Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dwi Pujangga Ramadhan, 3 Fa 1, 31141010

Jurnal 1
‘’FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.): PENGARUH
KADAR NATRIUM KARBOKSIMETIL SELULOSA SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT
FISIK TABLET’’

Pendahuluan.
Ekstrak etanol di kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen pada
mulut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet hisap ekstrak kemangi dengan perbedaan
konsentrasi CMC-Na sebagai bahan pengikat dan mengetahui pengaruh konsentrasi CMC-Na
terhadap sifat fisik tablet hisap.
Ekstrak kemangi dibuat secara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Tablet hisap dibuat
dengan metode granulasi basah dengan variasi bahan pengikat CMC-Na 0% untuk formula I; 1,5%
untuk formula II; 3% untuk formula III; 4,5% untuk formula IV; 6% untuk formula v. Granul dikempa
dengan menggunakan mesin tablet single punch dengan bobot 650 mg. Granul dan tablet diuji sifat
fisiknya.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas, harga obat menjadi sangat mahal
karena hampir semua bahan baku obat diimpor dari luar negeri. Sebenarnya potensi alam Indonesia
sangat melimpah dan baru sekitar 2% tanaman yang telah diteliti dan dimanfaatkan (Hariana, 2007).
Kandungan yang terdapat pada daun kemangi adalah saponin, flavonoid dan
tannin (Syamsu hidayat dan Hutapea, 1991). Flavonoid yang terisolasi dalam daun kemangi tersebut
antara lain vicenin, galutenolin, cirsilineol (Hiltunen dan Holm, 1999). Berbagai penelitian telah
membuktikan tanaman kemangi (Ocimum sanctum L) potensial untuk dikembangkan sebagai herbal
medicines. Tablet hisap merupakan bentuk sediaan yang cocok untuk ekstrak daun kemangi karena
mempunyai rasa aromatik yang enak sehingga menutupi
rasa ekstrak daun kemangi yang kurang enak. Di samping itu tablet hisap lebih disukai pasien yang
kesulitan dalam menelan tablet biasa atau kapsul, karena cukup dengan mengulum dan
mengisapnya pelan-pelan (Banker dan Anderson, 1994). Bentuk sediaan ini juga sangat cocok untuk
pengobatan antibakteri lokal karena melarut perlahan-lahan pada mulut sehingga senyawa aktif
bekerja lebih efektif.
Bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap diantaranya adalah gula dan
jenis pati, turunan selulosa, gom arab, tragakan dan gelatin (Voigt, 1984). Natrium
karboksimetilselulosa (Na CMC) merupakan bahan pengikat polimer turunan selulosa (Rowe et al.,
2006), berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk, serta untuk menambah daya kohesi yang
telah ada pada bahan pengisi.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci tertutup
untuk maserasi, timbangan listrik tipe L.S.EDT (Ohauss), naraca analitik (XT 120A), mortir dan
stamper, alat uji kekerasan atau hardness tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery Inc., YD 1),
alat uji kerapuhan atau friability tester (Hanyoung, GX4), mesin tablet single punch (Korsch), alat uji
granul (fluidity tester), jangka sorong, volumenometer, ayakan no. 12, 14, 30, 32 stopwatch
(Diamond), almari pengering, dehumidifier, hygrometer, moisture content balance, chamber KLT,
rion viscotester VT-04, kompor listrik, lampu UV 366 nm, alat-alat gelas (pyrex) dan alat pendukung
lainnya.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemangi
yang berasal dari B2P2TO2T Tawangmangu, etanol 70% (Bratachem), manitol, CMC-Na magnesium
stearat, talk aerosil, akuades, n-butanol (p.a) amonia pekat (p.a) dan asam asetat glasial (p.a).
Kecuali dinyatakan lain, bahan yang digunakan berderajat farmasetis.
Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Waktu Alir.
Ditimbang 100 gram granul, kemudian dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup.
Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Dihitung waktu alir granul.
Granul mempunyai sifat alir bagus bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10 detik ( Fudholi,
1983).
Sudut Diam.
Granul seberat 100 gram, dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas silinder sementara
bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan
keluar. Tinggi kerucut yang terbentuk dan diameternya diukur. Sudut diam antara 30º – 40º
menunjukkan sifat alir yang bagus (Banker and Anderson, 1994).
Pengetapan.
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 100 ml secara perlahan-lahan yang
kemudian dicatat sebagai Vo. Gelas ukur dipasang pada alat uji, kemudian motor dihidupkan.
Dihitung perubahan volume setelah pengetapan (Vt). Pengetapan diteruskan sampai permukaan
granul konstan. Pengurangan volume campuran akibat pengetapan dinyata-kan dengan harga tap (T
%). Granul mem-punyai sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih dari 20 % (Fassihi dan Kanfer,
1986).
Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Keseragaman Bobot.
Sejumlah 20 tablet ditimbang, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika dihitung satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A. Dan tidak satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B (Anonim, 1979).
Kekerasan Tablet.
Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness tester. Alat digital
Hardness Tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery) dikalibrasi hingga posisi 0,00. Tablet
diletakkan pada alat dengan posisi horizontal. Kemudian diputar alatnya. Pemutaran
dihentikan sampai tablet pecah. Dibaca skala yang tertera pada alat, dan harga yang diperoleh
merupakan bilangan yang menyatakan kekerasan tablet. Kekerasan tersebut dinyatakan dalam
kilogram.
Kerapuhan. Dua puluh tablet dibebas debukan, kemudian ditimbang dalam
neraca analitik yang dinyatakan sebagai M1. Kemudian tablet dimasukkan ke dalam friabilator. Alat
dijalankan selama 4 menit kecepatan 25 putaran per menit. Setelah 4 menit, tablet dikeluarkan dari
alat dibebas debukan lagi dan ditimbang yang kemudian dinyatakan M2. Kerapuhan dinyatakan
selisih berat tablet sebelum yang diuji tidak boleh berkurang lebih 1% dari berat awal tablet awal uji
(Mohrle, 1989).
Waktu Melarut.
Responden menghisap tablet hisap tanpa mengunyahnya dan membiarkan tablet melarut dengan
sendirinya hingga habis di dalam mulut. Waktu yang diperlukan untuk melarut
dicatat.

Uji Tanggapan Rasa


Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak (random sampling) dengan populasi
heterogen sejumlah 20 responden dengan mengisi angket yang disediakan. Setiap responden
mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan sampel. Tanggapan rasa dikelompokan dari
tingkat sangat enak, enak, cukup enak, kurang enak dan tidak enak. Kemudian data disajikan dalam
bentuk tabel menurut nilai responden dengan tanggapan yang
diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
a. Waktu Alir
Semakin bertambahnya konsentrasi bahan pengikat akan semakin memperbaiki sifat alir
granul, karena bertambahnya kadar bahan pengikat dapat memperbesar kerapatannya
sehingga sifat alir granul juga semakin baik.
b. Sudut Diam
Sudut diam sangat dipengaruhi oleh waktu alir, dimana apabila waktu alirnya
cepat maka sudut diam yang dihasilkan kecil dan sebaliknya jika waktu alirnya lambat maka
sudut diamnya akan besar. Besar kecilnya sudut diam juga dipengaruhi oleh ukuran partikel,
diameter corong, cara penuangan, dan pengaruh getaran.
c. Pengetapan
Bertambahnya konsentrasi bahan pengikat maka indeks pengetapan yang dihasilkan
semakin baik, karena bertambahnya kadar bahan pengikat dapat memperbesar
kerapatannya sehingga indek pengetapan juga semakin baik.

2. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet


a. Keseragaman Bobot
Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir granul. Penambahan konsentrasi bahan
pengikat keseragaman bobot semakin baik ini ditunjukkan dengan harga CV yang semakin
menurun. Hal ini dikarenakan penambahan konsentrasi bahan pengikat akan mempengaruhi
sifat alir granul yang semakin baik pula.
b. Kekerasan
Semakin besar konsentrasi CMC-Na yang digunakan akan meningkatkan kekerasa dari
tablet. Besarnya konsentrasi CMC-Na yang ditambahkan dalam formula akan menghasilkan
daya rekat yang kuat, sehingga mengakibatkan kekerasan tablet meningkat.
c. Kerapuhan
Semakin rendah kekerasan tablet maka kerapuhannya semakin besar.

Kesimpulan
Hasil penelitian uji tanggapan rasa menunjukkan bahwa formula II mempunyai tanggapan
rasa paling enak. Kenaikan konsentrasi bahan pengikat secara garis besar akan menghasilkan
kekerasan tablet hisap yang semakin meningkat dan kerapuhan semakin menurun serta waktu
melarut semakin lama.
JURNAL 2

SKRINING FITOKIMIA DAN FORMULASI SEDIAAN TABLET HISAP EKSTRAK KERING KAPULAGA
JAWA (Amomum cardamomum Willd.) DENGAN PVP SEBAGAI PENGIKAT

Pendahuluan
Amomum cardamomum Willd. adalah satu tanaman obat berkhasiat yang berasal dari
familia Zingiberaceae yang secara empiris memiliki khasiat sebagai penghilang bau mulut.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian formulasi sediaan tablet hisap dari ekstrak
kering Amomum cardamomum Willd. dengan konsentrasi PVP 7,5% sebagai pengikat. Kandungan
kapulaga yang diduga memiliki khasiat sebagai antiseptik adalah minyak atsiri yaitu berupa sineol.
Sediaan yang diperlukan untuk memaksimalkan sifat antiseptik dari buah kapulaga Jawa adalah
sediaan berupa tablet hisap karena sediaan ini adalah salah satu jenis tablet yang memiliki waktu
huni lama dalam rongga mulut. Pada penelitian ini digunakan PVP sebagai pengikat tablet hisap yang
dibuat menggunakan metode granulasi basah. Polivinil pirolidon merupakan salah satu pengikat
paling efektif untuk sediaan tablet hisap, PVP memiliki sifat mudah larut air dan etanol 96%, selain
itu PVP dapat membantu karakteristik penyejuk dan tekstur permukaan tablet hisap ketika melarut
dalam rongga mulut.

Metode Penelitian
Metode pengeringan ekstrak yang dipilih adalah metode pengeringan beku (freeze drying),
hal ini dikarenakan simplisia kapulaga Jawa mengandung minyak atsiri yang bersifat termolabil.
Selain itu, metode pengeringan beku digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas dari
minyak atsiri yang merupakan kandungan dari kapulaga Jawa yang diduga bersifat sebagai
antiseptik.

Hasil dan Pembahasan


a. Hasil evaluasi granul
1. Kadar lembab
Persyaratan kadar lembab untuk formula tablet hisap yaitu 2-4%. Kadar lembab yang terlalu
rendah akan menyebabkan tablet mudah rapuh, sedangkan kadar lembab yang terlalu tinggi
akan menyebabkan massa tablet menjadi lembek.
2. Uji Kompresibilitas
Uji kompresibilitas bertujuan untuk menentukan sifat bahan untuk membentuk massa yang
stabil dan kompak bila diberi tekanan.Syarat kompresibilitas yang baik adalah 5-15%.

b. Hasil evaluasi tablet hisap


1. Hasil pemeriksaan organoleptik
Hasil pemerikasaan organoleptik terhadap tablet hisap ekstrak kering buah kapulaga Jawa
menunjukkan hasil yaitu berwarna putih kecoklatan, berbau khas aromatis dan memiliki rasa
pahit. Tablet hisap ekstrak kering buah kapulaga Jawa memiliki bau khas aromatis karena
memiliki kandungan minyak atsiri dengan kandungan terbesar berupa sineol. Rasa pahit
pada tablet disebabkan karena kapulaga Jawa mengandung saponin, steroid dan
triterpenoid yang memiliki sifat rasa yang pahit.
2. Keseragaman bobot
Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet memenuhi syarat
3. Keseragaman ukuran
Syarat keseragaman ukuran tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah diameter
tdak lebih dari 3 kali tebal dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Sedangkan syarat untuk
tablet hisap menurut Voigt edisi V diameter tablet hisap adalah tablet hisap 5/8 – 3/4 inci
atau 15mm – 18 mm. Hasil evaluasi yang diperoleh hasil diameter tablet adalah 20,0 – 20,4
mm dan tebal 5,0 -5,7 mm. Keseragam ukuran tablet berpengaruh terhadapa penampilan
fisik tablet,
4. Friabilitas
Syarat kerenyahan yang baik adalah ≤ 1%. Kerenyahan tablet hisap memenuhi syarat.
Sebagai pengikat PVP memiliki viskositas yang rendah, sehingga kemampuan sebar larutan
pengikat lebih besar, sehingga kemampuan pengikat sebagai pengisi ruang antar partikel –
partikel akan semakin baik dan menghasilkan daya ikat yang lebih kuat.
5. Waktu hancur
Syarat tablet hisap adalah terkikis dan terlarut secara perlahan dalam waktu 30 menit atau
kurang.
6. Kekerasan
Syarat kekerasan tablet hisap adalah 10-20 kg/cm2. Hasil uji memenuhi syarat.

Kesimpulan
Formula tablet hisap dengan PVP 7,5 % sebagai pengikat menghasilkan mutu fisik yang baik,
dengan keseragaman bobot 1,19937 g, keseragaman ukuran diameter 20,25 mm dan tebal 5,45 mm,
kerenyahan 0,34 %, kekerasan 16,08 kg/cm2, dan waktu hancur 12,68 menit.
JURNAL 3

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN


EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY
PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA
Pendahuluan
Eksipien co-processing dari amilum singkong partially pregelatinized dan gom akasia
digunakan sebagai eksipien dalam pembuatan tablet parasetamol kempa langsung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan eksipien co-processing dari
amilum singkong partially pregelatinized dan gom akasia terhadap sifat fisik tablet parasetamol.
Amilum singkong merupakan salah satu eksipien yang sering digunakan dalam industri farmasi,
namun amilum singkong memiliki kekurangan yaitu memiliki kompaktibilitas dan sifat alir yang buruk
jika digunakan sebagai eksipien tablet kempa langsung. Agar dapat digunakan sebagai eksipien
tablet kempa langsung, perlu dilakukan modifikasi fisik amilum singkong (Yusuf, 2008).
Salah satu modifikasi fisik pada amilum singkong yaitu partially pregelatinized. Melalui
modifikasi partially pregelatinized, terbentuk massa granul dengan sifat alir yang lebih baik
dibandingkan amilum singkong tanpa modifikasi (Frank, 2010). Bahan pengikat dapat
dikombinasikan dengan eksipien lain dengan metode coprocessing. Co-processing merupakan teknik
yang dilakukan untuk memperoleh eksipien baru dengan mengkombinasikan dua atau lebih eksipien
yang telah ada, dimana kombinasi bahan tersebut akan saling melengkapi, sehingga diperoleh
eksipien baru dengan sifat yang lebih baik (Gohel, 2005).

Metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong, gom akasia (PT.Bratachem),
parasetamol (PT.Bratachem) dan aquadest (PT.Bratachem).
Pembuatan amilum singkong Umbi singkong yang telah dikupas dan dicuci bersih dipotong
kecil, dihancurkan dengan perbandingan singkong : aquadest (2:1) b/v. Bahan selanjutnya diperas
dan disaring menggunakan kain flannel. Air hasil saringan diendapkan selama 24 jam. Selanjutnya
cairan supernatan dibuang, kemudian endapan dicuci dengan aquadest sampai diperoleh endapan
amilum yang lebih jernih. Endapan dikeringkan di dalam oven (Binder), pada suhu 50° C selama 24
jam, lalu dihaluskan dan diayak dengan ayakan no.80 mesh (Soebagio, 2009).

Hasil dan pembahasan


1. Uji Organoleptik
Tablet parasetamol yang dihasilkan tidak menunjukkan adanya capping. Hal ini dipengaruhi
oleh jumlah fines dan kompaktibilitas eksipien.
2. Uji Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot mempengaruhi keseragaman takaran dan dosis obat untuk mencapai
tujuan terapi yang diinginkan (Lieberman et al., 1989). Keseragaman bobot dapat
dipengaruhi oleh sifat alir bahan
3. Uji Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbandingan amilum singkong dan gom
akasia dalam pembuatan eksipien coprocessing.
4. Uji Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet dapat dipengaruhi oleh jumlah fines dan jumlah bahan pengikat didalam
formulasi sediaan tablet.
5. Uji Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur tablet dapat dipengaruhi oleh perbandingan amilum singkong dan gom akasia
pada eksipien co-processing.
Kesimpulan
Hasil penelitian menujukan bahwa peningkatan jumlah gom akasia menurunkan kerapuhan,
meningkatkan kekerasan, dan memperlama waktu hancur tablet
JURNAL 4
Perbandingan Laju Disolusi Tablet Pirazinamid Yang Menggunakan Pengikat Amilum Biji Nangka,
Amilum Talas & Amilum Ubi Kayu
Pendahuluan
Amilum merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan
tablet, karena amilum mengandung amilopektin yang bersifat lebih lekat dan cenderung membentuk
massa gel apabila disuspensikan dengan air. Penelitian bertujuan untuk membandingkan laju disolusi
tablet Pirazinamid yang menggunakan bahan pengikat amilum biji nangka dan amilum talas dengan
tablet Pirazinamid yang menggunakan bahan pengikat amilum ubi kayu yang dibuat secara granulasi
basah.
Pirazinamid merupakan obat yang digunakan untuk Tuberculosis, merupakan obat yang
digunakan untuk membunuh bakteri penyebab TBC (Gunawan, 2007), maka perlu dilakukan uji
disolusi untuk mengetahui kecepatan melarutnya obat didalam tubuh.

Metodologi
Alat yang digunakan : mesin cetak tablet Single punch, timbangan analitik, hardness tester,
friabilitator, disintegrator tester, tapped density tester, disolusion tester, spektrofotometer UV,
oven, jangka sorong, stop watch, dan alat lainnya.
Bahan yang digunakan : Pirazinamid, biji nangka, talas, ubi kayu, magnesium stearat, talk,
laktosa, primogel, dan aquadest.

Hasil dan pembahasan


1. Evaluasi amilum
A. Uji susut pengeringan dan sisa pemijaran dari masing masing amilum dilakukan untuk
mengetahui banyaknya bagian zat yang menguap dan menghilang.
B. Uji waktu alir, digunakan untuk mengetahui kecepatan mengalirnya granul yang baik
merupakan hal penting untuk pengisian seragam kedalam lubang cetak mesin tablet
C. Uji sudut diam dan granul, bertujuan untuk mengetahui kemampuan alir serbuk dan
hubungannya dengan kohesi antar partikel.
D. Uji kompresibilitas, untuk mengetahui kempuan serbuk membentuk masa kompak yang
stabil bila mendapat tekanan dan pengujian distribusi ukuran partikel bertujuan untuk
mengetahui ukuran partikel dari granul.
2. Evaluasi tablet
A. Uji keseragaman bobot, dapat dipengaruhi oleh sifat alir granul, apabila suatu granul
memiliki sifat alir yang baik maka akan diperoleh tablet yang memiliki keseragaman bobot
yang baik.
B. Uji kekerasan tablet, salah satu parameter dalam pengujian ketahanan fisik tablet. Faktor
yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah jumlah dan jenis bahan pengikat yang
ditambah pada saat granulasi.
C. Evaluasi keregasan tablet, parameter untuk menyatakan kekuatan tablet, khususnya
ketahanan tablet terhadap guncangan, gesekan, dan pengepakan distribusi.
D. Waktu hancur, pengujian ini merupakan parameter untuk melihat kemampuan tablet dapat
hancur menjadi partikel-partikel sehingga siap untuk diabsorpsi didalam tubuh.dalam waktu
hancur tablet yang baik adalah, tablet yang memiliki kekerasan cukup kuat, tetapi dapat
hancur dengan cepet bila masuk ke dsalam tubuh.
E. Penetapan kadar,untuk mengetahui kadar Pirazinamid (obat) yang terdapat didalam tablet.
F. Uji disolusi, merupakan suatu proses dari suatu obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut.
Studi obat in vitro berguna untuk memberikan prediksi keberadaan obat didalam darah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan laju disolusi tablet granulasi basah menggunakan
pengikat biji nangka sama dengan pengikat amilum ubi kayu, sedangkan yang menggunakan
pengikat amilum talas hasil tidak sama dengan ubi kayu.

Anda mungkin juga menyukai