Anda di halaman 1dari 28

Selasa, 04 Oktober 2011

lab pengujian mutu hasil perikanan iso 17025

2.1 Laboratorium Pengujian Mutu

Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja dengan

peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau benda. Sedangkan

menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan

kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas

penetapan, penentuan satu atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk, bahan,

peralatan, organisme, fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan (Procter 1981, dalam Surono 2006).

2.1.1 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengujian Mutu

Tugas laboratorium pengujian yakni melaksanakan sebagian tugas Dinas Perikanan

dan Kelautan di bidang teknis pengelolaan, pelaksanaan pengujian mutu hasil perikanan

serta penyebaran teknologi hasil perikanan (Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 131

Tahun 2008). Dan Untuk melaksanakan tugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium

Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan mempunyai fungsi:

1)    Penyusunan rencana dan prasarana kegiatan pengujian mutu hasil perikanan ;

2)    Pengelolalaan dan pemeliharaan sarana untuk pengujian mutu hasil perikanan

3)    Pelaksanaan pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan ;

4)    Pelaksanaan tugas-tugas ketatausahaan dan sertifikasi mutu hasil perikanan ;

5)    Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2.1.2 Jenis-jenis Laboratorium Pengujian Mutu

Berdasarkan kemampuan pengujian yang dilakukan oleh laboratorium maka

laboratorium dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni laboratorium organoleptik yang

menguji sifat fisika (bobot tuntas, suhu pusat, pemeriksaan kemasan kaleng, filth) dan
organoleptik atau sensori dari sampel, laboratorium mikrobiologi yang menguji atau

mengidentifikasi mikroorganisme patogen, sifat maupun karakteristiknya, dan laboratorium

kimia yang menguji atau menganalisis kandungan dari bahan-bahan kimia dalam sampel

misalnya logam berat, antibiotik, histamin, TVB-N, proksimat, dan lain-lain (Dinas kelautan

Jawa Tengah, 2008).

Selain itu jenis laboratorium pengujian mutu berdasarkan eksistensinya  dapat

dibedakan menjadi empat jenis, yakni laboratorium permanen yaitu laboratorium yang

melakukan pengujian pada suatu lokasi yang teteap atau bangunan atau permanen untuk

jangka waktu lebih dari tiga tahun. Laboratorium non permanen yaitu laboratorium yang

tidak memiliki laboratorium secara fisik, tetapi melakukan pengujian, pengukuran dan

penetapan karakteristik atau penampilah bahan atau produk tertentu. Dan laboratorium

bergerak yaitu laboratorium dalam bentuk mobil yang dilengkapi dengan peralatan lengkap

atau kontruksi tertentu dengan maksud mudah dipindahkan. Serta laboratorium lapangan

yaitu laboratorium pengujian yang dibagun di dalam  suatu area tertentu dalam jangka waktu

sampai penyelesaian kontrak (Siregar, 2007).

2.2 Laboratorium Pengujian Kimia

Laboratorium pengujian kimia hasil perikanan adalah laboratorium yang menguji atau

menganalisis kandungan dari bahan kimia dari sampel, misalnya . histamin, antibiotik,

protein, TVB/TMA, kadar garam dan sebagainya (Dinas kelautan Jawa Tengah, 2008)

2.2.1 Jenis Pengujian dalam Laboratorium Pengujian Kimia

Standar pengujian kimia untuk produk perikanan antara lain: penentuan kadar abu,

kadar air, kadar histamin, kadar logam berat Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),

kadar lemak total, kadar protein dengan metode total nitrogen, tetracycline dan derivatnya

dalam udang dan ikan secara kromatografi cara kinerja tinggi, kadar Total Volatile Base

(TVB) dan Trimethylamine (TTMA) secara Conway,  dan abu tak larut asam (Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan no.61/MEN/2009)


2.2.2 Sarana dan Prasarana Laboratorium Pengujian Kimia

            Sarana dan prasarana laboratorium sangat dibutuhkan sebagai penunjang

kelancaran operasional kegiatan di laboratorium. Dengan adanya sarana dan prasarana

tersebut diharapkan kegiatan dalam laboratorium dapat berjalan lancar. Dinas kelautan

Jateng (2008) menjelaskan sarana dan prasarana laboratorium pengujian kimia meliputi

ruang preparasi, ruang instrument, ruang asam, ruang pelalatan glassware.

2.3 Pengelolaan Laboratorium Pengujian Kimia

Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif

dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan

memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya (Setiawan, 2006).           Ditambahkan

oleh Putra (2011) bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan menggali

dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditentukan. Berdasarkan definisi di atas maka pengelolaan

laboratorium kimia adalah proses pendayagunaan sumber daya dalam laboratorium kimia

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yaitu keakuratan hasil pengujian di

dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keabsahan hasil

pengujian.

Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik

pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki

kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan

keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar

laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga

keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan. Para

pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di

laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan

(Setiawan, 2006).
            Untuk mengelola suatu laboratorium dibutuhkan sistem manajemen yang tepat agar

kegiatan didalam laboratorium berjalan dengan lancar. Sistem manajemen tersebut

yaitusistem manajemen mutu yang mengacu pada ISO 9000:2008.

2.3.1    Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan,

bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang melaksanakannya

(Nasution, 2005). Ditambahkan lagi oleh Panglaykim dan Tanzil (1991) bahwa perencanaan

adalah menentukan garis-garis besar untuk dapat memulai pekerjaan. Dimana

kebijaksanaan ditentukan dan rencana kerja disusun. Selain itu perencanaan adalah

mengatur segala sesuatu yang telah difikirkan sebelumnya, mengadakan rencana yang

sedapat mungkin menghindarkan rintangan yang dapat terjadi. Untuk itu dalam manajemen

mutu dibutuhkan langkah-langkah untuk pendekatan untuk menyusun dan menerapkan

suatu system manajemn mutu, yaitu menentukan kebutuhan dan harapan pelanggan dan

pihak yang berkepentingan, menetapkan kebijakan mutu dan sasaran organisasi,

menentukan proses dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai sasaran mutu,

menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran mutu,

menetapakan metode untuk mengukur efektivitas dan efisiensi tiap proses, menerapkan

pengukuran ini untuk menentukan efektivitas dan efisiensi tiap proses, menentukan sarana

pencegahan ketidaksesuaian dan menghilangkan penyebab kerusakan, menetapkan dan

menerapkan proses perbaikan berkesinambungan dari system manajemen mutu (ISO

9000:2008).

Fungsi perencanaan adalah sebagai pengarah, untuk meminimalisasi ketidakpastian,

untuk meminimalisasi pemborosan sumber daya dan untuk penetapan standar dalam

pengawasan kualitas (Nurimaya, 2009).

2.3.2    Pengorganisasian

            Organisasi atau pengorganisasian dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas

manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta, penetapan tugas, fungsi,

wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-


aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan terlebih dahulu (Manullang, 1996). Griffin (2009) menyatakan pengorganisasian

(organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-

kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan

pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas

yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara

menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,

bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas

tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Dijelaskan dalam ISO 9000:2008

bahwa fungsi dari kepemimpinan dalam sistem manjemen yaitu dapat menetapkan dan

memelihara kebijakan mutu dan sasaran mutuorganisasi, mempromosikan kebijakan mutu

dan sasaran mutu organisasi, memastikan fokus pada persyaratan pelanggan diseluruh

organisasi, memastikan ahwa proses yang sesuai diterapkan dan memungkinkan

persyaratan pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan dipenuhi dan sasaran mutu

tercapai, memastikan bahwa suatu sitem manajemen mutu yang efektif dan efisien telah

ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara untuk mencapai sasaran mutu, memastikan

tersedianya sumber daya yang diperlukan, meninjau sistem manajemen mutu secara

periodik, memutuskan tindakan yang berkenaan dengan kebijakan mutu dan sasaran mutu

serta memutuskan tindakan bagi perbaikan sistem manajemen.

Organisasi membutuhkan struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas. Struktur

organisasi dimaksudkan agar memberikan kejelasan tentang kedudukan, fungsi,

kewenangan, dan tata kerja yang berlaku di dalamnya. Uraian tugas yang jelas

dimaksudkan untuk memastikan adanya pendelegasian wewenang, batas tanggung jawab,

tugas dan fungsi. Perangkapan jabatan dan konflik pribadi dalam organisasi harus

dihindarkan, karena akan memperlemah pengendalian manajemen (Peraturan Menteri

Kehutanan RI No. P. 67/Mentri Kehutanan-II/2009). Nina (2008) menambahkan kegiatan-

kegiatan dalam fungsi pengorganisasian dalam manajemen antara lain mengalokasikan

sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas dan menetapkan prosedur yang
diperlukan, menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan

dan tanggung jawab dan kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang

tepat.

2.3.3    Pelaksanaan

Dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan, para karyawan atau pekerja

harus tahu tugasnya masing-masing. Dalam hal ini yang mengambil tugas atau tindakan

adalah manajer. Tindakan-tindakan yang perlu dilakuklan adalah kepemimpinan, perintah,

intruksi dan nasehat. Inti dari pelaksanaan ini adalah menggerakkan seseorang untuk

beraksi atau bekerja (Panglaykim dan Tanzil. 1991). Pelaksanaan adalah suatu tindakan

untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran

sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya

adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh

kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif.

Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership) (Griffin, 2009).

Proses manajemen yaitu kumpulan kegiatan yang saling terkait atau saling interaksi

yang mengubah masukan menjadi keluaran. Yang terpenting lagi dari pelaksanaan ini yaitu

kepuasan pelanggan yang diidentifiaksi melalui keluhan pelanggan sebagai indicator umum

dari rendahnya kepuasan pelanggan, tetapi ketiadaannya tidak selalu menyiratkan

kepuasan pelanggan, tetapi ketidakadaanya tidak selalu meyiratkan kepuasan pelanggan

yang tinggi (ISO 9000:2008).

Kebijakan mutu merupakan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi yang

terkait dengan mutu. Biasanya kebijakan mutu konsisten dengan kebijakan menyeluruh

organisasi dan memberikan kerangkan kerja bagi penetapan sasaran mutu. Prinsip

manajemen mutu yang disajikan dalam standar ini dapat merupakan dasar bagi penetapan

kebijakan mutu (ISO 9000:2008).

Konsep yang berkaitan dengan pelaksanaan dalam manajemen mutu yaitu:

Organisasi merupakan kelompok orang dan fasilitas dengan pengaturan tanggung jawab,

wewenang dan interelasi berhubungan langsung dengan pihak yang berkepentingan yaitu
orang yang memilki kepentingan pada kinerja atau keberhasilan organisasi, kemudian

melakukan pengaturan tanggung jawab, hubungan dan wewenag antar orang dan 

mendayagunakan prasarana yaitu sistem dari fasilitas, peralatan dan jasa yang diperlukan

untuk mengoperasikan sebuah organisasi, dari sini kemudian menetapkan lingkungan kerja

yaitu kondisi yang tepat untuk pekerjaan dilakukan (ISO 9000:2008).

2.3.4    Pengawasan

Pengawasan dapat diartikan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rancangan semula (Manullang, 1992).  Dalam ISO

9000:2008 dijelaskan untuk pengawasan dilakukan evaluasi terhadap proses tersebut yakni

melakukan serangkaian pertanyaan yang berkaiatan dengan tiap proses yang dinilai dengan

menidentifikasi proses tersebut baik itu penetapan proses, tanggung jawab prosedur dan

keefektifan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Selain itu juga dilakukan audit untuk

menentukan tingkat pemenuhan persyaratan sistem manajemen mutu. temuan audit

digunakan untuk mengakses efektifitas manajemen mutu dan mengidentifikasi peluang

perbaikan.

Manajer pada umumnya dianggap perlu mengecek apa yang telah dilakukan untuk

memastikan apakah pekerjaan orang-orangnya berjalan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan atau tidak. Selanjutnya Sarwoto (1991), menyatakan bahwa pengawasan adalah

kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan

rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Menurut Panglaykim dan Tanzil

(1986), bahwa pengawasan adalah mengawasi dan meneliti agar semua usaha dijalankan

dalam garis-garis yang ditetapkan oleh pucuk pimpinan dan menuju kepada tujuan yang

dikehendaki.

Pengawasan adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan

untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam

operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin


besar (Griffin, 2009). Menurut Bayu (2009), bahwa controlling atau pengawasan sering juga

disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan

penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat

diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

2.4 Pengertian ISO 17025 : 2008   

ISO (international Organisation for Standarditition) 17025:2008 merupakan suatu

pedoman untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi yang berisi semua persyaratan yang

harus dipenuhi apabila laboratorium tersebut ingin mendemonstrasikan bahwa laboratorium

tersebut mengoperasikan sistem manajemen, secara teknis kompeten, dan mampu

menyajikan hasil yang secara teknis abash. Standar ini digunakan oleh laboratorium untuk

mengembangkan sistem manajemen untuk kegiatan mutu, administrasi dan teknis.

Pelanggan (customer) laboratorium, regulator dan badan akreditasi dapat juga

menggunakannya dalam melakukan konfirmasi atau mengakui kompetensi laboratorium.

Namun, standar ini tidak ditujukan sebagai dasar sertifikasi laboratorium. Ditambahkan lagi

oleh Siregar (2007) bahwa laboratorium pengujian yang telah mantap menerapkan

persyaratan berdasarkan ISO 17025 yang meliputi persyaratan manajemen dan persyaratan

teknis dapat mengajukan permohonan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional

(KAN), Badan Standardisasi Nasional (BSN).  Beberapa persyaratan umum kompetensi

laboratorium sesuai dengan ISO 17025:2008 antara lain :

2.4.1    Persyaratan Manajemen     

            Persyaratan manajemen kompetensi laboratorium pengujian dan atau laboratorium

kalibrasi mencakup 15 belas sub yaitu organisasi, sistem manajemen, pengendalian

dokumen, kaji ulang permintaan, tender dan kontrak, subkontrak pengujian dan kalibrasi,

pembelian jasa dan perbekalan, pelayanan kepada pelanggan, pengaduan, pengendalian

pekerjaan pengujian dan/atau kalibrasi yang tidak sesuai, peningkatan, tindakan perbaikan,

tindakan pencegahan, pengendalian rekaman, audit internal dan kaji ulang manajemen.

            Di dalam organisasi dijelaskan bahwa laboratorium harus merupakan suatu kesatuan

yang secara legal dapat dipertanggungjawabkan. Untuk sistem manajemen bahwa


laboratorium harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen yang

sesuai dengan lingkup kegiatannya. Selanjutnya di dalam pengendalian dokumen dijelaskan

bahwa laboratorium harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan

semua dokumen yang merupakan bagian dari sistem manajemen.

            Untuk kaji ulang permintaan, tender dan kontrak dijelaskan bahwa laboratorium

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk kaji ulang permintaan, tender dan

kontrak. Selanjutnya di dalam subkontrak pengujian dan kalibrasi tercantum bahwa apabila

laboratorium mensubkontrakkan pekerjaan karena keadaan yang tak terduga atau

berdasarkan kelanjutan, pekerjaan ini harus diberikan kepada subkontraktor yang kompeten.

            Dalam pembelian jasa dan perbekalan disebutkan bahwa laboratorium harus

mempunyai kebijakan dan prosedur untuk memilih dan membeli jasa dan perbekalan yang

penggunaannya mempengaruhi mutu pengujian dan/atau mutu kalibrasi. Selanjutnya di

dalam hal pelayanan kepada pelanggan dijelaskan bahwa laboratorium harus

mengupayakan kerja sama dengan pelanggan atau perwakilannya untuk mengklarifikasi

permintaan pelanggan dan untuk memantau unjuk kerja laboratorium sehubungan dengan

pekerjaan yang dilaksanakan, dengan tetap menjaga kerahasiaan terhadap pelanggan

lainnya.

            Selanjutnya di dalam hal pengaduan bahwa laboratorium harus mempunyai

kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan pengaduan yang diterima dari pelanggan atau

pihak lain.  Di dalam pengendalian pekerjaan pengujian dan/atau kalibrasi yang tidak sesuai,

laboratorium harus mempunyai kebijakan dan prosedur yang harus diterapkan bila terdapat

aspek apapun dari pekerjaan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan, atau hasil yang

diperoleh, tidak sesuai dengan prosedur, atau persyaratan pelanggan yang telah disetujui.

            Untuk masalah peningkatan dijelaskan bahwa laboratorium harus meningkatkan

efektivitas sistem manajemen secara berkelanjutan melalui penggunaan kebijakan mutu,

sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan perbaikan dan pencegahan serta kaji ulang

manajemen. Di dalam tindakan perbaikan laboratorium harus menetapkan kebijakan dan

prosedur serta harus memberikan kewenangan yang sesuai untuk melakukan tindakan
perbaikan bila pekerjaan yang tidak sesuai atau penyimpangan kebijakan dan prosedur di

dalam sistem manajemen atau kegiatan teknis telah diidentifikasi.

            Di dalam tindakan pencegahan dijelaskan bahwa peningkatan yang dibutuhkan dan

sumber potensi ketidaksesuaian, baik teknis  maupun berkaitan dengan sistem manajemen,

harus diidentifikasi. Selanjutnya untuk pengendalian rekaman dijelaskan bahwa laboratorium

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pengumpulan, pemberian

indek, pengaksesan, pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan rekaman

mutu dan rekaman teknis. Untuk audit internal dijelaskan bahwa laboratorium harus secara

periodik, dan sesuai dengan jadwal serta prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya,

menyelenggarakan audit internal untuk memverifikasi kegiatan agar berlanjut sesuai dengan

persyaratan sistem manajemen dan standar ISO 17025:2008.

 Persyaratan manajemen yang terakhir adalah kaji ulang manajemen, dijelaskan

bahwa manajemen puncak laboratorium harus secara periodik menyelenggarakan kaji ulang

pada sistem manajemen laboratorium dan kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi yang

dilakukan untuk memastikan kesinambungan kecocokan dan efektivitasnya, dan untuk

mengetahui perubahan atau peningkatan yang diperlukan.

Dalam Pelaksanaannya Persyaratan Manajemen yang berpengaruh langsung

terhadap pengujian yaitu Organisasi dan Subkontrak pengujian. Karena persyaratan

Manajemen yang lain tidak berpengaruh langsung terhadap pengujian dan cakupannya

luas.

1)    Organisasi

Untuk memenuhi tujuan mutu dan penerapan kebijakan mutu, suatu organisasi

manajemen mutu harus didesain dan dikembangkan sedemikian, agar faktor teknis,

administrasi dan manusia yang mempengaruhi hasil pengujian dan layanannya berada

dibwah kendali. Pengendalian dapat dilakukan melalui struktur organisasi. Desain dan

struktur organisasi laboratorium terdiri atas menetapkan pekerjaan yang dilakukan dan

tanggung jawab serta hubungan hierarki untuk melakukan pekerjaan itu (Siregar, 2007).
Struktur Organisasi dapat dikembangkan dalam tiga tingkat, yaitu tingkat puncak,

menengah dan garis depan. Manajemen tingkat puncak yaitu manajemen puncak

bertanggung jawab untuk perencanaan menyeluruh, penerapan, dan pemfungsian sistem

manajemen mutu yang efektif. Manajemen tingkat menengah kebanyakan adalah kepala

bagan/unit fungsional, yaitu manajer teknis,manajer mutu beserta deputinya, yang

bertanggung jawab mendesain dan menerapkan kegiatan yang berhubungan dengan mutu

dalam bidang fungsi mereka untuk menghasilkan pengujian/pelayanan yang diinginkan.

Manajemen garis depan terdiri atas personil penyelia yang secara langsung memantau dan

mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu dalam berbagai tahap proses

pengujian. Setiap personil individu laboratorium pengujian hendaknya memahami lingkup,

tanggung jawab, kewenangan, fungsi mereka, dan dampak mereka pada mutu hasil

pengujian (Siregar, 2007).

2)    Subkontrak Pengujian

Suatu laboratorium dapat mensubkontrakkan pengujian apabila bebean kerja yang

terlalu berat, karena jumlah sampel yang besar untuk diuji dalam waktu yang terbatas.

Membutuhkan keahlian tertentu atau yang lebih baik. Ketidakmampuan sementara, karena

jumlah peralatan pengujian yang belum mencukupi atau adanya pelatan yang rusak atau

jumlah personil yang tidak memadai, karena berhalangan dan sebagainya serta melanjutkan

pekerjaan pengujian melalui subkontrak permanen (Siregar, 2007).

Pekerjaan pengujian yang disubkontrakkan diberikan kepada laboratorium yang

kompeten, yaitu yang telah diakreditasi oleh sesuai standar ISO 17025:2008. Beberapa

ketentuan laboratorium subkontraktor antra lain laboratorium harus memiliki suatu prosedur

terdokumentasi yang efektif untuk mengevaluasi dan memilih laboratorium subkontraktor.

Laboratorium harus bertanggung jawab dalam pemantauan mutu laboratorium dan

memastikan bahwa laboratorium subkontraktor mampu melakukan pengujian yang diminta.

Pengaturan laboratorium subkontraktor harus dikaji ulang  secara berkala. Laboratorium

pensubkontrak harus memelihara daftar laboratorium subkontraktor yang digunakan dan

semua sampel yang disubkontrakkan. Serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
hasil dan temuan pengujian subkontraktor diberikan kepada contumer yang membuat

permintaan pengujian (Siregar, 2007)

2.4.2    Persyaratan Teknis

            Persyaratan teknis kompetensi laboratorium pengujian dan atau laboratorium

kalibrasi mencakup 10 sub yaitu (1) umum, (2) personil, (3) kondisi akomodasi dan kondisi

lingkungan, (4) metode pengujian, metode kalibrasi dan validasi metode, (5) peralatan, (6)

ketertelusuran pengukuran, (7) pengambilan contoh/sampel, (8) penanganan barang yang

diuji dan dikalibrasi, (9) jaminan mutu hasil pengujian dan hasil kalibrasi, serta (10)

pelaporan hasil. 

            Di sub bagian umum dijelaskan bahwa berbagai faktor menentukan kebenaran dan

kehandalan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium. Faktor tersebut

meliputi faktor manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan, metode pengujian dan metode

kalibrasi dan validasi  metode, peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh

dan penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi. Laboratorium harus memperhitungkan

faktor tersebut dalam mengembangkan metode dan prosedur pengujian dan prosedur

kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifikasi personil, dan dalam pemilihan dan kalibrasi

peralatan yang digunakan.

            Di dalam hal personil dijelaskan bahwa manajemen laboratorium harus memastikan

kompetensi semua personil yang mengoperasikan peralatan tertentu, melakukan pengujian,

mengevaluasi hasil dan menandatangani laporan pengujian dan sertifikat kalibrasi. Untuk

hal kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan dijelaskan bahwa fasilitas laboratorium untuk

pengujian dan/atau kalibrasi, termasuk sumber energi, kondisi penerangan dan lingkungan,

harus sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi kebenaran unjuk kerja pengujian

dan/atau kalibrasi.

            Untuk metode pengujian, metode kalibrasi dan validasi metode dijelaskan bahwa

laboratorium harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk semua pengujian

dan/atau kalibrasi di dalam lingkupnya. Selanjutnya untuk hal peralatan disebutkan bahwa

laboratorium harus mempunyai semua peralatan dan perlengkapan untuk pengambilan


contoh/sampel, peralatan pengukuran dan pengujian yang diperlukan untuk melaksanakan

pengujian dan/atau kalibrasi dengan benar.

            Ketertelusuran pengukuran menjelaskan bahwa semua peralatan yang digunakan

untuk pengujian dan/atau kalibrasi, termasuk untuk pengukuran kondisi lingkungan yang

mempunyai pengaruh yang signifikan pada akurasi atau keabsahan hasil pengujian,

kalibrasi atau pengambilan contoh/sampel harus dikalibrasi sebelum mulai digunakan. Untuk

pengambilan contoh/sampel dijelaskan bahwa laboratorium harus mempunyai rencana

pengambilan contoh dan prosedur untuk  pengambilan contoh bila melaksanakan

pengambilan contoh substansi, bahan, atau produk yang kemudian diuji atau dikalibrasi.

            Dalam hal penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi dijelaskan bahwa

laboratorium harus mempunyai prosedur untuk transportasi, penerimaan, penanganan,

perlindungan, penyimpanan, retensi dan/atau pemusnahan barang yang diuji dan /atau

dikalibrasi, termasuk semua upaya yang diperlukan untuk melindungi integritas barang yang

diuji atau dikalibrasi, dan untuk perlindungan kepentingan laboratorium dan pelanggan.

Untuk  jaminan mutu hasil pengujian dan hasil kalibrasi dijelaskan bahwa

laboratorium harus mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk memantau keabsahan

pengujian dan kalibrasi yang dilakukan. Selanjutnya persyaratan teknis yang terakhir adalah

pelaporan hasil, di dalam pelaporan hasil dijelaskan bahwa hasil setiap pengujian, kalibrasi,

atau rangkaian pengujian atau kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium harus dilaporkan

secara akurat, jelas, tidak membingungkan dan obyektif, dan sesuai dengan setiap instruksi

spesifik dalam metode pengujian atau metode kalibrasi.

Dijelaskan dalam  ISO 17025:2008  tentang persyaratan umum kompetensi

laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi, salah satunya adalah tentang

pengorganisasian, antara lain: Mempunyai personil manajerial dan teknis, disamping

tanggung jawabnya yang lain, memiliki kewenangan dan sumber daya yang cukup untuk

melaksanakan tugasnya, termasuk penerapan, pemeliharaan dan peningkatan sistem

manajemen, dan untuk mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen

atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian dan/atau kalibrasi, dan untuk memulai
tindakan untuk mencegah atau meminimalkan penyimpangan tersebut; Memiliki pengaturan

untuk menjamin bahwa manajemen dan personilnya bebas dari setiap pengaruh dan

tekanan komersial, keuangan dan tekanan internal dan eksternal yang tidak diinginkan serta

tekanan lainnya yang dapat berpengaruh negatif terhadap mutu kerja mereka; Memiliki

kebijakan dan prosedur untuk memastikan adanya perlindungan atas kerahasiaan informasi

dan hak kepemilikan pelanggan, termasuk prosedur untuk melindungi penyimpanan dan

penyampaian hasil secara elektronik; Memiliki kebijakan dan prosedur untuk menghindari

keterlibatan dalam setiap kegiatan yang akan mengurangi kepercayaan pada kompetensi,

ketidakberpihakan, integritas pertimbangan dan operasionalnya; Menetapkan stuktur

organisasi dan manajemen laboratorium, kedudukannya di dalam organisasi induk, dan

hubungan antara manajemen mutu, kegiatan teknis dan jasa penunjang; Menentukan

tanggung jawab, wewenang dan hubungan antar semua personil yang mengelola,

melaksanakan atau memverifikasi pekerjaan yang mempengaruhi mutu pengujian dan/atau

kalibrasi; Melakukan penyeliaan yang memadai pada staf pengujian dan kalibrasi, termasuk

personil yang dilatih oleh personil yang memahami metode dan prosedur, maksud dari tiap

pengujian dan/atau kalibrasi, dan penilaian terhadap hasil pengujian atau kalibrasi; Memiliki

manajemen teknis yang sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan teknis dan ketentuan

sumber daya yang diperlukan untuk menjamin mutu yang dipersyaratkan dalam kegiatan

laboratorium; Menunjuk seorang staf sebagai manajer mutu (atau apapun namanya) yang,

disamping tugas dan tanggung jawabnya yang lain, harus mempunyai tanggung jawab dan

kewenangan tertentu untuk memastikan sistem manajemen yang terkait dengan mutu

diterapkan dan diikuti setiap waktu; manajer mutu harus mempunyai akses langsung ke

pimpinan tertinggi yang membuat keputusan terhadap kebijakan atau sumber daya

laboratorium; Menunjuk deputi untuk personil inti manajemen;

Memastikan bahwa personil menyadari relevansi dan pentingnya kegiatan mereka dan

bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan sistem manajemen.

Dalam ISO 17025:2008 juga menjelaskan berbagai faktor yang menentukan

kebenaran dan kehandalan dalam pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan
oleh laboratorium. Faktor tersebut meliput faktor personil, kondisi akomodasi dan

lingkungan, metode pengujian dan metode kalibrasi dan validasi metode, peralatan,

ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh dan penanganan barang yang diuji:

1)    Personil

Laboratorium pengujian harus mempunyai personil yang cukup dalam jumlah dan

memenuhi teknis dan kompetensi. Selain pengalaman profesional, kualifikasi personil yang

dipersyaratkan diperoleh melalui pelatihan internal dan eksternal berorientasi tugas dan

pekerjaan. Metode pengujian teknik tinggi yang diterapkan oleh personil yang tidak

berpengalaman atau tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan masalah serius bagi

laboratorium dan masyarakat disebabkan hasil yang salah dan salah menafsirkan (Siregar,

2007).

Dalam laboratorium pengujian terdapat dua golongan besar personil yaitu personil

penguji dan personil non penguji. Personil penguji yaitu personil yang berkaitan langsung

dengan proses pengujian, biasanya disebut personil inti. Personil inti terdiri atas kepala

laboratorium, disebut juga manajer puncak, manajer mutu, deputi manajer mutu, manajer

teknis, deputi manajer teknis, penyelia, penguji, pengambil sampel dan penerima sampel.

Sedangkan personil non penguji ialah personil administrasi dan teknis (Siregar, 2007).

Untuk personil yang terdapat dalam laboratroium pengujian antara lain sebagai

berikut. Penyelia adalah seorang personil penguji senior dan dianggap paling kompeten

diantara personil penguji dalam bidang pengujian atau pengujian produk tertentu yang

bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengawas pelaksana teknis pengujian dalam

bidang tertentu. Penyelia merupakan suatu kedudukan penting antara personil penguji yang

bekerja di meja praktik dan staf manajemen. Karena itu ia harus menerima tanggung jawab

utama terhadap personil penguji terhadap dan organisasi laboratorium. Penilaian langsung

unjuk kerja personil secara terus menerus dan penilaian awal dari berbagai tindakan

personil adalah salah satu fungsi penting dari penyelia. Jumlah penyelia didasarkan pada

jumlah personil penguji. Biasanya seorang penyelia memimpin minimal lima orang personil

penguji. Penyelia diangkat setelah mempunyai pengalaman dalam bidang pengujian yang
diawasinya dan telah berijazah S1 yang relevan dengan bidang pengujian laboratorium

tersebut (Siregar, 2007).

Sedangkan personil penguji yang bekerja di meja praktik melakukan pengujian/analis

karekteristik atau parameter tertentu dari suatu sampel berdasarkan metode/prosedur atau

intruksi kerja yang telah ditetapkan. untuk persyaratan personil penguji yaitu sedikitnya

setiap penguji wajib mengerti pentingnya program jaminan mutu dan membuat jaminan mutu

itu berhasil. personil hendaknya mengetahui sumber kesalahan yang mungkin dalam tugas

yang ditetapkan, melaporkan pengujian yang dilakukan, mematuhi peraturan keaamanan

dan kerumahtanggaan dan menggunakan pertimbangan dan perhatian yang baik juga wajib

mengerti prinsip metode yang digunakan, mengikuti metode yang tertulis dan

mendokumentasikan setiap penyimpangan, memelihara rekaman yang akurat dan

mempunyai pengetahuan dasar statistik dan penerapannya (Siregar, 2007).

Selain itu personil lainnya yaitu pekarya laboratorium. Pekarya laboratorium yaitu

tenaga non professional yang bertugas membantu penguji dalam pelaksanaan tugasnya.

Pekarya ini tidak termasuk personil inti dalam laboratorium. Pekarya ini kebanyakan bekerja

di bawah pengawasan personil professional penguji. Dengan pelatihan yang cukup, pekarya

ini hendaknya mampu melaksanakan sejumlah kegiatan laboratorium seperti mencuci alat

gelas, memelihara dan menservis alat uji, menyiapkan/preparasi sampel untuk analisis,

menyiapkan berbagai jenis larutan, bahkan juga dapat melakukan analisis yang rumit. Paling

sedikit personil non professional ini wajib mengerti penugasan, pentingnya melakukan tugas

pada tingkat yang perlu untuk memberikan hasil bermutu dan melaporkan pengamatan yang

tidak diharapkan kepada personil professional (Siregar, 2007).

2)    Kondisi Akomodasi dan Lingkungan

Kondisi akomodasi dan lingkungan merupakan salah satu persyaratan teknis yang

harus dipenuhi oleh laboratorium yang kompeten (Siregar, 2007).  Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pengujian harus dikelola dengan baik agar dapt mendukung

pengujian yang dilakukan. Faktor tersebut menurut Siregar (2007) antara lain:

(1)  Kondisi Lingkungan


Kondisi Lingkungan harus nyaman untuk memberikan kemudahan bagi personil

melakukan pengujian yang benar dan akurat. kondisi lingkungan hendaknya tidak

mengakibatkan ketidakabsahan hasil pengujian atau berpengaruh buruk pada mutu

pengujian atau pengukuran atau analisis yang diperlukan. laboratorium harus memantau,

mengendalikan, dan merekan kondisi lingkungan sesuai dengan persyaratan spesifikasi,

metode, dan prosedur yang relevan atau jika kondisi tersebut mempengaruhi mutu hasil

pengujian.  Dalam pengendalian ini, perhatian harus diberikan pada sterilisasi biologis,

debu, gangguan elektromagnetik, radiasi, kelembaban, suhu, daya listrik dan tingkat bunyi

serta getaran. Suhu lingkungan pengujian dipantau dengan thermometer yang telah

dikalibrasi dan kelembaban dipantau dengan higrometer yang juga telah dikalirabrasi.

Laboratorium hendaknya mempunyai prosedur untuk mengecek lingkungan laboratorium.

Gedung atau ruangan hendaknya berlokasi jauh dari pusat keramaian atau daerah

lalulintas yang ramai. Agar bebas dari sumber pencemaran dan getaran pada peralatan

pengujian yang dapat mempengaruhi hasil pengujian.

(2)  Desain dan Tata Letak Laboratorium Pengujian Kimia

            Suatu laboratorium didesain dan dibangun dengan tujuan tertentu sesuai dengan

tugas dan fungsi laboratorium yang akan dibangun sehingga setiap ruangan laboratorium

dibagun sesuai dengan jenis dari laboratorium itu sendiri. Pada umumnya bentuk, ukuran

dan tata ruang suatu laboratorium didesain sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium

mudah dalam melakukan aktivitasnya. Kelenturan laboratorium dan kemungkinan

pengembangan dimasa depan hendaknya dipertimbangkan dan disetujui sebelum desain

rinci dilaksanakan. Bahan kontruksi dan perabot yang digunakan di ruang laboratorium

hendaknya tahan terhadap asam, alkali, dan zat kimia atau pereaksi lainnya (Siregar,2007).

            Laboratorium harus didesain untuk efisiensi dari pengoperasiannya, untuk

mengoptimasikan kenyamanan personil dan untuk meminimalkan resioko kecelakaan dan

penyakit okupasi. desain dan lingkungan laboratorium harus sesuai untuk tugas/pekerjaan

yang dilakukan didalamnya. Fasilitas laboratorium hendaknya memungkinkan pelaksanaan

pengujian yang benar. Hal ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada sumber energi, kondisi
penerangan, ventilasi, air, pemusnahan sampel dan kondisi lingkungan. Untuk mencegah

atau mengurangi kontaminasi yaitu dengan membuat permukaan yang halus/licin pada

dinding,langit-langit, lantai dan meja kerja (Siregar, 2007).

            Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan

laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada

seorang arsitektur bangunan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum

membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium

dan ukuran-ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak

terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan

untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak

berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu

dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk

pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil

kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium (Riandi, 2004).

Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan

laboratorium umumnya terdiri dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama

adalah ruangan tempat analis melakukan pengujian. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari

ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan

alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai pengujian (Riandi, 2004). Ditambahkan oleh

Siregar (2007) bahwa tata ruang disesuaikan dengan kegiatan kerja untuk efisiensi kerja

dan untuk mencegah kontaminasi silang dan mencegah timbulnya lalu lintas kerja yang

simpang siur. Lebar lorong antara meja kerja hendaknya paling sedikit 1,2 meter.

Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-

bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaannya tidak setiap

saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga sebuah laboratorium memiliki

ruang gelap (dark room), ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang

adminitrasi / staf. Hal ini didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan

laboratorium dan kenyamanan para pengguna laboratorium. Penyimpanan alat-alat di dalam


gudang tidak boleh disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat

gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam (Riandi, 2004).

(3)  Fasilitas Laboratorium Kimia

Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk

memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada

yang berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan

fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai laboratorium contohnya penerangan,

ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik, gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan meja,

contohnya meja analis, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, dan ruang timbang,

lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dll (Riandi,2004). Fasilitas-fasilitas

tersebut menurut Riandi (2004) antara lain sebagai berikut:

(1)  Penerangan

Ruang laboratorium harus memiliki pengatur penerangan yang dapat diubah-ubah

sesuai kebutuhan. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya matahari atau dari listrik.

(2)  Ventilasi

Laboratorium pengujian membutuhkan ventilasi yang baik, lebih-lebih untuk

laboratorium kimia yang sering menggunakan bahan-bahan mudah menguap. Kadang-

kadang ventilasi tidak dapat dicukup dari jendela, sehingga dibutuhkan alat perotasi udara

seperti kipas penyedot (ceiling fans). Adanya kipas penyedot ini dapat membantu pergantian

udara menjadi lebih baik. Ditambahkan oleh Siregar (2007) bahwa sistem ventilasi harus

dapat memindahkan bahan yang terbang diudara yang mengiritasi,yang mudah terbakar

atau yang toksik, mensuplai udara bersih dan mengendalikan suhu dan kelembapan dalam

batas yang diperlukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium dan kondisi pengujian.

Ruangan laboratorium hendaknya dilengkapi dengan peralatan yang mengatur aliran

udara dilaboratorium pada kondisi suhu 24-26ºC dan kelembapan relatif 60-80%.

Pengaturan suhu udara ini berfungsi untuk mencegah kontaminasi misalnya debu dan lain-
lain dari udara jika menggunakan ventilasi asam. Mengadakan suhu lingkungan yang stabil

untuk peralatan pengujian yang peka. Penggunaan yang sesuai dari alat gelas volumetrik

yang dikalibrasi pada suhu 20ºC. Serta memberi kenyamanan kerja pada personil, agar

dapat melakukan pengujian dengan benar dan akurat (Siregar, 2007).

(3)  Air

Air merupakan fasilitas yang penting dalam laboratorium pengujian, terutama untuk

laboratorium kimia. Pasokan air ke dalam laboratorium tersebut harus cukup. Selain jumlah

pasokan, kualitasnya juga harus baik, kualitas air yang kurang baik dapat mempercepat

kerusakan alat-alat terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Aliran air yang masuk ke

dalam laboratorium harus lancar. Demikian juga aliran air yang ke luar laboratorium. Air

yang masuk dan ke luar laboratorium biasanya lewat pipa-pipa. Harus diperhatikan

pembuangan air sisa cucian yang mengandung bahan-bahan yang dapat merusakkan pipa-

pipa tersebut. Pembuangan sisa asam atau basa kuat atau bahan korosif lainnya harus

melalui pengenceran dahulu sebelum dibuang lewat pipa. Hal ini untuk menghindari

kerusakan pipa-pipa saluran air.

(4)  Bak cuci

Bak cuci atau sinks dapat terbuat dari beton atau porcelain. Bak cuci yang terbuat

dari porcelain mudah ternoda apabila kena bahan-bahan kimia. Bak cuci harus dilengkapi

dengan saringan untuk mencegah masuknya sisa-sisa praktikum yang berupa bahan padat.

Untuk menghindari adanya kerusakan bak cuci, hindarkan pembuangan bahan-bahan kimia

seperti asam-basa kuat dan bahan-bahan korosif lainnya.

(5)  Listrik

Pada laboratoium, listrik merupakan fasilitas yang sangat penting. Besarnya daya

yang terpasang harus mencukupi kebutuhan alat-alat laboratorium, terutama alat-alat

laboratorium yang membutuhkan daya besar, seperti oven, furnace, autoclave dan lain-lain.

Tegangan listrik harus selalu dicek apakah stabil atau tidak.Tegangan listrik yang tidak stabil

dapat merusak alat-alat. Harus diperhatikan pula instalasi listrik, jangan didekatkan dengan

aliran air dan gas. Selain itu harus dilengkapi dengan pengaman yang mudah dijangkau.
Terminal out let harus mudah dijangkau. Instalasi listrik secara periodik perlu diperiksa

kondisinya. Kabel-kabel listrik secara periodik disikat untuk menghilangkan bahan-bahan

korosif yang biasanya menempel pada permukaan kabel. Socket dan plug harus diperiksa

apakah masih berfungsi dengan baik atau rusak (aus). Apabila rusak harus segera diganti.

Periksa juga secara periodik hubungan kabel ke socket apakah masih terikat dengan kuat.

(6)  Meja

Perlengkapan yang berupa meja harus diperhatikan kualitas dan ukurannya.

Misalnya untuk meja perlu diperhatikan ketinggiannya. Umumnya meja analis ukuran

tingginya 70-75cm. Kursi laboratorium apabila memungkinkan ketinggiannya dapat diatur,

sehingga analis dapat menyesuaikan dengan jenis kegiatan pengujian. Meja samping yang

biasa dipakai untuk menyimpan alat-alat yang menetap umumnya terbuat dari cor beton.

Namun demikian dapat juga meja samping tersebut dibuat dari bahan kayu keras. Bagian

bawah meja samping dapat sekaligus digunakan sebagai lemari. Ukuran meja samping

panjangnya bervariasi sesuai kebutuhan, sedangkan lebarnya antara 50-60 cm dengan

ukuran tinggi 70-75 cm. Demikian halnya meja untuk timbangan harus rata dan tidak mudah

bergetar atau goyang. Meja timbangan ini sangat cocok dibuat dari cor beton atau dari

bahan kayu keras yang tebal. Lemari alat dan bahan hendaknya memiliki tahapan (shelve)

yang dapat diubah-ubah posisinya agar memudahkan dalam menata alat-alat yang

bervariasi ukurannya.

(7)  Pengaturan Rumah tangga

Laboratorium harus diatur dan teratur, agar pelaksanaan pengujian lebih

lancar,efisien, efektif, dan hasilnya akurat. Pengaturan itu antara lain, tidak terbatas pada:

ruang seluruh laboratorium harus selalu bersih dan nyaman, dibawah tanggung jawab

urusan rumah tangga dari bagian administrasi. Akses ke dan penggunaan ruangan

pengujian yang mempengaruhi mutu pengujian harus dikendalikan, dipantau oleh personil

penguji atau penyelia. Penempatan peralatan pengujian, alat gelas, pereaksi, harus teratur

pada tempat yang sesuai,didessain oleh manajer teknis dan penyelia. Meja kerja agar selalu

teratur dan dibersihkan oleh personil penguji setelah selesai tiap pengujian setiap hari. meja
kerja tidak boleh dibersihkan oleh cleaning service. Penyimpanan dan pemusnahan bahan

berbahaya harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dikoordinasikan oleh

personil penaggung jawab.

3)    Metode pengujian dan validasi metode

Laboratorium harus menggunakan metode pengujian dan/atau metode kalibrasi,

termasuk metode pengambilan contoh (sampel), yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan

sesuai dengan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan. Metode yang digunakan lebih

baik merupakan standar yang dipublikasikan secara internasional, regional atau nasional.

Laboratorium harus memastikan bahwa standar yang digunakan adalah edisi mutakhir yang

berlaku kecuali bila standar tersebut tidak sesuai lagi atau tidak mungkin dilakukan. Bila

perlu, standar harus dilengkapi dengan rincian tambahan untuk menjamin penerapan yang

konsisten. Bila pelanggan tidak mengkhususkan metode yang digunakan, laboratorium

harus memilih metode yang sesuai, sudah dipublikasikan dalam standar internasional,

regional atau nasional, atau oleh organisasi teknis yang mempunyai reputasi, atau dari teks

atau jurnal ilmiah yang relevan, atau seperti spesifikasi pabrik pembuat alat (ISO 17025 :

2008).

Metode yang dikembangkan laboratorium atau metode yang diadopsi oleh

laboratorium dapat juga digunakan bila sesuai penggunaannya dan bila telah divalidasi.

Penggunaan metode pengujian dan metode kalibrasi yang dikembangkan oleh laboratorium

untuk keperluan sendiri harus merupakan suatu kegiatan yang terencana dan harus

ditugaskan kepada personil yang kompeten, yang dilengkapi dengan sumber daya yang

memadai.  Apabila diperlukan menggunakan metode yang tidak dicakup oleh metode baku,

hal ini harus mendapat persetujuan pelanggan dan harus mencakup spesifikasi yang jelas

dari persyaratan pelanggan dan tujuan dari pengujian dan/atau kalibrasi. Metode yang

dikembangkan harus telah divalidasi sebagaimana mestinya sebelum digunakan (ISO 17025

: 2008).
Untuk media dan regensia sebagimana dijelaskan oleh Komite Akreditasi Nasional

(2005) dalam persyaratan tambahan untuk akreditasi laboratorium pengujian kimia dan

biologi persyaratan media dan regensia meliputi :

Identitas, kemurnian, potensi, sumber, pengujian yang dilakukan untuk mutu dan

kemurnian, pemurnian lebih lanjut yang diperlukan, prosedur penyimpanan dan penanganan

dan tanggal penggantianharus diperhatikan. Personil laboratorium harus memahami

tanggung jawabnya dalam penggunaan reagen, solven, media, bahan acuan dan peralatan

laboratorium sesuai dengan jenis analisis yang dilakukan.

Tingkatan (grade) bahan yang sesuai sebagaimana disebutkan dalam metode atau

prosedur harus digunakan sesuai dengan reagen, solven dan gas yang pada umumnya

tersedia dalam berbagai grade dan kemurnian. Semua wadah reagen harus diberi label dan

ditutup rapat. Pada wadah reagen harus terdapat label asli, atau minimum mempunyai label

yang memuat nama reagen, tanggal penerimaan, konsentrasi, pelarut (bila bukan air).

Personil yang bertanggungjawab dalam penyiapan reagen harus dapat diidentifikasi dari

label atau rekaman.

Reagen harus dibeli dalam wadah yang ukurannya tepat sehingga isinya dapat

digunakan semua dalam beberapa bulan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

deteriorasi mutu. Sisa reagen yang sudah digunakan tidak boleh dikembalikan ke

wadahnya.

            Laboratorium harus mempunyai prosedur tertulis untuk penyiapan larutan reagen.

Rekaman penyiapan tersebut harus dipelihara dan harus dapat digunakan sebagai acuan

bila kemudian terdapat hasil uji yang meragukan. Rekaman larutan reagen harus mencakup

ukuran berat dan volume, pembacaan buret, pembacaan pH, perhitungan faktor

standardisasi dan konsentrasi larutan.  Apabila laboratorium menyiapkan media sendiri,

bahan kimia yang digunakan dalam penyiapan tersebut harus diverifikasi untuk memastikan

mempunyai mutu yang memadai sebelum digunakan.

4)    Peralatan
Prinsip umum yang digunakan untuk mempertimbangkan aspek pengujian mutu

peralatan pengujian. Pertama, peralatan harus mampu melakukan kinerja yang

dipersyaratkan. Kedua, semua alat uji dipelihara dalam kondisi optimal untuk penggunaan

yang diperlukan. Ketiga yaitu peralatan pengujian hendaknya sering dipantau dan dievaluasi

artinya peralatan tersebut harus dikalibrasi (Siregar, 2007).

Untuk memudahkan pemeriksaan alat dan bahan laboratorium perlu dilakukan

inventarisasi yang sistematik. Inventarisasi ini dapat dibuat pada suatu buku atau secara

komputasi sebagai daftar induk. Hal-hal yang umum diperlukan pada inventarisasi meliputi:

kode alat/bahan, nama alat/bahan, spesifikasi alat/bahan (Merk, tipe, dan pabrik pembuat

alat), sumber pemberi alat dan tahun pengadaannya, tahun penggunaan dan jumlah atau

kuantitas serta kondisi alat, baik atau rusak (Riandi, 2004).

Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan untuk pengambilan sampel,

preparasi sampel, pengukuran, pengujian, pengolahan dan analisis data yang diperlukan

untuk melaksanakan pengujian yang benar dengan hasil uji yang akurat dan dapat

dipercaya. Kelengkapan dan kesesuaian peralatan ini adalah tanggung jawab manajer

teknis. Jika menggunakan peralatan pengujian yang berada di luar pengawasan

laboratorium pengguna, artinnya peralatan tersebut milik laboratorium lain, manajer teknis

harus memastiakn bahwa alat tersebut memenuhi persyaratan ISO 17025:2008  yaitu

memenuhi protokol pengujian dan periode waktu kalibrasi yang masih berlaku. (Siregar,

2007).

Semua peralatan dan piranti lunak yang digunakan untuk pengujian dan

pengambilan sampel harus mampu menghasilkan hasil uji akurat, sesuai dengan spesifikasi

yang relevan dengan metode pengujian yang dimaksud. Semua peralatan pengujian

termasuk alat pengambil sampel dan peralatan pengukuran subsider (kondisi lingkungan)

harus dikalibrasi atau diverifikasi sebelum digunakan. Program kalibrasi atau verifikasi harus

ditetapkan bagi setiap peralatan pengujian termasuk peralatan pengambil contoh (Siregar,

2007).
Peralatan pengujian harus dioperasikan oleh personil yang benar-benar terlatih dan

memahami benar menggunakan alat tersebut. Intruksi kerja yang mutakhir harus segera

disediakan bagi personil penguji. Intruksi kerja penggunan dan pemeliharaan yang mutakhir

dari semua peralatan pengujian harus segera tersedia bagi semua personil laboratorium

yang berkaitan dan diletakkan didekat peralatan tersebut. Labortorium harus mempunyai

prosedur untuk penanganan yang aman, transportasi, penyimpanan, penggunaan, dan

perawatan bagi tiap peralatan pengujian untuk memastikan kelayakan fungsinya, untuk

mencegah kontaminasi dan deteriorasi. Selain itu peralatan dan piranti lunaknya harus diberi

identitas yang khas (Siregar, 2007).

Untuk peralatan komputer atau alat pengujian otomatis digunakan untuk

mengumpulkan, mengolah, merekam pelaporan, penyimpanan atau pencarian kembali data

pengujian, laboratorium harus memastikan bahwa perangkat lunak komputer termasuk yang

terpasang dalam peralatan penguji didokumentasikan dan divalidasi sebagaimana mestinya

untuk penngunaan dalam fasilitas laboratorium. Prosedur didtetapkan dan diterapkan untuk

melindungi keutuhan data sepanjang waktu. Komputer dan alat uji otomatis dipelihara untuk

memastikan fungsinya yang tepat dan dilengkapi dengan kondisi lingkungan dan

pengoperasian yang perlu untuk memelihara keutuhan data. Program dan rutinitas komputer

dilindungi secara memadai untuk melindungi akses,perubahan atau kerusakan oleh personil

tidak tetap atau personil yang tidak berwenang (Siregar, 2007).

5)    Ketertelusuran pengukuran

Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian dan/atau kalibrasi, termasuk

untuk pengukuran subsider (seperti kondisi lingkungan) yang mempunyai pengaruh yang

signifikan pada akurasi atau keabsahan hasil pengujian, kalibrasi atau pengambilan contoh

atau sampel harus dikalibrasi sebelum mulai digunakan. Laboratorium harus mempunyai

program dan prosedur yang ditetapkan untuk kalibrasi peralatannya. Program yang

demikian sebaiknya mencakup sistem untuk memilih, menggunakan, mengkalibrasi,

mengecek, mengendalikan, dan merawat standar pengukuran, bahan acuan yang


digunakan sebagai standar pengukuran, dan peralatan ukur serta pengujian yang digunakan

untuk melakukan pengujian dan kalibrasi (ISO 17025:2008)

Untuk laboratorium pengujian, persyaratan yang diberikan pada kalibrasi berlaku

untuk peralatan ukur dan pengujian dengan fungsi pengukuran yang digunakan, kecuali bila

telah ditetapkan bahwa kontribusi yang terkait dengan kalibrasi berkontribusi kecil terhadap

ketidakpastian total dari hasil pengujian. Bila situasi ini muncul, laboratorium harus

memastikan peralatan yang digunakan dapat memberikan ketidakpastian pengukuran yang

diperlukan. Persyaratan dalam kalibrasi sebaiknya diikuti tergantung pada kontribusi relative

dari ketidakpastian kalibrasi pada ketidakpastian total. Jika kalibrasi merupakan faktor yang

dominan, persyaratan sebaiknya diikuti dengan ketat (ISO 17025:2008).

6)    Pengambilan Sampel

Laboratorium harus memiliki prosedur pengambilan sampel, penanganan,

penyimpanan hingga pembuangan sampel. Proses pengambilan contoh harus ditujukan

pada faktor-faktor yang harus dikendalikan untuk memastikan keabsahan hasil pengujian

dan kalibrasi. Apabila customer menghendaki penyimpangan, penambahan atau

pengecualian dari prosedur pengambilan contoh yang telah didokumentasikan, maka

laboratorium akan merekam dan dikomunikasikan kepada personil terkait. Laboratorium

merekam data dan kegiatan yang relevan yang berhubungan dengan pengambilan contoh.

Apabila terjadi penyimpangan pada saat penerimaan contoh, maka penyimpangan tersebut

direkam dan dikonsultasikan kepada customer untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut (ISO

17025 : 2008).

7)    Penanganan barang yang diuji

Laboratorium harus mempunyai prosedur untuk transportasi, penerimaan,

penanganan, perlindungan, penyimpanan, cuplikan dan/atau pemusnahan barang yang diuji

dan/atau dikalibrasi, termasuk semua upaya yang diperlukan untuk melindungi integritas

barang yang diuji atau dikalibrasi, dan untuk perlindungan kepentingan laboratorium dan

pelanggan Laboratorium harus mempunyai sistem untuk mengidentifikasi barang yang diuji.

Identifikasi tersebut harus tersimpan selama barang yang bersangkutan berada di


laboratorium. Sistem tersebut harus dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa untuk

memastikan tidak timbulnya keraguan pada barang secara fisik ditulis dalam rekaman atau

dokumen lainnya. Sistem tersebut harus, sehingga memudahkan pembagian kelompok

barang dan pemindahan barang di dalam dan dari laboratorium (ISO 17025 : 2008).

Pada penerimaan barang yang diuji atau dikalibrasi, abnormalitas atau

penyimpangan dari kondisi yang normal atau dari kondisi tertentu sebagaimana yang

diuraikan dalam metode pengujian harus direkam. Bila timbul keraguan pada kelayakan

barang yang akan diuji atau dikalibrasi, atau bila suatu barang tidak sesuai dengan uraian

yang ada, atau bila pengujian atau kalibrasi yang diinginkan tidak dinyatakan cukup rinci,

laboratorium harus mengkonsultasikannya dengan pelanggan untuk memperoleh instruksi

lebih lanjut sebelum dimulai, dan harus merekam diskusi yang dilakukan. Laboratorium

harus mempunyai prosedur dan fasilitas yang sesuai untuk menghindari penurunan mutu,

kehilangan atau kerusakan pada barang yang diuji atau dikalibrasi selama penyimpanan,

penanganan, dan penyiapan. Instruksi penanganan yang disertakan dengan barang harus

diikuti. Bila barang harus disimpan atau dikondisikan dalam kondisi lingkungan tertentu,

kondisi tersebut harus dipelihara, dipantau, dan direkam. Bila barang yang diuji atau

dikalibrasi atau bagian dari barang harus dijaga keamanannya, laboratorium harus

mempunyai penataan untuk penyimpanan dan pengaman yang melindungi kondisi dan

integritas barang atau bagian yang dimaksud (ISO 17025 : 2008).

8)    Pelaporan Hasil

            Laporan pengujian dan sertifikat kalibrasi harus mencakup sekurang-kurangnya

informasi berikut, kecuali bila laboratorium mempunyai alasan untuk tidak melakukannya.

Laporan pengujian harus mencakup :deviasi dari, tambahan kepada, atau pengecualian dari

metode uji, dan informasi pada kondisi spesifik uji seperti kondisi lingkungan; jika relevan,

pernyataan atas kesesuaian / ketidaksesuaian dengan persyaratan dan/atau spesifikasi; bila

mungkin, pernyataan atas estimasi ketidakpastian pengukuran dan informasi ketidakpastian

yang dibutuhkan dalam laporan hasil uji bila berkaitan dengan validasi atau aplikasi hasil uji,
bila petunjuk pelanggan begitu dibutuhkan, atau jika ketidakpastian mempengaruhi

kesesuaian batas spesifikasi; bila memungkinkan atau diperlukan pendapat dan interpretasi

serta tambahan informasi yang mungkin diperlukan dalam metode spesifik, pelanggan atau

grup dari pelanggan (ISO 17025:2008).

Laporan hasil uji yang memuat hasil pengambilan contoh harus mencakup informasi

berikut, jika diperlukan interpretasi hasil uji :tanggal pengambilan contoh, identifikasi yang

jelas dari zat, bahan baku atau produk yang disampling (termasuk nama pemasok, model

atau jenis desain dan nomor seri bila memungkinkan), lokasi pengambilan contoh, termasuk

diagram, sketsa atau fotografi, acuan untuk rencana pengambilan contoh dan prosedur yang

digunakan, rincian kondisi lingkungan selama pengambilan contoh yang mungkin

mempengaruhi interpretasi hasil uji, serta standar atau spesifikasi lain untuk metode

pengambilan contoh atau prosedur, dan deviasi, tambahan ke, atau pengecualian dari

spesifikasi yang dimaksud (ISO 17025:2008).

Anda mungkin juga menyukai