Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

A. ZAAKWAARNEMING
1. Definisi
Menurut pasal 1354 ayat 1 "zaakwaarneming” ialah penyelesaian urusan
orang lain untuk sementara waktu dengan/tanpa pengetahuan orang lain itu
dan tanpa diberi kuasa, mengikat zaakwaarnemer(gestor) untuk meneruskan
dan menyelesaikan urusan tersebut sampai orang yang diwakilinya
(dominus) itu dapat mengerjakan sendiri urusannya.1
Pasal 1354 ayat 2 menetapkan bahwa gestor berkewajiban untuk
mengerjakan semuanya yang termasuk dalam urusan tersebut.
Pasal 1354 ayat 3 menetapkan bahwa gestor mempunyai kewajiban
seperti seorang penerima kuasa yang diberi kuasa dengan tegas.
Menurut pasal 1355 gestor diwajibkan untuk meneruskan urusannya,
meskipun dominus/orang yang diwakilinya meninggal sebelum urusan
diselesaikan, sampai pada saat para ahli-warisnya dominus itu dapat
mengoper urusan tersebut
Tuntutan dominus atas penyelesaian kewajiban gestor diberi nama ACTIO
DIRECTA, sedangkan tuntutan gestor atas pertanggung jawaban dominus
mengenai akibat-akibat zaakwaarneming yang dilaksanakan dengan baik
oleh gestor seperti penggantian biaya-biaya yang telah dikeluarkannya
disebut ACTIO CONTRARIA. Demi membenarkan pengaturam kewajiban-
kewajiban tersebut dalam hukum positif dapat dikemukakan berbagai asas
hukum seperti pemeliharaan "altruisme" (cinta-kasih kepada sesama
manusia) dalam masyarakat, kepentingan masyarakat, keadilan, pengakuan
kewajiban tolong menolong.
Zaakwaarneming hanya merupakan sebuah contoh, disamping itu masih
banyak perbuatan nyata dan perbuatan hukum yang dapat merupakan
zaakwaarneming seperti pemberian bantuan dalam kecelakaan lalulintas,
pemeliharaan anak-anak orang lain untuk sementara waktu. Tidak selalu

1
R.M. Suryodiningrat dalam “Perikatan-perikatan bersumber undang-undang” hal. 2

1
zaakwaarneming menimbulkan hak dan kewajiban termaksud dalam undang-
undang. Baru setelah perbuatan gestor menimbulkan akibat-akibat dalam
bidang hukum harta-benda, maka pasal 1354 dan seterusnya tidak dapat
dilakukan. 2
2. Unsur-unsur Zaakwaarneming Menurut Hofmann-Drion dan Wiersma 3
 Yang diurus adalah kepentingan orang lain

 Bersifat Sukarela (inisiatif sendiri, bukan karena kewajiban


perjanjian)

 seorang wakil harus mengetahui dan menghendaki dalam mengurus


kepentingan orang lain (1354)

 Harus ada keadaan yang mendukung. Misalnya seseorang yang diurus


kepentingannya tidak berada di tempat/ sebab-sebab lain yang
menyebabkan ia tidak dapat mengurus kepentingannya sendiri.

3. Kewajiban Gestor 4
 Dalam melakukan pengurusan, wakil sukarela harus bertindak sebagai
bapak rumah tangga yang baik dan melakukan pengurusan secara layak.
(Pasal 1356 dan 1357)

 Wajib meneruskan pekerjaan yang telah diurusnya karena dianggap


secara diam-diam mengikatkan dirinya hingga yang diwakili dapat
mengurus sendiri kepentingannya (Pasal 1354 KUHPerdata).

2
R.M. Suryodiningrat dalam Perikatan-perikatan bersumber undang-undang” hal. 3
3
Dr. L. C. Hofmann – Mr.H.Drion dan Mr.K.Wiersma “Het Ned. Verbintenissenrecht, de algemene leer
der verbintenissen, 2de gedeelte, 8ste druk, Gronigen 1959, hal 4-12.
4
R.M. Suryodiningrat dalam Perikatan-perikatan bersumber undang-undang” hal. 6

2
 Kewajiban pengurusan ini tetap berlangsung meski yang diwakili
meninggal dunia hingga ahli waris mengambil alih kewajibannya. (Pasal
1355 KUHPerdata)

 Memberikan laporan dan perhitungan mengenai apa yang diterima.

 Bertanggungjawab atas kerugian pihak yang diwakili akibat pelasanaan


tugas yang kurang baik.

4. Hak gestor
 Berhak mendapatkan penggantian biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dalam bagian pengurusan kepentingan secara sukarela tersebut (Gestor
tidak berhak menerima upah).
 Gestor mempunyai hak retensi yaitu menahan barang-barang kepunyaan
orang yang diwakili sampai pengeluaran-pengeluarannya dibayar (Dasar
hukum : Arrest Hoge raad 10 des. 1948)
B. ONVERSCHULDIGDEBETALING
Pembayaran tidak terutang atau dalam bahasa  Belandanya onverschuldigde
betaling terjadi bilamana  seorang melakukan pembayaran kepada pihak lain
tanpa adanya hutang. Pembayaran yang dimaksud adalah setiap pemenuhan
prestasi.
Pasal 1359 ayat 1: “Tiap-tiap pembayaran memperkirakan adanya suatu
utang; apa yang telah dibayarnya dengan tidak diwajibkan, dapat dituntut
kembali”.
a. Orang yang menerima pembayaran karena khilaf (pasal 1360
KUHPerdata)
b. Hak kreditur untuk menggugat (pasal 1361)
c. Itikad buruk dari penerima pembayaran (pasal 1362)
d. Menerima pembayaran dengan itikad baik (pasal 1363 KUHPerdata)
e. Kewajiban membayar biaya dan hak retensi (pasal 1364)

3
C. PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Dalam usaha mengetahui apa yang dimaksudkan dengan "perbuatan
melawan hukum" (onrechtmatige daad), Pasal 1365 KUHPerdata menentukan
sebagai berikut: "Tiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian
pada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut". Dari ketentuan pasal tersebut, dapat ditarik empat
unsur penting yakni:
 Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig);
 Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian;
 Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan;
 antara kesalahan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal.
Kitab undang-undang hukum perdata mulai berlaku di Belanda pada tahun
1838, dan pada waktu itu sampai permulaan abda 20 aliran Legisme sangat besar
pengaruhnya di negeri Belanda. Menurut aliran itu tidak ada hukum selain yang
dimuat dalam undang-undang. Dan karena itu perbuatan melanggar hukum tidak
dapat ditafsirkan perbuatan melanggar undang-undang.5

1. Penafsiran Sempit (Sebelum Hoge Raad)


Karena pengaruh aliran Legisme memberi definisi perbuatan
melanggar hukum sebagai perbuatan melanggar undang-undang. Penafsiran
sempit itu tercermin dalam berbagai putusan kasasi Hoge Raad di negeri
belanda.
Jadi sebelum tahun 1919 Hoge Raad menafsirkan “Perbuatan
Melanggar Hukum” secara sempit sebagai berikut: “Perbuatan melanggar
hukum adalah perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain atau yang
bertentangan dengan kewajiba hukum pelaku perbuatan, dan dalam hal ini
kita hanya harus mengindahkan hak dan kewajiban hukum legal”.

5
R.M. Suryodiningrat dalam Perikatan-perikatan bersumber undang-undang” hal. 17

4
Jadi perbuatan melanggar hukum adalah sama dengan perbuatan tidak
sah/legal. Menurut pengikut-pengikut penafsiran aliran sempit apabila pasal
1365 mengenai “perbuatan melanggar hukum” dilepaskan dari undang-
undang, maka kita akan memberi tugas yang sangat berat pada hakim, yaitu:
“tiada pedoman kecuali pendapatnya sendiri tentang penetapan suatu
perbuatan merupakan “perbuatan melanggar hukum” ataukah tidak, dengan
akibat tidak adanya kepastian hukum.
Namun demikan, timbul perlawanan yang menentang penafsiran
sempit yang dipelopori oleh Molengraaf6, yang menyatakan bahwa ia tidak
rela seseorang dengan seenaknya saja dapat melakukan perbuatan yang tidak
pantas terhadap orang lain yang dirugikannya tanpa dapat dituntut untuk
membayar ganti rugi. Maka dari itu Molengraaff menentang penafsiran
secara sempit.
Molengraaf menulis: “Hanya pendirian kita memenuhi unsur-unsur
mutlak dari kehidupan hukum yang sehat dalam negara yang teratur baik.
Bahwasanya persamaan melanggar hukum dan melanggar undang-undang
akan menjurus ke pelukaan perasaan keadilan, bahkan ke pelanggaran moral
yang baik, akan tetapi hukum dan kesusilaan harus berjalan dengan
bergandengan tangan, saling membantu dan melengkapi.”
Eggens mengomentari pendapat Molengraaff sebagai hasratnya untuk
mencapai keadilan yang mendorong Molengraaff agar “I’tikad baik,
kejujuran dalam pergaulan didalam masyarakat” dalam keyakinannya
menjadi unsur, bahwa hukum adalah kesusilaan yang menjurus ke arah
interprestasinya pasal 1401 BW. Belanda(pasal 1365 KUHperdata) yang
menyebabkan Hoge raad dalam putusan kasasi tanggal 31 Januari 1919
(Drukker-Arrest) Merumuskan perbuatan melanggar hukum sebagai berikut:
“Perbuatan melanggar hukum adalah suatu perbuatan atau tak perbuatan
yang, baik melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban

6
Mr.W.L.P.Amolegraaff “De oneerlijke concurrentie” (Persaingan tidak jujur) dalam “Rechtsgeleerd
Magazijn” tahun 1887.

5
hukum pelaku, atupun melanggar kesusilaan, kepatutan dalam pergaulan di
dalam masyarakat mengenai orang lain atau benda milik orang lain itu”.
Dalam putusan kasasi Hoge Raad tersebut jiwa yang menghidupi
memperoleh kemenangan; kelakuan yang patut dalam pergaulan di dalam
masyarakat menjadi unsur hukum, dan dengan demikian perkembangan
pergaulan di masyarakat menjadi unsur hukum dan dengan demikian
perkembangan hukum sesuai dengan perkembangan pergaulan di dalam
masyarakat dibebankan kepada hukum.7

2. Penafsiran Luas (Sesudah Hoge Raad)


Putusan kasasi Hoge Raad mengakhiri Penafsiran sempit yang diganti
oleh penfsiran luas. Menurut Wirjono Prodjodikoro putusan kasasi Hoge
Raad tersebut merupakan putusan bersejarah yang mengakhiri Penafsiran
Sempit betul-betul memuaskan mayarakat negeri Belanda. 8
ejak tahun 1919, dari kasus Lindenbaum dan Cohen, Hooge Raad telah
menetapkan perumusan luas untuk perbuatan melawan hukum. Sejak arrest
1919 tersebut, perbuatan merupakan perbuatan melawan hukum, apabila;

a) Melanggar hak orang lain/hak subjektief recht


Hak-hak yang paling penting yang diakui yurisprudensi adalah
hak-hak pribadi (persoonlijkheidsrechten), seperti hak atas
kebebasan, hak atas kehormatan dan nama baik, dan hak kekayaan
(vermogensrechten). Yang terutama penting dari vermogensrecht
tersebut adalah hak-hak kebendaan dan lain-lain hak absolute, karena
pelanggaran atas hak kekayaan pribadi (persoonlijke
vermogensrechten), yakni hak-hak menuntut (vorderingsrecht), hak-
hak relative kebanyakan menimbulkan wanprestasi, yang akibatnya
diatur tersendiri dalam undang-undang.
7
MR.J.Eggens “Verzamelde privaatrechtelijke opstellen” hal.326,327. “lets over de ontwikelling van
het privaatrechtelijk denken in de laatstehalve eeuw”, pidato inagurasi sebagai mahaguru
Rechtshoogeschool Batavia, tanggal 16 Mei 1935
8
Wirjono Prodjodikiro SH, “Perbuatan melanggar hukum” cetakab ke-3 hal.15

6
b) Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
Kewajiban hukum atau rechtsplicht adalah kewajiban menurut
hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis.9Melanggar kewajiban di
sini tidak hanya kewajiban menurut Undang-undang dalam arti
formal, akan tetapi juga peraturan-peraturan hukum yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Termasuk dalam kategori perbuatan yang melanggar
kewajiban menurut hukum adalah perbuatan pidana, misalnya
pencurian, penggelapan, penipuan dan pengrusakan. Selain dapat
dituntut secara pidana, juga dapat dituntut ganti rugi berdasarkan
pasal 1365 BW.
c) Bertentangan dengan kesusilaan
Yang dimaksudkan dengan kesusilaan yang baik adalah norma-
norma kesusilaan, sepanjang norma-norma tersebut oleh pergaulan
hidup diterima sebagai peraturan-peraturan hukum yang tidak
tertulis.10
d) Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat.
Pada garis besarnya dapat dinyatakan bahwa suatu perbuatan
adalah bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat apabila;
 perbuatan tersebut sangat merugikan orang lain tanpa
kepentingan yang layak.
 perbuatan yang tidak berfaedah (bermanfaat) yang
menimbulkan bahaya terhadap orang lain, yang menurut
manusia yang normal hal tersebut harus diperhatikan.

9
Rachmat Setiawan, 1982, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung, hlm.
18
10
Moegni Djojodirjo, op.cit, hlm.44

7
D.CONTOH KASUS PERBUATAN HUKUM DAN ANALISANYA
a. kasus satu:
 Kronologi Kasus
Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dibuka dan
disewakan untuk pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk
memasarkannya. Salah satu cara untuk memasarkannya adalah secara
persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek pertokoan di pusat
kota Surabaya itu. Salah seorang diantara pedagang yang menerima ajakan PT
surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.
Tarmin memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk
menjual perabotan rumah tangga dengan nama Combi Furniture. Empat bulan
berlalu Tarmin menempati ruangan itu, pengelola PT Surabaya Delta Plaza
(PT. SDP) mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan
Notaris. Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga
sewa, Service Charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan
sewa menyewa ruangan. Tarmin bersedia membayar semua kewajibannya
pada PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP), tiap bulan terhitung sejak Mei 1988
s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan denda
2 0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan
antara pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dengan Tarmin
dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian.
Kewajiban Tarmin ternyata tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap
kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga tagihan demi tagihan pengelola
SDP tidak pernah dipedulikannya. Bahkan menurutnya, Akte No. 40 tersebut,
tidak berlaku karena pihak PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) telah
membatalkan “Gentlement agreement” dan kesempatan yang diberikan untuk
menunda pembayaran. Hanya sewa ruangan, menurut Tarmin akan
dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun pengelola PT Surabaya

8
Delta Plaza (PT. SDP) berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan
harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum pada Akta tersebut.
Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50
dan Rp. 12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang
harus dibayarkan untuk ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin
tetap berkeras untuk tidak membayarnya. Pengelola PT Surabaya Delta Plaza
(PT. SDP), yang mengajak Tarmin meramaikan pertokoan itu.
Pihak pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) menutup COMBI
Furniture secara paksa. Selain itu, pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT.
SDP) menggugat Tarmin di Pengadilan Negeri Surabaya.
 Analisis Kasus
Setelah pihak PT. Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) mengajak Tarmin
Kusno untuk berjualan di komplek pertokoan di pusat kota Surabaya tersebut,
maka secara tidak langsung PT. Surabaya Delta Plaza (PT SDP) dan Tarmin
Kusno telah melaksanakan kerjasama kontrak dengan dibuktikan dengan
membuat perjanjian sewa-menyewa di depan Notaris. Maka berdasarkan pasal
1338 BW yang menjelaskan bahwa “Suatu perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” sehingga
dengan adanya perjanjian/ikatan kontrak tersebut maka pihak PT. Surabaya
Delta Plaza dan Tarmin Kusno mempunyai keterikatan untuk memberikan
atau berbuat sesuatu sesuai dengan isi perjanjian yang telah dibuat.

Perjanjian tersebut tidak boleh dilangggar oleh kedua belah pihak,


karena perjanjian yang telah dilakukan oleh PT. Surabaya Delta Plaza dan
Tarmin Kusno tersebut dianggap sudah memenuhi syarat, sebagaimana yang
telah diatur dalam pasal 1320 BW. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
empat syarat :

9
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah ada kesepakatan, karena pihak


PT. Surabaya Delta Plaza dan Tarmin Kusno dengan rela tanpa ada paksaan
dari pihak manapun untuk menandatangani isi perjanjian Sewa-menyewa yang
diajukan oleh pihak PT. Surabaya Delta Plaza yang dibuktikan dihadapan
Notaris.
Tapi ternyata Tarmin Kusno tidak pernah memenuhi kewajibannya
untuk membayar semua kewajibannya kepada PT Surabaya Delta Plaza, dia
tidak pernah peduli terhadap tagihan – tagihan yang datang kepadanya dan dia
tetap bersikeras untuk tidak membayar semua kewajibannya. Maka dari itu
Tarmin Kusno bisa dinyatakan sebagai pihak yang melanggar perjanjian.
Dengan alasan inilah pihak PT Surabaya Delta Plaza setempat
melakukan penutupan COMBI Furniture secara paksa dan menggugat Tamrin
Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya. Dan jika kita kaitkan dengan Undang-
undang yang ada dalam BW, tindakan Pihak PT Surabaya Delta Plaza bisa
dibenarkan. Dalam pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa : Dalam pada itu si
piutang adalah behak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah
dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan
oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuat
tadi atas biaya si berutang; dengan tak mengurangi hak menuntut penggantian
biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.

Dari pasal diatas, maka pihak PT Surabaya Delta Plaza bisa menuntut
kepada Tarmin Kusno yang tidak memenuhi suatu perikatan dan dia dapat

10
dikenai denda untuk membayar semua tagihan bulanan kepada PT Surabaya
Delta Plaza.

b. kasus dua:
Jika A dengan mengendarai motor dan menabrak B karena kurang hati-
hati, maka A berdasarkan perbuatan melanggar hukum dapat dituntut oleh B
dihadapan pengadilan agar dapat membayar ganti rugi kepadanya sebesar
upah-upah selama B tidak bekerja, ditambah biaya pengobatan dan perawatan
di rumah sakit, dan jika B menjadi cacat seumur hidup dan karena itu tidak
dapat bekerja lagi, maka A harus memberi nafkah seumur hidup pada B.
Andaikata B adalah seorang gadis cantikyang karena kecelakaan itu
menjadi cacat seumur hidup dan tidak dapat lagi berjalan kaki melainkan harus
menggunakan kursi roda, maka gadis disamping tuntutan penggantian biaya
kursi roda, dapat juga menuntut ganti rugi karena kehilangan kemungkinan
memperoleh jodoh yang disebabkan oleh cacatnya. Apabila A itu cukup
ganteng dan mempunyai kedudukan yang baik, maka A dapat menawarkan
dirinya sebagai calon suami, asal selainnya penggantian biaya pengobatan dan
perawatan di rumah sakit dan biaya kursi roda tidak ditambah ganti rugi atas
kehilangan untuk memperoleh jodoh. Tentu saja penerimaan A sebagai calon
suami bergantung kepada selera gadis B, apakah A akseptabel sebagai suami11

11
R.M. Suryodiningrat dalam Perikatan-perikatan bersumber undang-undang” hal. 24

11
KESIMPULAN
"Zaakwaarneming” ialah penyelesaian urusan orang lain untuk sementara
waktu dengan/tanpa pengetahuan orang lain itu dan tanpa diberi kuasa, mengikat
zaakwaarnemer(gestor) untuk meneruskan dan menyelesaikan urusan tersebut sampai
orang yang diwakilinya (dominus) itu dapat mengerjakan sendiri urusannya.
Pembayaran tidak terutang atau dalam bahasa  Belandanya onverschuldigde
betaling terjadi bilamana  seorang melakukan pembayaran kepada pihak lain tanpa
adanya hutang. Pembayaran yang dimaksud adalah setiap pemenuhan prestasi.

Perbuatan melawan hukum:

Sebelum 31 januari 1919 (aliran sempit) Sesudah 31 januari1919 (aliran luas)

1. Perbuatan melawan hukum adalah 1. Termasuk semua dalam aliran


perbuatan melawan undang- sempit ditambah dengan:
undang. a. Bertentangan dengan sikap
2. Bertentangan dengan kewajiba si hati-hati atau kesusilaan yang
pembuat. sepatutnya ada dalam
3. Melanggar hak subjektif orang pergaulan masyarakat
lain. terhadap diri atau barang lain

DAFTAR PUSTAKA

12
J.Eggens. “lets over de ontwikelling van het privaatrechtelijk denken in de

laatstehalve eeuw”, pidato inagurasi sebagai mahaguru Rechtshoogeschool

Batavia, tanggal 16 Mei 1935. Jakarta

L. C. Hofmann – Mr.H.Drion dan Mr.K.Wiersma. 1959. Het Ned.

Verbintenissenrecht, de algemene leer der verbintenissen. 2de gedeelte, 8ste druk,

Gronigen

Setiawan, Rachmat. 1982. Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum.


Bandung: Alumni
Suryodiningrat, R.M. 1990. Perikatan-Perikatan Bersumber Undang-Undang.

Bandung: Tarsito

Wirjono. Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung: Sumur Bandung

W.L.P.Amolegraaff. 1887. “De oneerlijke concurrentie” (Persaingan tidak jujur)

dalam “Rechtsgeleerd Magazijn”

http://aprian-wibowo.blog.ugm.ac.id/2012/06/22/mari-belajar-hukum-perdata-

pembayaran-tak-terutang-onverschuldigde-betaling. Diunggah 29 Januari, pukul:

22.36

http://wwwgooglecommh.blogspot.com/2010/10/bab4hukum-perikatan.html.

Diunggah 29 Januari 2015, pukul: 22.45

13

Anda mungkin juga menyukai