Anda di halaman 1dari 19

A.

Konsep Dasar Ruptur perineum

1. Defenisi

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin ata bahu pada saat proses

persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit

dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2010).

Robekan jalan lahir adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir

lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal

dari perlukaan jalan lahir (Rukiyah, 2012).

2. Etiologi

Ruptur pada perineum diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena

proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan (Rukiyah, 2010).

3. Tingkatan luka perineum

Menurut Sarwono (2011) bahwa perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam 3

tingkatan, yaitu :

a. Tingkat I, bila perlukaan perineum hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit

perineum. Pada perlukaan tingkat I, bila hanya berupa luka lecet, tidak diperlukan

penjahitan.

b. Tingkat II, jika perlukaan yang lebih dalam dan bisa meluas ke vagina dengan

melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital.

c. Tingkat III, perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam dari tingkat II yang

menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus.

4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ruptur perineum ditegakkan dengan pemeriksaan langsung

pada tempat terjadinya perlukaan dimana akan timbul perdarahan yang bisa bersifat

perdarahan arterial (Sarwono, 2011).

5. Penatalaksanaan

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber

perdarahan.

b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan anti septik

c. Jepit dengan ujung klem sumber perdaraan dan ikat dengan benang

yang dapat diserap.

d. Lakukan penjahita luka mulai dari yang paling distal terhadap operator.

e. Khusus ruptur perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum)

dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai

berikut:

1) Setelah prosedur aseptik dan anti septik, pasang busi rektum hingga ujung

robekan.

2) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa,

menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/vicryl) hingga ke sfingter ani. Jepit

kedua sfingter ani dengan klem dan ahit dengan benang no. 2/0.

3) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan benang

yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.

4) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan subkutikuler.

5) Berikan antibiotika profilaksis (Ampisilin 2 gr dan metronidazol 1 gr per oral).

Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi

ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas (Prawirohardjo,

2010).

6. Waktu perawatan perineum


Menurut Rukiyah (2010) Waktu perawatan perineum yaitu :

a. Saat mandi

b. Setelah buang air kecil

c. Pada saat buang air besar

7. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut

ini :

a. Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lokhia dan lembab akan sangat menunjang

perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

b. Komplikasi: munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung

kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat munculnya infeksi kandung kemih

maupun infeksi pada jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum : Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan

kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih lemah

(Rukiyah, 2010).

B. Tinjauan Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Biodata yang perlu dikaji adalah biodata ibu dan suami yang terdiri dari : Nama,

suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lamanya menikah, dan alamat

sekarang.

a. Data Biologis – fisiologis

Data biologi – fisiologis mencakup tentang riwayat kesehatan ibu pada saat

sekarang dan masa lalu.

b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang ditanyakan adalah tentang adanya penyakit keturunan baik

menular atau tidak. Begitu juga dengan status genogram keluarga yang terdiri dari 3

generasi., yaitu :

1) Generasi I : Kakek dan nenek

2) Generasi II : Ayah dan ibu

3) Generasi III : Ibu / klien

c. Riwayat Reproduksi

Hal yang ditanyakan pada klien atau keluarga adalah siklus haid, durasi haid,

riwayat haid : kapan pertama haid dan terakhir haid, ini dilakukan untuk mengetahui

kelahiran sesuai bulan atau tidak. Hal yang perlu ditanyakan adalah riwayat obstetric

yang terdiri atas apakah pernah hamil dan melakukan persalinan pada masa lalu,

jumlah anak, keadaan ibu dan anak, dan bagaimana jenis persalinannya. Hal lain

yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu pernah ber – KB , apa jenisnya dan apa

ada keluhan saat menggunakannya.

d. Riwayat Aktivitas sehari – hari (Rukiyah, 2010)

1) Kebutuhan nutrisi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi

makanan ringan.

2) Kebutuhan istirahat

Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu

sulit untuk beristirahat. Ibu baru biasa merasa cemas akan kemampuannya

dalam merawat bayinya atau sering merasa nyeri . Hal ini bisa membuatnya

sukar untuk tidur.

3) Personal Hygiene

Klien yang harus istirahat di tempat tidur ( misalnya: karena hipertensi,

pemberian infus, Sectio Cesarea ) harus dimandikan setiap hari dengan


pencucian daerah perineum pada waktu sesudah selesai membuang hajat.

Setelah ibu mampu mandi sendiri, biasanya daerah perineum dicuci sendiri

dengan menggunakan botol atau wadah lain. Penggantian tampon harus sering

dilakukan sedikitnya setelah pencucian perineum dan setiap kali habis ke

belakang.

4) Kebutuhan eliminasi

a) Kebutuhan eliminasi BAB :

Buang Air Besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari

setelah ibu melahirkan.

b) Kebutuhan eliminasi BAK :

Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih

setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk

berkemih menurun

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik umum

a) Pemeriksaan fisik terdiri atas penampilan ibu, kesadaran ibu, TB / BB ibu

b) Tanda – tanda vital

Beberapa perubahan tanda – tanda vital bisa terlihat jika wanita dalam

keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan

darah sistole maupun diastole dapat timbul dan dapat berlangsung selama

sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan

c) Fungsi pernafasan kembali ke fungsinya saat wanita tidak hamil pada bulan

ke – 6 setelah melahirkan. Suhu badan ibu dikaji saat masuk ke ruang

pemulihan dan di ulang 1 jam kemudian.

d) Kulit
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat

kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak

menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Diaforesis ialah perubahan yang

paling jelas terlihat pada sistem integumen.

e) Inspeksi Wajah

Wajah pada umumnha tidak ada edema namun ekspresi wajah akan cemas

dan nyeri akan terlihat.

f) Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi daerah perut:

- Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama

hamil (estrogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,

kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir

Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.

- Perut

Striae masih tampak. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding

abdomen wanita itu akan rileks. Kulit memperoleh elatisitasnya, tetapi

sejum menetap. Nyeri after pain biasa ditemukan pada multipara karena

uterus yang teregang penuh dua kali lipat jauh lebih kendur daripada

uterus primipara dan harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan

involusi (Rukiyah,2010)

Panggul / vagina/ serviks/ perineum/ anus :

- Serviks :

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca

partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan

kembali ke bentuk semula

- Topangan otot panggul :


Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu

melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari.

Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu

melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus

otot semula.

- Vagina dan perineum :

Vagina yang teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum

hamil, 6 – 8 minggu setelah bayi lahir. Pada awalnya, introitus mengalami

eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau

jahitan laserasi.

- Perineum diperiksa 2 kali sehari dengan penerangan yang baik. Perawat /

bidan melakukan observasi untuk menemukan eritema, edema, memar,

pengeluaran sekret, atau tarikan pada bekas jahitan di daerah perineum.

- Anus : Hemoroid umumnya terlihat.

g). Inspeksi dan palpasi tungkai bawah

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung

secara terbalik pada masa pascapartum. Akan tetapi, walaupun semua sendi

lain kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami

perubahan setelah melahirkan.

f. Pemeriksaan Laboratorium : Hematokrit dan hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar

daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan epningkatan sel

darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke -3 sampai hari

ke -7 pascapartum.
g. Pengobatan : Pemberian antibiotik dan analgetik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons individu, keluarga

dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual dan

potensial. (Marilynn E.Doenges, 2001) Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk

pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

b. Ketidakpuasan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman

menyusui sebelumnya

c. Resiko cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (mis : hipotensi

ortostatik, terjadinya eklampsi), anemia .

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek–efek hormonal , (perpindahan

cairan/peningkatan aliran plasma ginjal , trauma mekanis, edema jaringan, efek–efek

anestesia.

f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan

pergantian yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah, diaforesis,

peningkatan haluaran urin dan hemoragi).


g. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan

cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek–efek

infus oksitosin

h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek–efek progesteron,

dehidrasi, kelebihan analgesia, diare prapersalinan, dan nyeri perineal/rektal

i. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan

kurangnya dukungan di antara/dengan orang terdekat , kurang pengetahuan,

ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran, harapan yang tidak realistis

untuk diri sendiri , bayi dan pasangan serta adanya stressor .

j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respons hormonal/psikologis (sangat

gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dn

kelahiran melelahkan.

k. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) , mengenai perawatan diri dan perawatan

bayi.

3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri

Intervensi Rasional
1. Tentukan adanya nyeri, lokasi, 1. Mengidentifikasi kebutuhan –
sifat nyeri. Tinjau ulang persalinan kebutuhan khusus dan intervensi
dan catat kelahiran yang tepat
2. Inspeksi perbaikan perineum dan 2. Dapat menunjukkan perlekatan
episiotomi. Perhatikan edema , berlebihan pada jaringan perineal
nyeri tekan likal, eksudat purulen, dan / atau terjadinya kompikasi
atau kehilangan perlekatan yang memerlukan evaluasi /
jaringan intervensi lanjut.
3. Menghilangkan rasa nyeri,
3. Berikan kompres es pada meningkatkan vasokonstriksi,
perineum, khususnya selama 24 mengurangi edema dan
jam pertama setelah kelahiran vasodilatasi.
4. Membantu untuk mengurangi
4. Inspeksi hemoroid pada hemoroid dan varises vulva
perineum , Anjurkan penggunaan dengan meningkatkan vasokon-
kommpres es selama 20 menit striksi lokal.
setiap 4 jam 5. Selama 12 jam pertama pasca
partum, kontraksi uterus kuat dan
5. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan reguler dan ini berlanjut 2 -3 hari
adanya dan frekuensi / intensitas selanjutnya, meskipun frekuensi
afterpain. Perhatikan faktor – dan intensitasnya berkurang.
faktor yang memperberat. Faktor – faktor yang memperberat
afterpain meliputi overdistensi
uterus, pemberian preparat
oksitosin dan ergometrin.
6. Meningkatkan kenyamanan,
6. Anjurkan klien berbaring meningkatkan rasa kontrol dan
tengkurap dengan bantal di bawah kembali memfokuskan perhatian.
abdomen, dan ia melakukan
tehnik visualisasi atau aktivitas 7. Pada 24 jam pasca partum,
pengalihan payudara harus lunak dan tidak
7. Inspeksi payudara dan jaringan perih, dan puting harus bebas dari
puting, kaji adanya pembesaran pecah – pecah atau area
dan / atau puting pecah – pecah kemerahan.
8. Mengangkat payudara ke dalam
8. Anjurkan menggunakan bra dan kedepan, menyebabkan
penyokong posisi lebih nyaman.
9. Respon mengisap awal kuat dan
9. Anjurkan klien memulai menyusui mungkin menimbulkan nyeri
pada puting yang tidak nyeri tekan dengan mulai memberi susu pada
untuk beberapa kali pemberian payudara yang tidak sakit dan
susu secara berurutan, bila hanya kemudian melanjutkan untuk
satui puting yang sakit atau luka menggunakan payudara yang
mungkin kurang menimbulkan
nyeri dan dapat meningkatkan
penyembuhan
10. Kompres es menekan laktasi
10. Berikan kompres es pada derah
aksilla bila klien tidak 11. Ovar distensi kandung kemih
merencanakan menyusui dapat menciptakan perasaan
11. Kaji klien terhadap kepenuhan dorongan dan ketidaknyamanan.
kandung kemih, implementasikan
tindakan untuk memudahkan
berkemih. 12. Menghilangkan nyeri.
12. Berikan analgesik sesuai
ketentuan

b. Ketidakpuasan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman

menyusui sebelumnya
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang proses menyususi dan

mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui

Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan dan 1. Membantu dalam
pengalaman klien tentang mengidentifikasi
menyusui sebelunya kebutuhansaat ini dan
2. Tentukan sistem pendukung mengembangkan rencana
yang tersedia pada klien dan keperawatan
skap pasangan / keluarga 2. Mempunyai dukungan yang
cukup meningkatkan
kesempatan untuk
pengalaman menyusui dengan
berhasil. Sikap dan komentar
negatif mempengaruhi upaya –
upaya dan dapat
menyebabkan klien menolak
mencoba untuk menyusui.

3. Berikan informasi verbal dan 3. Membantu menjamin suplai


tertulis, mengenai keuntungan susu adekuat, mencegah
menyusui, perawatan puting puting pecah dan luka,
dan payudara, kebutuhan diet memberikan kenyamanan, dan
khusus dan faktor – faktor yang membuat peran ibu menyusui .
memudahkan atau
menganggu keberhasilan
menyususi 4. Posisi yang tepat biasanya
4. Demonstrasikan dan tinjau mencegah luka puting, tanpa
ulang teknik – teknik menyusui. memperhatikan lamanya
Perhatikan posisi bayi selama menyusu
menyusu.
5. Kaji puting klien; anjurkan klien 5. Indentifikasi dan intervensi dini
melihat puting setelah dapat mencegah / membatasi
menyusui terjadinya luka atau pecah
puting, yang dapat merusak
6. Anjurkan klien untuk proses menyusui.
menghindari penggunaan 6. Menambah kegagalan laktasi.
pelindung puting kecuali
secara khusus diindikasikan

