Dan
Disusun Oleh:
Kelas:
1B D3 keperawatan
6. Frotteurism
Adalah suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya dorongan seksual
berulang yang melibatkan tindakan menabrakan diri atau menggesek-gesekan diri ke
orang lain tanpa izin untuk mendapatkan kepuasan seksual. Cirri utamanya adalah
dorongan seksual yang kuat secara persisten dan fantasi terkait yang melibatkan
menggosok atau menyentuh tubuh orang tanpa izin. Froterisme atau “meremas”
biasanya terjadi pada tempat-tempat ramai, seperti kereta api bawah tanah, bus, atau
lift (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
7. Sadisme seksual
Sadism seksual maupun masokisme seksual berhubungan dengan menyakiti atau
menghina (sadisme) atau kesakitan/terhina (masokhisme). Sadisme seksual merupakan
parafilia dimana rangsangan seksualnya berhubungan dengan menyakiti atau
menghina (Durand dan Barlow, 2006).
8. Masokisme seksual
Suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya dorongan seksual yang kuat
serta fantasi yang melibatkan menerima rasa direndahkan atau rasa sakit (Nevid,
Rathus dan Greene, 2003).
C. Saya termasuk tahap perkembangan fase genital
3. Bagaimana cara menjaga keseimbangan tubuh agar tetap stabil?
Setiap orang perlu menjaga keseimbangan tubuh, dengan menjaganya, tubuh akan
lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Tak hanya itu, keseimbangan tubuh juga bisa
membuatmu lebih fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tapi, bagaimanakah cara
untuk menjaga keseimbangan tubuh? Inilah 3 cara yang bisa kamu lakukan.
A. Berolahraga Pada Pagi Hari
Aktivitas yang padat seringkali membuat banyak orang sulit dan melupakan olahraga.
Padahal, olahraga merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu
olahraga yang dapat menjaga keseimbangan tubuh adalah Yoga. Kamu bisa
melakukan Yoga pada pagi hari sebelum mulai beraktivitas. Cukup luangkan waktu 30
- 60 menit untuk melakukan olahraga yoga, dengan begitu kamu bisa menjaga
keseimbangan tubuh secara mudah.
Tubuh yang seimbang akan membantumu untuk menjalani aktivitas secara lebih
maksimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi. Makanan yang bergizi bisa memberikan nutrisi terbaik untuk membantu
menjaga kesehatan tubuh. Sehingga, kebutuhan gizi akan terpenuhi dan tubuhmu akan
lebih seimbang.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam setiap aktivitas yang kamu lakukan, kamu
perlu menjaga cairan tubuh. Ketika kamu kekurangan cairan tubuh, tubuhmu akan
dehidrasi dan menyebabkan keseimbangan tubuh berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan reaksi di dalam tubuhmu seperti pusing bahkan sampai tidak enak
badan. Oleh karena itu, pastikan cairan tubuhmu selalu terjaga agar tubuh tetap
seimbang dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan maksimal. Agar
keseimbangan tubuh terjaga, kamu perlu mengonsumsi air minum yang bisa
memberikan manfaat lebih. Pristine 8+ bisa menjadi pilihan yang tepat karena, fungsi
air alkali tidak hanya bisa menjaga cairan tubuh namun juga bisa menyeimbangkan
kadar pH di dalam tubuhmu. Selain itu, Pristine 8+ juga diproduksi melalui teknologi
ionisasi Nihon Trim No.1 di Jepang serta memiliki kandungan mikromolekul yang
mudah diserap tubuh. Sehingga, Pristine 8+ aman untuk dikonsumsi sehari-hari untuk
membantu menyeimbangkan pH di dalam tubuhmu
5. Menurut anda jika ada anak laki-laki yang lebih sering bermain dengan anak
perempuan dan sebaliknya apakah bisa dikatakan mengalami gangguan seksual?
akankan pada saat dewasa memperlihatkan jati diri yang sebenarnya?
Menurut saya jika ada anak laki2 lebih sering bermain dengan anak perempuan atau
sebaliknya tidak bisa dikatakan mengalami gangguan seksual. Karna bisa saja anak
tersebut tidak ada teman lagi di daerah nya atau lebih asyik dengan teman lawan jenis nya.
Dan pada saat dewasa aak tersebut bisa memperlihatkan jati dirinya.
6. Jika ada anak yang mengalami kekerasan seksual pada saat masih kecil dan tidak di
obati secara mental maupun psikologisnya bagaimanakan kemungkinan prilakunya
pada saat menjelang dewasa ?
Pada saat dewasa anak yang mengalami kekerasan seksual pada saat masih kecil dapat
mengakibatkan kerugian baik jangka pendek dan jangka panjang,
termasuk psikopatologi di kemudian hari. Dampak psikologis, emosional, fisik dan
sosialnya meliputi depresi, gangguan stres pasca trauma, kegelisahan, gangguan
makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan identitas pribadi dan kegelisahan;
gangguan psikologis yang umum seperti somatisasi, sakit saraf, sakit kronis, perubahan
perilaku seksual, masalah sekolah/belajar; dan masalah perilaku termasuk penyalahgunaan
obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri, kekejaman terhadap hewan,
kriminalitas ketika dewasa dan bunuh diri. Pola karakter yang spesifik dari gejala-
gejalanya belum teridentifikasi. dan ada beberapa hipotesis pada asosiasi kausalitas ini.
Efek negatif jangka panjang pada perkembangan korban yang mengalami perlakuan
berulang pada masa dewasa juga terkait dengan pelecehan seksual anak. Hasil studi
menyatakan ada hubungan sebab dan akibat dari pelecehan seksual masa kanak-kanak
dengan kasus psikopatologi dewasa, termasuk bunuh diri, kelakuan anti-sosial
7. Jelaskan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari mulai pengkajian, masalah,
Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan pada pasien dengan masalah
seksual
A. Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan
dengan aspek psikoseksual :
1) Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari
bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2) Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
3) Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan
terburu-buru
4) Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan
informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan
seksualitas
5) Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan
terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan dating
6) Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat
dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
7) Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap
yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8) Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum
jelas
9) Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai
makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
1) Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
2) Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual
3) Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4) Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan
ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
4) Intervensi :
a) Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien
terhadap pola seksual
b) Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan
dengan pasangan seksualnya
c) Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin
menambah konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
d) Terima dan jangan menghakimi
e) Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu
pasien yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang
berbeda
f) Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau
pengobatan medis, berikan informasi untuk pasien dan pasangannya
berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan perubahan seksual
8. Jelaskan Dokumentasi Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, masalah,
diagnosa dan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan keseimbangan
tubuh
a. Pengkajian data keperawatan
1) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
3) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
4) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada
migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
5) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang
baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual,
sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir,
mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
6) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot,cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
7) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
8) Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
9) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3) Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinnitus
5) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
c. Intervensi Keperawatan
1) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya, Klien
dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Meyadari keterbatasan energy, Klien dapat termotivasi dalam
melakukan aktivitas, Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, Tingkat daya
tahan adekuat untuk beraktivitas
3) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil : Klien tidak merasa mual muntah, Nafsu makan meningkat, BB
stabil atau bertahan,
4) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Klien dapat memfokuskan pendengaran, Tidak terjadi tinitus
yang berkelanjutan, Pendengaran adekuat
5) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
koping individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
pendengaran, Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER/Downloads/TAHAPAN_PERKEMBANGAN_PSIKOSEKSUAL_-
_SIGM.pdf
https://www.academia.edu/25103987/Makalah_Gangguan_Seksual
http://www.pristine8.com/artikel/3-cara-untuk-menjaga-keseimbangan-tubuh
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual_terhadap_anak
https://decungkringo.wordpress.com/tag/test-keseimbangan/
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC