1
B. Pembahasan
1. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar yang Baik
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk
mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran.
Ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil
belajar, sehingga tes tersebut bisa dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu:
1) Valid, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar
tersebut dengan secara tepat, benar, shahih telah dapat mengukur atau
mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik,
setelah mereka menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka
waktu tertentu.
2) Realibel, sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan realiabel apabila
hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes
tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang tetap sama dan sifatnya stabil.
3) Obyektif, sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil
belajar yang obyektif. Apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan
“menurut apa adanya”.
4) Praktis dan ekonomis, bersifat praktis mengandung pengertian bahwa
tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah. Bersifat
ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut
tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga
serta biaya yang banyak. 1
1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press,2009), h. 93-
97
2
1) Tes belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
2) Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi
4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaanya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
5) Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
6) Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan
cara mengajar guru itu sendiri.2
2
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), h.
3
Sebagai salah satu jenis test hasil belajar, test uraian dapat di
bedakan menjadi dua golongan, yaitu : test uraian bentuk bebas
atau terbuka dan test uraian bentuk terbatas.
a) Uraian Bebas (terbuka)
Pada test uraian bentuk terbuka, yaitu tes yang
menghendaki jawaban dari testee sepenuhnya.
b) Uraian Terbatas
Pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki
muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih
terarah (dibatasi).3
c. Ketepatan Penggunaan Tes Uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu pengukur
hasil belajar, tepat dipergunakan apabila pembuatan soal (guru,
dosen, panitia ujian dan lain-lain) disamping ingin mengungkap
daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang
ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap
kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep
berikut aplikasinya. Kecuali itu, tes subyektif ini lebih tepat
dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
d. Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Beberapa petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, antara lain:
a) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, diusahakan agar
butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari
materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan
kepada testee untuk mempelajarinya.
b) Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee
(misalnya: menyontek atau bertanya kepada testee lainnya),
hendaknya susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan
3
Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama RI, 2012) h. 137
4
susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau
bahan lain yang dirninta untuk mempelajarinya.
c) Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera
disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti
apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester
sebagai jawaban yang betul.
d) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya
pertanyaan-pertanyaan jangan dibuat seragam, melainkan
dibuat secara bervariasi.
e) Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan
jelas, sehingga mudah dipahami oleh testee.
f) Hendaknya di kemukakan pedoman dalam menjawab tes.4
2) Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif
a. Pengertian test objektif.
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek, yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh
testee dengan cara memilih salah satu diantara beberapa
kemungkinan jawaban pada masing-masing item, atau menuliskan
jawaban berupa kata maupun symbol pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penggolongan Tes Objektif
Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
a) Tes Objektif Bentuk benar-salah (true-False test)
b) Tes Objektif bentuk menjodohkan (Matching test)
c) Tes Objektif bentuk melengkapi(Completion test)
d) Tes Objektif bentuk isian (Fill in test)
e) Tes Objektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice item test).
c. Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Objektif
4
Ibid, h. 106
5
Beberapa petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, antara lain:
a) Untuk dapat menyusun butir-butir soal tes obyektif yang
bermutu tinggi, pembuat soal tes (dalam hal ini guru, dosen
dan lain-lain) harus membiasakan diri dan sering berlatih,
sehingga dari waktu ke waktu ia akan dapat merancang dan
menyusun butir-butir soal tes obyektif dengan lebih baik dan
lebih sempurna.
b) Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif itu
selesai dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan
item, dengan tujuan dapat mengidentifikasi butir-butir item
mana yang sudah termasuk dalam kategori "baik" dan butir-
butir item mana yang masih termasuk dalam kategori "kurang
baik" dan "tidak baik".
c) Dalam rangka mencegah timbulnya kerja sama yang tidak
sehat di antara testee, perlu disiapkan terlebih dahulu suatu
sanksi bagi testee yang curang.
d) Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau
istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana,
ringkas, jelas dan mudah dipahami oleh testee.
e) Untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan
antara testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes
obyektif hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak
ada butir-butir yang dapat menghasilkan penafsiran ganda atau
kerancuan dalam pemberian jawabannya.
f) Usahakan agar tidak terjadi kesalahan ketik atau kesalahan
cetak, sehingga tidak mengganggu konsentrasi testee dalam
memberikan jawaban soal.
6
g) Hendaknya diberikan pedoman secara jelas dan tegas dalam
mengisi tes.5
5
Ibid, h. 136-137
7
penyimpangan atau kelainan-kelainan harus dicatat dalam berita
acara pelaksanaan tes tersebut.
8
waktu yang disediakan bagi tiap peserta tes dalam menjawab soal-
soal atau pertanyaan-pertanyaan pada tes lisan tersebut.
h. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes lisan hendaknya
dibuat bervariasi.
i. Sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu berlangsung
secara individual (satu demi satu).
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tes hasil
belajar yang baik itu valid, reliabel, obyektif, praktis dan ekonomis. Prinsip
dasar dalam penyusunan tes adalah mengukur secara jelas hasil belajar,
merupakan sampel yang representative, bervariasi, desainnya sesuai
kegunaan, memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan dan mengandung unsur
6
Ibid, h.156
9
diagnosis. Bentuk-bentuk tes hasil belajar matematika adalah bentuk uraian
dan bentuk objektif. Adapun teknik pelaksanan tes hasil belajar dapat
dilaksanakan dengan teknik tes tertulis, lisan, dan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
10