c. Resiko cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (mis : hipotensi

ortostatik, terjadinya eklampsi ), anemia

Tujuan : Klien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor

resiko / melindungi diri

Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang kadar hemoglobin 1. Anemia atau kehilangan darah
(Hb ) darah dan kehilangan mempredisposisikan pada
darah pada waktu melahirkan. sinkope klien karena
Catat tanda – tanda anemia ketidakadekuatan pengiriman
( mis : Kelelahan, pusing dan oksigen ke otak .
pucat )
2. Anjurkan ambulasi dan latihan 2. Meningkatkan sirkulasi dan
dini kecuali pada klien yang aliran darah vena .
mendapatkan anestesi
subaraknoid
3. Biarkan klien duduk dilantai atau 3. Membantu mempertahankan
kursi atau berbaring pada posisi atau meningkatkan sirkulasi dan
datar, bila ia merasa pusing pengiriman oksigen ke otak.

4. Berikan kompres hangat ; 4. Merangsang sirkulasi dan


tingkatkan tirah baring dengan menurunkan penumpukan pada
meninggikan tungkai vena ekstremitas bawah ,
menurunkan edema sehingga
cedera dapat dicegah

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

Tujuan : Klien menunjukkn tidak adanya tanda – tanda infeksi yang ditandai dengan

luka yang bebas dari drainase purulent, bebas infeksi, tidak febris, dan mempunyai

aliran lokhia dengan karakter normal.

Intervensi Rasional
1. Kaji catatan prenatal dan 1. Membantu mengidentifikasi
intrapartal , perhatikan frekuensi faktor – faktor resiko yang
pemeriksaan vagina dan dapat menganggu
komplikasi seperti ketuban penyembuhan dini dan atau
pecah dini, persalinan lama, kemunduran pertmbuhan
laserasi, hemoragi dan epitel jaringan endometrium
tertahannya plasenta dan memberi kecenderungan
klien terkena infeksi.
2. Kaji lokasi dan kontraktilitas 2. Kegagalan miometrium untuk
uterus; perhatikan perubahan involusi atau terjadinya nyeri
involusional atau adanya nyeri tekan yang berlebihan
tekan uterus yang berlebihan menandakan tertahannya
jaringan plasenta atau infeksi.
3. Catat jumlah dan bau rabas 3. Lokhia secara normal
lokhial atau perubahan pada mempunyai bau amis , namun
kemajuan normal dari rubra pada endometritus, rabas
menjadi serosa mungkin purulent dan bau
busuk, mungkin gagal untuk
menunjukkan kemajuan
normal dari rubra menjadi
serosa sampai alba.
4. Evaluasi kondisi puting, 4. Terjadinya puting yang pecah
perhatikan adanya pecah – – pecah menimbulkan resiko
pecah, kemerahan atau nyeri mastitis.
tekan
5. Kaji tanda – tanda infeksi saluran 5. Gejala ISK dapat nampak
kemih pada hari ke -2 sampai hari ke
-3 pascapartum karena
naiknya infeksi kandung
kemih.
6. Anjurkan perawatan perineal 6. membantu mencegah
setelah berkemih dan defekasi , kontaminasi rektal memasuki
dan anjurkan klien mandi setiap vagina dan uretra dan
hari dan ganti pembalut perineal meningkatkan pemulihan.
sedikitnya setiap 4 jam dengan
tehnik pembersihan dari depan
ke belakang
7. Anjurkan dan gunakan teknik 7. Membantu mencegah atau
mencuci tangan cermat dan menghalani penyebaran
membuang pembalut yang kotor. infeksi.
Diskusikan dengan klien
petingnya dilakukan tindakan ini
juga setelah pulang
8. Kaji status nutrisi klien 8. Nutrisi yang adekuat
mencegah klien rentan
terhadap infeksi.

e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal , (perpindahan

cairan/peningkatan aliran plasma ginjal , trauma mekanis, edema jaringan, efek –

efek anestesia.

