Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU NEGARA

“ DEMOKRASI DENGAN SISTEM REFERENDUM”

Fakultas Hukum

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat sekarang ini, kebanyakan negara di dunia menggunakan sistem demokrasi
untuk pemerintahannya. Tentu hal ini menjadi pertanyaan: Apa itu demokrasi? Dan
bagaimana system demokrasi yang deterapkan di Indonesia.

Demokrasi merupakan alternative terbaik bagi para penganut paham Negara modern
karena bentuk Negara modern adalah Negara hukum. Dalam setiap Negara Hukum, dianut
dan dipraktekkan adanya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin peranserta
masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan. Dengan adanya
peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tersebut, setiap peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan dapat diharapkan benar-benar
mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat.

1
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak oleh dan atau hanya untuk kepentingan penguasa yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak dimaksudkan
untuk hanya menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan menjamin
kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali. Artinya, negara hukum yang
dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan ‘democratische rechtsstaat’ atau
negara hukum yang demokratis. Dengan perkataan lain, dalam setiap Negara Hukum yang
bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi, sebagaimana di dalam setiap Negara
Demokrasi harus dijamin penyelenggaraannya berdasar atas hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apakah yang dimaksud dengan sistem demokrasi?
2. Apa yang dimaksud dengan demokrasi sistem referendum ?
3. Kelemahan dan kelebihan apa saja yang dimiliki oleh sistem referendum ?
4. Selain di Negara Swiss apakah referendum jugs dilakukan di Indonesia ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem demokrasi
2. Mengetahui sistem referendum lebih dalam
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan apa saja yang ada pada sistem referendum
4. Mengetahui lebih jauh mengenai referendum yang dilakukan Indonesia

D. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu,
dengan mengkaji berbagai sumber tertulis diantaranya; buku, dan sumber-sumber dari
internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN DAN ISI

A. SISTEM DEMOKRASI

1. Definisi sistem demokrasi

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasaYunani(sustēma) adalah


suatu kesatuan yang terdiri komponenatau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.

Secara etimologi Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang


berartirakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci

3
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam


suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif)
yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan
beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.

Maka dari itu banyak kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran
untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus
akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional
(bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Berikut ini adalah pendapat-pendapat mengenai demokrasi:

1) Menurut Internasional Commision of Jurits, demokrasi adalah suatu bentuk


pemerintahan oleh rakyar dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di
jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah
sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan
demokrasi adalah rakyat.
2) Menurut Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).

4
3) Menurut C.F Strong demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana
mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
4) Kranemburg menjelaskan demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos.
Demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan). Jadi, demokrasi berarti cara
memerintah dari rakyat.
5) Charles Costello mengemukakan bahwa demokrasi adalah sistem social dan
politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan emerintah yang dibatasi
hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
6) Koentjoro Poerbopranoto menjelaskan bahwa demokrasi adalah negara yang
pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Hal ini berarti suatu sistem dimana rakyat
diikut sertakan dalam pemerintahan negara.
7) Harris Soche berpendapat bahwa demokrasi  adalah pemerintahan rakyat karena
itu kekuasaan melekat pada rakyat.

2. Bentuk – bentuk Demokrasi


Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal
democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk bagaimana proses
demokrasi itu dilakukan (Winataputra, 2006). Formal democracy menunjuk pada
demokrasi dalam bentuk sistem pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai
pelaksanaan demokrasi di berbagai negara. Dalam suatu negara misalnya dapat
diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial atau sistem parlementer.
Sistem presidensial : sistem ini menekankan pada pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari
rakyat.Sistem parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.Selain bentuk demokrasi sebagaimana
dipahami diatas terdapat beberapa sistem demokrasi yang berdasarkan pada prinsip
filosofi negara.
1) Demokrasi liberal

5
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia
adalah sebagai makhuk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi
ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam melaksanakan demokrasi.
2) Demokrasi satu partai dan komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan dinegara-negara komunis seperti,
rusia, cina, vietnam dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal
akan menhasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat dan
akhirnya kapitalislah yang menguasai negara.
Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana dijelaskan diatas, maka
pengertian demokrasi secara filosofis menjadi semakin luas, artinya masing-masing
paham mendasarkan pengertian bahwa kekuasaan di tangan rakyat.Dilihat dari titik berat
yang menjadi perhatian, demokrasi dapat dibedakan sebagai :
1) Demokrasi formal
Demokrasi formal ialah demokrasi yang mengagungkan persamaan pada bidang
politik, tanpa mengurangi kesenjangan di bidang ekonomi. Pada demokrasi jenis itu,
secara formal orang dianggap mempunyai derajat dan hak yang sama, misalnya
setiap orang mempunyai hak untuk memilih, untuk mengeluarkan pendapat, untuk
menjadi wakil rakyat dan sebagainya. Karena dalam bidang ekonomi digunakan juga
asas persaingan bebas, maka terjadilah jurang pemisah anatar si kaya dan si miskin.
2) Demokrasi Material
Demokrasi material, ialah demokrasi yang mennitik beratnya diarahkan pada usaha-
usaha menghilangkan jurang pemisah pada bidang ekonomi. Pada demokrasi ini
persamaan bidang politik kurang diperhatikan. Bahkan sering kali dihilangkan. Untuk
menghilangkan jurang pemisah pada bidang ekonomi, partai politik yang
berkebetulan berkuasa sering mengatasnamakan negara menjadikan segala sesuatu
sebagai hak milik negara, sehingga tidak diakui adanya hak milik pribadi.
3) Demokrasi Gabungan
Demokrasi gabungan, ialah demokrasi yang mengambil kebiakan dan membuang
keburukan dari demokrasi formal dan demokrasi material. Persamaan derajat dan hak
setiap orang tetap diakui, tetapi sering dibatasi. Usaha-usaha pemerintah untuk

6
mensejahterakan rakyat diusahakan jangan sampai memperkosa apalagi
menghilangkan persamaan derajat dan hak asasi rakyat.
Bentuk-bentuk demokrasi ditinjau dari pemegang kekuasaan pemerintahan,
antara lain :

1. Demokrasi moderen sistem parlemen.


Pada demokrasi sistem parlemen kedudukan kepala negara (baik raja maupun
presiden) hanya sebgai lambang saja. Kekuasaan yang nyata dalam pemerintahan
tidak nampak. Kekuasaan legislatif dipegang oleh dewan perwakilan rakyat
bersama-sama pemerintah. Yang disebut pemerintah meliputi dewan menteri dan
kepala negara. Kepala negara biasanya selalu mengesahkan saja setiap rencana
undang-undang yang sudah disetujui oleh dewan perwakilan rakyat.
2. Demokrasi Sistem Pemisahan Kekuasaan
Pada negara demokrasi yang memakai sistem pemisahan kekuasaan ini, pepala
negara dengan nyata mempunyai kekuasaan yang besar sekali. Dia adalah sebagai
kepala badan eksekutif. Disini badan eksekutif itu terpisah dari badan legislatif,
demikian juga badan yudikatif itu berdiri sendiri.Contoh : Amerika Serikat. Di
amerika serikat, presiden sebagai kepala badan eksekutif dipilih langsung oleh
pemilih-pemilih yang khuus dipilih rakyat intuk itu. Dia mengangkat materi-materi
yang akan memimpin berbagai kementrian. Menteri-menteri itu tidak bertanggung
jawab kepada kongres, melainkan kepada presiden. Presiden dipilih untuk waktu 4
tahun.

3. Demokrasi Sistem Referendum


Pada negara demokrasi dengan sistem referendum ini tugas badan legislatif selalu
dibawah pengawasan seluruh rakyat atau referendum.
Ada 2 macam referendum, yaitu :
1. Referendum obligatur
2. Referendum fakultatif

7
Di dalam referendum obligatur ini, untuk dapat membuat undang-undang,
memerlukan persetujuan dari rakyat dengan suara terbanyak. Setelah badan
legislatif membuat rencana undang-undang, maka rencana itu harus ditawarkan
kepada rakyat, dengan jalan pemungutan suara rakyat (referendum). Stelah
ternyata sebagian besar suara rakyat menyetujui rencana undang-undang tersebut,
barulah rencana itu disahkan sebagai undang-undang.Sebaliknya dalam
referendum fakultatif, badan legislatif membuat undang-undang dulu. Kalau
dalam waktu tertentu tidak ada sejumlah warganegara yang menyatakan
ketidaksetujuannya, maka rencana undang-undang tersebut sudah tetap sebagai
undang-undang. Tetapi dalam waktu tertentu sejumlah warga negara menyatakan
ketidaksetujuannya, barulah badan legislatif memintakan persetujuan kepada
seluruh rakyat seperti pada era obligatur. Negara yang memakai sistem ini ialah
Swiss.

B. DEMOKRASI SISTEM REFERENDUM

1. Definisi dan Ciri – ciri Referendum


Referendum berasal dari kata refer yang berarti mengembalikan. Sistem
referendum berarti pelaksanaan pemerintahan di dasarkan pada pengawasan secara
langsung oleh rakyat, terutama terhadap kebijakan yang telah, sedang, atau yang akan
dilaksanakan oleh badan legislatif atau eksekutif.
Sistem pemerintahan referendum adalah bentuk sistem pemerintahan yang
merupakan variasi dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Sistem ini
diterapkan di negara Swiss. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan
rakyat yang mempunyai hak pilih.Salah satu untuk menghindari pemerintahan yang
absolut ialah sistem yang dipergunakan yang dilaksanakan di Swiss, yaitu disebut dengan
referendum. Sistem ini merupakan pemerintahan perwaakilan rakyat dengan sistem
pemisahan kekuasaan.

8
Di dalam sistem referendum ini, di Swiss band eksekutif disebut Bundesrat yang
bersifat suatu dewan, merupakan bagian daripada badan legislatif, yang disebut
Bundesversammlung. Bundesversammlung terdiri dari Nasionalrat dan Standerat.
Nasionalrat adalah badan perwakilan nasional. Sedangkan Standerat adalah merupakan
perwakilan daripada negara-negara bagian yang disebut kanton.
Bundesrat itu hanya semata-mataa menjadi badan pelaksanan saja daripada
segala kehendak atau keputusan Bundesversammlung. Diantara anggota-anggota
Bundesversammlung itu ditunjuk tuju orang, yang kemudian tuju orang ini merupakan
suatu badan yang bertugas melaksanakan secara administratif keputusan-keputusan dari
Bundesversammlung.Referendum dibagi menjadi dua bagian yaitu referendum obligator,
referendum fakultatif dan referendum konsultatif.
Referendum obligatoire (refendum yang wajib)
Referendum obligatoire adalah referendum yang menentukan berlakunya  suatu
undang-undang atau suatu peraturan. Artinya, suatu undang-undang baru dapat berlaku
apabila mendapat persetujuan rakyat melalui referendum atau pemungutan suara
langsung oleh rakyat tanpa melalui badan perwakilan rakyat.
Referendum fakultatif (referendum yang tidak wajib)
Referendum fakultatif adalah refendum yang menentukan apakah suatu undang-
undang yang sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak, atau perlu ada tidaknya
perubahan-perubahan.
referendum konsultatif
Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang dimintakan
persetujuannya.
Sistem referendum ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut yaitu :
1). tugas pembuat undang-undang (legislatif) berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih
2). legislatif adalah representasi dari rakyat
3). eksekutif dipilih oleh legislatif untuk waktu 3 tahun lamanya dan dapat dipilih
kembali

9
4). kestabilan dari sistem ini dipengaruhi oleh adanya kesepahaman antara
eksekutif selaku pemegang kebijakan politik dengan rakyat

2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Referendum


Sebaik – baiknya pemerintah membuat suatu sistem tentu saja ada kelemahan dan
kelebihan yang ada di dalamnya. Begitu juga dengan sistem referendum ini yang juga
memiliki kelemahan dan juga kelebihan. kelemahan yang ada di dalamnya memang tidak
diinginkan rakyat begitu juga dengan para pemerintah, karena pada dasarnya suatu sistem
atau program yang dibentuk oleh pemerintah hanya dibuat untuk kepentingan rakyat dan
juga kesejahteraan rakyat.
kelebihan yang dimiliki sistem referendum bagi perkembangan demokrasi sangat
baik karena referendum merupakan alat untuk merealisir (secara terbatas) demokrasi
langsung. System ini dimungkinkan untuk dilaksanakan dinegara-negara modern, karena
melalui system ini rakyat yang dimintai pendapatnya tidak perlu berkumpul disuatu
tempat secara bersamaan, tetapi cukup melalui tempat-tempat pemungutan suara untuk
menentukan pendapat mereka. Keuntungan lain dari sistem inisiatif atau referendum
tersebut memungkinkan rakyat untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga legislatif
yang kinerjanya buruk dan lamban, dan sekaligus merupakan alat yang sangat berguna
untuk pendidikan para pemilih. (John H. Ferguson dan Dean E. McHenry, 1961:
232).Namun demikian, ada banyak ahli dan para elit politik yang sedang memegang
kekuasaan, baik sebagai eksekutif maupun legislatif, yang menentang dikembangkannya
lembaga inisatif rakyat dan referendum. Alasan mereka biasanya antara lain, baik inisiatif
maupun referendum merupakan alat yang meletakkan beban tambahan pada para pemilih
yang sudah mendapat beban yang berlebihan.
Beban demikian bisa berupa beban tenaga, karena bisa jadi sebentar-sebentar rakyat
harus meluangkan waktunya untuk memberikan suaranya dalam referendum. Beban juga
dapat berupa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh negara kalau banyak tuntutan
yang mempunyai kekuatan yang sah, untuk dilakukannya referendum.Keberatan lain
yang biasanya dikemukakan adalah bahwa kedua lembaga tersebut dapat berakibat
mengubah pemerintahan perwakilan dengan menghancurkan pertanggungjawaban

10
lembaga legislatif. Dengan kata lain, dengan adanya inisiatif rakyat dan referendum,
pembuatan kebijakan publik dan penilaian atas kebijakan tersebut yang seharusnya
menjadi tanggungjawab legislatif, dialihkan menjadi tanggungjawab rakyat. Disamping
itu, ada juga yang beralasan, bahwa karena masyarakat bernegara modern telah
sedemikian kompleks, dengan cakupan keterlibatan negara yang sedemikian luas, akan
sulit bagi masyarakat biasa untuk ikut terlibat atau ikut memikirkan secara aktif berbagai
permasalahan kenegaraan.
Akibatnya, referendum bisa jadi akan mengakibatkan kerugian, karena tidak
tepatnya pilihan yang dilakukan oleh rakyat.Ada suatu pengalaman jajak pendapat di
Amerika Serikat yang mendukung kekhawatiran tersebut, dimana suatu jajak pendapat
yang pernah dilaksanakan, telah membuat orang-orang Amerika Serikat memberikan
pandangannya mengenai Metallic metals Act, yang sesungguhnya tidak pernah ada (Ball,
Alan R., 1985: 11). Pengalaman ini digunakan sebagai petunjuk bahwa sesungguhnya
mayoritas publik tidak memiliki perhatian pada masalah-masalah yang tidak langsung
menyangkut kepentingan mereka.Berbagai alasan tersebut sesungguhnya sekedar
merupakan alasan elit politik untuk menutup kesempatan rakyat untuk ikut ambil bagian
secara langsung didalam pembuatan kebijakan yang akan dikenakan kepada mereka.
Alasan akan menambah beban para pemilih, jelas merupakan alasan yang dicari-
cari, karena dari pengalaman, rakyat negara kota Ahena dengan senang hati berkumpul
dipusat kota hampir setiap sebulan sekali (sepuluh kali dalam satu tahun, sesuai dengan
pembagian sidang ekklesia dalam 10 prytanis) untuk membahas bukan saja kebijakan
publik, tetapi berbagai masalah kenegaraan, bahkan untuk menentukan apakah seseorang
harus dikenai Ostrakismos atau tidak (semacam hukuman pembuangan untuk selama
sepuluh tahun bagi mereka yang oleh rakyat dipandang membahayakan kehidupan
masyarakat).
Bahkan rakyat bersedia dengan senang hati untuk menduduki jabatan-jabatan
publik, yang dari sudut ekonomi pejabat sama sekali tidak menguntungkan, dan sama
sekali tidak memberi posisi terhormat, karena semua orang melalui sistem undian dapat
menduduki jabatan yang sama.Kalau rakyat sudah tidak bersedia untuk menyediakan
sedikit waktu untuk membahas masalah kenegaraan, menurut Rousseau (1712  1778),

11
negara demikian sedang menghadapi keruntuhannya. Menurut pendapatnya, meluasnya
kemalasan warganegara untuk ikut ambil bagian didalam urusan-urusan publik
merupakan awal keruntuhan negara yang bersangkutan:Sekali pengabdian publik berhenti
sebagai urusan utama dari warganegara dan mereka memilih mengabdi dengan kekayaan
mereka dari pada dengan pribadi mereka, maka negara telah mendekati keruntuhannya.
Jika tentara dibutuhkan untuk perang, warganegara membayar tentara (bayaran) dan tetap
tinggal dirumah; jika dewan harus diadakan, mereka menunjuk wakil dan tinggal
dirumah.
Dengan menjadi malas dan membelanjakan uang, mereka pada akhirnya
memperoleh tentara untuk memperbudak negeri dan wakil untuk menjualnya (Rousseau,
1974: 78).

kelemahan yang dimiliki oleh sistem referendum adalah Mengenai biaya


referendum yang kenyataannya memang besar, tentunya akan disadari oleh rakyat, karena
biaya tersebut dikeluarkan memang untuk kepentingan mereka sendiri juga, bukan untuk
biaya yang tidak jelas, atau untuk menyediakan berbagai fasilitas mewah bagi para
pejabat. Bahkan, dengan adanya hak referendum akan mengurangi biaya tour keluar
negeri para pembuat kebiiakan negara, yang selama ini alasannya adalah untuk
mempelajari perundang-undangan dinegara lain, karena penentuan diterima tidaknya
suatu rancangan undang-undang tergantung pada kehendak rakyat, yang tidak perlu
belajat keluar negeri.

Bagaimanapun, dengan kedua hak tersebut, suara dan kehendak rakyat menjadi
lebih nyata didalam menentukan jalannya pemerintahan negara. Selain itu rakyat juga
tidak bisa menyelesaikan semua masalah kenegaraan, karena keterbatasan kemampuan
rakyat mengenai pemerintahan.Dan juga Tidak semua rakyat memiliki pengetahuan
tentang undang-undang yang baik danbenar serta pembuatan undang-undang sehingga
prosesnya akan berjalan lambat.

3. Demokrasi Sistem Referendum yang pernah dilakukan di Indonesia

12
Selain di Negara Swiss referendum juga pernah di lakukan di Indonesia
yaitu pada provinsi Indonesia yang ke – 27 yaitu timor leste pada tahun
1999.Timor Timur pada mulanya merupakan wilayah jajahan Portugal. Ketika
Indonesia merdeka dari kolonialisme Belanda pada tahun 1945, Timur Timur
masih berada di bawah jajahan Portugal hingga tahun 1976. Jalan integrasi Timor
Timur dengan Indonesia di awali ketika di tahun 1974 terjadi Revolusi Bunga di
Portugal sehingga menyebabkan Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi
dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur.
Padahal di saat yang bersamaan Timur Timur sedang dilanda perang
saudara sehingga Lemos Pires yang merupakan Gubernur terakhir Portugal di
Timur Timur meminta bantuan dari pemerintah pusat Portugal guna mengatasi
perang saudara tersebut. Namun karena situasi Portugal sendiri yang sedang
mengalami revolusi maka permintaan Lemos Pires tersebut tidak pernah
mendapatkan jawaban sehingga ia kemudian memerintahkan tentara Portugal yang
masih bertahan di Timor Timur untuk melakukan evakuasi ke Pulau Kambing
(Pulau Atauro).
Selepas kepergian Portugal, partai-partai mulai berdiri di Timor Timur. Ada
tiga partai yang merupakan partai terbesar di Timor Timur, yakni UDT (Uniao
Democratica Timorense), APODETI (Associacao Popular
Democratica Timorense), dan FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor Leste
Independente). Ketiga partai tersebut memiliki visi yang berbeda bagi Timor
Timur kedepannya. UDT menginginkan bila Timur Timur tetap berada di bawah
kekuasaan Portugal. APODETI menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan
Indonesia. Sementara FRETILIN yang beraliran komunis menginginkan Timor
Timur menjadi negara yang meredeka.
Perbedaan ini kemudian menyebabkan kerusuhan menyebar di sepenjuru
Timor Timur. Keadaan diperparah dengan adanya vacum of power di Timor Timur
antara bulan Spetember, Oktober, dan November. Laporan resmi yang dirilis oleh
PBB menyebutkan bila selama masa tersebut FRETELIN melakukan pembantaian
terhadap 60.000 penduduk sipil. Sebagian besar dari penduduk yang dibantai

13
adalah wanita dan anak-anak yang suami mereka merupakan pendukung faksi
integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Lalu pada tanggal 28 November 1975,
FRETELIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Timur
sebagai Republik Demokratik Timur Leste.
Atas kejadian pembantaian serta deklarasi kemerdekaan Timor Timur yang
dilakukan oleh FRETELIN, kemudian pada tanggal 30 November 1975 kelompok
pendukung integrasi mengadakan proklamasi di Balibo yang menyatakan bahwa
Timor Timur menjadi bagian dari NKRI dimana naskah proklamasi tersebut
ditandatangani oleh ketua APODETI, Arnaldo dos Reis Araujo , dan ketua UDT
yaitu Francisco Xavier Lopes da Cruz. Mereka juga meminta dukungan Indonesia
untuk mengambil alih Timor Timur dari kekuasaan FRETILIN.
Pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja, pasukan
Indonesia tiba di Timor Timur. FRETILIN lalu memaksa ribuan rakyat untuk
mengungsi ke daerah pegunungan.Mereka dijadikan sebagai human shieldsguna
melawan tentara Indonesia.
Berdasarkan pada UU No. 7 tahun 1976dan Peraturan Pemerintah No 19
tahun 1976, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Hanya ada
beberapa negara yang mengakui integrasi Timor Timur dengan Indonesia
diantaranya negara-negara ASEAN serta Argentina. Sementara PBB beserta
negara-negara barat menolak untuk mengakui integrasi tersebut.
Selama kurun waktu 1975 – 1999 dilaporkan bila korban tewas lebih dari
200.000 jiwa. Seperti yang telah disebutikan diatas bila PBB secara resmi
melaporkan 60.000 orang tewas dibunuh oleh FRETELIN. Sisanya tidak diketahui
secara pasti penyebab kematiannya. Tetapi CAVR (Comissão de Acolhimento,
Verdade e Reconciliação de Timor Leste atau Commission for Reception, Truth
and Reconciliation in East Timor)melaporkan bila 183.000 orang telah tewas di
tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia. Sayangnya dalam laporan
ini tidak secara rinci disebutkan bagaimana proses pembunuhan menggunakan
bahan kimia itu berlangsung. Sehingga kebenaran dari laporan ini dapat

14
dipertanyakan mengingat bila Portugal juga memiliki kepentingan terhadap Timor
Timur sebagai bekas wilayah jajahannya.
Amerika Serikat dan Australia pun menuduh Indonesia telah melakukan pelanggaran
HAM berat selama masa pendudukan di Timor Timur. Kondisi Indonesia yang menerima
tuduhan seperti itu diperparah

Dengan terjadinya krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia


Tenggara pada tahun 1997 termasuk Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi di
Indonesia juga berdampak pada stabilitas politik Indonesia. Indonesia yang
mengalami krisis keuangan lalu mengajukan permintaan bantuan keuangan pada
IMF. Bantuan sebesar USD43 milyar bersedia diberikan oleh IMF tetapi dengan
memenuhi beberapa syarat. Selain meminta Indonesia untuk meliberalisasikan
pasarnya, IMF juga meminta Indonesia untuk melepaskan Timor Timur. Tentunya
sebagai organisasi yang merupakan kepanjangan tangan dunia barat, syarat yang
diberikan oleh IMF ini tidak terlepas dari kepentingan barat terhadap Timor Timur.
Indonesia pada akhirnya bersedia untuk melakukan referendum bagi Timor
Timur. Referendum dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999 saat Indonesia
dipimpin oleh B.J. Habibie. Dalam referendum yang dilaksanakan oleh PBB ini,
Timor Timur diberikan dua opsi. Opsi pertama yakni Timor Timur tetap menjadi
bagian dari Indonesia dan diberikan otonomi yang luas. Sedangkan opsi kedua
adalah Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia.
Referendum diikuti oleh 98,6% penduduk yang terdaftar atau sekitar
450.000 penduduk Timor Timur. Hasil referendum diumumkan pada tanggal 4
September 1999 oleh Koffi Anan dengan hasil 344.508 (78,5%) suara untuk
kemerdekaan dan 94.388 (21,5%) untuk integrasi. Hingga tahun 2002 Timor
Timur berada di bawah PBB dan baru tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi
diakui kemerdekaannya secara internasional sebagai Republik Demokratik Timor
Leste.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setiap sistem yang dilakukan oleh pemerintah merupakan hasil dari musyawarah bersama
dengan tujuan agar masyarakat menjadi lebih baik dan juga sejahtera. Pada sistem
referendum ini dimana rakyat diikutsertakan dalam urusan pemerintahan dan rakyat juga
diutamakan di dalamnya, tetapi pada sistem ini terdapat kelemahan yaitu referendum
memerlukan biaya yang besar selain itu perbedaan pengetahuan antara rakyat dengan
para pemerintah akan menyulitkan jalannya pemerintahan dan juga dalam pembuatan
undang-undang.
B. SARAN
Sebagai warganegara yang baik, diharapkan agar para pembaca ikut serta dalam
memajukan Negara. Karena pada dasarnya hubungan baik yang terjalin antara
pemerintah dengan rakyat akan membuat suatu Negara menjadi maju dan juga sejahtera
dimana hal itulah yang selalu didambakan di setiap Negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2004. Kewarganegaraan untuk SMA Kelas II Jilid 2. Bandung:


Grafindo Media Pratama.

Aminah, Siti, & Wijianti. 2005. Kewarganegaraan: Citizenship. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.

Dahlan, Saronji. 2004. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas VIII Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

https://www.scribd.com/doc/226007512/Perbandingan-Referendum-Timor-Leste-Tahun-
1999-Dengan-Referendum-Crimea-Tahun-2014#download

https://www.academia.edu/8208869/MAKALAH_SISTEM_PEMERINTAHAN

http://marisamunte.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pkn-tentang-sistem-
pemerintahan.html

http://khairunnasri2.blogspot.co.id/2014/11/demokrasi-dan-demokrasi-di-indonesia.html

http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/04/sistem-pemerintahan.html

17
http://benyyoyoi.blogspot.co.id/2013/03/konsep-demokrasi-bentuk-demokrasi-
dalam_9810.html

18

Anda mungkin juga menyukai