Anda di halaman 1dari 21

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

NAMA : EYODIA RAMA SAKTI BANIK


NIM : 191112014

FAKULTAS KESEHATAN PRODI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
saya dapat menyelesaikan makalah ini. kami menulis makalah ini dalam rangka
untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian dengan bahasan “Kerangka Kerja,
Defenisi Operasional, Populasi, Sempel Dan Sampling”. Makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Diharapkan dalam makalah
ini pembaca mampu memperkaya materi dan mampu menerapkan dan
mengaplikasi pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah
ini.

Kupang, April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus,
khususnya untuk mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta
untuk menumbuhkan rasa pengalaman belajar, menumbuhkan sikap,
kemampuan, dan keterampilah meneliti pada mahasiswa, Metodologi
Penelitian merupakan hal yang esensial.
Metodologi Penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dan dipelajari, dengan penguasaan Metodologi Penelitian yang optimal,
diharapkan para mahasiswa dapat menyertakan metode-metode penelitian
serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang akan
diajarkan nanti apabila sudah terjun sebagai tenaga pengajar.
Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang sebagai sebuah penelitian
survei (survey research), keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris
tak dapat dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau
realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. 
Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan
sampel yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari
segi scope, ukuran, maupun karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan
populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam penelitian akan
menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita.
Dalam membantu kita memahami tentang Metodologi Penelitian, didalam
makalah ini disajikan bagian dari materi Metodologi Penelitian tersebut,
yakni tentang kerangka teori, defenisi operasioanl, populasi Sampel dan
sampling.
1.2. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui serta memahami kerangka kerja, definisi
operasional, populasi, sampel, sampling.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. KERANGKA KERJA


Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).
Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dengan teori.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam
kenyataannya, konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda.
Semakin dekat suatu konsep pada realita, maka semakin mudah pula konsep
tersebut diukur dan diartikan.Misalnya :
1. Konsep ilmu alam lebih jelas dan konkrit, karena dapat diketahui dengan
panca indera. Sebaliknya, banyak konsep ilmu-ilmu sosial
menggambarkan fenomena sosial yang bersifat abstrak dan tidak dapat
segera dimengerti. Seperti konsep tentang tingkah laku, kecemasan,
kenakalan remaja, dsb. Oleh karena itu perlu kejelasan konsep yang
dipakai dalam penelitian.
2. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan
suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati
secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep
tersebut harus dijabarkan ke dalam variable-variable. Dari variable itulah
konsep dapat diamati dan diukur.
Contoh :Ekonomi keluarga adalah suatu konsep, untuk dapat mengukur
konsep ekonomi keluarga dapat melalui variable pendapatan atau
pengeluaran keluarga. Status sosial misalnya, dapat diamati dari variable
pekerjan dsb.Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang
sesuatu hal atas persoalan yang pelu dirumuskan. Dalam
merumuskannya, peneliti harus dapat menjelaskan sesuai dengan maksud
peneliti memakai konsep tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus
konsisten dalam memakainya.Dari uraian pengertian tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan beberapa pengertian dan peranan dari kerangka
konsep dalam suatu penelitian sebagai berikut :
1. Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep-konsep atau variable-variable yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah. Sehingga kerangka konsep akan membahas
saling ketergantungan antar variable yang dianggap perlu untuk
melengkapi dinamika situasi atau hal-hal yang diteliti. Penyusunan
kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis,
menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat
diamati dan diukur melalui variable. Oleh karena itu, dalam
menyusun sebuah kerangka konsep, peneliti hendaknya memahami
variable konsep yang hendak diukur.
3. Kerangka konsep juga berperan untuk mengidentifikasi jaringan
hubungan antar variable yang dianggap penting bagi masalah yang
sedang diteliti. Dengan demikian, sangatlah penting untuk
memahami apa arti variable dan apa saja jenis variable yang ada
yang berkaitan dengan konsep dari masalah yang diteliti tersebut.
2.2. DEFENISI OPERASIONAL
2.2.1. Pengertian
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi
operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta
dalam pengujian hipotesis.
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti
secara operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk
memudahkan pada pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta
analisis data. Pada saat akan melakukan pengumpulan data, definisi
operasional yang dibuat mengarahkan dalam pembuatan dan
pengembangan instrumen penelitian. Sementara pada saat pengolahan dan
analisis data, definisi operasional dapat memudahkan karena data yang
dihasilkan sudah terukur dan siap untuk diolah dan dianalisis. Dengan
definisi operasional yang tepat maka batasan ruang lingkup penelitian atau
pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan lebih fokus.
2.2.2. Cara Penulisan Definisi Operasional
Dalam pembuatan definisi operasional selain memuat tentang pengertian
variabel secara operasional juga memuat tentang cara pengukuran, hasil
ukur, dan skala pengukuran. Selain itu agar mendapatkan hasil yang tepat
maka penomoran atau pengkodean pilihan jawaban dalam hasil ukur harus
konsisten antara variabel independen dengan variabel dependen pada
setiap variabel yang akan diukur. Misalnya variabel dependen yang
menjadi pokok bahasan atau kasus diberi kode 1 dan non kasus atau
kebalikannya diberi kode 0. Selanjutnya pengkodean pada variabel
independen harus konsisten dengan kode pilihan jawaban pada variabel
dependen; kelompok penyebab kasus diberi kode 1 dan bukan penyebab
kasus diberi kode 0.
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional
sebuah variabel adalah:
1.      Nama variabel
2.      Definisi verbal variabel
3.      Parameter
4.      Alat ukur (instrumen)
5.      Skala
6.      Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap konsep yang ada
dalam permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun Definisi
Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk
menentukan alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan
data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda
dengan definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi
operasional, peneliti harus membuat definisi nominal terlebih dahulu atau
menentukan variabel penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian
seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran.
Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para ahli yang
memang banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam
penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat
spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-
variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting. Definisi operasional
tidak sama dengan definisi teoritis. Definisi operasional hanya berlaku pada
area penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan definisi teoritis diambil
dari buku-buku literatur dan berlaku umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam
mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi
batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan
oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. Yang dimaksud dengan
definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh
Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada
kata “dapat diobservasi”. Apabila seorang peneliti melakukan suatu
observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat
melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah
didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu
disebut Tipe A, Tipe B dan Tipe C.
1.      Definisi Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang
harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang
didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan
prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata. Contoh:
“Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan
menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing
orang mempunyai tujuan yang sama,  tetapi hanya satu orang yang akan
dapat mencapainya.
2.      Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana
obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu
berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-
karakteristik dinamisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan
sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3.      Definisi Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan
seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja
yang menyusun karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: “Orang
pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan
kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik,
sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat
(Jonathan Sarwono, 2002).

2.3. POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya (sintesis).
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain, misalnya: orang, benda, lembaga, organisasi, dan lain-lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
atau objek yang diteliti itu. Yang menjadi sasaran penelitian merupakan
anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri dari orang-orang biasa
disebut dengan subjek penelitian, sedangkan anggota penelitian yang terdiri
dari benda-benda atau bukan orang sering disebut dengan objek penelitian.
Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur-unsur yang diambil sebagai
sampel. Kerangka sampling (sampling frame) adalah daftar semua unsur
sampling dalam populasi sampling. Unsur sampling ini diambil dengan
menggunakan kerangka sampling (sampling frame).
Populasi diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi
objek penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis
dalam penelitian. Populasi merupakan himpunan semua hal yang ingin
diketahui, sebagai contoh seluruh pegawai perusahaan, himpunan pekerja,
dan seluruh anggota organisasi. Populasi dalam penelitian dapat pula
diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diteliti.
Unit analisis adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Berikut ini
beberapa pengertian tentang populasi.
1. Populasi Berdasarkan Jenisnya
a. Populasi terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya
secara kuantitif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: Jumlah
pasien rawat jalan RS A pada tahun 2017 adalah 457.924 orang.
b. Populasi tak Terbatas (tak Terhingga)
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-
batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah.Contoh: Jumlah penduduk Indonesia yang mengalami pemutusan
hubungan kerja pada tahun 2017. Dalam hal ini jumlah penduduk
Indonesia yang mengalami pemutusan hubungan kerja merupakan
populasi tak terbatas karena tidak semua perusahaan melaporkan
kejadian tersebut.
2. Populasi Berdasarkan Sifatnya
a. Populasi homogen
Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak perlu
mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Contoh: populasi pasien
rawat jalan dengan jenis asuransi yaitu BPJS Kesehatan kelas 3 di RS A
pada tahun 2017.
b. Populasi heterogen
Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda
(bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas - batasnya secara kualitatif
dan kuantitatif. Contoh: populasi pasien pasien rawat inap di RS A pada
tahun 2017.
3. Populasi Berdasarkan Kelompoknya
a. Populasi Umum
Populasi umum adalah dimana sumber datanya seluruh objek pada
lokasi penelitian
b. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran dalam
mengeneralisasi sebagai kesimpulan sebuah penelitian.

Menentukan Populasi dapat juga diidentifikasi oleh 4 faktor, yaitu:


isi, satuan, cakupan (scope), dan waktu. Contoh: Suatu penelitian tentang
distribusi penyakit yang pada pasien rawat inap di rumah sakit tingkat
Provinsi DKI Jakarta tahun 2017, maka populasinya dapat ditetapkan
dengan 4 faktor sebagai berikut.
Isi → Semua pasien rawat inap, Satuan → Rumah Sakit . Cakupan
→ Provinsi DKI Jakarta , Waktu → Tahun 2017
2.4. SAMPEL
2.4.1. Pengertian Sampel
Menurut Suharsimi Arkunto, sampel adalah bagian dari populasi (sebagian
atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi. Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi.
Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu: memudahkan peneliti,
penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data,
serta penelitian lebih efektif.
2.4.2. Syarat sampel yang baik
a) Akurasi atau ketepatan
yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata
lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat
sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah
populasi.
b) Presisi
Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.
Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi
dikurangi nilai rata-rata sampel
Teknik (metode) penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri dapat
memberikan gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan
presisi, sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan
keterangan sebanyak mungkin dengan biaya murah.
Jumlah/Besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sbb:
a) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi à
completely heterogeneous
b) Presisi yang dikehendaki dari penelitian
c) Rencana analisis
d) Tenaga, biaya dan waktu
e) Besar populasi
Semakin besar sampel semakin tinggi tingkat presisi yang didapatkan.

2.4.3. Menentukan ukuran sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan
jumlah populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitan
itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka
jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000
orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah
sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum).
Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya
telah diketahui :

λ 2. N . P . Q
s=
d 2( N−1)+ λ 2 . P . Q
λ2 dengan dk 1 = taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0,5

d = 0,05

s = jumlah sampel

2.4.4. Kegunaan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:


1. Menghemat biaya.
Dalam proses penelitian, mulai dari pembuatan proposal, pengumpulan data,
hingga pengolahan data akan membutuhkan biaya yang relatif besar. Apabila
objek penelitian yang digunakan jumlah sampel yang dibutuhkan banyak,
maka dapat diperkirakan biaya yang harus dibutuhkan. Oleh karena itu,
dengan menggunakan sampling merupakan keputusan yang tepat untuk
meminimalisasikan biaya dalam penelitian.
2. Mempercepat pelaksanaan penelitian.
Dengan menggunakan populasi sebagai objek penelitian, maka untuk
mengumpulkan seluruh populasi hingga pengolahan datanya akan
dibutuhkan waktu yang relatif lama. Namun, jika menggunakan sampling,
jumlah objek penelitian akan lebih mudah dijangkau.
3. Menghemat tenaga.
Dalam proses penelitian, kita dapat bekerja dengan tim. Jika objek penelitian
yang digunakan adalah populasi, maka tenaga yang dibutuhkan untuk
mengumpulkan data hingga pengolahan data diperkirakan akan
membutuhkan tenaga yang lebih banyak.
4. Memperkecil ruang lingkup penelitian.
Ruang lingkup merupakan keseluruhan aspek yang terkait dalam proses
penelitian, mulai dari waktu, lokasi penelitian, biaya, serta penunjang
lainnya. Jika menggunakan populasi dapat diperkirakan cakupan ruang
lingkup yang dibutuhkan akan lebih luas, sehingga lebih mudah
menggunakan sampel.
5. Memperoleh hasil yang lebih akurat.
Dengan sampling pengumpulan hingga pengolahan data menjadi lebih dapat
dimonitoring prosesnya, sehingga keakuratan data lebih terjamin.

2.4.5. Penentuan sampel juga menggunakan kriteria pemilihan sampel, yaitu kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi.
1. Kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi
menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait
dengan topik dan kondisi penelitian. Atau dengan kata lain, kriteria inklusi
merupakan ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel.
2. Kriteria eksklusi.
Kriteria ekslusi adalah kriteria yang dapat digunakan untuk mengeluarkan
anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. atau dengan kata lain
ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

2.5. SAMPLING
Sampling adalah proses dalam pemilihan porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang akan diteliti. Teknik sampling adalah cara yang
dilakukan dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai
dengan keseluruhan subjek peneliti (Sastroasmoro & Ismail,1995 : Nursalam,
2008 dalam Nursalam 2016). Teknik dalam pengambilan sampling dibagi
menjadi dua, yakni : probability sampling dan non probability sampling
(Nursalam, 2016). Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling dengan purposive sampling.
Purposive Sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,2016).
2.5.1. TEKNIK SAMPLING
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Untuk menentukan
sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Secara skematis, macam teknik sampling dapat dilihat pada Gambar 1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa teknik sampling pada dasarnya
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability
Sampling.

Teknik
Sampling

Probability Sampling Non Probability Sampling

Snowball sampling
Sampling jenuh
Purposive Sampling
Sampling Insidental
Sampling kuota
Sampling sistematis
Simple random sampling
Proportionate stratified random sampling
Disporpotionate stratified random sampling
Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)

Gambar 1. Macam-macam Teknik Sampling

1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
Jenis-jenis Probability sampling:
a) Simple Random Sampling
Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi
secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap
homogen (sejenis).
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian,
memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.
b) Proportionate Stratified Random Sampling
ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata
secara proporsional. Dilakukan ini apabila ada anggota populasi yang tidak
sejenis (heterogen).
c) Disproportionate stratified random sampling
ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata
tetapi ada sebagian data yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan
ini apabila anggota populasi heterogen.
d) Area sampling
ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap
wilayah atau daerah geografis yang ada.
2. Non Propability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Jenis-jenis Non Probability Sampling
a) Sampling Sistematis
Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut.
b) Sampling Kuota
Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c) Sampling insidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.
d) Sampling Purposive
Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan
melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.
e) Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil.
f) Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi
besar.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1) Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat
dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam
kenyataannya, konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda.
Semakin dekat suatu konsep pada realita, maka semakin mudah pula konsep
tersebut diukur dan diartikan
2) Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional
yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
3) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya (sintesis). Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain, misalnya:
orang, benda, lembaga, organisasi, dan lain-lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau objek yang diteliti itu. Yang
menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi.Sampel adalah sebagian
dari populasi yang nilai / karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya kita pakai
untuk menduga karakteristik dari populasi.
4) sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber
data dan dapat mewakili seluruh populasi.
5) Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel yang representatif dari populasi. Untuk menentukan sampel dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis,
macam teknik sampling, teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi
dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability Sampling.

3.2. Saran
1) Agar dapat menambah pengetahuan dan menerapkan kerangka kerja, definisi
operasional, populasi, sampel, sampling dalam tugas-tugas yang berhubungan
dengan biostatistik.
2) Dari referensi ini dapat digunakan dan diterapkan sebagai bahan edukasi di
pendidikan khususnya tugas akhir (pembuatan skripsi) dengan menggunakan
metode distribusi sampling, terutama yang berkaitan dengan penelitian di
bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Tri. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta: CV


Budi Utama

Luknis sabri & Susanto Priyo Hastono. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT Raja
Gravindo Persada
Nurssalam. 2015. Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.
Jakarta : Salemba Medika
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidkan. Bandung : PT
Remaja RosdaKarya

Anda mungkin juga menyukai