Anda di halaman 1dari 18

Generasi Biologi

Explorans vivo, a meleculo ad universum


https://www.generasibiologi.com/2016/11/teknik-dan-prosedur-dasar-laboratorium-
mikrobiologi.html
Teknik Dasar Laboratorium Mikrobiologi
LENGKAP
NOVEMBER 29, 2016 BY MH BADRUT TAMAM LEAVE A COMMENT
Advertisements

<img alt="teknik inokulasi mikroba"


border="0" height="194" src="https://i0.wp.com/4.bp.blogspot.com/-
1qo8tyCgFbo/WD2bzYDADQI/AAAAAAAAGBU/1_biMU8VjYM9RcqB2WJq_
3xB-
zvGJ4UCwCLcB/s320/teknik%2Bdasar%2Bmikrobiologi.jpg?resize=320%2C19
4&#038;ssl=1" title="teknik dasar mikrobiologi" width="320" data-recalc-
dims="1">
Mikroorganisme, disebut juga mikroba, adalah organisme yang membutuhkan
bantuan mikroskop agar dapat melihat dan mempelajarinya dengan baik (Talaro &
Talaro, 2002). Hal tersebut karena ukurannya yang sangat kecil (Tortora dkk.,
2010). Satu sel mikroorganisme dapat merepresentasikan satu individu, berbeda
halnya dengan sel hewan dan tumbuhan. Sel hewan dan tumbuhan tidak bisa hidup
sendiri di alam dan keberadaanya hanya sebagai bagian dari struktur multiseluler,
seperti sistem organ pada hewan dan daun pada tumbuhan (Madigan dkk., 2011).

Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme adalah mikrobiologi.


Mikroorganisme yang dipelajari dalam studi mikrobiologi mencakup bakteri, jamur,
protozoa, dan mikroalga (Talaro & Talaro, 2002; Black, 2008; Tortora dkk., 2010).
Selain itu, studi mikrobiologi juga mempelajari virus, viroid, dan prion (Black, 2008).
Mikroorganisme yang telah dipelajari ternyata mempunyai rentang ukuran yang
sangat besar, mulai dari ukuran virus terkecil (20 nm) sampai ukuran protozoa
terbesar (5 mm atau lebih). Atau dengan kata lain, mikroba terbesar memiliki luas
sebanding dengan 250.000 kali mikroba terkecil (Black, 2008).
Proses kegiatan di laboratorium mikrobiologi harus mengetahui teknik dasarnya.
Berikut adalah teknik dasar di laboratorium mikrobiologi:

Daftar Isi
 Kerja Steril dan Aseptis
 Pembuatan Media Mikroba
 Transfer Mikroorganisme
o Pencarian Terkait:
 Share this:
 Like this:

Kerja Steril dan Aseptis


Salah satu metode dalam mikrobiologi adalah kerja secara steril. Kerja secara steril
dan aseptis adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan
praktikum atau penelitian di Laboratorium Mikrobiologi. Kerja secara steril
maksudnya adalah bekerja pada kondisi terbebas dari semua bentuk hidup
mikroorganisme, termasuk endospora bakteri (Nester dkk., 2004: 110). Sementara
itu, kerja secara aseptis maksudnya adalah bekerja pada kondisi tercegah dari
serangan agen infeksi yang dapat menginfeksi jaringan atau material yang
steril. Teknik aseptik dapat dilakukan untuk mewujudkan keadaan kerja secara
aseptis (Benson, 2001).

Pentingnya metode aseptis dalam dunia mikrobiologi merupakan suatu prosedur yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kontaminasi (Harley &
Prescott, 2002). Mikroorganisme kemungkinan dapat mengontaminasi instrumen,
pekerja laboratorium, dan pasien (Tortora dkk., 2010), sehingga diperlukanlah suatu
prosedur untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Teknik aseptik juga bermanfaat
untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan pada
kultur biakan murni. Sebelum melakukan proses pembuatan kultur biakan murni,
seluruh peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Selanjutnya, alat-alat
yang telah steril tersebut, digunakan dan ditangani berdasarkan teknik-teknik aseptik
untuk meminimalisir peluang masuknya mikroorganisme jenis lain ke dalam kultur
biakan murni (Nester dkk., 2004).
<img alt="pentingnya

metode aseptis dalam mikrobiologi" border="0" height="217"

src="https://i1.wp.com/4.bp.blogspot.com/-

ZD_8QMhkvLc/WD2dQZzgdTI/AAAAAAAAGBg/TLDiioQ_Rj8dfuBH3b1LF7

CVnY9Z9ZWgACLcB/s400/metode%2Baseptis%2Bdalam%2Bdunia%2Bmikro

biologi.jpg?resize=400%2C217&#038;ssl=1" title="metode sterilisasi dalam

mikrobiologi" width="400" data-recalc-dims="1">

Metode aseptis dalam mikrobiologi.

Pembuatan Media Mikroba


Mikroorganisme dapat ditumbuhkan di dalam laboratorium. Untuk itu, dibutuhkan
komponen-komponen nutrisi yang dapat digunakan mikroorganisme untuk melakukan
pertumbuhan. Komponen nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri di
dalam laboratorium disebut kultur medium (jamak: media) (Tortora dkk., 2010: 164;
Madigan dkk., 2011). Kultur medium dapat diperoleh dari substrat mikroorganisme
tersebut atau dapat pula disintesis dari bahan-bahan kimia.
Bakteri dan mikroorganisme lain dapat ditemukan tumbuh bersama-sama di
samudera, danau, tanah, dan pada materi hidup atau mati. Material tersebut dikenal
sebagai media alamiah (Black, 2008). Media alamiah disebut juga sebagai substrat
(Gandjar dkk., 1992). Substrat memiliki kekurangan jika akan digunakan sebagai
kultur medium, karena substrat mempunyai komposisi nutrisi yang belum diketahui
secara rinci (Alcamo & Warner, 2010).
Sementara itu, medium untuk mikroba dapat dibuat pula dari bahan-bahan kimia.
Medium tersebut komposisinya telah diketahui secara pasti. Medium tersebut
dinamakan pula sebagai medium sintetik (Gandjar dkk., 1992; Alcamo & Warner,
2010). Terdapat pula medium yang dibuat dari campuran substrat dan senyawa-
senyawa kimia, yang disebut medium semi-alamiah (Gandjar dkk., 1992).

Sebelumnya, telah diketahui macam-macam medium berdasarkan bahan yang


digunakan. Medium dapat pula dibedakan berdasarkan kegunaan dan bentuk fisiknya.
Medium berdasarkan bentuk fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu medium padat
(agar) dan medium cair (broth). Medium padat adalah medium yang diberi agar
sehingga pada suhu kamar medium mengeras, contohnya Nutrient Agar. Medium cair
adalah medium yang tidak diberi agar sehingga bentuknya cair, contohnya Nutrient
Broth. Sementara itu, medium berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi empat, yaitu
medium umum, medium selektif, medium diferensial, dan medium perkayaan
(Gandjar dkk., 1992).

Baca juga : Uji Aktivitas Biokimia Mikroorganisme dan Gula Sebagai Sumber Energi

Medium umum adalah medium yang dapat ditumbuhi mikroorganisme secara umum
atau medium yang dapat ditumbuhi oleh banyak jenis mikroorgannisme, contoh
mediumnya adalah Potato Dextrose Agar (PDA) dan Nutrient Agar (Gandjar dkk.,
1992). Medium selektif digunakan untuk menumbuhkan jenis mikroorganisme
tertentu saja dan menekan pertumbuhan jenis mikroorganisme yang tidak
dikehendaki, contohnya medium Bismuth Sulfite Agar untuk menumbuhkan bakteri
Salmonella typhi saja. Medium diferensial adalah medium yang digunakan untuk
membedakan suatu koloni mikroba dengan koloni mikroba yang lain disebabkan
adanya reaksi yang khas dari masing-masing koloni tersebut, contoh mediumnya
adalah Blood Agar (BA). Terdapat pula medium yang dapat berperan sebagai medium
selektif dan medium diferensial, contohnya Mannitol salt Agar (Tortora dkk., 2010).
<img alt="mikrobiologi

dasar dalam praktek teknik dan prosedur dasar laboratorium" border="0"

height="223" src="https://i0.wp.com/4.bp.blogspot.com/-

1mMbzc_x_S0/WD2eNJrXKFI/AAAAAAAAGBk/M7nDmtu2yH0iYmnKLQpP

wbv0Dfxdv0uNACLcB/s400/teknik%2Bdan%2Bprosedur%2Bdasar%2Blabora

torium%2Bmikrobiologi.jpg?resize=400%2C223&#038;ssl=1" title="metode

dalam mikrobiologi pdf" width="400" data-recalc-dims="1">

Cara membuat medium padat.

Medium perkayaan serupa dengan medium selektif, yaitu menyediakan nutrisi dan
kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jenis mikroba tertentu tetapi tidak
yang lainnya. Perbedaan antara medium perkayaan dengan medium selektif adalah
medium perkayaan didesain untuk meningkatkan jumlah mikroba yang dikehendaki
sehingga mencapai tingkat/level yang dapat ditemukan/dipelajari (Tortora dkk.,
2010). Contoh medium perkayaan adalah medium MEA untuk khamir (Gandjar dkk.,
1992).

Setiap mikroorganisme membutuhkan kondisi yang berbeda-beda untuk melakukan


pertumbuhan secara optimal. Ada tiga faktor lingkungan yang memengaruhi
pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor
fisika misalnya suhu, kandungan oksigen, tekanan osmotik, pH, dan lain-lain. Faktor
kimia misalnya senyawa racun atau senyawa kimia lain yang berfungsi sebagai bahan
makanan. Faktor biologi misalnya interaksi dengan mikroorganisme lain (Gandjar
dkk., 1992).
Setiap mikroorganisme mempunyai batasan suhu yang berbeda-beda yang
memungkinkan mikroorganisme tersebut untuk bermetabolisme dan melakukan
pertumbuhan. Suhu ketika pertumbuhan mikroorganisme yang paling cepat disebut
suhu optimum. Mikroorganisme mempunyai suhu optimum yang berbeda-beda, mulai
dari 4 °C sampai lebih dari 100 °C (Madigan dkk., 2011). Umumnya, kisaran suhu
optimal pertumbuhan bakteri adalah 20 – 50 °C. Dilihat dari adaptasi terhadap suhu,
mikroba diklasifikasikan ke dalam tiga grup utama, yaitu psychrophile (mikroba yang
menyukai kondisi dingin), mesophile (mikroba yang menyukai temperatur sedang),
dan thermophile (mikroba yang menyukai kondisi panas) (Tortora dkk., 2010).
Setiap mikroba juga memiliki kondisi berbeda-beda dalam hal pH, kandungan
oksigen, dan kandungan nutrisi. Jika dilihat dari pH, umumnya bakteri dapat tumbuh
dengan baik pada pH netral, yaitu 6,5 sampai 7,5. Namun, ada juga mikroba yang
tahan pada kondisi pH rendah atau asam (disebut mikroba Acidophile) dan mikroba
yang tahan pada kondisi pH tinggi atau basa (disebut mikroba Alkaliphile). Jika
dilihat dari adaptasi terhadap oksigen, mikroba terbagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu mikroba anaerob (tidak membutuhkan atau tidak menyukai keberadaan oksigen)
dan mikroba aerob (membutuhkan atau menyukai keberadaan oksigen). Jika ditinjau
dari kondisi kandungan nutrisi, setiap mikrooganisme membutuhkan komposisi nutrisi
yang tentunya berbeda-beda pula (Tortora dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).

Kegiatan pembuatan dan menuang medium merupakan salah satu teknik dasar dalam
praktikum mikrobiologi. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam melakukan
kegiatan tersebut. Kegiatan membuat dan menuang medium harus memerhatikan
teknik aseptik agar medium tidak terkontaminasi dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Teknik aseptik yang dapat dilakukan pada saat membuat dan menuang
medium, seperti ketika sebelum dan sesudah pekerjaan melakukan proses disinfeksi
terhadap daerah kerja, ketika akan membuka tabung reaksi atau cawan petri selalu
dilewatkan di atas api, dan pembuatan sumbat dilakukan secara bersih dan jangan
sampai mengenai medium (Gandjar dkk,. 1992; Benson, 2001; Harley & Prescott,
2002).

Selain itu, yang harus diperhatikan dalam membuat dan menuang medium adalah
tentang tujuan penelitian yang akan digunakan. Bentuk medium dan cara penyajian
medium disesuaikan sesuai tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan
medium cair misalnya digunakan untuk mempropagasi mikroorganisme pada studi
fermentasi dan bermacam tes biokimia. Medium padat misalnya digunakan untuk
mempelajari pertumbuhan mikroba di permukaan dan penampakan koloni, isolasi
kultur biakan murni, penyimpanan kultur, dan observasi reaksi biokimia spesifik
(Harley & Prescott, 2002).
Medium padat dapat ditempatkan dalam tabung reaksi atau cawan petri. Penyajian
medium dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu medium miring, medium tegak, dan
medium dalam cawan petri. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian adalah
takaran dan cara pembuatannya. Pembuatan medium miring dengan memiringkan
tabung reaksi dengan kemiringan tertentu setelah autoklaf kemudian agar dibiarkan
mengeras. Pembuatan medium tegak dengan membiarkan tabung dalam kondisi
tegak. Larutan medium yang dimasukkan jangan melebihi 6 mL untuk medium
miring dan 10 mL untuk medium tegak, supaya menghindari semburan medium ke
sumbat (Gandjar dkk., 1992). Sementara itu, diperlukan 15 mL larutan medium untuk
cawan petri, kemudian diratakan sebelum mengeras dan posisi penyimpanan
diletakkan secara terbalik (Cappucino & Sherman, 2002; Harley & Prescott, 2002).

Baca juga : Ilmuwan Berhasil Menciptakan Bakteri Sintetik

Cara penyajian medium yang akan dilakukan juga tergantung tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan. Medium miring digunakan untuk memelihara kultur biakan
murni. Medium tegak digunakan untuk studi kebutuhan gas dari
mikroorganisme. Medium dalam cawan petri menyediakan area permukaan yang
besar untuk isolasi dan studi mikroorganisme.

Transfer Mikroorganisme
Transfer mikroorganisme adalah teknik dasar berikutnya dalam praktikum
mikrobiologi. Sama halnya dengan kegiatan membuat dan menuang medium, kegiatan
transfer mikroorganisme juga memerlukan teknik aseptik sehingga kontaminasi
mikroba yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Selain itu, ketelitian dan
kecepatan kerja juga harus diperhatikan dalam melakukan transfer mikroorganisme.
Bekerja lamban akan memakan waktu sehingga mengakibatkan bahan yang akan
diamati atau diperiksa terlalu lama berhubungan dengan udara sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya kontaminasi. Bekerja terlalu cepat juga akan memperbesar
peluang kurangnya bekerja secara aseptik (Gandjar dkk. 1992).

Terdapat sejumlah prosedur dasar dalam melakukan transfer mikroorganisme. Hal


yang pertama kali dilakukan adalah membersihkan daerah kerja dengan menggunakan
desinfektan. Hal yang dilakukan berikutnya, seluruh pekerjaan selalu dilewatkan
kepada api yang bertujuan agar setiap pekerjaan dalam keadaan yang aseptis. Ketika
akan memulai pekerjaan, jarum inokulasi dilewatkan di atas api. Kemudian sumbat
tabung reaksi dibuka dan leher tabung dilewatkan di atas api pula. Selanjutnya, jarum
inokulasi dimasukkan ke dalam kultur biakan di dalam tabung dan jarum tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam medium yang belum ada biakan. Sebelum sumbat
ditutup, leher tabung harus dilewatkan di atas api lagi. Jarum inokulasi yang telah
digunakan juga dilewatkan di atas api untuk membunuh mikroorganisme yang masih
tersisa (Harley & Prescott, 2002).
Ada beberapa cara dalam melakukan transfer mikroorganisme, yaitu dengan metode
zig-zag (streak) atau hanya menaruh pada suatu titik (stab). Metode zig-zag biasa
digunakan untuk memindahkan biakan khamir dan bakteri. Cara memindahkannya
yaitu dengan mengesekkan ujung jarum loop yang telah mengandung khamir/bakteri
secara zig-zag di atas permukaan medium mulai dari ujung bagian bawah sampai
bagian atas (jika medium terdapat dalam tabung reaksi). Metode yang lainnya,
digunakan untuk memindahkan biakan kapang. Biakan kapang diambil sedikit dengan
menggunakan jarum needle atau jarum tanam tajam, kemudian jarum diletakkan di
atas permukaan medium miring kira-kira pada jarak 1/3 dari panjang permukaan
medium (Gandjar dkk., 1992).
Jarum inokulasi digunakan untuk melakukan transfer mikroorganisme dari suatu
kultur ke dalam media yang lain. Ada dua jenis jarum inokulasi, yaitu jarum
inokulasi loop dan jarum inokulasi needle. Jarum inokulasi terbagi menjadi empat
bagian, yaitu pegangan, tangkai, dan sebuah turret untuk memegang kawat yang
terbuat dari nikel kromium atau nikel. Jarum inokulasi loop adalah jarum yang ujung
kawatnya berbentuk lingkaran atau loop, sedangkan jarum inokulasi needle adalah
jarum yang ujung kawatnya berbentuk lurus (Harley & Prescott, 2002).
Teknik memipet juga merupakan salah satu dari teknik dasar dalam praktikum
mikrobiologi. Pipet volumetrik digunakan untuk mentransfer sejumlah fraksi dari
kultur, mempersiapkan serial pengenceran dari mikroba, dan menyalurkan reagen
kimia (Harley & Prescott, 2002). Prinsip kerja pipet sama seperti sedotan, yaitu
berfungsi untuk menghisap cairan. Cairan dihisap dengan suatu alat penyedot yang
dipasang pada bagian mulut dari pipet, dan penyedotan cairan dilakukan sampai skala
tertentu yang tertera pada pipet (Cappucino & Sherman, 2002; Harley & Prescott,
2002).

Baca juga : FAKTOR yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorgansime

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses memipet. Hal pertama adalah
jangan menyedot dengan menggunakan mulut karena dapat membahayakan tubuh,
sebaiknya menggunakan alat penyedot untuk mengisi pipet. Hal selanjutnya, tetes
terakhir dari cairan harus dikosongkan supaya mendapatkan volume secara tepat dan
pembacaan volume yang benar adalah dibawah dari meniskus. Hal berikut yang tak
kalah pentingnya adalah jangan menyentuh ujung atau bagian inti dari pipet dengan
jari karena dapat mengontaminasi pekerjaan yang dilakukan (Benson, 2001: 94;
Harley & Prescott, 2002).
Bakteri dan jamur adalah beberapa mikroorganisme yang sering diamati dalam
praktikum mikrobiologi. Keduanya memiliki beberapa perbedaan. Bakteri secara
relatif berbentuk sederhana, merupakan organisme uniseluler, tidak mempunyai
membran inti (prokariot), dan komponen utama penyusun dinding sel adalah
peptidoglikan. Sementara itu, jamur merupakan organisme yang telah memiliki
membran inti, merupakan organisme uniseluler atau multiseluler, dan komponen
utama penyusun dinding sel umumnya adalah kitin (Tortora dkk., 2010).

Jamur dapat terbagi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuknya, yaitu
khamir (yeasts), kapang (molds), dan cendawan (mushroom). Jamur dalam bentuk
uniseluler disebut khamir, merupakan bentuk mikroorganisme berbentuk oval dan
ukurannya lebih besar dari bakteri. Kapang merupakan bentuk jamur yang terlihat
seperti serabut-serabut benang yang disebut miselia. Miselia terdiri dari filamen-
filamen (hifa) panjang yang bercabang dan saling menjalin. Cendawan adalah jamur
multiseluler besar yang bentuknya menyerupai tumbuhan (Tortora dkk., 2010). Pada
cendawan, miselia-miselia berkumpul hingga membentuk sebuah tudung buah yang
besar.
Normal flora atau normal mikrobiota adalah istilah untuk organisme yang secara
alami terletak di atau pada tubuh (Cappucino & Sherman, 2002). Sementara itu, yang
lainnya disebut mikrobiota sementara (transient microbiota), yang dapat muncul
beberapa hari, minggu, bulan, dan kemudian tidak tampak. Normal flora dalam tubuh
tidak membahayakan, bahkan dalam beberapa kasus bersifat menguntungkan seperti
dapat memproduksi vitamin K dan Vitamin B. Namun, normal flora pada keadaan
tertentu dapat menyebabkan infeksi dan penyakit pada manusia (Tortora dkk., 2010).
Ketika dalam keadaan tersebut mereka menjadi mikroorganisme yang patogen
(Madigan dkk., 2011). Mikroorganisme tidak dapat ditemukan menyebar di seluruh
bagian tubuh, tetapi terlokalisasi pada suatu daerah tertentu dari tubuh atau spesifik di
daerah tertentu saja, misalnya mulut dan kulit (Tortora dkk., 2010). Normal flora pada
mulut misalnya Lactobacillus acidophilus, Streptococcus mutans, dan Actinomyces
odontolyticus (Cappucino & Sherman, 2002). Normal flora pada kulit misalnya dari
genus Acinetobacter, Malassezia, dan Pityrosporum (Madigan dkk., 2011).

Referensi

 Alcamo, I. E. & J. M. Warner. Schaum’ s outlines microbiology, 2nd ed.


 Atlas, R. M. 2004. Handbook of microbiological media, 3rd ed.
 Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.
 Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed. Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002.
Microbiology: A laboratory manual.
 Gandjar, I., I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992.
Pedoman praktikum mikrobiologi dasar.
 Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.
 Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology
of microorganisms, 13th ed.
 Morello, J. A., P. A. Granato & H. E. Mizer. 2003. Laboratory manual and
workbook in microbiology: Applications to patient care.
 Nester, E. W., D. G. Anderson, C. E. Roberts, N. N. Pearsall & M. T. Nester.
2004. Microbiology: A human perspective, 4th ed.
 Talaro, K. P. & A. Talaro. 2002. Foundations in microbiology, 4th ed.
 Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction,
10th ed.

Pencarian Terkait:
 gambar orang laboratorium di lab mikro
 hal hal yang perlu diperhatikan dalam percobaan inokulasi jamur
 laporan dasar dasar tekhnik mikrobiologi
 laporan praktikum teknik dasar mikrobiologi
 madigan dkk 2012:129-130
 teknik dasar mikrogabisme
 teknik laboratorium mikrobiologi

http://www.kimia.clas.web.id/2014/11/materi-praktikum-mikrobiologi-teknik.html

Materi Praktikum Mikrobiologi ||Teknik Aseptik||

Tujuan

Mampu memahami pentingnya teknik aseptic dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi lingkungan.

Mampu melakukan teknik aseptic.

Landasan Teori

Mikrobiologi adalah studi tentang kehidupan kecil atau mikroba. Mikrobiologi sangat penting
untuk bidang medis di dalam memerangi penyakit. Mikroba berbahaya yang dapat membuat orang sakit
disebut pathogen. Mikrobiologi mempelajari pathogen dan bagaimana untuk melawan dan mencegah
infeksi. Para ilmuan membuat antibody dan vaksin dari bentuk lemah mikroba untuk mengobati dan
mencegah penyakit. Beberapa mikroba penting untuk proses pencernaan dll. Juga digunakan untuk
membuat keju dan yogurt.

Memiliki lingkungan kerja yang bersih sangat penting untuk mempelajari mikroba dan juga
dalam pengaturan laboratorium, seperti di laboratorium penelitian atau laboratorium medis. Kontaminan
dalam laboratorium dapat menyebabkan banyak masalah. Jika seorang peneliti inocules atau menstransfer
bakteri tidak benar, maka mencemari mikroba dan dapat membahyakan hasil. Kontaminan seperti
pathogen di dalam lingkungan dimana mereka dapat tumbuh dalam jumlah tinggi, pathogen bisa
menyebabkan peneliti menjadi sakit.

Di laboratorium mikrobiologi kita menggunakan teknik aseptis untuk mencegah kontaminasi


mikrobiologi dan mencegah kontaminasi ruangan dan personil dengan mikroorganisme. Banyak
mikroorganisme di laboratorium dan diketahui pathogen. Sehingga kita menggunakan teknik aseptis
untuk keselamatan semua personil laboratorium.

Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik aseptis (suatu metoda atau
teknik di dalam memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara
aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan
kunci keberhasilan prosedur microbial yang diketahui oleh seseorang yang hendak melakukan analisis
mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara acak (random sampling). Selain itu digunakan
teknik aseptic selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus
steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok
atau penjepit yang steril (Rachdie, 2006).

Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau menstranfer kultur
bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke
dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang
harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Pelzcar, M.J. Chan, 2007).

Teknik aseptic sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptic digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik
alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan
metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium
mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli
mikrobiologi (Oram, 2001).

Sementara itu menurut Pelczar dan Chan (2007), teknik aseptic sangat penting dalam pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kestrilan yang harus dijaga selalu
agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar
dan komplek. Beratur-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh
kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme
sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisir seperti pengisolasian.

Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih
dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda.
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,
mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehid, etiloksida,
atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia oleh sinar lembayung ultra atau sinar gama.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Curtis, 1999).

Sterilisasi dengan udar kering alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk
mensterilkan alat-alat gelas seperti Erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi dan alat gelas lainnya, bahan-
bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Pada umumnya suhu yang
digunakan pada sterilisaasi secara kering adalah 110-180 derajat C selama paling sedikit 2 jam. Lama
sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya (Machmud, 2008).

Sterilisasi dengan uap panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat disterilkan dengan oven
sehingga digunakan alat ini. Alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 100 derajat C dalam
keadaan lembab. Secara sederhana dpat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu
100 derajat C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetative mikroba. Kemudian disimpan pada
suhu kamar selama 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetative, lalu
dipanaskan lagi 100 derajat C 30 menit, dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali
sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya
yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2008).

Sterilisasi dengan uap panas bertekanan, alat ini disebuT autoklaf untuk sterilisasi ini alat
dilengkapi dengan katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan. Panaskan sampai
mendidih dan dari katup pengaman keluar uap air dengan lancer lalu ditutup. Suhu akan naik sampai 121
derajat C dan biarkan sampai 15 menit, lalu biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep pengaman
dibuka, cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel atau spora sehingga lebih
cepat. Untuk bahan yang tidak tahan panas maka cara diatas tidak dapat dipakai (machmud, 2008).

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakikan dengan 3 cara yaitu secar mekanik, fisik dan kimuawi:

1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron
atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi
bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotic.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dengan pemanasan dan penyinaran.

Pemanasan

1. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung. Contoh alat:
jarum inoculum, pinset, batang L, dll.
2. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180 derajat C. sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya Erlenmeyer, tabung reaksi, dll.
3. Uap panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air, lebih tepat
menggunakan metode ini agar tidak terjadi dehidrasi.
4. Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf.
Penyinaran dengan UV
Sinar ultraviolet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang
menempel pada permukaan interior safety cabinet dengan disinari lampu uv.

3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alcohol.

Saran-saran kerja aseptis:

1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/Erlenmeyer


sebaikknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminasi masuk) dibakar/dilewatkan
api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, spider, dll dapat disemprot alcohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inoculum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat
ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang dipakai dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di safety cabinet tidak perlu memakai pembakar Bunsen tapi jika diluar safety
cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya.

Alat dan Bahan

1. Alat yang disterilkan: cawan petri 3 buah, pipet 1 mL 1 buah, pipet 10 mL 1 buah, jarum
inokulasi, spreader.
2. Akuades
3. Autoklaf
4. Oven
5. Rak
6. Kranjang alat
7. Kertas/samak kayu
8. Media NA dan NB

Cara Kerja

A. Sistem Basah

a. Sistem basah dengan udara bertekanan

1. Mengisi autoklaf dengan akuades hingga pemanasnya terendam semua.


2. Memasukkan alat atau media
3. Menutup pintu autoklaf dan kencangkan baut.
4. Pengatur tekanan udara ditutup.
5. (setelah mendidih) pengatur tekanan udara dibuka.
6. (bila asap habis) menutup tekanan udaranya dan biarkan samapi jarum menunjukkan
angka 1,5 kg f/cm2 dan konstan (bila lebih buka pengatur takanan udara kembali).
7. Konstan angaka 1,5 kg f/cm2 selama 15 menit.
8. Membuka pengatur udaranya sehingga jarum turun.
9. Bila angka 0 buka tutup autoklafnya.
b. Sistem basah dengan diusap memakai alcohol/spritus dan dibakar (untuk alat gelas/porselin).
1. Menyiapkan alat gelas/porselin
2. Mengusapkannya dengan alcohol/spritus.
3. Dibakar.
B. Sistem Kering
a. Sistem kering dengan udara panas

1. Menghidupkan oven/incubator.
2. Mengatur temperature pada suhu 105 derajat C.
3. Membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas.
4. (bila temperature sudah 105 derajat C) masukkan alat.
5. Mengoven selama 60 menit.
b. Sistem kering langsung api
1. Menyiapkan alat logam.
2. Dipijarkan.

Analisis dan Pembahasan

Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari mikroba adalah dengan sterilisasi. Secara
umum sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanik, fisik, dan kimia. Teknik aseptis dibutuhkan untuk
mencegah ataupun untuk mengurangi kontaminan yang tidak diinginkan. Mikroba memiliki karakteristik
serta ciri yang berbeda dalam persyaratan pertumbuhannya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan
mikroba inilah yang meyebabkan bermacam-macam media penunjang pertumbuhan mikroba.

Proses sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan sterilisasi basah dan kering. Sterilisasi basah
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan udara bertekanan dan diusap dengan alcohol sedangkan sterilisasi
kering dengan 2 cara juga yaitu dengan udara panas dan langsung api.

Dengan autoklaf atau udara bertekanan yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan
uap. Medium yang akan disterilkan di tempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit. Hal ini
bergantung pada banyak sedikitnya barang/alat yang perlu disterilkan. Medium yang akan disterilkan itu
lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpulkan dalam satu botol
yang besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat barulah kran pada pipa uap dibuka dan temperature akan
terus menerus naik sampai 121 derajat C. biasanya autoklaf sudah diatur demikian rupa sehingga pada
suhu tersebut tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 12 atmosfer per 1 cm.
perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu dimulai semenjak thermometer autoklaf menunjukkan 121 derajat
C. setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup dan dengan demikian suhu mulai turun sedikit demi
sedikit demikian pula manometernya. Autoklaf tidak boleh dibuka langsung begitu saja. Jika dilakukan
demikian maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap ke mana-mana. Sebaiknya ditunggu
sampai manometer menunjukkan 0, barulah autoklaf kita buka. Pendinginan dilakukan sedikit demi
sedikit. Jika medium mengandung vitamin, gelatin, atau bangsa gula maka setelah sterilisasi sependek-
pendeknya dalam autoklaf medium tersebut haruslah segera didinginkan sesudahnya di keluarkan dari
autoklaf. Perbuatan atau perlakuan ini perlu untuk menghindarkan terurainya zat-zat tersebut. Dengan
autoklaf ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel atau spora sehingga lebih
cepat. Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan media nutrient broth dan nutrient agar.
Untuk sterilisasi sistem basah diusap dengan alcohol yang digunakan untuk alat spreader. Selain
itu yang harus disterilisasi dengan alcohol adalah telapak tangan agar mikroorganisme yang menempel
pada tangan mati sehingga tidak akan mengganggu proses. Meja yang dipakai juga harus disterilkan dari
mikroba dengan cara menyemprotkan cairan alcohol pada lingkungan sekitar meja preparasi.

Sterilisasi dengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk
mensterilkan alat-alat gelas seperti Erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, dan alat gelas lainnya. Bahan-
bahan seperti kapas, kain, dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Pada umumnya suhu yang
digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170-180 derajat C selama paling sedikit 2 jam. Lama
sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya.

Beberapa tabung reaksi diambil sebanyak 5-10 buah dan masing-masing ditutup dengan kapas
dan diikat menjadi satu dan dibungkus kertas yang kemudian diikat dengan benang atau karet. Cawan
petri , pipet volume dan jarum inokulasi juga dibungkus dengan kertas. Semua alat dimasukkan ke dalam
oven. Oven dinyalakan pada suhu 175 derajat C (agar peralatan benar-benar menjadi steril) dan setelah
suhu tercapai, sterilisasi dilakukan selama 2 jam. Setelah sterilisasi selesai peralatan didinginkan dan pada
hari itu juga peralatan dapat digunakan. Sterilisasi dengan oven dilakukan kira-kira 60-180 derajat C,
sterilisasi panas kering ini digunakan untuk alat yang terbuat dari kaca atau gelas, karena barang-barang
tersebut akan tetap basah sehabis digunakan.

Kesimpulan
Perlakuan aseptic merupakan perlakuan yang bertujuan agar terbebas dari mikroorganisme.
Aseptic diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminasi dari
mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya.

Teknik aseptic dilakukan dengan dua cara yaitu sterilisasi basah untuk media nutrient broth (NB)
dan media nutrient agar (NA). sterilisasi kering untuk cawan petri, pipet, jarum inokulasi dan spreader.

Daftar Pustaka

Adam Syamsunir, 1992, Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawatan, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Curtis, Helena, Bornes, 1999, Biology 5th edition, Worth Publicher Inc, New York.

Hadioetomo, R., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia, Jakarta.

Jati Wijaya, 2007, Biologi Interaktif, Ganesa Exact, Jakarta.

Machmud, M., 2008, Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba., BPBTP, Bogor.

Orang, Paul, Hummer, 2001, Biology Living System, Glencoe Division Mc Milan Company, Waterville.

Pelczar, Chan, 2007, Elements of Microbiology, Mc Graw Hill Book Company, New York.
<img src="https://i1.wp.com/www.generasibiologi.com/wp-
content/uploads/2019/07/IMG_5562.jpg?ssl=1" alt="" itemprop="image" data-recalc-
dims="1">
Mh Badrut Tamam
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Share this:
 Facebook
 LinkedIn
 Twitter
 Telegram
 WhatsApp

Like this:
FILED UNDER: MIKROBIOLOGI

Reader Interactions
Leave a Reply
1575097842569

Primary Sidebar
Search
Search this website
Subscribe to Blog via Email
Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new
posts by email.

Join 2 other subscribers

Email Address

subscribe https://www.gen widget blog_subscription


Subscribe
Posting terbaru
 Adaptasi Ular Laut Ketika Bernafas di Air Kini Terungkap
 Human Papillomavirus (HPV): Patologi dan Biologi Molekuler
 Peran Protein G Sebagai Saklar Molekuler
 Mekanisme Molekuler Apoptosis Pada Sel Hewan
 Ilmuan Berhasil Identifikasi Bakteri Terkait Depresi

Arsip
Select Month
Arsip
Kategori Artikel
Select Category
Kategori Artikel
Copyright © 2019 · Genesis Framework · WordPress · Log in

Anda mungkin juga menyukai