Anda di halaman 1dari 3

Sebuah perusahaan dalam suatu bulan tertentu mengerjakan dua pesanan yang berbeda pesanan

dengan No. A-12 dan pesanan dengan No. A-13. Overhead sesungguhnya yang terjadi adalah Rp315.000.
Adapun biaya bahan baku sesungguhnya, tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan overhead yang
dibebankan ke masing-masing pesanan dengan tarif 150 persen dari biaya tenaga kerja langsung adalah
sebagai berikut.

Berapakah overhead yang lebih-atau kurang-dibebankan? Oleh karena Overhead sesungguhnya adalah
Rp315.000 dan overhead dibebankan adalah Rp300.000 (Rp75.000+ +Rp225.000), terjadilah overhead
kurang-dibebankan Rp15.000. Andaikan selisih overhead ini akan dialokasi ke biaya pesanan di atas,
alokasinya dapat mendasarkan pada biaya produk sebelum menerima alokasi. Perhatikanlah bahwa
biaya pesanan No. A-12 adalah Rp225.000 dan biaya pesanan No. A-13 adalah Rp450.000. Jadi,
perbandingan biayanya adalah 1 2. Alokasi selisih overhead kurang-dibebankan, oleh karena itu, adalah
sebagai berikut.

Setelah alokasi ini biaya sesungguhnya pesanan A-12 total tentunya adalah Rp230.000 (Rp225.000+
Rp5.000) dan biaya sesungguhnya

pesanan A-13 total tentunya Rp460.000 (Rp450.000 + Rp10.000)

4.2 METODA PENENTUAN BIAYA PROSES

Metoda penentuan biaya proses adalah metoda pengumpulan biaya produk berdasar proses. Metoda ini
digunakan oleh perusahaan pemanutakturan yang membuat produk massa. Perusahaan-perusahaan
yang membuat bumbu masak, minyak kelapa sawit, dan kertas adalah contoh perusahaan-perusahaan
yang menggunakan metoda penentuan biaya proses. Metoda penentuan biaya proses mengumpulkan
setiap elemen biaya produk berdasar pada proses. Jika sebuah produk diproses melalui dua proses
(departemen), biaya dikumpulkan pada setiap proses (departemen) tersebut. Seperti pada metoda
penentuan biaya pesanan, bahan baku dan tenaga kerja diukur dengan biaya historis, sedangkan biaya
overhead dibebankarn berdasar tarit yang ditentukan di muka. Namun, tidak seperti pada metoda
penentuan Diaya pesanan, semua biaya dikumpulkan dari awal sampai akhir perioda (mnisalnya bulan).
Pada akhir perioda biaya (harga pokok) per unit dihitung dengan cara membagi seluruh biaya dengan
jumlah produk yang dapat diselesaikan tkutilah contoh berikut yang hanya melibatkan satu departemen

Produk Diproses Melalui Satu Departemen

Fa. Amat dan Rekan membuat dan menjual sebuah produk yang diberinya merk Arek. Produk tersebut
diproses melalui satu departemen saja. Pada bulan Januari 2015 bahan baku dimasukkan ke
Departemen A dengan jumlah yang cukup untuk membuat 1.000 unit produk. Sampai akhir bulan
tersebut seluruh produk dapat diselesaikan secara sempurna. Menurut catatan, biaya bahan baku
Rp100.000, tenaga kerja langsung Rp200.000, dan overhead yang dibebankan ke produk 75% dan biaya
tenaga kerja langsung, yakni Rp150.000. Berapakah biaya produksi barang jadi per unit? Biaya produksi
total adalah Rp450.000 dan biaya per unit adalah Rp450 sebagaimana perhitungan berikut.

Andaikan terdapat overhead lebih-dibebankan atau kurang-dibebankan, biaya total dan per unit
disesuaikan untuk mendapatkan biaya yang sesungguhnya terjadi. Pembaca Kiranya dapat membuat
Contoh sendiri

Unit Ekuivalen

Pada contoh di atas seluruh produk dapat selesai sempurna sampai akhir perioda. Pada kasus soperti itu
perhitungan biaya per unit sangatlah mudah. Namun, jika pada akhir perioda masih terdapat produk
yang belum jadi secara sempurna, untuk menghitung biaya per unit diperlukan perhitungan unit
ekuivalen. Satu unit produk yang sudah jadi sernpurna tentunya ekuivalen atau setara dengan satu unit
produk jadi, Artinya, tingkat penyelesaiannya 100 persen. Satu unit produk yang belum jadi setara
dengan satu unit produk jadi dikalikan dengan tingkat penyelesaiannya. Jadi, seluruh produksi harus
dihitung ekuivalensinya atau kesetaraannya. Contohnya berikut ini.

Pada bulan Januari 2015 sebuah perusahaan memroses 500 unit produk dengan biaya total Rp920.000.
Sampai akhir bulan tersebut hanya 400 unit yang selesai, sedangkan 100 unit sisanya masih dalam
proses dengan tingkat penyelesaian 60 persen. Jumlah 400 unit yang sudah selesai jelas setara atau
ekuivalen dengan 400 unit produk selesai. Tetapi 100 unit yang masih dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 60 persen adalah setara dengan 60 unit produk selesai (60% x 100 unit). Jadi, perusahaan
dalam bulan Januari 2015 telah membuat barang yang jumlahnya setara dengan 460 unit produk selesai.
Dengan demikian, biaya per unit produk adalah Rp2.000 (Rp920.000 : 460 unit). Biaya produk selesai
sebanyak 400 unit, oleh karena itu, adalah Rp800.000; sedangkan biaya barang dalam proses 100 unit
adalah Rp120.000. Paparan berikut mungkin lebih jelas.

Produk Diproses Melalui Dua DepartemenSeperti telah dijelaskan, metoda penentuan biaya proses

mengumpulkan biaya produk berdasar proses. Jika produk diproses melalui dua departemen produksi,
biaya juga dikumpulkan di dua departemen itu. Berikut contohnya.

Pada bulan Januari 2015 sebuah produk diproses melalui dua departemen-Departemen A dan
Departemen B. Mula-mula bahan baku dimasukkan ke Departemen A untuk diproses. Jumlah bahan
yang dimasukkan adalah untuk membuat 100 unit produk. Sampai akhir bulan hanya 90 unit yang
selesai, sedangkan 10 unit lainnya belum selesai. Tingkat penyelesaian untuk bahan adalah 100 persen,
sedangkan untuk biaya konversi (tenaga kerja langsung dan overhead) adalah 60 persen. Produk yang
telah selesai diproses di Departemen A diproses lebih laniut di Departemen B tanpa adanya tambahan
bahan apa pun. Setiap unit produk dari Departemen A menjadi satu unit produk Departemen B. Dari 90
unit yang diproses di Departemen B hanya 50 unit yang sudah selesai, sedangkan 40 unit sisanya masih
perlu proses lanjutan. Tingkat penyelesaian untuk bahan 100 persen, sedangkan untuk biaya konversi 90
persen. Biaya bahan baku sesungguhnya, biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan biaya
overhead dibebankan untuk masing-masing departemen adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai