Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KISTA OVARIUM

Disusun Oleh:

Nadya Aulya Sahari

1810064

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang” Kista
Ovarium”.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Terlepas dari segala hal tersebut, skami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya , 6 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................i

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................ii

C. TUJUAN MASALAH.............................................................................................iii

D. MANFAAT PENULISAN........................................................................................iv

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI.............................................................................................................

B. KLASIFIKASI........................................................................................................

C. ETIOLOGI...........................................................................................................

D. PATOFISIOLOGI ................................................................................................

E. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................

F. KOMPLIKASI......................................................................................................

G. DIAGNOSE........................................................................................................

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................

I. PENANGANAN.................................................................................................

J. CARA PENCEGAHAN........................................................................................

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................................

B. SARAN............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang
jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara
diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya
sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan
yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena
terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali
pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut
(Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008).
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar
21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan
meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista
ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000,
kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000)
relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika
(WHO,2010).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena
pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU
Dharmais, ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil
penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008
ada 428 kasus pasien kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan
65% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada
tahun 2009 terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya
meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah
tangga (Nasdaldy, 2009).
Hasil laporan bulan Desember 2014 di ruang Pepaya RSUD Cengkareng dari 10
kasus terbanyak yang menyebabkan wanita di rawat, kista ovarium menempati
urutan ke-7 dengan jumlah 6 pasien dari 10 penyakit terbanyak tersebut. Artinya,
kista ovarium merupakan penyebab angka kesakitan pada wanita dan
menyebabkan wanita harus dirawat di RS.
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien. Manifestasi
klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit buang air
kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi. Adanya
gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat berpendapat bahwa wanita
yang mengalami kista ovarium akan mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini
dapat menimbulkan kecemasan pada pasiennya. Hasil penelitian Arsianti (2007)
tentang kecemasan pasien kista ovarium yang belum memiliki keturunan
mengidentifikasi skala kecemasan pasien kista ovarium bervariasi dari sangat
rendah sampai tinggi. Wanita dengan kista ovarium yang memiliki kecemasan
rendah sebanyak 6,7%, kecemasan sedang 40%, dan kecemasan tinggi 36,7%.
Hal ini menunjukkan subyek penelitian memiliki skor kecemasan yang tergolong
sedang ke tinggi.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah dengan pemberian obat hormonal dan pembedahan. Pada pasien paska
pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah yang berhubungan dengan
nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta sebagai masalah yang
mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat diperlukan untuk mengatasi
masalah – masalah, antara lain dengan mengajarkan teknik manajemen nyeri
dengan memberikan kompres hangat dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu
latihan tarik nafas dalam untuk membantu mengurangi rasa nyeri, membantu
perawatan luka post operasi dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya
infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan
rasa
nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang
dilakukan tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan
keperawatan pada Pasien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara
optimal.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan
Keperawatan pada Pasien Kista Ovarium di Ruang Pepaya RSUD Cengkareng ini
sebagai Studi Kasus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kista ovarium ?
2. Apa penyebab terjadinya Kista ovarium ?
3. Apa pencegahan yang bisa dilakukan ?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan dan menemukan hal-hal baru tentang asuhan keperawatan
pasien dengan kista ovarium secara komprehensif di Ruang Pepaya.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan studi kasus, mampu:
 Memahami karakteristik pasien dengan kista ovarium yang dirawat di Ruang
Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Memahami etiologi dan riwayat kista ovarium dari 7 pasien yang di rawat di
Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Memahami manifestasi klinis dari 7 pasien dengan kista ovarium di Ruang
Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Melakukan pengkajian fokus dari 7 pasien dengan kista ovarium diRuang
Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Melakukan diagnosis keperawatan dari 7 pasien dengan penyakit kista
ovarium di Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Menyusun intervensi keperawatan dari 7 pasien dengan kista ovarium di
Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Melakukan implementasi keperawatan dari 7 pasien dengan kista ovarium di
Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Melakukan evaluasi keperawatan dari 7 pasien dengan kista ovarium di Ruang
Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
 Menganalisis karakteristik, etiologi, manifestasi klinis, pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada pasien dengan kista ovarium
yang dirawat di Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta
 Menemukan hal-hal baru pada pasien dengan kista ovarium yang dirawat di
Ruang Pepaya RSUD Cengkareng Jakarta

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Pelayanan
A. Bagi manajemen
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk peningkatan pelayan di RSUD
Cengkareng, yang akan berimbas pada kepuasan pelanggan.
B. Bagi perawat
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan
asuhan perawatan pada pasien dengan kista ovarium di RSUD Cengkareng.
C. Bagi pasien
Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pasien dalam menerima asuhan
keperawatan dan meningkatan derajat kesehatan.

2. Manfaat Keilmuan
A. Pengembangan keperawatan
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan menambah
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap
pasien dengan kista ovarium.
B. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi mahasiswa lain dalam
mengembangkan penelitian baik secara jumlah responden ataupun waktu yang
dibutuhkan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kista Ovarium

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau
benda seperti bubur.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan
dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi.

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf


atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium.Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik.

Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur). Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-
70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker ovarium bisa
menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui sistem getah bening bisa
menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut, sedangkan melalui pembuluh darah,
kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.

2.2. Klasifikasi kista Ovarium

Klasifikasi tumor ovari, sampai sekarang belum ada yang benar-benar


memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Klasifikasi tersebut dibagi menjadi 2, yaitu kistik dan solid:

1. Tumor Kistik Ovarium

Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum. Tetapi
disamping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu,
tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non neoplastik
(fungsional) dan neoplastik.
A. Kista Ovarium Non Neoplastik (fungsional)

Macam-macam kista ovarium non neoplastik (fungsional), yaitu:

 Kista Folikel

Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple,
yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang
sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan
merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Diameter kista
berkisar dari ukuran mikroskopik sampai 8 cm (rata-rata 2 cm).

Kista folikel biasanya tidak bergejala dan menghilang dengan spontan dalam
waktu < 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi
yang sangat pendek atau sangat panjang. Perdarahan intraperitoneal dan torsi
merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Kista yang terus membesar dan menetap >
60 hari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
kista < 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, pemeriksaan ulang dalam waktu 6
minggu dan sekali lagi dalam waktu 8 minggu jika kista tetap ada. Pada kista folikel >
4 cm atau jika kista kecil menetap, pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8 minggu
akan menyebabkan kista menghilang sendiri.

 Kista Korpus Luteum

Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm. Kadang-
kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm (rata-rata 4 cm). Penyulit proses ini dapat
terjadi akibat perdarahan atau dari kista korpus luteum.

Tindakan operatif biasanya berupa kistektomi ovarii dengan mempertahankan


ovarium. Operasi perlu dilakukan jika hemotorik cairan yang didapat melalui
kuldosentesis > 15%. Namun jika perdarahan tidak begitu berat, rasa sakit dan nyeri
tekan berhubungan dengan menstruasi yang terlambat atau amenorea, karena itu kista
korpus luteum harus dibedakan dengan kehamilan ektopik, ruptur endometrium dan
torsi adneksa. Biasanya dilakukan dengan pemeriksaan HcG (Human Chorionik
Gonadotropin) dan Ultrasonografi (USG). Kista yang menetap dapat menghilang
setelah pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8 minggu.
 Korpus Teka Lutein

Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel
atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-
kuningan. Berhubungan dengan penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola
hidatidosa, koriokarsinoma), kehamilan ganda atau kehamilan dengan penyulit diabetes
melitus atau sensitisasi Rh, penyakit ovarium polikistik (Sindrom Stein Leventhal), dan
pemberian zat perangsang ovulasi (misalnya klomifen atau terapi HcG). Gejala-gejala
yang timbul biasanya minimal (misalnya rasa penuh atau menekan pada pelvis),
meskipun ukuran ovarium seluruhnya dapat sebesar 10 - 20 cm.

B. Kista Ovarium Neoplastik

Macam-macam kista neoplastik, yaitu:

 Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan jernih yang serosa dan berwana kuning.

 Kistadenoma Ovarii Musinosum

Kista ini berasal dari teratoma. Namun, pendapat lain mengatakan kista ini
berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang sama dengan Tumor
Brenner. Bentuk kista multilokular, biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat
besar.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul perlakatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musim yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

 Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, bila
multilokular perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak
sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba
massa intraabdominal dapat timbul asites.
 Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal


berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan
sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista.

2. Tumor Solid Ovarium

a. Fibroma Ovarii

Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat
mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi
keras, warnanya merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang
konsistensinya memang betul-betul keras yang disebut fibroma durum; sebaliknya, ada
yang cukup lunak dan disebut fibroma molle. Kalau tumor dibelah, permukaannya
biasanya homogen. Akan tetapi, pada tumor yang agak besar mungkin terdapat bagian-
bagian yang menjadi cair karena nekrosis.

b. Tumor Brenner

Besar tumor ini baraneka ragam, dari yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5
cm) sampai yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor unilateral, yang pada
pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil
(multikistik). Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan sindrom meigs.

c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)

Tumor ini sangat jarang, dalam kepustakaan dunia hingga kini hanya dilaporkan
30 kasus. Tumor ini biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5 - 16 cm
diameter. Tentang asalnya ada beberapa teori, yang mendapat dukungan ialah 2 teori,
yang satu menyatakan bahwa tumor berasal dari sel-sel mesenkhim folikel primordial,
yang lain mengatakan dari sel adrenal aktopik dalam ovarium.
2.3. Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :

1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b. Zat tambahan pada makanan

c. Kurang olah raga

d. Merokok dan konsumsi alcohol

e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

g. Zat polutan

2. Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

2.4. Patofisiologis

1. Kista non neoplasma

a. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari
permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk
variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba.
Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
b. Kista fungsional

· Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau
laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau
kista lebih dari 8 cm.

· Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya


hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial,
terapinya adalah operasi oovorektomi.

· Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari
semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya
HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.

· Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan


menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak.
Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan
kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.

2. Kista neoplasma jinak

a. Kistoma ovarii simplek.

Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista
ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan
cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.

b. Kistadenoma ovarii musinosum.

Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma
yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel
germinativum.

c. Kistadenoma ovarii serosum.


Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat
implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma
yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.

d. Kista endometroid.

Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

e. Kista dermoid.

Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur¬struktur ektoderma


dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula
sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

2.5. Manifestasi Klinis

Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.

1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.


b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan.
A. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

B. Pada stadium lanjut :


a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut
(usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.6. Komplikasi

komplikasi dari kista ovarium yaitu :

1. Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan


memerlukan tindakan yang cepat.

2. Perputaran tangkai

Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen

3. Infeksi pada tumor

Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas


sehari-hari.

4. Robekan dinding kista

Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen.

5. Keganasan kista ovarium

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

2.7. Diagnose

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan
atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis
tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah
dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian
bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan
atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai
pemeriksaan tambahan.

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa


menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang
sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites,
akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya
dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-
gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya
tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

2.8. Pemeriksaan penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial
diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah :

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan
dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4. Parasintesis

fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk.

2.9. Penanganan

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor


nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak
jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang
masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah,
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengassn melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal.

2.10. Cara pencegahan

Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium, termasuk:

1. Kontrasepsi oral(pil KB).


Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka, para
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi
risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.

2. Kehamilan dan menyusui.

Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda mengalami kanker
ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.

3. Tubal ligasi atau histerektomi.

Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko
kanker ovarium. Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami
kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai
cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi,
dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA
atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium,
bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi. Studi menunjukkan
bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95 persen,
dan mengurangi risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium diangkat
sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya
menghilangkan, risiko kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang
di lapisan tipis rongga perut yang meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat
indung telur mereka masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang bentuk kanker
yang disebut kanker peritoneal primer. Selain itu, profilaksis ooforektomi menginduksi
menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin memiliki dampak negatif pada
kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit jantung dan
kondisi lain. Jika Anda sedang mempertimbangkan setelah prosedur ini dilakukan,
pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan dokter Anda.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kista ovarium paling sering berupa kista folikel atau kista korpus luteum yang
dapat menyebabkan amonorea yaitu kondisi ketiadaan menstruasi atau periode loncatan
menstruasi. Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium.

Asuhan yang di berikan pada kista ovarium didahului dengan melakukan


pengkajian, untuk mendapatkan data dan merumuskan diagnosa yang muncul. Kanker
Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1
dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium)
adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur). Kanker ovarium paling sering
ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita
kanker ovarium. Faktor resiko tejadinya kanker ovarium yaitu obat kesuburan, pernah
menderita kanker payudara, riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau
kanker ovarium, riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan
rahim.

3.2. SARAN

Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.


Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Kepada mahasiswa atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat
tanda dan gejala penyakit kista ovarium, maka kita dapat melakukan tindakan yang
tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.

F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko S.(et al).
2005. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

William Helm, C.. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and
Gynecologists.

Anda mungkin juga menyukai