Anda di halaman 1dari 29

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SEHARI – HARI

ANAK TUNAGRAHITA
Dosen Pengampun : Dra. Wiwik Widajati M, Pd

Disusun Oleh :
Diah Ayuni Fridayanti 17010044001
Danu Eka Meiputra 17010044002
Jihan Devi Annisa 17010044030
Ayu Pratika 17010044078
Oki Panji Asmara 17010044083

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Kecakapan Hidup Sehari – hari II Anak Tunagrahita ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Intervensi Pendidikan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

    
                                                                                 Surabaya,  08 Maret 2020

    
                                                                                            Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii


Daftar Pustaka .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Strategi ................................................................................................................. 3
B. Metode .................................................................................................................. 5
C. Media ....................................................................................................................11
D. Task Analisis ........................................................................................................13
E. Modelling ............................................................................................................. 14
F. ABA ..................................................................................................................... 16
G. Chaining ............................................................................................................... 18
H. Shaping ................................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ............................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memupuk dan melatih
remaja putra dan putri menjadi anggota masyarakat yang kreatif, inovatif, produktif
dan tangguh.Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian
kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan bekerja (vokasional) tetapi memiliki
makna yang lebih luas.WHO (tanpa nama, 2015) mendefinisikan bahwa kecakapan
hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan
tantangan dalam kehidupan yang lebih efektif.
Barrie Hopson dan Scally (dalam Hanie, 2014) mengemukakan bahwa
kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh dan
berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik
dengan individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi
tertentu. Sementara Broling (tanpa nama, 2015) mengartikan lebih sederhana, bahwa
kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan
sehingga seseorang mampu hidup mandiri.Pengertian kecakapan hidup tidak semata-
mata memiliki kemampuan tertentu, namun juga memiliki kemampuan dasar
pendukung secara fungsional seperti membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan
dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
menggunakan teknologi. Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan secara
non formal yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik dengan pemahaman
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan
sikap dan kepribadian professional (Broling).
Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah
memiliki jaminan yang sangat kuat sebagaimana termasuk dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa: “Setiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran”. Oleh karena itu masalah pendidikan merupakan hal yang harus ditangani
secara serius dari semua pihak.
Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan bermutu termasuk anak
berkebutuhan khusus. Hak tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat (1)
menyatakan bahwa: “Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa”. Undang-undang ini menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus
dengan anak pada umumnya memilik hak yang sama dalam pendidikan, tidak
terkecuali anak tunagrahita.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana strategi kecakapan hidup sehari – hari untuk anak
tunagrahita?
2. Apa sajakah metode pembelajaran kecakapan hidup yang dapat diberikan
untuk anak tunagrahita?
3. Media apa yang bisa diterapkan untuk kecakapan hidup anak tunagrahita?
4. Apa dan bagaimana itu task analisis?
5. Apa dan bagaimana bentuk modeling pembelajaran anak tunagrahita?
6. Applied Behavior Analysis (ABA) anak tunagrahita?
7. Chaining untuk anak tunagrahita?
8. Bagaimanakah bentuk asesmen kecakapan hidup anak tunagrahita?

C. Tujuan
1. Mengetahui strategi kecakapan hidup anak tunagrahita
2. Mengetahui metode pembelajaran kecakapan hidup anak tunagrahita
3. Mengetahui media kecakapan hidup anak tunagrahita
4. Mengetahui apa itu task analisis
5. Mengetahui modeling untuk kecakapan anak tunagrahita
6. Mengetahui applied behavior analysis untu anak tunagrahita
7. Mengetahui program chaining untuk anak tunagrahita?
8. Memenuhi tugas Pendidikan Kecakapan Hidup Sehari – hari II Anak Tunagrahita

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi / Metode / Pendekatan / Teknik Pengembangan Kecakapan Hidup


Sehari-Hari Anak Tunagrahita
a) Pengertian Strategi / Metode / Pendekatan / Teknik Pengembangan Kecakapan
Hidup Sehari-Hari Anak Tunagrahita
 Strategi
Secara bahasa strategi dapat diartian sebagai siasat, kiat, trik atau cara,
sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pupuh
Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2007: 3). Menurut Joni (1992/1993)
strategi adalah ilmu atau kiat didalam memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki dan/ atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan ang telah
ditetapkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2005: 1092)
strategi diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus. Maka, dapat diartikan bahwa strategi adalah
rencana atau haluan dalam melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencapai sasaran khusus dengan memanfaatkan sumber belajar yang telah
dimiliki.
Menurut Gagne dalam The Conditions of Learning and Theory of
Instruction, tujuan strategi pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif
Afektif berhubungan dengan nilai dan sikap yang dalam konteks ini
adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi. Pengotimalan aspek afektif akan membantu membentuk
siswa yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan secara motorik
terampil.
b. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terkadang siswa bersifat pasif sehingga
hanya memperoleh kemampuan intelektual saka. Idealnya sebuah
pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.

 Metode
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V metode adalah cara teratur
yang diguanakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode
6
juga dapat didefinisikan sebagai an established, habitual, logical, or
systematic process of achieving certain ends with accuracy and efficiency,
usually in an ordered sequence of fixed steps (praktik yang mapan,
kebiasaan, logis atau proses sistematis untuk mencapai tujuan tertentu
dengan akurasi dan efisiensi, biasanya dalam urutan teratur langkah-langkah
tetap).
Ciri – ciri metode pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut : 
- Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan
watak murid dan materi
- Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan
mengantarkan murid pada kemampuan praktis.
- Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan
materi.
- Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan pendapat.
- Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat
dalam keseluruhan proses pembelajaran.

 Pendekatan
Pendekatan Pembelajaran adalah cara pandang atau titik tolak pendidik
yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi
yang ditentukan. Secara umum, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered approach).
2. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Sanjaya, 2008:127).

 Teknik
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode

7
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini,
guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Macam-macam strategi/metode/pendekatan/teknik pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pelajaran kecakapan hidup sehari-hari yaitu :
1. Strategi Digital
a. Mobile Learning
Mobile learning merupakan pembelajaran yang dilakukan antar tempat
atau lingkungan dengan menggunakan teknologi yang mudah dibawa pada
saat siswa berada pada kondisi mobile/ponsel. Program mobile learning yang
dimaksudkan adalah program media pembelajaran berbasis
ponsel/HP/mobile. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di dalam
dunia pendidikan terus berkembang dalam berbagai strategi dan pola, yang
pada dasarnya dapat dikelompokkanke dalam sistem e-Learning sebagai
bentuk pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik dan media
digital, maupun mobile learning (m-learning) sebagai bentuk  pembelajaran
yang khusus memanfaatkan perangkat dan teknologi komunikasi bergerak.
Manfaat mobile learning bagi peserta didik menurut Attewell, Jill, (2009:6)
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan keterlibatan, motivasi, dan antusias peserta didik untuk
belajar
2) Memperbaiki rasa ingin belajar mandiri, rasa memiliki terhadap
belajar dan motivasi diri
3) Memperbaiki ketepatan waktu dan kehadiran dalam belajar
4) Meningkatkan luaran universita atau lembaga
5) Meningkatkan partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
6) Meningkatkan partisipasi peserta didik dengan kesulitan belajar dan
keterbatasan atau ketidakmampuan dalam belajar
b. Blended Learning
Konsep Blended Learning merupakan istilah yang baru dan mengikuti
perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
kehidupan manusia, blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris
dan terdiri dari dua suku kata yaitu: blended dan learning. Dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai pembelajaran kombinasi, pembelajaran
gabungan, atau pembelajaran bauran, sehingga blended learning dapat
dimaknai sebagai gabungan pembelajaran secara tatap muka dengan secara
virtual dengan menggunakan aplikasi TIK.
Kelebihan blended learning yaitu :
1. Penyampaian pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana
saja dengan memanfaatkan sistem jaringan internet.

8
2. Peserta didik memiliki keleluasan untuk mempelajari materi atau
bahan ajar secara mandiri dengan memanfaatkan bahan ajar yang tersimpan
secara online.
3. Kegiatan diskusi berlangsung secara online/offline dan berlangsung
diluar jam pelajaran, kegiatan diskusi berlangsung baik antara peserta didik
dengan guru maupun antara antar peserta didik itu sendiri.
4. Pengajar dapat mengelola dan mengontrol pembelajaran yang
dilakukan siswa diluar jam pelajaran peserta didik.
5. Pengajar dapat meminta kepada peserta didik untuk mengkaji materi
pelajaran sebelum pembelajaran tatap muka berlangsung dengan
menyiapkan tugas-tugas pendukung.
6. Target pencapaian materi-materi ajar dapat dicapai sesaui dengan
target yang ditetapkan
7. Pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku
Kekurangan blended learning yaitu :
1. Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-
learning
2. Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk  mengembangkan
dan mengelola pembelajaran sistem e-learning, seperti mengembangkan
materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian, serta menjawab
atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta
didik.
3. Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik
dan referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka
4. Tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung dan rendahnya
pemahaman tentang teknologi.
5. Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan
potensi blended learning.
c. Virtual Learning Environment (VLE)
Virtual Learning Environment (VLE) merupakan sebuah tempat
belajar/kelas yang di dalamnya terdapat pengajar dan peserta didik belajar dan
berkomunikasi tetapi melalui online. Lingkungan belajar virtual ini menuntut
adanya website khusus yang dapat menghubungkan peserta didik dengan
pengajar maupun antar peserta didik itu sendiri, karena segala informasi kelas,
material pembelajaran, serta tugas yang harus dikerjakan semuanya terdapat
di dalam web tersebut. Untuk mengikuti kelas virtual, kita hanya wajib
menyediakan beberapa persiapan seperti komputer / laptop / tablet yang
memiliki software khusus.
Banyak sekali keunggulan dari lingkungan belajar virtual ini. Orang-orang
dari tempat yang berbeda dan berjauhan dapat saling berkumpul dalam satu
web dan berbagi pengetahuan dengan cara yang sangat menyenangkan.

9
Namun, kelas virtual ini tetap tidak dapat mengganti fungsi dari kelas
tradisional sebelumnya. Kelas virtual ini hanya dibuat untuk dijadikan
tambahan dan sekaligus sarana komunikasi dan silaturahmi untuk para
penggunanya.
d. Computer Based Training (CBT)
Dengan majunya teknologi komputer, membuat manusia mulai menggunakan
jasa komputer dalam membantu menyelesaikan pekerjaannya sehari-hari,
contohnya adalah dalam proses pembelajaran. Salah satu aplikasinya adalah
pembuatan perangkat lunak yang disebut CBT (Computer Based Training).
CBT merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi komputer sebagai medianya yang dikemas secara menarik dan
interaktif. CBT dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran dimana siswa
dapat belajar melalui sebuah pelatihan program pembelajaran pada sebuah
komputer, CBT sangat bermanfaat dalam melatih siswa untuk menggunakan
aplikasi di komputer, karena CBT dapat di intregasikan dengan berbagai
aplikasi lainnya. Beberapa contoh CBT adalah bentuk tutorial dalam membuat
suatu kreasi. Pada beberapa definisi CBT dapat disebut dengan
tutorial, computer-assisted instruction (CAI).
Kelebihan Computer Based Training (CBT) :
 Tampilannya bisa mengasilkan kombinasi antara tulisan (teks), suara
(audio), gambar (video), serta animasi.
 Dapat mengakses animasi informasi secara instan dari manapun yang
dicakup dari compact disk tersebut.
 Dapat menghasikan gambar yang lebih jelas
 Program dan sistem compurt based treaning (CBT) yang lebih
canggih lebih memungkinkan pembelajaran mengakses lebih banyak
bukan hanya satu macam pilihan seperti pada audiotape ataau
videotape.
 Menyediakan fasilitas akses informasi yang lebih banyak.
 Dapat disesuaikan dengan motivasi, kemampuan, dan kecepatan
belajar.
 Mengurangi kekhawatiran pembelajaran jika kurang paham.
 Peserta dapat belajar sesuai kecepatan pemahaman masing-masing,
tanpa dibatasi ruang dan waktu
Kelemahan Computer Based Treaning :  
 Kurang adanya interaksi antar manusia, jadi untuk peserta didik yang
menyukai interaksi dalam metode pembelajaran tradisional akan
menganggap pembelajaran dengan model CBT sangat sulit bagi
mereka.
 Memerlukan biaya yang cukup mahal, (untuk mengembangkan
materi, biaya software atau hadware yang digunakan).

2. Strategi Non-Digital

10
a. Strategi Pembelajaraan Kooperatif/Kelompok
Pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaraan kooperatif
merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim
kecil yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah :
1. Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik
2. Penerimaan perbedaan pada masing-masing individu
3. Mengembangkan keterampilan sosial
4. Melatih rasa tanggungjawab pada kelompok
5. Mengembangkan kemampuan kerjasama tim
Kelebihan belajar kooperatif menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah sebagai
berikut:

1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu


menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber,
dan belajar dari siswa yang lain,
2. Meningkatkan prestasi siswa,
3. Memperdalam pemahaman siswa,
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar,
5. Menyenangkan siswa,
6. Mengembangkan sikap kepemimpinan,
7. Mengembangkan sikap positif siswa,
8. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima
segala perbedaan,
9. Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri,
10. Membuat belajar secara inklusif, dan
11. Mengembangkan rasa saling memiliki.

Menurut Dess (1991: 411) beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif


adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai


target kurikulum,
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru
tidak mau menggunakan strategi pembelajaran kooperatif,

11
3. Menuntut sifat tertentu pada siswa, misalnya sifat suka bekerja sama,
4. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu,
5. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,
6. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan,
7. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan
siswa yang lain menjadi pasif, dan

b. Strategi Pembelajaran Siklus (Learning Cycle)


Siklus belajar merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered). Pembelajaran ini terdiri dari beberapa rangkaian tahap-
tahap kegiatan yang biasa disebut sebagai fase. Pada awalnya memiliki tiga
fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Namun
saat ini telah dikembangkan sehingga memiliki lima fase dengan ditambahkan
fase engagement sebelum explorasi dan fase evaluasi pad bagian akhir siklus.
Kelebihan pembelajaran siklus :
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pesetra didik dilibtkan secara
aktif dalam proses pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kekurangan pembelajaran siklus :
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2. Menurut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlikan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.

c. Strategi Pembelajaran Generatif (Generative Learning)


Pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang menekankan pada
pengintegrasian secara aktif antara pengetahuan awal dengan pengetahuan
baru yang dimiliki siswa melalui peran aktifnya dalam pembelajaran.
Pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap pembelajaran yaitu eksplorasi,
pemfokusan, tantangan, dan penerapan konsep atau aplikasi.
Kelebihan generative learning :

12
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pikiran / pendapat / pemahamannya terhadap konsep matematika.
2. Melatih siswa untuk mengkomunikasikan konsep matematika.
3. Melatih siswa untuk menghargai gagasan orang lain.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk perduli terhadap
konsepsi awalnya (terutama siswa yang miskonsepsi), siswa
diharapkan menyadari miskonsepsi yang terjadi dalam pikirannya dan
bersedia memperbaiki miskonsepsi tersebut.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
6. Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena siswa dapat
membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta
intervensi guru.
7. Guru mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk
mengkonstruksi konsep yang akan dipelajari.
8. Guru menjadi terampil dalam memahami pandangan siswa, dan
mengorganisasi pembelajaran. 
Kekurangan generative learning :
1. Siswa yang pasif merasa diteror untuk mengkonstruksi konsep.
2. Membutuhkan waktu yang lama.
3. Bagi guru yang tidak berpengalamanakan merasa kesulitan untuk
mengorganisasi pembelajaran.

d. Strategi Pembelajaran Technical and Vocational Education Training (TVET)


TVET dikembangkan memperhatikan sasaran yang tepat, tujuan yang
jelas, kompetensi dan indikator kinerja yang jelas, serta transformasi
pencapaian misi dan visi yang terukur. Pembelajaran TVET yang baik adalah
pembelajaran yang berdampak pada diri dan masa depan peserta didik dalam
kehidupan sosial, ekonomi, seni, budaya teknologi dan pemeliharaan
lingkungan alam. Pembelajaran TVET fokus pada pengembangan kompetensi
berdasarkan pemetaan potensi individu lalu mengembangkan potensi itu
menjadi kapasitas mereka untuk dapat memasuki dunia kerja. Pembelajaran
TVET diarahkan pada pengalaman berbagai aspek vokasional terkait berbagai
pengetahuan, skill, dan sikap kerja ppada berbagai jenis jabatan
perkerjaan/okupasi termasuk karakteristik lingkungan kerja.
Tujuan pembelajaran TVET adalah sebagai berikut :
 Melakukan pekerjaan rutin
 Menguasai prosedur kerja sehari-hari
 Meningkatkan produktivitas

13
 Mampu bekerja dalam tim kolaborasi
 Memiliki jiwa kewirausahaan

e. Metode Praktik (Demonstrasi)


Metode praktik adalah suatu metode dengan memberikan materi
pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan, dengan
harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktikkan
materi yang dimaksud suatu saat nanti. Metode ini memberikan jalan kepada
para siswa untuk menerapkan, menguji dan menyesuaikan teori dengan
kondisi sesungguhnya melalui praktik atau latihan akan mendapatkan
pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan
keterampilan yang diperlukan.
Teknik mengajar ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa
memiliki kerampilan motorik/gerak, mengembangkan kecakapan intelek dan
memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain.
Kelebihan metode praktik atau latihan diantaranya adalah :
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti melafalkan kata-kata atau
kalimat, membuat alat-alat dan gerakan, memperoleh kecakapan mental,
seperti dalam perkalian, menjumlah-kan, pengurangan, memperoleh
kecakapan dalam bentuk asosiasi yang di buat, seperti hubungan huruf-
huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta.
2. Pembentukan kebiasaan yang di lakukan dan menambah ketepatan, serta
kecepatan pelaksanaan.
3. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi
dalam pelaksanaanya, meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa
karena pekerjaan yang dilakukan memberikan tantangan baru baginya.
4. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena pekerjaan yang di
lakukan memberikan tantangan baru serta mempermudah dan
memperdalam pemahaman tentang berbagai teori yang terkait dengan
praktik yang sedang di kerjakan.
Kelemahan metode praktik atau latihan diantaranya adalah :
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak
dibawah kepada penyesuaian dan di arahkan jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis,
menimbulkan verbalisme.
Memerlukan persiapan yang matang meliputi kegiatan dan peralatan
yang di perlukan

f. Metode Drill

14
Metode drill adalah metode dalam pengajaran dengan melatih peserta
didik terhadap bahan yang sudah diajarkan/ berikan agar memiliki
ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana,
1995:86).
  Tujuan penggunaan metode drill adalah diharapkan agar siswa:
1. Memiliki ketrampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal katakata,
menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau
melaksanakan gerak dalam olah raga.
2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagikan,
menjumlah, tanda baca, dll.
3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan, misalnya
hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir, antara
huruf dan bunyi, dll.
4. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah
baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi
lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya.
5. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak
didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih
mendalam.
Metode drill memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh penguasaan dan
ketrampilan yang diharapkan. 
2. Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin
dan disiplin. 
b. Kekurangan
1. Bisa menghambat perkembangan daya inisiatif murid. 
2. Kurang memperhatikan relevansinya dengan lingkungan. 
3. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.
g. Metode Tutorial
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), tutorial
adalah pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang
peserta didik. Metode tutorial adalah metode pembelajaran dengan mana
seorang pendidik memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik secara
individual.
Suhito (1984: 64) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran
tutorial terdapat ciri-ciri yang menjadi kekhasan dari model pembelajaran
tutorial. Ciri-ciri itu antara lain sebagai berikut:

15
1. Tujuan pengajaran dari metode pembelajaran tutorial adalah
memeberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk
mengembangkan kemamapuan mememcahkan masalah secara
rasional,
2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam
kehidupan,
3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap
anggota merasa dirinya sebagai bagian kelompok yang
bertanggungjawab,
4. Mengembangkan kemamampuan kepemimipinanan keterampilan pada
setiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah
kelompok. Peserta didik dalam pembelajaran ini memiliki ciri-ciri:
 Setiap peserta didik merasa sadar diri memiliki anggota
kelompok
  Setiap peserta didik sadar diri memiliki tujuan bersama berupa
tujuan kelompok
  Memiliki rasa saling membutuhkan dan tergantung
  Interaksi dan komunikasi antar anggota
  Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab
kelompok

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Tutorial


 Keunggulan
1. Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual
sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani
secara spesifik pula.
2. Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan
kemampuannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan
belajar siswa yang lain.
 Kelemahan
1. Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal karena guru harus
melayani siswa dalam jumlah yang banyak.
2. Jika tetap dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim
atau “team teaching” dengan pembagian tugas di antara
anggota tim.
3. Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk melayani siswa dalam
jumlah yang banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan
pemahamann guru tentang materi pembelajaran.

h. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek
16
di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang
dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan
keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).
Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta
melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya
bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai
kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian
peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang
kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam
simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat
melakukan suatu kegiatan/tugas yang benarbenar akan dilakukannya.
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembalajaran
adalah sebagai berikut:
 Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleg guru
 Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
 Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur,
teknik, dan peran yang dimainkan
 Prose pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan
prosedur dapat dilakukan dengan diskusi.
 Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi

Menurut Suwarna, M.Pd Langkah-langkah yang perlu


ditempuh dalam melaksanakan simulasi adalah:

 Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai


 Memberikan gambaran tentang situasi yang akan disimulasikan
 Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
 Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi 
Melaksanakan simulasi
 Melakukan penilaian
Kelebihan dan kelemahan dari metode Simulasi adalah sebagai
berikut:
1) Kelebihan
 Siswa dapat melaksanakan interaksi sosial dan kominikasi
dalam kelompoknya.
 Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga
terlibat langsung dalam pembelajaran.
 Dapat mebiasakan siswa untuk memahami permasalahan
sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi
pembelajaran yang berbasis konstekstual

17
 Melalui kegiatan kelompok dalam simulasi dapat membina
hubungan personal yang positif
 Dapat membangkitkan imajinasi
 ⁸Membina hubungan komunikatif dan kerjasama dalam
kelomok
2) Kelemahan
 Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak
 Sangat bergantung pada aktivitas siswa
 Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
 Banyak siswa yang kurang menyenangi simulasi sehingga
simulasi tidak efektif.
i. Teknik Modelling
Pemodelan atau metode modeling adalah salah satu dari tujuh
komponen pembelajaran kontekstual (Senduk dan Nurhadi, 2003).
Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru. Teori ini diperkenalkan oleh Albert
Bandura yang mengatakan bahwa perilaku manusia tidak hanya dikuasai oleh
kekuatan internal dalam dirinya, melainkan sebagai hasil interaksi yang
kontinyu dari lingkungan.
Langkah-langkah menurut Wijaya (2004: 17) yang dipakai adalah
sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan topik atau materi yang akan diajarkan;
2) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok kecil sesuai jumlah
mereka.
3) Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan
tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat,
4) Berikan kepada siswa waktu 10-15 menit untuk mengerjakan sesuai
dengan skenario kerja,
5) Setiap kelompok dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
dikerjakan secara berkelompok,
6) Guru mengumpulkan hasil kerja kelompok siswa,
7) Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja
masing-masing. Setelah selesai, berkesempatan kepada kelompok lain
untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan,
8) Guru memberi penjelasan secukupnya sedangkan siswa bertanya yang
belum dimengerti,
9) Evaluasi,
10) Penutup.
Langkah-langkah pembelajaran yang laksanakan dengan baik dan sistematis
akan menampakkan hasil yang baik pula. Demikian juga pada penggunaan waktu,
kegiatan ini akan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Kelebihan dan Kekurangan Modeling

18
a. Kelebihan
1. Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema yang
dijumpai
2. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa
3. Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan pikiran
serta perasaannya dengan jelas dan tepat
4. Mau menerima dan menghargai pendapat orang lain
5. Memupuk perkembangan kreativitas anak
b. Kekurangan
1. Waktu yang terbatas
2. Rasa malu dan takut siswa akan mengakibatkan hasil yang kurang
memenuhi harapan
j. Teknik Shapping
Shaping merupakan proses penguasaan respon yang dikehendaki
(dikondisikan), ketika pembentukan perilaku merupakan pemberian
reinforcement setelah sukses melaksanakan apa yang diinginkan melewati
serangkaian perilaku yang diulangi untuk menjadi lebih baik lagi (Rahmawati,
2009).
Dalam shaping terdapat kegunaan dalamm membentuk perilaku yang
diinginkan. Menurut Miltenberger (2004:198), kegunaan shaping yaitu :
1) Membentuk perilaku baru, misalnya merias diri (memakai
parfum dll)
2) Memunculkan kembali perilaku yang sebelumnya sudah pernah
muncul. Perilaku tersebut sudah pernah muncul, namun karena
suatu alasan, perilaku tersebut tidak dimunculkan lagi oleh
orang tersebut. Misalnya memunculkan perilaku tidak
berbahaya yang enggan dimunculkan oleh orang tersebut
karena trauma,
3) Mengubah beberapa dimensi perilaku yang dimunculkan
seseorang.

Langkah – langkah Shaping yang perlu dilakukan :


1. Membuat analisis.
2. Menetapkan target perilaku spesifik yang akan dicapai
bersama konseling
3. Membuat perencanaan dengan membuat tahapan
pencapaian perilaku mulai dari perilaku awal sampai
perilaku akhir (misalnya latihan makan menggunakan
sendok).
4. Tetapkan langkah-langkah untuk shaping. Setiap langkah
harus semakin mendekati target behavior. Perubahan dari
langkah satu ke langkah yang lain tidak boleh terlalu besar

19
atau terlalu kecil. Jika perubahan terlalu kecil, maka
progresnya akan terlalu lambat dan lama. Langkah yang
dipilih harus tepat dengan harapan bahwa penguasaan satu
langkah akan memfasilitasi pencapaian langkah berikutnya.
5. Tetapkan reinforcementnya. Pilihlah konsekuensi yang
akan menguatkan orang tersebut dalam berperilaku sesuai
dengan prosedur shaping. Reinforcement harus segera
diberikan setelah perilaku yang diharapkan ditiap langkah
muncul. Reinforcer juga harus berupa hal-hal yang tidak
mudah membuat orang jenuh atau mudah terpenuhi
kepuasan atau kebutuhanya.
6. Lakukan reinforcement berbeda pada tiap tahapan. Mulai
dari starting behavior,beri penguatan pada perilaku agar
perilaku lebih sering muncul, kemudian mulai beri
penguatan pada perilaku baru yang ada pada langkah
berikutnya dan berhenti memberi penguatan pada perilaku
sebelumnya.
7. Perpindahan langkah shaping harus dilakukan secara
berurutan (mengikuti tahapan yang tepat). Tiap langkah
shaping adalah batu loncatan untuk langkah berikutnya.
Ketika seseorang sudah menguasai satu langkah, segera
maju ke langkah berikutnya yang lebih mendekati target
behavior. Jangan berpindah ke tahap selanjutnya sebelum
klien menguasai perilaku tersebut. Jika tidak yakin kapan
harus meningkat ke tahap selanjutnya, maka majulah ke
tahap berikutnya setelah klien mampu memperlihatkan
perilaku sebanyak 6 atau 10 kali. Jangan memberikan
reinforcement terlalu sering atau terlalu jarang pada tiap
tahapnya

Kekurangan Metode Shaping :


Tanpa adanya sistem hukuman dimungkinkan akan dapat
membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan dan pelajaran. hal tersebut akan menyulitkan lancarnya
kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning,
tugas guru akan menjadi semakin berat.

Dari beberapa strategi/metode/pendekatan/teknik diatas, maka dapat


dikelompokkan dalam pembelajaran kecakapan hidup anak tunagrahita sebagai
berikut :
1. Personal Skill
a. Digital :
 Mobile Learning
20
 Computer Based Training (CBT)

b. Non-Digital :

 Metode Simulasi
 Metode Praktik (Demonstrasi)
 Metode Tutorial
 Teknik Modelling
 Teknik Shapping

2. Sosial Skill
a. Digital :
b. Non-Digital :
3. Okupasional
a. Digital :
b. Non-Digital :
4. Vokasional
a. Digital :
 Mobile Learning
 Computer Based Training (CBT)
b. Non-Digital :
 Strategi Pembelajaraan Kooperatif/Kelompok
 Strategi Pembelajaran Siklus (Learning Cycle)
 Strategi Pembelajaran Generatif (Generative Learning)
 Strategi Pembelajaran Technical and Vocational Education Training
(TVET)
 Metode Praktik (Demonstrasi)
 Metode Drill

B. Media Pengembangan Kecakapan Hidup Sehari-Hari Anak Tunagrahita


1) Media Digital
a. Foto
Foto merupakan media grafis yang mempunyai tujuan untuk menarik
perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan fakta atau informaso
yang mungkin akan cepat diterima jika diilustrasikan dalam bentuk
gambar.
b. Diagram
Diagram adalah gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan
simbol. Diagram juga diartikan sebagai lambang-lambang tertentu yang
dapat digunakan untuk menjelaskan sarana, prosedur serta kegiatan yang
biasa dilaksanakan dalam suatu sistem.
c. Video Modelling

21
Video modelling adalah alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan
perilaku yang diinginkan melalui representasi video. Representasi video
akan melibatkan individu untuk menonton demostrasi yang ditayangkan
dan kemudia meniru perilaku model.
d. Video Animasi
Pada media pembelajaran video animasi terdapat tampilan yang
memadukan antara audio dan visual. Media visual animasi dapat
memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan
organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual animasi pula dapat
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi
pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual animasi
sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus
berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses
informasi.
i. Game Edukasi
Game edukasi adalah semua bentuk permainan yang dibuat, untuk
memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para
pemain-pemain permainan tersebut yang diberi muatan pendidikan.

b. Media Non-Digital
i. Gambar
Gambar berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui indera penglihatan
dengan berbagai variasi warna ataupun desain yang menarik.
ii. Bagan
Fungsi dari media pembelajaran ini adalah memberikan ide-ide atau konsep-
konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Bagan
juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu persentasi.
iii. Poster
Poster adalah media yang diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku orang yang melihatnya. Poster merupakan media komunikasi
yang efektif untuk menyampaikan pesan singkat, padat, dan impresif, karena
ukurannya yang relatif besar.
iv. Papan Tulis
Untuk penggunaan papan tulis diperlukan perhatian terhadap tulisan atau
gambar di papan yang jelas dan bersih, hindari penggunaan papan tulis yang
terlalu penuh dengan tulisan.
v. Flip Chart
Flip chart adalah lembaran kertas media flip chart yang berisikan bahan
pelajaran yang tersusun rapi dan baik. Penggunaan media ini adalah salah
satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis.
Lembaran kertas yang sama ukurannya dijilid jadi satu dengan baik agar
lebih bersih dan baik.

22
Dari beberapa media diatas, maka dapat dikelompokkan media yang dapat digunakan
dalam kecakapan hidup atg dengan :
1. Personal Skill

a) Digital :

 Foto
 Video Modelling
 Video Animasi
 Game Edukasi

b) Non-Digital :

 Poster
 Gambar
2. Sosial Skill
a. Digital :
b. Non-Digital :
3. Okupasional
a. Digital :
 Foto
 Video Modelling
 Video Animasi
 Game Edukasi

b. Non-Digital :
 Gambar
 Flip Chart
4. Vokasional
a. Digital :
 Foto
 Video Modelling
 Video Animasi
 Game Edukasi
b. Non-Digital :
 Gambar
 Flip Chart

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pengembangan kecakapan hidup anak tunagrahita dapat melalui proses
pembelajaran dan pelaksanaan yang berorientasi pada kecakapan hidup; landasan
pelaksanaan pengembangan kecakapan hidup; dan pola pelaksanaan yang dapat
dilakukan. Metode yang dapat digunakan yaitu metode ceramah, metode argumentasi,
metode drill, metode kawan sebaya, metode bermain, metode tanya jawab, metode
grouping, dan metode pengantara (mediation). Media pengembangan kecakapan hidup
anak tunagrahita dibagi menjadi dua yaitu media digital dan media non-digital. Media
pembelajaran digital dapat meliputi media audio visual aids (AVA) dan Kinect.
Sedangkan media pembelajaran non-digital meliputi materi mengurus diri, merawat diri,
menolong diri, berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan mengisi waktu
luang.
Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kecakapan
hidup anak tunagrahita diantaranya yaitu task analisis, modelling, Applied Behavior
Analysis (ABA), dan chainning. Sebelum menentukan metode pembelajaran kecakapan
hidup yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita, tentunya harus dilakukan

24
asesmen terlebiih dahulu. Instrumen asesmen harus dikhususkan dan disesuaikan dengan
materi dalam pelajaran kecakapan hidup.

B. Saran
Dengan adanya pelaksanaan asesmen kecakapan hidup seharusnya program
pembelajarannya juga harus disesuaikan dengan karakteristik pada masing-maasing
anak. pemilihan metode yang tepat dapat menentukan hasil akhir dari pembelajaran.

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia V


Muchammad Nursalim, dkk.2017.Psikologi Pendidikan.Surabaya.UNESA University
Press.
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-metode (diakses 23 Februari 2020)
https://www.academia.edu/19500381/pengertian_metode_pembelajaran_-
_www.volimaniak.com (diakses 23 Februari 2020)
http://digilib.unila.ac.id/14940/12/LANDASAN%20TEORI.pdf (diakses 23 Februari 2020)
http://digilib.uin-suka.ac.id/8243/1/NAILUL%20FALAH%20APLIKASITEORI%20MODELING
%20DALAM%20PEMBINAAN%20SHALAT%20PADA%20ANAK.pdf (diakses 24 Februari 2020)
https://silabus.org/pembelajaran-anak-tunagrahita/ (diakses 25 Februari 2020)
http://repository.upi.edu/22232/4/S_PLB_1100263_Chapter1.pdf (diakses 26 Februari 2020)
http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2017/10/sbm-f-7-d-tujuan-dan-manfaat-strategi.html
(diakses 08 Maret 2020)

25
https://www.academia.edu/15885435/Teori_Shaping_and_Fading (diakses pada 6
maret 2020)
http://eprints.uad.ac.id/7059/1/Buku%20Panduan%20Layanan%20Konseling
%20Individual%20Pendekatan%20behavioristik%20Teknik%20Shaping%20untuk
%20Mengatasi%20Perilaku%20Terlambat%20Datang%20ke%20Sekolah.pdf
(diakses pada 6 maret 2020)
http://darus-sunnah-belajarblog.blogspot.com/2012/04/teori-belajar-skinner.html?m=1
(diakses pada 7 maret 2020)

PERTANYAAN DAN JAWABAN KELOMPOK 4


Kelompok Penanya : Kelompok 1
1. Ananda Putri Pramesti (06/17010044006)
Menurut kelompok kalian, apakah Mobile Seamless Learning cocok diberikan
pada pembelajaran anak tunagrahita?
Jawab : Pembelajaran apapun akan cocok bila telah disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Chan et al (2006) mendefenisikan Kontinuitas dari pembelajaran
dengan berbagai skenario ini dikenal dengan istilah Seamless Learning. Chan
telah menggunakan istilah Seamless Learning untuk segala aktifitas yang
ditandai dengan kontunuitas pengalaman belajar melalui konteks belajar yang
berbeda dengan menggunakan teknologi mobile dan ubiqitous, dalam hal ini
seperti smartphone berperan penting dalam Seamless Learning. Pada
dasarnya dalam Seamless Learning, pebelajar diberikan kesempatan untuk
berkolaborasi dan berinteraksi dengan berbagai cara dengan teman sejawat,
sumber belajar dan dunia nyata (physical world), selain itu interaksi tersebut
juga dilakukan melalui dunia maya (virtual worlds). Melihat kecanggihan

26
dunia sekarang, teknologi bukan lagii mengenai tulisan dilayar, tetapi ada
video yang mampu disesuaika untuk kebutuhan pembelajaran anak.

2. Nika Rizki Nur Prawitasari (10/17010044013)


Media dan strategi apa yang cocok digunakan untuk anak tunagrahita kategori
sedang?
Jawab : Menurut kelompok kami metode demostrasi cocok untuk digunakan anak
tunagrahita kategori sedang. Metode demonstrasi dengan bantuan gambar
langkah-langkah berkebun agar anak bisa melihat langsung tata caranya
melalui demonstrasi dari guru. Selain strategi dan media tersebut tentunya
masih banyak strategi/media yang dapat dipadukan dan diterapkan dengan
baik untuk mendukung proses pembelajaran. Strategi/media yang dipilih
tentunya disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sarana prasarana atau
sumber belajar yang sudah tersedia.

3. Gilang Facturochman (14/17010044033)


Media digital apa yang sesuai dengan semua spesifikasi anak tunagrahita?
Jawab : Media digital yang sesuai untuk anak tunagrahita yakni; video modelling,
video animasi, foto, dan game edukasi. Karena media ini mampu menarik
perhatian anak untuk lebih memusatkan perhatiannya pada materi atau suatu
hal yang sedang diajarkan.

4. Ega Edva N. H (17/17010044049)


Dalam mengenalkan uang, metode apa yang cocok diberikan untuk anak?
Jawab: Menurut kelompok kami metode yang cocok diberikan pada saat mengenal
uang adalah metode demonstrasi. Dimana metode demonstrasi dengan
bantuan gambar mata uang dan contoh bermain peran berjualan. Pada
bermain peran berjualan dihubungkan dengan pengenalan uang agar anak
dapat melakukan interaksi langsung dalam permainan.

5. Dormian K. Siregar (25/17010044093)


Bagaimana media kinect digunakan dalam aktivitas mandi? Jelaskan!
Jawab: Media kinect juga dapat digunakan untuk mengajarkan anak tata cara mandi
dengan menggunakan game interaktif. Dalam game tersebut terdapat tata cara
mandi yang benar dan point sebagai reward ketika anak mampu melakukan
tugas dengan benar. Game tersebut dihubungkan dengan alat kinect agar anak
dapat melakukan interaksi langsung dalam permainannya. Jadi, tokoh di dalam
game dapat dikendalikan anak dengan cara menggerakkan anggota tubuhnya
sesuai dengan perintah yang dimaksud.

Kelompok Penanya : Kelompok 3


1. Usfatun Dian I (07/17010044007)

27
Apakah di SLB atau sekolah inklusi sudah menerapkan strategi/metode
pembelajaran yang lebih modern? Contoh: Blended learning, seamless mobile
learning
Jawab: Sudah ada beberapa sekolah inklusi/SLB yang menerapkan pembelajaran
modern atau e-learning. Tetapi metode e-learning ini belum diterapkan secara
maksimal karena sarana dan prasarana yang belum mencukupi, jadi
pembelajaran e-learning hanya dijadikan sebagai variasi agar pembelajaran
tidak membosankan. Pembelajaran modern yang sering dijumpai yaitu seperti
pembelajaran berbasis komputer atau mobile learning.

2. Rebekka Romauli S (13/17010044032)


Dalam perkembangan era pembelajaran saat ini perlukah guru/pendidik
memberikan pembelajaran digital? Atau lebih baik non digital? Berikan
alasannya!
Jawab: Baik pembelajaran digital maupun non-digital keduanya tetap harus dilakukan.
Setiap strategi/metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing, maka penerapan strategi/metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi belajar. Jadi pembelajaran digital dan non-digital
tetap harus dilakukan dengan beriringan untuk mendapatkan keuntungan
belajar yang baik.

3. Dhevasmarangga B. A. P (19/17010044075)
Upaya apa yang harus dilakukan guru agar dapat menerapkan strategi
pembelajaran yang baik?
Jawab: Pelaksanaan strategi pembelajaran yang tepat tentunya didukung dengan
berbagai faktor seperti media pembelajaran, kondisi kelas, kondisi siswa, dll.
Jadi strategi, teknik, metode, pendekatan, dan media pembelajaran harus
dilaksanakan dengan baik dan tepat agar proses dan hasil belajar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

4. Elisa Rahma L (21/17010044080)


Metode dan media apa yang cocok untuk membelajarkan vokasional skill
berupa keterampilan dalam berkebun?
Jawab: Strategi digital yang dapat digunakan yaitu mobile learning dengan
memanfaatkan video tutorial sebagai medianya. Selain itu juga dapat
menggunakan metode demostrasi dengan bantuan gambar langkah-langkah
berkebun agar anak bisa melihat langsung tata caranya melalui demonstrasi
dari guru. Selain strategi dan media tersebut tentunya masih banyak
strategi/media yang dapat dipadukan dan diterapkan dengan baik untuk
mendukung proses pembelajaran. Strategi/media yang dipilih tentunya
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sarana prasarana atau sumber
belajar yang sudah tersedia.

28
29

Anda mungkin juga menyukai