Tujuan : Klien dapat berkemih tanpa bantuan dalam 6 – 8 jam setelah kelahiran dan

mengosongkan kandung kemih setiap berkemih

Intervensi Rasional
1. Kaji masukan cairan dan 1. Persalinan yang lama dan
haluaran urine terakhir. Catat penggantian cairan yang tidak
masukan cairan intrapartal dan efektif dapat mengakibatkan
haluaran urin dan lamanya dehidrasi dan menurunkan
persalinan haluaran urine
2. Aliran plasma ginjal yang
2. Palpasi kandung kemih, pantau meningkat selama periode
tinggi fundus uteri dan lokasi, prenatal, tetap tinggi pada
serta jumlah cairan lokhia minggu pertama pasca partum
yang mengakibatkan pengisian
kandung kemih. Distensi
kandung kemih, yang dapat
dikji dengan derajat perubahan
posisi uetrus menyebabkan
peningkatan relaksasi uterus
dan aliran lokhia.
3. Trauma kandung kemih atau
3. Perhatikan adanya edema atau uretra, atau edema dapat
laserasi / episiotomi menganggu berkemih.
4. Variasi intervensi keperawatan
4. Anjurkan klien berkemih dalam 6 mungkin perlu untuk
– 8 jam pasca partum dan setiap merangsang atau
4 jam setelahnya, bila kondisi memudahkan berkemih
memungkinkan , biarkan klien
berjalan ke kamar mandi dan
stimulasi berkemih dengan
mengalirkan air kran, alirkan air
hangat di atas perineum,
gunakan shower air
hangatsesuai indikasi 5. Membantu mencegah
5. Anjurkan minum 6 – 8 gelas dehidrasi dan mengganti
cairan perhari cairan yang hilang waktu
melahirkan
6. Kaji tanda – tanda ISK ( mis : 6. Higiene yang bruk dan
rasa terbakar pada saat masuknya bakteri dapat
berkemih, peningkatan frekuensi, memberi kecenderungan klien
urine keruh ) terkena ISK
7. Kolaborasi untuk pemasangan 7. Diperlukan untuk mengurangi
kateter distensi kandung kemih.

f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan

pergantian yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah, diaforesis,

peningkatan haluaran urin dan hemoragi.)


Tujuan : Klien menunjukkan masukan dan haluaran urin yang seimbang

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan 1. Menandakan kebutuhan cairan
masukan cairan serta haluaran dan dan adanya dehidrasi dan
urin keadekuatan terapi
2. Rasa haus mungkin merupakan
2. Perhatikan adanya rasa haus cara homeostasis dari
berikan cairan sesuai toleransi penggantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
3. Kandung kemih penuh
3. Evaluasi status kandung kemih, menganggu kontraktilitas uterus
tingkatkan pengosongan dan menyebabkan perubahan
posisi dan relaksasi

g. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan

cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek

infus oksitosin

Tujuan : Klien dapat menunjukkan Tekanan Darah dan nadi dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan 1. Menandakan kebutuhan cairan
masukan cairan serta haluaran dan intervensi selanjutnya dan
urin keadekuatan terapi
2. Rasa haus mungkin merupakan
2. Perhatikan adanya rasa haus cara homeostasis dari
berikan cairan sesuai toleransi penggantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
3. Pantau berat badan setiap hari 3. Indikator untuk pemberian
intervensi selanjutnya

h. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan penurunan

peristaltik usus.

Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab terjadinya konstipasi 1. Mengetahui
penyebab
akan
2. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi mempermuda
3. Berikan informasi diet yang tepat tenting pentingnya makanan kasar h dalam
berserat, peningkatan caiaran dan upaya untuk membuat pola pemberian
pengosongan normal. intervensi
yang tepat
2 .Membantu
meningkatkan
peristaltik
gastriintestinal

3. Makanan
kasar berserat
misalnya buah
– buahan dan
sayuran,
khususnya
dengan biji
dan kulit dan
peningkatan
cairan dapat
merangsang
elimnasi.

i. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan

kurangnya dukungan di antara / dengan orang terdekat , kurang pengetahuan,

ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran, harapan yang tidak realistis

untuk diri sendiri , bayi dan pasangan serta adanya stressor

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi

orang tua

Intervensi Rasional
1. Kaji kelemahan dan kekuatan , usia, 1. Mengidentifikasi faktor - faktor yang
status pernikahan, ketersediaan mempengaruhi kemampuan klien /
sumber pendukung dan latar pasangan untuk menerima
belakang budaya tantangan peran menjadi orang tua.
2. Perhatikan respon klien / pasangan 2. Kemampuan klien untuk
terhadap kelahiran dan peran beradaptasi secara positif untuk
menjadi orang tua menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah
dengan adekuat
3. Mulai asuhan keperawatan primer 3. Meningkatkan perawatan berpusat
untuk ibu dan bayi pada keluarga, kontinuitas dan
asuhan yang diberikan

4. Evaluasi sifat menjadi orang tua 4. Peran menjadi orang tua dipelajari ,
secara emosi dan fisik yang pernah dan individu memakai peran orang
dialami klien / pasangan selama tuanya sendiri menjadi model
masa kanak – kanak peran.
5. Kaji keterampilan komunikasi 5. Hubungan yang kuat dicirikan
interpersonal pasangan dan dengan komunkikasi yang jujur dan
hubungan mereka satu sama lain ketrampilan mendengar dan
interpersonal yang baik membantu
mengembangkan pertumbuhan
6. Tinjau ulang catatan catatan 6. Persalinan lama dan sulit , dapat
intrapartum terhadap lamanya secara menurunkan energi fisik dan
persalinan, adanya komplikasi , dan emosional yang perlu untuk
peran pasangan pada persalinan mempelajari peran menjadi ibu dan
dapat secara negatif mempengaruhi
menyusui.
7. Berikan rawat bersama / ruanf fisik 7. Memudahkan kedekatan ,
dan privasi untuk kontak antara ibu, membantu mengembangkan proses
ayah dan bayi pengenalan.
8. Anjurkan pasangan/ sibling untuk 8. Membantu meningkatkan ikatan
mengunjungi dan menggendong dan mencegah perasaan putus asa
bayi dn berpartisipasi pada aktivitas
perawatan bayi sesuai izin
9. Kaji kesiapan dan motivasi klien 9. Banyak faktor mempengaruhi
untuk belajar belajar individu ( mis : pemahaman
kebutuhan terhadap informasi ,
ansietas, kegirangan setelah
melahirkan. )
10. Berikan kesempatan klien belajar 10. Membantu orang tua belajar
tentang perawatan bayi, pemberian dasar – dasar perawatan bayi,
makanan bayi dan menjadi orang menambah ketrampilanm dan
tua kenyamanan dalam menangani
dan merawat bayi sebelum
pulang

j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respons hormonal / psikologis

Tujuan : Klien dapat melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kelelahan dan 1. Memudahkan intervensi
kebutuhan untuk istirahat selanjutnya
2. Kaji faktor – faktor bila ada yang 2. Membantu meningkatkan
mempengaruhi istirahat istirahat, tidur dan relaksasi
3. Berikan lingkungan yang tenang 3. Membantu meningkatkan
istirahat, tidur dan relaksasi
4. Berikan informasi tentang 4. Untuk membantu memenuhi
kebutuhan untuk tidur ./ istirahat kebutuhan tubuh serta mengatasi
setelah kembali ke rumah kelelahan yang berlebihan
5. Berikan informasi tentang efek – 5. Kelelahan dapat mempengaruhi
efek kelelahan dan ansietas pada penilaian psikologis , suplai ASI
suplai ASI dan penurunan refleks secara
psikologis
6. Kaji lingkungan rumah, bantuan di 6. Multipara dengan anak di rumah
rumah dan adanya sibling dan memerlukan tidur lebih banyak di
anggota keluarga lain rumah sakit untuk mengatasi
kekurangan tidur dan memenuhi
kebutuhannya dan kebutuhan
keluarganya.

k. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) , mengenai perawatan diri dan perawatan

bayi.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan

individu, hasil yang diharapkan

Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan motivasi 1. Kesiapan secara emosional
untuk belajar, bantu klien / dan secara fisik untuk belajar
pasangan dalam mengidentifikasi informasi baru sehingga
kebutuhan – kebutuhan memudahkan pelaksanaan peran
barunya
2. Berikan informasi pada klien tentang 2. Memberikan pengetahun
perawatan diri, termasuk perawatan kepada klien dan secar umum
perineal dan higiene, perubahan meningkatkan perasaan
fisiologis, termasuk kemajuan sejahtera, membantu mencegah
normal dari rabas lokhia, kebutuhan infeksi, mempercepat pemulihan
tidur dan istirahat, perubahan peran dan penyembuhan dan berperan
dan perubahan emosional. Biarkan pada adaptasi yang positif dari
klien mendemonstrasikan materi perubahan fisik dan emosional.
yang dipelajari, bila diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

- Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Volume 2
EGC, Jakarta
- Marilynn E. Doenges, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC,Jakarta
- Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi
6 .EGC .Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai