah peranan penting dalam menumbuh kembangkan
satunya dari orang tua, ketika orang tua karena anak. (Notoatmodjo, S, 2010). Dalam hal ini
ketidaktahuan atau kemampuannya dan beberapa orang tua berperan mengasuh dan memberikan
orang tua memiliki waktu yang lebih sedikit untuk pengertian tentang pentingnya membiasakan
memberi pengawasan dan berkomunikasi dengan menggosok gigi, memberikan contoh melakukan
anaknya, sehingga anak akan memilih sumber menggosok gigi yang benar, memberi tahu waktu
informasi pada teman sebaya yang belum tentu yang tepat untuk menggosok gigi serta orang tua
kebenarannya. harus menyiapkan sarana menggosok gigi.
Orang tua dan keluarga adalah lingkungan
sosial pertama tempat seorang manusia Peran teman
berinteraksi. Individu belajar tidak hanya dengan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
bagaimana ia berinteraksi dengan orang tuanya perilaku responden dalam menggosok gigi
atau anggota keluarga yang lain, tetapi juga dengan kategori kurang baik lebih banyak
dengan melihat bagaimana orang tuanya atau terdapat pada kelompok siswa sekolah dasar
anggota keluarganya berinteraksi dengan dirinya yang sikap dan perilaku temannya baik 46,1%
atau bagaimana mereka berinteraksi satu dengan dibandingkan dengan siswa sekolah dasar yang
yang lain. Orang tua dan anggota keluarga yang sikap dan perilaku temannya kurang baik
lain memberikan satu model keterampilan hidup 45,5%. Persepsi yang kurang adalah menurut
yang dipelajari oleh individu tersebut pada tahun- responden teman tidak memakai sikat gigi yang
tahun awal kehidupannya. Orang tua dapat bulunya lembut 14,0%, dan teman tidak
menjalankan peranannya dalam meningkatkan menggosok gigi 2 kali dalam sehari 11,2%.
kebiasaan baik dalam menggosok gigi untuk Hasil analisis bivariat diperoleh hasil nilai
mencegah prevalensi karies gigi yang tinggi pada p.value = 1,000 (p.value > α) artinya tidak ada
anak usia sekolah. Orang tua berperan selain hubungan yang signifikan antara sikap dan
mengawasi juga mengajarkan kebiasaan baik dan perilaku teman dengan perilaku menggosok gigi
memberikan penguatan atau umpan balik yang pada siswa sekolah dasar kelas V dan VI di
positif ketika anak melaksanakan kebiasaan baik Kecamatan Sumberejo. Jadi sikap dan perilaku
dalam merawat gigi. (Edelmen, 2006). Kebiasaan teman bukan merupakan faktor yang ada
baik dalam menggosok gigi pada anak-anak hubungannya dengan perilaku siswa.
dapat ditingkatkan melalui pengajaran dan Hal ini sesuai dengan teori yang
penguatan perilaku da ri orang tua. dikemukakan Green tentang perubahan perilaku
Dalam penelitian yang dilakukan oleh bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
Hutabarat di Kota Medan menunjukkan bahwa perilaku seseorang adalah faktor penguat
peran orang tua dalam pelaksanaan usaha (reinforcing factor). Faktor penguat ini

131
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

merupakan faktor yang memperkuat perubahan Perilaku menggosok gigi dapat


perilaku seseorang sumber penguat tergantung mempengaruhi terjadinya karies gigi pada siswa
pada tujuan, misalnya sikap dan perilaku teman. oleh karena itu guru harus lebih menyadari
(Green, 2000). Adanya dukungan teman yang pentingnya membiasakan siswa untuk
sudah banyak yang dalam keadaan baik, tetapi menggosok gigi yang ditujukan dengan guru selalu
tidak bisa menjadikan perilaku baik secara menanyakan siswa di pagi hari tentang apakah
keseluruhan, dikarena dukungan yang diberikan mereka menggosok gigi sebelum berangkat
belum optimal, selain itu apa yang dilakukan sekolah dan malam hari sebelum tidur malam.
teman juga belum semuanya memberikan contoh Para guru di sekolah menjadi sasaran, dalam
positif, seperti belum semua teman merawat gigi kapasitasnya sebagai sosok panutan sekaligus
atau menggosok gigi dengan baik. Selain itu sebagai sumber informasi bagi para siswa.
teman dekat juga belum semuanya memberikan Intervensi yang ditujukan pada siswa, akan
saran untuk menggosok gigi yang baik dan benar. efektif dilakukan melalui para guru terlebih
dahulu. Untuk selanjutnya para guru akan
Peran guru mengajarkan, memberikan motivasi, selalu
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa mengingatkan, memberi contoh yang positif,
perilaku menggosok gigi yang kurang lebih banyak sehingga suatu tindakan dapat diharapkan
terdapat pada kelompok siswa sekolah dasar menjadi kebiasaan. Guru dapat berperan sebagai
yang peran gurunya kurang baik 58,4% konselor, pemberi instruksi, motivator dalam
dibandingkan dengan siswa sekolah dasar yang menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam
peran gurunya baik 40,3%. Peran guru yang pemeliharaan kesehatan gigi. Guru sebagai
kurang dapat dilihat dari jawaban responden yang pendidik ataupun pengajar merupakan faktor
menyatakan bahwa sebesar 57,9% peran guru penentu atau pemegang kunci keberhasilan siswa
di sekolahan tidak mengadakan kegiatan rutin dalam berperilaku sehat di sekolah. Guru di
sikat gigi bersama 1 bulan sekali, sebesar 26,0% sekolah tidak hanya mengajarkan tetapi juga terus
guru tidak selalu mengingatkan untuk menggosok mengikuti proses perubahan perilaku siswa serta
gigi dengan menggunakan pasta gigi, guru tidak para guru berperilaku sehat dengan menerapkan
memberikan pendidikan cara menggosok gigi menggosok gigi disekolah agar dapat ditiru oleh
18,9% dan sebesar 11,9% guru tidak siswa dan membuat suatu kegiatan yang lebih
mengingatkan untuk selalu menggosok gigi. mengintegrasikan pesan-pesan tentang
Hasil uji korelasi dengan Chi square dengan menggosok gigi. Guru harus memiliki metode
CI = 95% (α = 0,05) diperoleh p.value = 0,007 atau model pendekatan pembelajaran
, karena p.value < á maka Ha diterima, dan Ho diantaranya metode interaksi sosial yang lebih
ditolak, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa menitik beratkan pada hubungan antara individu
ada hubungan yang signifikan antara peran guru dengan individu lainnya untuk perbaikan
dengan perilaku menggosok gigi pada siswa kemampuan.
sekolah dasar kelas V dan VI. Guru sekolah memiliki pengaruh yang
Berdasarkan hasil análisis multivariat cenderung relatif sama dengan orang tua, namun
didapatkan nilai p.value = 0,032 dengan odds relatif dominan pada kegiatan UKGS
ratio (OR) atau (Exp B) = 1,791 artinya peran dibandingkan sebagian besar orang tua siswa.
guru yang baik mempunyai kemungkinan siswa Untuk mewujudkan kesehatan gigi siswa yang
untuk berperilaku menggosok gigi yang baik baik, maka peran guru harus lebih ditingkatkan
sebanyak 2 kali lebih besar dibandingkan dengan misalnya dalam hal penyuluhan tentang kesehatan
peran guru yang kurang. gigi dan mulut, agar siswa sewaktu kesekolah

132
Perilaku Menggosok Gigi ... (Arianto, Zahroh S, Priyadi N)

sudah menyikat gigi sesudah sarapan. Selain itu menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan
perlu ditingkatkan program kampanye sikat gigi antara peran petugas kesehatan dengan perilaku
pada siswa melalui program UKGS yang menggosok gigi pada siswa sekolah dasar di
dilakukan oleh guru diantaranya pelaksanaan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus
sikat gigi massal. dengan p.value = 0,759 (p.value > α). Jadi
Sesuai dengan teori Green bahwa peran guru peran petugas kesehatan bukan merupakan
termasuk salah satu faktor penguat (reinforcing faktor yang ada hubungannya dengan perilaku
factor) terjadinya perubahan perilaku.(Green, siswa.
2000). Guru mempunyai peran terhadap Peran petugas kesehatan akan dijadikan
perubahan perilaku siswa dalam memelihara sebagai acuan seseorang dalam menentukan
kesehatannya, termasuk memelihara kebersihan sikap untuk mengambil keputusan dalam
gigi. Dukungan adalah suatu kondisi dimana bertindak. Sehingga dengan adanya petugas
seseorang diberi dorongan sehingga merasa aman kesehatan yang dalam kategori kurang, tentu saja
dan nyaman secara psikologis. Bentuk-bentuk akan membuat siswa untuk bersikap dan
dukungan adalah dukungan instrumental, akhirnya berperilaku kurang juga, karena petugas
informational, emosional, dukungan pada harga kesehatan dianggap sebagai tokoh penting yang
diri, dukungan dari kelompok. berpengaruh.
Faktor yang mempengaruhi sikap keluarga
Peran petugas kesehatan terhadap objek antara lain pengaruh orang lain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas yang dianggap penting. Pada umumnya individu
kesehatan yang memiliki peran dalam cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
menggosok gigi siswa dengan kategori kurang atau searah dengan sikap orang yang dianggap
baik lebih banyak pada yang mempunyai peran penting. (Riyanti, E, 2005).
kurang 47,3% dibanding dengan peran baik
44,8%. Perilaku Menggosok Gigi
Peran petugas kesehatan yang kurang dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
dilihat dari jawaban responden bahwa sebesar menggosok gigi pada siswa sekolah dasar kelas
66,0% responden menjawab bahwa petugas V dan VI di Kecamatan Sumberejo dengan
kesehatan tidak melakukan sikat gigi bersama kategori baik 54,0%, lebih banyak dibandingkan
disekolah setiap satu bulan sekali. Sebesar dengan kategori kurang baik 46,0%. Perilaku
63,9% responden menjawab bahwa petugas yang kurang baik dalam menggosok gigi
kesehatan tidak membuat jadwal kunjungan diantaranya adalah gerakan menggosok
untuk melakukan sikat gigi bersama disekolah, permukaan gigi rahang bawah yang menghadap
sebesar 56,5% responden menjawab bahwa ke lidah tidak benar 78,9%, gerakan menggosok
petugas kesehatan tidak memberitahu kepada permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit
orang tua adik sebelum dilakukan sikat gigi tidak benar 78,6%, gerakan menggosok gigi
bersama di sekolah, sebesar 55,1% responden untuk permukaan yang menghadap pipi tidak
menjawab petugas kesehatan tidak mengawasi benar 76,5%, lama waktu menggosok gigi yang
adik pada saat sikat gigi bersama dilakukan masih kurang 64,2% dan waktu menggosok gigi
disekolah. Sebesar 9,8% responden menjawab yang salah 38,9%.
bahwa tidak pernah mendapat penyuluhan Hal ini memperlihatkan bahwa siswa untuk
tentang kesehatan gigi dan mulut oleh petugas berperilaku positif di bidang kesehatan gigi dan
kesehatan. mulut belum optimal. Perilaku siswa tentang
Hal ini juga sesuai dengan uji statistik yang menggosok gigi akan mempengaruhi baik atau

133
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

buruknya kebersihan gigi dan mulut. Beberapa punya siswa sendiri, pasta gigi yang berfluor, air
Siswa belum memahami atau tidak tahu cara bersih, tempat untuk berkumur. Pengetahuan dan
menggosok gigi yang benar dan lamanya sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku,
menggosok gigi. Siswa hanya sebatas memahami maka masih diperlukan sarana yang mendukung
menggosok gigi yang penting gigi sudah disikat. perilaku tersebut. Dan semua sarana menggosok
Siswa kurang menyadari bahwa menggosok gigi gigi yang tersedia harus terjangkau oleh siswa,
harus memperhatikan gerakan menggosok gigi sehingga perilaku menggosok gigi dapat
pada setiap permukaan gigi. Terjadinya suatu terlaksana. Pengetahuan, sikap dan sarana yang
perilaku karena adanya dorongan dalam diri tersedia kadang-kadang belum menjamin
seseorang yang dikarenakan pengetahuan tentang terjadinya perilaku seseorang. Masih diperlukan
bagaimana cara melakukannya, dorongan untuk faktor lain yaitu faktor penguat yang mendorong
melakukan yang didasari dengan kebutuhan yang terjadinya suatu perilaku. Contohnya faktor
dirasakan dan sarana yang tersedia untuk penguat perilaku menggosok gigi siswa adalah
mempraktekkannya (Djaward, D, 2000). orang tua, teman, guru dan petugas kesehatan.
Perilaku seseorang karena adanya respon Tidak adanya upaya siswa untuk melakukan
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. menggosok gigi yang benar menunjukkan bahwa
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau siswa tidak berperilaku positif dibidang kesehatan
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, terutama dalam hal memelihara kesehatan gigi dan
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar mulut. Sebagaimana dijelaskan dalam teori
(Notoatmodjo, S, 2003). kesehatan bahwa perilaku pemeliharaan
Dapat dikatakan bahwa siswa telah kesehatan (health maintanance) adalah perilaku
mengetahui mana yang baik untuk kesehatan gigi atau usaha seseorang untuk memelihara atau
dan mulutnya, tetapi dalam mewujudkannya menjaga kesehatan agar tidak sakit
dalam perilaku masih juga buruk. Hal ini (Notoatmodjo, S, 2010).
disebabkan karena kebiasaan dan keterampilan Hal ini sejalan dengan teori Green bahwa
individu yang berbeda. Kemungkinan lain perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh
efesiensi untuk membersihkan gigi di bagian pengetahuan yang dimiliki (Green, 2000).
interproksimal kurang mendapat perhatian serta Pengetahuan merupakan domain yang sangat
membersihkan gigi di bagian lingual (lidah), penting dalam pembentukan tindakan seseorang.
palatal (langit-langit) lebih sulit dibandingkan Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
dengan permukaan lain seperti permukaan gigi langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
yang menghadap ke bibir. Perilaku siswa dalam oleh pengetahuan. Namun faktor predisposing
menggosok gigi akan lebih mudah apabila siswa sendiri mampu menjadi faktor yang memfasilitasi
tersebut tahu apa manfaat menggosok gigi, tahu atau menghalangi motivasi untuk berubah
cara menggosok gigi yang benar dan tahu akibat (Notoatmodjo, S, 2010).
atau dampak bila tidak menggosok gigi. Perilaku
juga akan dipermudah apabila siswa yang SIMPULAN
bersangkutan mempunyai sikap yang positif Perilaku menggosok gigi pada siswa sekolah
terhadap perilaku menggosok gigi dasar kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo
(Notoatmodjo, S, 2010). pada umumnya baik yaitu 54,0% dan yang
Perilaku menggosok gigi pada siswa juga kurang yaitu 46,0%. Faktor yang berpengauh
terkait dengan fasilitas, sarana dan prasarana terhadap perilaku menggosok gigi pada siswa
yang mendukung. Adapun sarana dan prasarana sekolah dasar adalah peran orang tua,
yang harus tersedia adalah sikat gigi yang dimiliki teman,guru dan petugas kesehatan. Dan faktor

134
Perilaku Menggosok Gigi ... (Arianto, Zahroh S, Priyadi N)

yang paling dominan adalah Peran guru tentang Green. LW, Kreuter MW. 2000. Health
menggosok gigi, dengan Odds Ratio 1,791 Promotion Planning: An Education and
artinya peran guru yang baik mempunyai Environment Approach. Montain View-
kemungkinan siswa untuk berperilaku Toronto London. Mayfield Publishing
menggosok gigi yang baik sebanyak 2 kali lebih Company.
besar dibandingkan dengan peran guru yang Houwink. B.et al. 1994. Ilmu Kedokteran gigi
kurang. pencegahan. Terjemahan sutatmi. Indirawati
Tjahya N, Sintawati, F.X, Yovita, Tince.
KEPUSTAKAAN Hutabarat. N. 2009. Peran Petugas Kesehatan,
Anggraeni Z.R. 2010. Gigi Berlubang Hinggapi Guru dan Orang Tua dalam Pelaksanaan
77% Anak Indonesia. http:// tulisan – bebas UKGS dengan Tindakan Pemeliharaan
.com/gigi –berlubang-hinggapi-77- anak- Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah
indonesia/diakses pada tanggal 22 Januari Dasar . Medan (Tesis).
Bappeda & PM Kota dengan Biro Pusat Ircham. Ediati S, Sidarto. 1993. Penyakit-
Statistik, 2012. Propinsi Lampung dalam penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan
angka, Propinsi Lampung Perawatannya. Liberty. Yogyakarta.
Depkes RI.,1994. Modul Penyuluhan Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan
Kesehatan Gigi dan Mulut Di Rumah Sakit Masyarakat: Prinsip Prinsip dasar. Rineka
Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Cipta. Jakarta.
Jakarta.
Notoatmodjo. S. 2010. Promosi kesehatan.
Depkes RI. 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Teori dan aplikasinya. Rineka Cipta.
Kesehatan Gigi dan Mulut. Direktorat Jakarta.
Kesehatan Gigi. Jakarta.
Riskesdas. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Depkes RI. 2004. Upaya Kesehatan gigi Dasar Indonesia. Badan Penelitian dan
Masyarakat. Direktorat Jendral Pelayanan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Medik. Jakarta.
Riyanti. E. 2005. Pengenalan dan Perawatan Gigi
Dinkes Propinsi Lampung. 2010. profil Anak Sejak Dini. Ed. Seminar Sehari
kesehatan propinsi lampung, Lampung. Kesehatan Psikologi Anak.
Djaward, Dahlan. 2000. Psikologi Suwelo, IS. 1992. Karies Gigi pada Anak
Perkembangan Anak. EGC. Jakarta. Dengan Berbagai Faktor Etiologi. Penerbit
Edelmen, C.L, & Mandle, C.L, 2006. Health ECG. Jakarta.
Promotion : Throughout the life span. St.
Louis : Mosby.

135

Anda mungkin juga menyukai