GRANULASI BASAH
I. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.
2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.
II. Prinsip
1. Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif
dan eksipien menjadi pertikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab
yang dapat digranulasi.
2. Evaluasi tablet
Evaluasi tablet berdasarkan standar quality kontrol, meliputi kadar
air (Loss on drying), kemampuan alir serbuk dan sudut istirahat,
kompresibilitas, keseragaman bobot dan ukuran, kekerasan tablet,
friabilitas, abrasi dan waktu hancur.
1. Keseragaman bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu
dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman
kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung
satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif
(Depkes RI, 1995).
2. Uji kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji
kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara
keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap
diameter tablet. Tablet harus mempuyai kekuatan dan kekerasan
tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik
pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Alat yang
biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson,
1984).
3. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet
Keregasan/kerapuhan tablet dapat ditentukan dengan
menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan
25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap utaran,
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan
sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% (Lachman dkk., 1994).
4. Uji disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi
untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet harus dikunyah (Lachman dkk., 2008).
5. Waktu hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah
menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan
diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat
uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet mempunyai
prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu
hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah,
tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka
waktu tertentu (Siregar, 2008).
4.2 Bahan
1. Amprotab
2. Amprotab untuk pasta
3. Laktosa
4. Magnesium Stearat
5. Antalgin
6. Talkum
7. Vitamin C
V. Prosedur
a. Uji LOD
Granul yang telah kering diletakkan pada wadah alat uji LOD
sebanyak 10 gram, granul diratakan pada tempat LOD, alat ditutup dan
kemudian tekan tombol start hingga muncul tanda rest over. Lalu
dilihat nilai persennya.
2. Pembuatan Pasta
- 15 gram amprotab Terbentuk pasta.
dimasukkan ke dalam beaker
glass yang telah diisi 100 mL
air panas.
- Diaduk di atas kompor hingga
membentuk campuran yang
bening.
3. Pembuatan Fase Dalam
- Antalgin, laktosa, dan amilum Terbentuk fase dalam berupa
dicampur dan diaduk hingga granul basah.
homogen.
- Ditambahkan sedikit demi
sedikit pasta amilum, diaduk
hingga rata dan membuat
massa yang dapat dikepal
(granul basah).
- Granul basah disaring
- Hasil saringan dikeringkan
dengan menggunakan suhu
400 – 500 C selama 24 jam
4. Granul kering dicampur dengan fase Terrcampurnya granul kering
luar (vitamin c, talkum, dan dengan fase luar hingga
magnesium stearat) hingga terbentuk terbentuk massa homogen.
massa yang homogen.
5. Pencetakan Tablet
- Campuran granul dimasukkan Tablet dengan berat 500 – 650
ke dalam mesin pencetak mg
tablet
- Cetak beberapa tablet dan
ditimbang. Beratnya harus
sesuai/ dalam rentang 500 -
650 mg
Pengujian Granul
Pengujian Tablet
6.2 Perhitungan
1. Perhitungan untuk penimbangan fase luar tablet
Wadah + pasta = 239,8 gram
Wadah + sisa pasta = 218,3 gram –
Berat pasta yang digunakan = 21,5 gram
Berat Fase Dalam (teoritis) = Berat (antalgin + laktosa + vitamin c +
amilum)
= 100 g + 16,35 g + 10 g + 7 g
= 133,35 gram
Fase Dalam (teoritis) = 97,5%
Fase Luar (teoritis) = 2,5% (talkum + magnesium stearat)
Talkum (teoritis) =
Mg Stearat (teoritis) =
Berat Fase Luar (teoritis) = 2,735 gram + 0,6838 gram = 3,4188 gram
Berat total (teoritis) = Fase Dalam teoritis + Fase Luar teoritis
= 133,35 gram + 3,4188 gram
= 136,7688 gram
% Vitamin C (nyata) =
Fase Dalam (nyata) = 97,5% - 7,3116% = 90,19%
= 133,35 gram – 10 gram (untuk LOD)
= 123,35 gram
Vitamin C (nyata) =
Talkum (nyata) =
Mg Stearat (nyata) =
Berat satuan tablet =
=
=
= 0,6838 gram ± 5%
= 0,64961 gram hingga 0,71799 gram
Tan α =
α = 6,33390
Uji Kompresibilitas
Kerapatan ruah =
Kerapatan mampat =
Kompresibilitas =
Uji Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata tablet
=
Uji Keseragaman Ukuran
Diameter rata-rata tablet =
Tebal rata-rata tablet =
Uji Kekerasan Tablet
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan zat aktif
campuran yaitu antalgin dan vitamin C. Antalgin memiliki nama lain
metampiron yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi
sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu
tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti-
inflamasi. Vitamin C berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh.
Setelah uji granul, dilakukan pembuatan fasa luar. Fasa luar yang
dicampurkan adalah vitamin C, talkum dan Magnesium Stearat, kemudian
dicampurkan dengan fasa dalam (granul kering) hingga terbentuk massa
yang homogen. Tujuannya agar kandungan tiap zat tesebar merata. Fungsi
dari talkum adalah sebagai pelincir yang bertujuan untuk mereduksi
gesekan granul dengan lubang cetakan selama kompresi dan pengeluaran,
mencegah lengket pada punch dan dinding die, dan memperbaiki sifat alir
granul. Mg Stearat digunakan sebagai zat pelincir yang berfungsi sebagai
lubrikan.
Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1984. Tablet: Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Jakarta: UI Press.
Lachman, L., H.A Lieberman, dan J.L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.