Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN


PLASENTA PREVIA

Oleh:
Rahdian Husa
17014101160
Masa KKM 06 Agustus 2018 – 14 Oktober 2018

Supervisor Pembimbing
dr. Anastasia M. Lumentut, Sp.OG

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

BAB II. LAPORAN KASUS ........................................................................... 2


1. Identitas Pasien...................................................................................... 2
2. Anamnesis ............................................................................................. 2
3. Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 4
4. Pemeriksaan Ginekologi…………………………………………….. . 5
5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 6
6. Diagnosis ............................................................................................... 8
7. Rencana Terapi...................................................................................... 8
8. Resume Masuk ...................................................................................... 8
9. Follow Up ............................................................................................. 9

BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................. 13

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20


BAB I
PENDAHULUAN

Secara global perdarahan obstetrik tetap menjadi penyebab utama


kematian maternal di negara berkembang dan menyebabkan ± 50% dari 500.000
kematian maternal setiap tahunnya.1 Di Amerika Serikat perdarahan merupakan
penyebab langsung ± 13% dari kematian maternal sehubungan dengan kehamilan
dan persalinan.2
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SKDI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari tahun 2010-2013
penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan.3
Terdapat banyak penyebab perdarahan di bidang obstetrik, baik
perdarahan pada kehamilan muda, dan perdarahan pada kehamilan lanjut dan pada
persalinan. Di tahun 2011 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dari 4155
kasus, terdapat dua penyebab utama perdarahan obstetrik yaitu 60 kasus (1,44%)
perdarahan antepartum dan 36 kasus (0,86%) perdarahan postpartum. Sedangkan
penyebab utama perdarahan antepartum adalah plasenta previa pada 59 kasus
(98,3%) dan retensio plasenta pada 10 kasus (27,8%).4
Perdarahan antepartum (PAH) adalah perdarahan dari jalan lahir yang
terjadi mulai pada mingu ke 24 kehamilan. Salah satu penyebab utama dari PAH
adalah plasenta previa. Kata Previa berasal dari bahasa latin yang berarti “pergi
terlebih dahulu”, dalam terminologi plasenta previa, diartikan sebagai keadaan
dimana plasenta “pergi terlebih dahulu” sebelum fetus ke jalan lahir. Di dalam
ilmu obstetri, plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
segmen bawah rahim, baik tepat atau sangat dekat di Ostium Uteri Interna.5
Klasifikasi plasenta previa didasarkan pada seberapa besar bagian plasenta yang
menutupi ostium uteri interna. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta
yang menutup seluuh ostium uteri internum.6 Berikut ini akan dilaporkan laporan
kasus dari perempuan berumur 36 tahun yang didiagnosis dengan plasenta previa
totalis.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. LW

RM : 54.10.78

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Kampung Jawa Lingk V

Agama : Kristen Protestan

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

MRS : 09 Agustus 2018

2. ANAMNESIS

Keluhan Utama:

Pasien merupakan rujukan dari RS Budi Setia dengan diagnosa G3P1A1, 36

tahun, hamil 28-29 minggu + plasenta previa marginalis + plasenta akreta +

anemia dalam kehamilan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merupakan rujukan dari RS Budi Setia dengan diagnosa G3P1A1, 36

tahun, hamil 28-29 minggu + plasenta previa marginalis + plasenta akreta +

anemia dalam kehamilan.

2
Pasien datang ke datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

sejak ± 3 jam SMRS. Nyeri perut dirasakan hilang timbul. Keluhan perdarahan

dari jalan lahir disangkal. Riwayat keluar air dari jalan lahir disangkal. Pergerakan

janin (+) dirasakan ibu SMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit jantung, DM, ginjal, hepar, dan hipertensi disangkal.

Riwayat Obstetrik :

P1 : L / 2003 /sectio caesarea atas indikasi gagal oksitosin/bk / BBL 3200 gr / RS

Bayangkara / dokter / sehat

A1 : 2002, tidak dikuret

Riwayat Ginekologi :

Menarche saat usia 13 tahun. Siklus haid teratur setiap 28 hari dengan lama haid

3-4 hari. Saat haid pasien mengganti 1-2 kali pembalut dalam sehari. Nyeri haid

(-). HPHT pasien 23 Januari 2018. Taksiran persalinan 30 Oktober 2018.

Riwayat ANC:

Pasien sudah melakukan ANC sebanyak 7 kali. 5 kali di posyandu dan 2 kali di

RS Noongan. Pasien sudah mendapatkan suntik TT sebanyak 1 kali.

Riwayat KB :

Pasien terakhir menggunakan pil KB di tahun 2016

3
Riwayat Perkawinan :

Pasien menikah 1 kali dan sudah menikah selama 16 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat penyakit jantung,

DM, ginjal, hepar, dan hipertensi disangkal.

Riwayat Sosio Ekonomi :

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama dengan suami.

Biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesens

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 85 x/m

Respirasi : 18 x/m

Suhu : 36,1 °c

Berat badan : 83 kg

Tinggi Badan : 162 cm

Kepala

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)

4
Telinga : Sekret (-/-)

Mulut : Karies (-)

Tenggorokan : Tonsil T1-T1

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks

Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi :

 Leopold 1: Bokong, tinggi fundus uteri : 24cm

 Leopold 2: Punggung kanan

 Leopold 3: Kepala belum masuk PAP

 Leopold 4: -

Auskultasi : BU (+) N. BJJ 145-150 kali/menit

4. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Inspeksi :fluksus (-), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : fluksus (-), vagina tidak ada kelainan, portio livide, licin,

erosi (-), OUE tertutup

PD : tidak dilakukan

RT : tidak dilakukan

5
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan USG

USG : 09 Agustus 2018

Hasil USG :

VU terisi cukup

Janin intrauterine tunggal letak kepala

FM (+) FHM (+)

BPD 7,34

AC 26,14

FL 5,71

FFW: 1000-1600 gr

Plasenta di korpus uterus meluas menutupi OUI, AFL > 2 cm

Kesan : Hamil 29-30 minggu janin intrauterine tunggal hidup letak kepala

+ plasenta previa totalis

b. Pemeriksaan Laboratorium

10 Agustus 2018

Hematologi

 Leukosit : 14.2 10^3/uL

6
 Eritrosit : 3.59 10^6/uL

 Hemoglobin : 9,2 g/dL

 Hematokrit : 29,9 %

 Trombosit : 278 10^3/uL

 MCH : 25.7 pg

 MCHC : 30.9 g/dL

 MCV : 83,4 fL

Hemostasis

 PT : 12,7 detik

 APPT : 21,6 detik

Urinalisis

Makroskopis

 Warna : Kuning

 Kekeruhan : Jernih

Mikroskopis

 Eritrosit : 15-20/LPB

 Leukosit : 0-3/LPB

 Epitel : 0-5/lpk

 Bakteri : -/LPB

 Jamur : -/LPB

 Amoeba :-

Kimia

 Berat jenis : 1010

 pH :7

7
 Leukosit : Negatif

 Nitrit : Negatif

 Protein : +1

 Glukosa : Negatif

 Keton : Negatif

 Urobilinogen : Negatif

 Bilirubin : Negatif

 Darah/Eritrosit : 5+

 Silinder : -/LPB

 Kristal : -/LPB

6. DIAGNOSIS

G3P1A1 36 tahun hamil 28-29 minggu dengan ancaman partus prematur +

plasenta previa totalis + bekas SC + anemia dalam kehamilan, Janin intrauterine

tunggal hidup letak kepala

7. RENCANA TERAPI

Terapi Konservatif

8. RESUME MASUK

Pasien merupakan rujukan dari RS Budi Setia dengan diagnosa G3P1A1, 36

tahun, hamil 28-29 minggu + plasenta previa marginalis + plasenta akreta +

anemia dalam kehamilan. Keluhan utama nyeri perut bagian bawah sejak ± 3 jam

SMRS. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80

mmHg, nadi: 85 x/m, respirasi: 18 x/m, suhu: 36,1 °c, abdomen cembung dan

teraba tinggi fundus uteri 24 cm. HPHT pasien 23 Januari 2018. Pada

pemeriksaan inspekulo fluksus (-), vagina tidak ada kelainan, portio livide, licin,

8
erosi (-), OUE tertutup. Pada pemeriksaan USG kesan hamil 29-30 minggu janin

intrauterine tunggal hidup letak kepala + plasenta previa totalis. Pasien

didiagnosis G3P1A1 36 tahun hamil 28-29 minggu dengan ancaman partus

prematur + plasenta previa totalis + bekas SC + anemia dalam kehamilan, Janin

intrauterine tunggal hidup letak kepala. Pasien di rencanakan terapi konservatif.

9. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
9-8-2018 Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 tahun Rawat konservatif
(23. perut Kes : CM hamil 28-29 USG & NST
10 Wita) bagian T: 130/80 minggu dengan DL & UL
/ IGDO bawah mmHg ancaman partus Konseling &
ingin N: 80 x/m prematur + Edukasi
melahir R: 20 x/m Plasenta previa Nifedipine 3x10 mg
kan S: 36,6 °c totalis + bekas SC
BJJ : 150- + anemia dalam
155x/m kehamilan,
JIUTHLK
Tanggal S O A P
10-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 tahun Rawat konservatif
2018 perut Kes : CM hamil 28-29 Konseling &
(07.00 bagian T: 120/80 minggu dengan Edukasi
Wita) / bawah mmHg ancaman partus Observasi Tanda-
Kamar hilang N: 80 x/m prematur + tanda vital, His,
Bersalin timbul, R: 20 x/m Plasenta previa DJJ
Perdarah S: 36,5 °c totalis + bekas SC Nifedipine 3x10 mg
an dari BJJ : 140-145 + anemia dalam Cefadroxyl 3x500
jalan x/m kehamilan, mg
lahir JIUTHLK Advis: Transfusi
minimal PRC 1 bag

Tanggal S O A P
10-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 tahun Rawat konservatif
2018 perut Kes : CM hamil 28-29 Konseling &
(14.00 bagian T: 120/80 minggu dengan Edukasi
Wita) / bawah mmHg ancaman partus Observasi Tanda-
Kamar hilang N: 84 x/m prematur + tanda vital, His,
Bersalin timbul, R: 20 x/m Plasenta previa DJJ
perdarah S: 36 °c totalis + bekas SC Nifedipine 3x10 mg
an dari Konjungtiva + anemia dalam Rencana Transfusi

9
jalan anemis +/+ kehamilan, PRC 1 bag
lahir His (-) BJJ : JIUTHLK
minimal 140-145 x/m
Tanggal S O A P
10-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 tahun Rawat konservatif
2018 perut Kes : CM hamil 28-29 Konseling &
(18.00 bagian T: 130/80 minggu dengan Edukasi
Wita) / bawah mmHg ancaman partus Observasi Tanda-
Kamar hilang N: 84 x/m prematur + tanda vital, His,
Bersalin timbul, R: 20 x/m Plasenta previa DJJ
perdarah S: 36 °c totalis + bekas SC Nifedipine 3x10 mg
an dari Konjungtiva + anemia dalam Cefadroxyl 3x500
jalan anemis -/- kehamilan, mg
lahir (-) BJJ : 145-150 JIUTHLK Sulfus Ferosus
x/m 1x10 mg
Dexametason
Rencana Transfusi
PRC 1 bag

Tanggal S O A P
11-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Rawat konservatif
2018 perut Kes : CM tahun hamil Konseling & Edukasi
(08.00 bagian T: 100/70 28-29 minggu Observasi Tanda-tanda
Wita) / bawah mmHg dengan vital, His, DJJ
Ruangan hilang N: 80 x/m ancaman Nifedipine 3x10 mg
timbul, R: 22 x/m partus Cefadroxyl 3x500 mg
perdarah S: 36,5 °c prematur + Sulfus ferosus 1x10
an dari Konjungtiva Plasenta previa mg
jalan anemis -/- totalis + bekas Dexametason
lahir (-) TFU: 24 cm SC + anemia
BJJ : 145-150 dalam
x/m kehamilan,
JIUTHLK

Tanggal S O A P
12-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Rawat konservatif 
2018 perut Kes : CM tahun hamil Bed rest total
(10.00 bagian T: 120/80 28-29 minggu Konseling & Edukasi
Wita) / bawah mmHg dengan Observasi Tanda-tanda
Ruangan hilang N: 80 x/m ancaman vital, His, DJJ
timbul, R: 22 x/m partus Nifedipine 3x10 mg
perdarah S: 36,5 °c prematur + Cefadroxyl 3x500 mg
an dari Konjungtiva Plasenta previa Sulfus ferosus 1x10

10
jalan anemis -/- totalis + bekas mg
lahir (-) TFU: 26 cm SC + anemia Dexametason
BJJ : 145-150 dalam
x/m kehamilan,
BJJ (10.00 JIUTHLK
WITA) 155-
160 x/menit
BJJ (14.00
WITA) 150-
155 x/menit
BJJ (17.00
WITA) 155-
160 x/menit
BJJ (20.00
WITA) 150-
155 x/menit
BJJ (23.00
WITA) 150-
155 x/menit

Tanggal S O A P
13-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Rawat konservatif 
2018 perut Kes : CM tahun hamil Bed rest total
(07.00 bagian T: 125/80 28-29 minggu Konseling & Edukasi
Wita) / bawah mmHg dengan Observasi Tanda-tanda
Ruangan (-), N: 88 x/m ancaman vital, His, DJJ
perdarah R: 22 x/m partus Nifedipine 3x10 mg
an dari S: 36,6 °c prematur + Cefadroxyl 3x500 mg
jalan Konjungtiva Plasenta previa Sulfus ferosus 1x10
lahir (+) anemis -/- totalis + bekas mg
minimal TFU: 26 cm SC + anemia Dexametason
His (-) dalam
BJJ : 145-150 kehamilan,
x/m JIUTHLK

Tanggal S O A P
14-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Rawat konservatif 
2018 perut Kes : CM tahun hamil Bed rest total
(07.00 bagian T: 125/80 28-29 minggu Konseling & Edukasi
Wita) / bawah mmHg dengan Observasi Tanda-tanda
Ruangan Hilang N: 88 x/m ancaman vital, His, DJJ
timbul, R: 22 x/m partus Nifedipine 3x10 mg
perdarah S: 36,6 °c prematur + Cefadroxyl 3x500 mg
an dari Konjungtiva Plasenta previa Sulfus ferosus 1x10
jalan anemis -/- totalis + bekas mg
lahir (+) SC + anemia Dexametason

11
±1 dalam
pembalut kehamilan,
JIUTHLK

Tanggal S O A P
15-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Jika tidak ada
2018 perut Kes : CM tahun hamil pembukaan, tidak ada
(07.00 bagian T: 130/70 28-29 minggu perdarahan  Rawat
Wita) / bawah mmHg dengan konservatif
Ruangan (-), N: 80 x/m ancaman
perdarah R: 20 x/m partus Jika perdarahan aktif,
an dari S: 36,5 °c prematur + inpartu kala I, rencana
jalan His (-) Plasenta previa SC cito
lahir (-) BJJ 150-155 totalis + bekas
x/menit SC + Observasi Tanda-tanda
JIUTHLK vital, His, DJJ
Nifedipine 3x10 mg
Cefadroxyl
Sulfus ferosus
Dexametason
IVFD RL DS 5% 28
tpm

Tanggal S O A P
16-8- Nyeri KU : Cukup G3P1A1 36 Observasi Tanda-tanda
2018 perut Kes : CM tahun hamil vital, His, DJJ
(07.00 bagian T: 130/70 28-29 minggu Cefadroxyl
Wita) / bawah mmHg dengan Sulfus ferosus
Ruangan (-), N: 80 x/m ancaman
perdarah R: 20 x/m partus Rawat jalan
an dari S: 36,5 °c prematur +
jalan His (-) Plasenta previa Konseling dan edukasi
lahir (-) BJJ 150-155 totalis + bekas  Bila perdarahan
x/menit SC + segera kembali ke RS
JIUTHLK

12
BAB III

PEMBAHASAN

Sebuah review sistematis memperlihatkan prevalensi plasenta previa


secara global adalah 5,2 kasus per 1000 kehamilan. Hasil ini memperlihatkan
variasi pada beberapa bagian dunia, prevalensi tertinggi ada pada studi-studi yang
dilakukan di Asia (12,2 per 1000 kehamilan), berturut-turut di Eropa (3,6 per
1000 kehamilan), Amerika Utara (2,9 per 1000 kehamilan) dan Afrika (2,7 per
1000 kehamilan).7 Insidens plasenta previa yang dilaporkan kira-kira 0,3 % atau 1
kasus per 300-400 persalinan. Dilaporkan hampir 1 dalam 300 persalinan di
Amerika Serikat di tahun 2003.8

Frekuensi plasenta previa meningkat dengan umur saat terjadinya kehamilan.


Di Rumah Sakit Parkland, Inggris insidensi pada pasien dengan umur <19 tahun
(1 per 1660 kehamilan) sedangkan plasenta previa terjadi pada 1 dari 100
kehamilan pada pasien dengan umur >35 tahun.9 Pada kasus, pasien berumur 36
tahun.

Operasi sesar sebelumnya. Pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi


sesar sebelumnya, maka sekitar 1% wanita tersebut akan mengalami plasenta
previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih
operasi sesar dimana 10% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. Pada
sebuah studi dari 30.132 perempuan dengan riwayat SC, insidensi meningkat
sebanyak 1,3% pada perempuan dengan riwayat SC 1x, tetapi meningkat
sebanyak 3,4% pada perempuan dengan riwayat SC lebih dari enam kali.10 Pada
kasus, pasien memiliki riwayat operasi sesar di tahun 2003 atas indikasi gagal
induksi oksitosin.

Multiparitas dan jarak kehamilan. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500
wanita yang baru pertama kali hamil. Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5
kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20
kehamilan. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas
plasenta sebelumnya. Perempuan multiparitas memiliki risiko 5 % lebih tinggi

13
menderita plasenta previa.6 Pada kasus, saat ini adalah kehamilan ketiga pasien,
pada kehamilan pertama terjadi abortus dan pada kehamilan kedua di tahun 2003
dilakukan persalinan dengan operasi sesar.

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum


diketahui secara pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.
Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi
terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden
dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa
lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran
rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.
Plasenta yang mengalami hipertrofi akan mendekati atau menutupi ostium uteri
internum. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.6

Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri,
dan biasanya berulang. Perdarahan biasanya tidak muncul sampai pada akhir
trimester kedua. Sering dijumpai kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin biasanya
masih baik.5 Pada kasus, pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah hilang
timbul dan perdarahan dari jalan lahir hilang timbul.

Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk mengetahui apakah perdarahan


berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya perdarahan yang berasal
dari plasenta harus dicurigai. Klasifikasi plasenta previa pada beberapa kasus

14
tergantung pada dilatasi serviks pada saat dilakukan pemeriksaan inspekulo.
Contohnya, plasenta letak rendah mungkin akan menjadi plasenta previa parsial
karena dilatasi serviks telah mengekspos bagian plasenta sebagian.11 Pada
pemeriksaan inspekulo pada kasus didapatkan fluksus (-), vagina tidak ada
kelainan, portio livide, licin, erosi (-), OUE tertutup.

Gambar 2: Plasenta previa pada trimester kedua pada pemeriksaan


inspekulo. Serviks berdilatasi dengan ukuran 3-4 cm. Tanda panah
menunjukan mukus yang keluar dari serviks.5

USG transbadominal dapat dilakukan untuk mengetahui letak implantasi


plasenta namun USG transabdominal kurang sensisitf dalam melihat bagian
plasenta posterior, karena kepala atau bagian terbawah janin dapat menutupi
plasenta atau hasil USG terhalangi oleh vesica urinaria yang penuh. Oleh
karena itu USG transvaginal lebih akurat dalam mendiagnosis plasenta previa.
Selain itu, pada USG transvaginal juga sangat sensitif untuk mengetahui jarak
pinggir plasenta dari OUI (sensitivitas 87,5% dan spesivitas 98,8%).5 Pada
kasus, berdasarkan hasil pemeriksaan USG, korpus uterus meluas menutupi
OUI, menjadikan kasus ini diklasifikasikan sebagai kasus plasenta previa
totalis.

15
Gambar 3. A. Transabdominal sonogram memperlihatkan plasenta (panah
putih) menutupi serviks (panah hitam). B. Transvaginal sonogram
memperlihatkan plasenta (panah), berada diantara serviks dan kepala
janin.5

Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari 3 faktor, yaitu umur


kehamilan, maturitas janin, dan perdarahan yang dialami. Jika janin belum cukup
umur, penanganan konservatif menjadi pilihan, dimana ibu dipantau di unit
obstetrik.12 Dalam pemantauan, diberikan tokolitik dalam 48 jam pertama. Setelah
kira-kira dalam dua hari perdarahan berkurang dan keadaan janin sehat, pasien
dapat dipulangkan. Pada kasus, pasien diberikan tokolitik, yaitu Nifedipine 3x10
mg. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah keluarga pasien harus diedukasi
tentang kemungkinan adanya perdarahan berulang dan bersiap untuk masuk
rumah sakit kembali.13 Pada kasus, setelah pasien dirawat konservatif selama 8
hari, pasien dipulangkan karena umur kehamilan yang masih belum aterm, tidak
adanya perdarahan aktif, dan keadaan janin masih dalam kedaan baik.

Pada kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid


dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.6 Pada kasus, pasien
diberikan dexametason injeksi untuk pematangan paru janin. Dengan rawat jalan
pasien lebih bebas dan kurang stress serta biaya dapat ditekan. Rawat inap
kembali diberlakukan bila keadaan menjadi lebih serius.6

Pada pasien dengan umur kehamilan yang dekat dengan umur aterm, dapat
dijadwalkan untuk dilakukan operasi sesar. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pemberian waktu yang cukup untuk maturitas janin. National Health Workshop

16
menyimpulkan bahwa pasien dengan plasenta previa paling baik dilakukan
persalinan dengan operasi sesar secara elektif pada umur kehamilan 36-37
minggu.12

Pada dasarnya, persalinan semua pasien dengan plasenta previa harus


dilakukan dengan operasi sesar. Banyak ahli bedah menyarankan melakukan insisi
vertikal. Kira-kira setengah dari persalinan sesar yang dilakukan pada plasenta
previa bersifat kegawat daruratan karena disebabkan oleh perdarahan, yang
dimana perdarahan tersebut menyebabkan diharuskanya dilakukan transfusi
darah.14

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG, disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah
ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Namun, nasib janin masih belum
terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun
karena intervensi seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum
sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan.6
Prognosis pasien dengan plasenta previa juga bergantung pada komplikasi yang
terdapat pada ibu dan janin, yang dimana pada kasus, belum terdapat komplikasi
signifikan yang didapatkan baik pada ibu dan janin.15 Berdasarkan pertimbangan
yang telah disebutkan, prognosis pasien pada kasus adalah dubia ad bonam.

17
BAB IV

PENUTUP

Perdarahan antepartum (PAH) adalah perdarahan dari jalan lahir yang


terjadi mulai pada mingu ke 24 kehamilan. Salah satu penyebab utama dari PAH
adalah plasenta previa. Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh
dari ostium uteri internum. Plasenta previa diklasifikasikan dengan pemeriksaan
USG.

Dilaporkan sebuah laporan kasus dari perempuan berumur 36 tahun yang


merupakan rujukan dari RS Budi Setia dengan diagnosa G3P1A1, 36 tahun, hamil
28-29 minggu + plasenta previa marginalis + plasenta akreta + anemia dalam
kehamilan. Keluhan utama nyeri perut bagian bawah sejak ± 3 jam SMRS. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80 mmHg,
nadi: 85 x/m, respirasi: 18 x/m, suhu: 36,1 °c, abdomen cembung dan teraba
tinggi fundus uteri 24 cm. HPHT pasien 23 Januari 2018. Pada pemeriksaan
inspekulo fluksus (-), vagina tidak ada kelainan, portio livide, licin, erosi (-), OUE
tertutup. Pada pemeriksaan USG kesan hamil 29-30 minggu janin intrauterine
tunggal hidup letak kepala + plasenta previa totalis. Pasien didiagnosis G3P1A1
36 tahun hamil 28-29 minggu dengan ancaman partus prematur + plasenta previa
totalis + bekas SC + anemia dalam kehamilan, Janin intrauterine tunggal hidup
letak kepala.
Faktor risiko yang didapatkan pada pasien adalah umur pasien, dan
riwayat operasi sesar sebelumnya. Gejala utama plasenta previa adalah
pendarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri, dan biasanya berulang. Pada kasus
pasien mengeluhkan nyeri perut bawah serta perdarahan dari jalan lahir yang
bersifat hilang timbul.

Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari 3 faktor, yaitu umur


kehamilan, maturitas janin, dan perdarahan yang dialami. Berdasarkan 3 faktor
tersebut, pasien diterapi dengan terapi konservatif dengan pemberian tokolitik,

18
supplemental besi, antibiotik, dan kortikosteroid. Prognosis pasien dengan
plasenta previa juga bergantung pada komplikasi yang terdapat pada ibu dan
janin, yang dimana pada kasus, belum terdapat komplikasi signifikan yang
didapatkan baik pada ibu dan janin. Berdasarkan pertimbangan yang telah
disebutkan, prognosis pasien pada kasus adalah dubia ad bonam.

19
Daftar Pustaka

1. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gülmezoglu AM, Van Look PF. WHO
analysis of causes of maternal death: a systematic review. Lancet
2006;367:1066–74.
2. Berg CJ, Callaghan WM, Syverson C, et al: Pregnancy-related mortality in
the
United States, 1998–2005. Obstet Gynecol 116(6):1302, 2010
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta:
2014
4. Londok THM, Lengkong RA, Suparman E. Karakteristik Perdarahan
Antepartum Dan Perdarahan Postpartum. Jurnal e-Biomedik (eBM),
Volume 1, Nomor 1, Maret 2013.
5. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetrics. Edisi ke-24.Volume 2.
United States: McGraw-Hill Education; 2014
6. Chalik, T.M.A. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan.
Dalam Saifudin, AB, Rachimhadhi, T dan Winkjosastro, GH. Ilmu
Kebidanan. ed. 4. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
7. Cresswell JA, Ronsmans C, Aalvert C, Fillipi V. Placenta previa:
Epidemiology, clinical features, diagnosis, morbidity and mortality. Trop
Med Int Health. 2013;18(6):712. Epub 2013 Apr 1
8. Martin JA, Hamilton BE, Sutton PD, et al: Births: final data for 2003. Natl
Vital Stat Rep 54(2):1, 2005
9. Biro MA, Davey MA, Carolan M, et al: Advanced maternal age and
obstetric morbidity for women giving birth in Victoria, Australia: a
population-based study. Aust N Z J Obstet Gynaecol 52(3):229, 2012
10. Silver RM, Landon MB, Rouse DJ, et al: Maternal morbidity associated
with multiple repeat cesarean deliveries. Obstet Gynecol 107:1226, 2006
11. Dashe JS: Toward consistent terminology of placental location. Semin
Perinatol 37(5):375, 2013
12. Spong CY, Mercer BM, D’alton M, et al: Timing of indicated late-preterm
and early-term birth. Obstet Gynecol 118 (2 Pt 1):323, 2011

20
13. Bose DA, Assel BG, Hill JB, et al: Maintenance tocolytics for preterm
symptomatic placenta previa: a review. Am J Perinatol 28(1):45, 2011
14. Boyle RK, Waters BA, O’Rourke PK: Blood transfusion for caesarean
delivery complicated by placenta praevia. Aust N Z J Obstet Gynaecol
49(6):627, 2009
15. Bakker R. Placenta Previa: Complication. Medscape. [Internet]. Available
from: www.emedicine.medscape.com

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai