Anda di halaman 1dari 18

Gangguan Kebutuhan Seksual

Dan

Gangguan Keseimbangan Tubuh


Diajukan untuk memenuhi tugas keperawatan dasar

Disusun Oleh:

Kharisma Melati (32722001D19048)

Kelas:

1B D3 keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI


Jl. Karamat No. 36, Karamat, Kec. Sukabumi, Jawa Barat 43122
2019/2020
1. Jelaskan secara terperinci tahap perkembangan seksual mulai dari bayi sampai
dewasa
Pada kesempatan ini kita akan melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui
setiap individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah:
a. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak dilahirkan. Pada
bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih tidak berdaya dibandingkan
dengan bayi binatang menyusui lainnya, dan ketidakberdayaan ini berlangsung lebih
lama daripada spesies lain. Pada mulanya bayi tidak dapat membedakan antara
bibirnya dengan puting susu ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan
pemberian asi. Bayi hanya sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu
menunggu terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi frustasi dan baru sadar akan
adanya obyek pemuas pada waktu kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman
pertama kesadaran akan adanya obyek diluar dirinya. Jadi kelaparan menuntutnya
untuk mengenal dunia luar. Reaksi primitif pertama terhadap obyek yaitu bayi
berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya ke mulut. Bayi merasa bahwa
mulut adalah tempat pemuasan (oral gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi
dengan menghisap puting susu ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan
cara ekspresi bayi secara primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang
berhubungan dengan daerah mulut. Dorongan oral terdiri dari 2 komponen yaitu
dorongan libido dan dorongan agresif. Dorongan libido yaitu dorongan seksual pada
anak, yang berbeda dengan libido pada orang dewasa. Dorongan libido merupakan
dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan suber energi dari ego dalam
mengadakan hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan pertumbuhan
ego. Ketegangan oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai
dengan diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat
terlihat dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase
oral ini, peran Ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan memenuhi
kebutuhan bayi secepatnya. Jika semua kebutuhannya terpenuhi, bayi akan merasa
aman, percaya pada dunia luar. Hal ini merupakan dasar perkembangan selanjutnya
dalam berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi merasakan
kekecewaan yang mendalam, hal ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Pada waktu dewasa akan mengalami gangguan tingkah laku seksual misalnya
kepribadian oral sadistik yang dimanifestasikan dalam penyimpangan seksual
sadisme, yaitu kepuasan seks yang dicapai bila didahului atau disertai tindakan yang
menyakitkan. Sebaliknya, bila bayi mendapat kepuasan yang berlebihan maka dalam
perkembangan selanjutnya dapat menjadi sangat optimis, narcistik (cinta diri
sendiri), dan selalu menuntut.
b. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus sehingga anak
mulai dapat mengendalikan beraknya. Pada fase ini kepuasan dan kenikmatan anak
terletak pada anus. Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan berak. Kenikmatan
lenyap setelah berak selesai. Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam
fase ini ternyata diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil
produksinya kotor, jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai dengan kemarahan atau
bahkan ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan, maka hal ini dapat
mengganggu perkembangan kepribadian anak. Dimana pada perkembangan
seksualitas deawasa anak merasa jijik (kotor) terhadap alat kelaminnya sendiri dan
tidak dapat menikmati hubungan seksual dengan partnernya. Oleh karena itu sikap
orangtua yang benar yaitu mengusahakan agar anak merasa bahwa alat kelamin dan
anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan
sesuatu yang menjijikkan. Hal ini penting, karena akan mempengaruhi pandangannya
terhadap seks nantinya. Jika terjadi hambatan pada fase anal, anak dapat
mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten, kerapian, keras kepala, kesengajaan,
kekikiran yang merupakan karakter anal yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Jika
pertahanan terhadap sifat-sifat anal kurang efektif, karakter anal menjadi ambivalensi
(ragu-ragu) berlebihan, kurang rapi, suka menentang, kasar dan cenderung
sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan disakiti). Karakter anal yang khas
terlihat pada penderita obsesif kompulsif. Penyelesaian fase anal yang berhasil,
menyiapkan dasar untuk perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk
menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu, kemampuan untuk
menginginkan kerjasama yang baik tanpa perasaan rendah diri.
c. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus. Erotik uretral
mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni seperti pada
fase anal. Jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak akan
mengembangkan sifat uretral yang menonjol yaitu persaingan dan ambisi sebagai
akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika fase ini
dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat,
yang menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru dan
membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari
identitas gender dan identifikasi selanjutnya.
d. Fase Phallus (3-5 tahun)
Pada fase ini anak mula mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan kakak, adik
atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa kelaminnya merupakan tempat yang
memberikan kenikmatan ketika ia mempermainkan bagian tersebut. Tetapi orangtua
sering marah bahkan mengeluarkan ancaman bila melihat anaknya memegang atau
mempermainkan kelaminnya. Pada fase ini, anak laki-laki dapat timbul rasa takut
bahwa penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan yang berlebihan tersebut dapat
menjadi dasar penyebab gangguan seksual seperti impotensi primer dan
homoseksual. Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis
kelamin yang berbeda. Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
seks tampak dalam tingkah laku anak, misalnya membuka rok ibunya, meraba buah
dada atau alat kelamin orangtuanya. Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya,
disertai rasa cemburu terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi ayah
disamping ibu, disebut kompleks Oedipus. Untuk anak wanita disebut kompleks
Elektra. Kompleks elektra biasanya disertai rasa rendah diri karena tidak mempunyai
kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi kerusakan pada alat
kelaminnya. Bila kompleks oedipus/elektra tidak dapat diselesaikan dengan baik,
dapat menyebabkan gangguan emosi pada kemudian hari.
e. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)
Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan, karena
perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah. Tetapi keingin-tahuan tentang
seksualitas tetap berlanjut. Dari teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima
informasi tentang seksualitas yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengan
orangtua dapat meluruskan informasi yang salah dan menyesatkan itu. Pada fase ini
dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki maupun wanita.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol diri
sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara efisien pada minat belajar dan
pengembangan ketrampilan.
f. Fase genital (11/13 tahun-18 tahun)
Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai "titik akhir". Organ-
organ seksual mulai aktif sejalan denga mulai berfungsinya hormon-hormon seksual,
sehingga pada saat ini terjadi perubahan fisik dan psikis. Secara fisik, perubahan
yang paling nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan organ seks serta
tanda-tanda seks sekunder. Remaja putri mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal
pada usia sekitar 12- 13 tahun, sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat
perbedaan waktu ini, biasanya para gadis tampak lebih tinggi daripada anak laki-laki
seusia pada periode umur 11-14 tahun Perkembangan tanda seksual sekunder pada
gadis adalah pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut pubes dan terjadinya
menstruasi, pantat mulai membesar, pinggang ramping dan suara feminin. Sedangkan
pada anak laki-laki terlihat buah pelir dan penis mulai membesar, tumbuhnya rambut
pubes, rambut kumis, suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah, yaitu keluarnya
air mani ketika tidur (mimpi basah). Bersamaan dengan perkembangan itu,
muncullah gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis,
remaja mulai mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan jenisnya. Kegagalan
dalam fase ini mengakibatkan kekacauan identitas. Itulah fase-fase psikoseksesual
yang harus dialami oleh tiap-tiap individu. Dengan mengetahui akibat-akibat yang
ditimbulkan bila gagal ataupun berhasil dalam melewati tiap fase, maka hendaknya
orangtua dan para pendidik dapat mengambil manfaatnya, sehingga kita dapat
memberikan kesehatan mental putra-putri kita sedini mungkin.
2. Jelaskan macam-macam gangguan seksual pada manusia dan anda termasuk pada
tahap perkembahan seksual mana?
A. Jenis disfungsi seksual berdasarkan DSM IV yakni (Durand dan Barlow, 2006):
1) Gangguan Nafsu seksual
Terdapat dua gangguan yang merefleksikan masalah-masalah yang terkait dengan
fase nafsu dari siklus respon seksual. Masing-masing gangguan ditandai oleh
sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang menimbulkan masalah
dalam suatu hubungan.
 Gangguan nafsu seksual hipoaktif yaitu minat terhadap kegiatan atau fantasi
seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak diharapkan bila dilihat dari
umur dan situasi kehidupan orang yang bersangkutan.
 Gangguan aversi seksual yaitu perasaan tidak suka yang persisten dan ekstrim
terhadap kontak seksual atau kegiatan serupa itu.
2) Gangguan rangsangan seksual
Gangguan-gangguan rangsangan seksual disebut male erectile disorder (gangguan
ereksi pada laki-laki) dan female sexual arousal disorder (gangguan rangsangan
seksual pada perempuan).
 Gangguan ereksi pada laki-laki yaitu ketidakmampuan sebagian laki-laki
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktifitas seksual
selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
 Gangguan rangsangan seksual pada perempuan yaitu ketidakmampuan
sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi vagina
dan respon keterangsangan seksual yang membuat vagina membesar sampai
aktifitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
3) Gangguan orgasme
Fase orgasme dalam siklus respon seksual dapat terdisrupsi dengan cara tertentu.
Orgasme dapat terjadi pada waktu yang tidak tepat atau tidak terjadi sama sekali.
 Inhibited orgasm (orgasme yang terhambat) yaitu ketidakmampuan untuk
mencapai orgasme meskipun nafsu dan keterangsangan seksualnya cukup
adekuat pada umumnya dialami oleh perempuan dan jarang terjadi pada laki-
laki (Stock, 1993; Wincze dan Barlow, 1997).
 Female Orgasmic disorder ( gangguan orgasme pada perempuan). Orgasme
yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali, yang terjadi berulang kali pada
sebagian perempuan, menyusul fase perangsangan seksual yang normal;
berhubungan dengan pengalaman mereka sebelumnya dan stimulus saat itu.
 Male orgasmic disorder (gangguan orgasme pada laki-laki). Orgasme yang
terhambat atau tidak terjadi sama sekali yang terjadi berulang kali pada
sebagian laki-laki menyusul fase perangsangan seksual yang normal;
berhubungan dengan umur mereka dan stimulus saat itu.
 Premature ajaculation (ejakulasi dini). Yaitu ejakulasi sebelum orang
menginginkannya, dengan stimulus minimal dan keadaan ini terjadi berulang
kali.
4) Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) adalah nyeri genital berulang kali
terjadi, yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan sebelum, selama, atau
setelah hubungan seksual.
 Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual.
 Vaginismus. Spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga luar vagina, yang
terjadi diluar kehendak, yang menggangu hubungan seksual, dan keadaan ini
berulang kali terjadi.
B. Jenis-jenis gangguan seksual
Kata parafilia (praphilia) diambil dari akar bahasa Yunani para, yang artinya “pada
sisi lain”, dan philos artinya “mencintai”. Pada parafilia (paraphilias), orang menunjukan
keterangsangan seksual (mencintai) sebagai respons terhadap stimulus yang tidak biasa
(“pada sisi lain” dari stimulus normal) (Nevid, Rathus dan Greene, 2003). Parafilia
adalah gangguan dan penyimpangan seksual di mana rangsangan seksual muncul nyaris
secara eksklusif dalam konteks objek-objek atau individu-individu yang tidak semestinya
(Durand dan Barlow, 2006). Jenis-jenis parafilia:
1. Fetishism
Yaitu dorongan, fantasi dan perilaku yang merangsang secara seksual yang melibatkan
penggunaan benda-benda tak-hidup dan tak-lazim, yang mengakibatkan distress atau
hendaya dalam fungsi kehidupan, dan keadaan ini berlangsung lama dan berulang kali
terjadi (Durand dan Barlow, 2006). Normal bagi pria untuk menyukai tampilan, rasa,
dan aroma baju dalam milik kekasih mereka. Namun, pria dengan fetishism lebih
memilih objeknya daripada orang yang memilikinya dan tidak dapat terangsang tanpa
objek tersebut (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
2. Pedofil
Pedofil berasal dari kata “paidos” (bahasa yunani untuk “anak”). Ciri utama dari
pedofilia adalah dorongan seksual yang kuat dan berulang serta adanya fantasi terkait
yang melibatkan aktifitas dengan anak-anak yang belum puber (biasanya 13 tahun atau
lebih muda) (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
3. Inses
Ketertarikan seksual yang menyimpang yang diarahkan pada anggota keluarganya
sendiri; sering kali berupa ketertarikan ayah terhadap putrinya yang mulai matang
secara fisik (Durand dan Barlow, 2006).
4. Voyeurism
Adalah Parafilia di mana rangsangan seksualnya berasal dari melihat individu yang
tidak menaruh curiga yang sedang membuka pakaian atau telanjang (Durand dan
Barlow, 2006).
5. Eksibisionisme
Adalah Kepuasan seksual diperoleh dengan mempertontonkan alat kelamin kepada
orang-orang asing yang tidak menaruh curiga (Durand dan Barlow, 2006).
Orang dengan gangguan seksual ini mendapatkan kepuasan seksual dengan
mempertunjukan alat genitalnya di depan umum (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).

6. Frotteurism
Adalah suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya dorongan seksual
berulang yang melibatkan tindakan menabrakan diri atau menggesek-gesekan diri ke
orang lain tanpa izin untuk mendapatkan kepuasan seksual. Cirri utamanya adalah
dorongan seksual yang kuat secara persisten dan fantasi terkait yang melibatkan
menggosok atau menyentuh tubuh orang tanpa izin. Froterisme atau “meremas”
biasanya terjadi pada tempat-tempat ramai, seperti kereta api bawah tanah, bus, atau
lift (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
7. Sadisme seksual
Sadism seksual maupun masokisme seksual berhubungan dengan menyakiti atau
menghina (sadisme) atau kesakitan/terhina (masokhisme). Sadisme seksual merupakan
parafilia dimana rangsangan seksualnya berhubungan dengan menyakiti atau
menghina (Durand dan Barlow, 2006).
8. Masokisme seksual
Suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya dorongan seksual yang kuat
serta fantasi yang melibatkan menerima rasa direndahkan atau rasa sakit (Nevid,
Rathus dan Greene, 2003).
C. Saya termasuk tahap perkembangan fase genital
3. Bagaimana cara menjaga keseimbangan tubuh agar tetap stabil?
Setiap orang perlu menjaga keseimbangan tubuh, dengan menjaganya, tubuh akan
lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Tak hanya itu, keseimbangan tubuh juga bisa
membuatmu lebih fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tapi, bagaimanakah cara
untuk menjaga keseimbangan tubuh? Inilah 3 cara yang bisa kamu lakukan.
A. Berolahraga Pada Pagi Hari
Aktivitas yang padat seringkali membuat banyak orang sulit dan melupakan olahraga.
Padahal, olahraga merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu
olahraga yang dapat menjaga keseimbangan tubuh adalah Yoga. Kamu bisa
melakukan Yoga pada pagi hari sebelum mulai beraktivitas. Cukup luangkan waktu 30
- 60 menit untuk melakukan olahraga yoga, dengan begitu kamu bisa menjaga
keseimbangan tubuh secara mudah.

B. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi

Tubuh yang seimbang akan membantumu untuk menjalani aktivitas secara lebih
maksimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi. Makanan yang bergizi bisa memberikan nutrisi terbaik untuk membantu
menjaga kesehatan tubuh. Sehingga, kebutuhan gizi akan terpenuhi dan tubuhmu akan
lebih seimbang.

C. Menjaga Cairan Tubuh

Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam setiap aktivitas yang kamu lakukan, kamu
perlu menjaga cairan tubuh. Ketika kamu kekurangan cairan tubuh, tubuhmu akan
dehidrasi dan menyebabkan keseimbangan tubuh berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan reaksi di dalam tubuhmu seperti pusing bahkan sampai tidak enak
badan. Oleh karena itu, pastikan cairan tubuhmu selalu terjaga agar tubuh tetap
seimbang dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan maksimal. Agar
keseimbangan tubuh terjaga, kamu perlu mengonsumsi air minum yang bisa
memberikan manfaat lebih. Pristine 8+ bisa menjadi pilihan yang tepat karena, fungsi
air alkali tidak hanya bisa menjaga cairan tubuh namun juga bisa menyeimbangkan
kadar pH di dalam tubuhmu. Selain itu, Pristine 8+ juga diproduksi melalui teknologi
ionisasi Nihon Trim No.1 di Jepang serta memiliki kandungan mikromolekul yang
mudah diserap tubuh. Sehingga, Pristine 8+ aman untuk dikonsumsi sehari-hari untuk
membantu menyeimbangkan pH di dalam tubuhmu

4. Jelaskan dan uraikan macam-macam alat dan prosedur pemeriksaan keseimbangan


tubuh
a. Alat Ukur Balance one test
Tes ini dilaksanakan agar penguji atau pengetes dapat mengetahu tingkat
keseimbangan orang coba atau atlet. Tes ini juga akan bermanfaat untuk
pengembangan prestasi, motivasi dan tujuan pengukuran yang lain yang dibutuhkan
penguji. Di dalam komponen tes keseimbangan terdapat banyak macam jenis tes yang
bisa dilaksanakan. Diatntaranya adalah:
1) Static Balance
2) Tripod balance
3) Tip Up Balance
4) Handstand
5) Head Balance
b. prosedur pelaksanaan tes keseimbangan yang menggunakan alat coba yang bernama
Balance One
1) Pertama-tama. Alat tes harus On. Tombol On/Off berada dibelakang.
2) Alat pijakan keseimbangan disatukan dengan alatnya.
3) Alat tes bisa disesuaikan dengan tinggi badan orang coba.
4) Setelah itu berdiri diatas alat pijakan dengan satu kaki saja.
5) Antara kaki yang satu dengan kaki yang lain tidak boleh bersentuhan atau dikasih
jarak keduanya.
6) Tangan direntangkan dan mata dipejamkan.
7) Alat akanü menghitung jika sudah ada tanda mulai brupa bunyi. Sebelumnya alat
akan menghitung mundur dari 5. baru akan menghitung.
8) Satuan alat ini adalah detik
9) Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
10) Standart hasil tes ini adalah 10 detik.
11) Semakin banyak semakin bagus.

c. Norma tes Keseimbangan


Kategori
Waktu
Baik Sekali = >50
Baik = 40-50
Cukup = 25-39
Kurang = 10-24
Kurang Sekali = <10

5. Menurut anda jika ada anak laki-laki yang lebih sering bermain dengan anak
perempuan dan sebaliknya apakah bisa dikatakan mengalami gangguan seksual?
akankan pada saat dewasa memperlihatkan jati diri yang sebenarnya?
Menurut saya jika ada anak laki2 lebih sering bermain dengan anak perempuan atau
sebaliknya tidak bisa dikatakan mengalami gangguan seksual. Karna bisa saja anak
tersebut tidak ada teman lagi di daerah nya atau lebih asyik dengan teman lawan jenis nya.
Dan pada saat dewasa aak tersebut bisa memperlihatkan jati dirinya.
6. Jika ada anak yang mengalami kekerasan seksual pada saat masih kecil dan tidak di
obati secara mental maupun psikologisnya bagaimanakan kemungkinan prilakunya
pada saat menjelang dewasa ?
Pada saat dewasa anak yang mengalami kekerasan seksual pada saat masih kecil dapat
mengakibatkan kerugian baik jangka pendek dan jangka panjang,
termasuk psikopatologi di kemudian hari. Dampak psikologis, emosional, fisik dan
sosialnya meliputi depresi, gangguan stres pasca trauma, kegelisahan, gangguan
makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan identitas pribadi dan kegelisahan;
gangguan psikologis yang umum seperti somatisasi, sakit saraf, sakit kronis, perubahan
perilaku seksual, masalah sekolah/belajar; dan masalah perilaku termasuk penyalahgunaan
obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri, kekejaman terhadap hewan,
kriminalitas ketika dewasa dan bunuh diri. Pola karakter yang spesifik dari gejala-
gejalanya belum teridentifikasi. dan ada beberapa hipotesis pada asosiasi kausalitas ini.
Efek negatif jangka panjang pada perkembangan korban yang mengalami perlakuan
berulang pada masa dewasa juga terkait dengan pelecehan seksual anak. Hasil studi
menyatakan ada hubungan sebab dan akibat dari pelecehan seksual masa kanak-kanak
dengan kasus psikopatologi dewasa, termasuk bunuh diri, kelakuan anti-sosial
7. Jelaskan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari mulai pengkajian, masalah,
Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan pada pasien dengan masalah
seksual
A. Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan
dengan aspek psikoseksual :
1) Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari
bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2) Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
3) Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan
terburu-buru
4) Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan
informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan
seksualitas
5) Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan
terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan dating
6) Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat
dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
7) Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap
yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8) Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum
jelas
9) Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai
makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
1) Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
2) Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual
3) Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4) Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan
ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh,
penganiayaan fisik (seksual), depresi.
1) Batasan Karakteristik :
a) Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
b) Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
c) Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual
selama aktivitas seksual
d) Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama
aktivitas seksual
e) Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
f) Ejakulasi premature
g) Nyeri genital selama koitus
h) Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis
2) Tujuan Jangka Pendek :
a) Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam penurunan
fungsi seksual dalam 1 minggu
b) Pasien akan mendiskusikan patofisiologi proses penyakitnya yang
menimbulkan disfungsi seksual dalam 1 minggu
c) Untuk pasien dengan disfungsi permanen karenan proses penyakit :
pasien akan mengatakan keinginan untuk mencari bantuan profesional
dari seorang terapis seks supaya belajar alternatif cara untuk mencapai
kepuasan seksual dengan pasangannya dalam dimensi waktu ditetapkan
sesuai individu
3) Tujuan Jangka Panjang :
Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang
memuaskan untuk dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan
oleh situasi individu)
4) Intervensi :
a) Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam
hubungan seksual
b) Kaji persepsi pasien terhadap masalah
c) Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan
awitan masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi
kehidupannya pada waktu itu
d) Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
e) Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
f) Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin
menambah disfungsi seksual
g) Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan
seksual dan fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya

b. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan sksual yang berbeda,


penyesuaian diri terhadap seksual terlambat.
1) Batasan Karakteristik :
a) Laporan adanya kesukaran, pembatasan atau perubahan dalam perilaku
atau aktivitas seksual
b) Laporan bahwa getaran seksual hanya dapat dicapai melalui praktik yang
berbeda
c) Hasrat untuk mengalami hubungan seksual yang memuaskan dengan
individu lain tanpa butuh getaran melalui praktik yang berbeda
2) Tujuan Jangka Pendek :
a) Pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yang ingin diuba
b) Pasien dan pasangannya akan saling berkomunikasi tentang cara-cara
dimana masing-masing meyakini hubungan seksual mereka dapat
diperbaiki
3) Tujuan Jangka Panjang :
a) Pasien akan memperlihatkan kepuasan dengan pola seksualitasnya
sendiri
b) Pasien dan pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dengan
hubungan seksualnya

4) Intervensi :
a) Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien
terhadap pola seksual
b) Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan
dengan pasangan seksualnya
c) Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin
menambah konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
d) Terima dan jangan menghakimi
e) Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu
pasien yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang
berbeda
f) Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau
pengobatan medis, berikan informasi untuk pasien dan pasangannya
berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan perubahan seksual
8. Jelaskan Dokumentasi Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, masalah,
diagnosa dan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan keseimbangan
tubuh
a. Pengkajian data keperawatan
1) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
3) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
4) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada
migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
5) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang
baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual,
sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir,
mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
6) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot,cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
7) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
8) Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
9) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3) Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinnitus
5) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

c. Intervensi Keperawatan
1) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya, Klien
dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Meyadari keterbatasan energy, Klien dapat termotivasi dalam
melakukan aktivitas, Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, Tingkat daya
tahan adekuat untuk beraktivitas
3) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil : Klien tidak merasa mual muntah, Nafsu makan meningkat, BB
stabil atau bertahan,
4) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Klien dapat memfokuskan pendengaran, Tidak terjadi tinitus
yang berkelanjutan, Pendengaran adekuat
5) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
koping individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
pendengaran, Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ACER/Downloads/TAHAPAN_PERKEMBANGAN_PSIKOSEKSUAL_-
_SIGM.pdf
https://www.academia.edu/25103987/Makalah_Gangguan_Seksual
http://www.pristine8.com/artikel/3-cara-untuk-menjaga-keseimbangan-tubuh
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual_terhadap_anak
https://decungkringo.wordpress.com/tag/test-keseimbangan/
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai