Anda di halaman 1dari 6

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi karena insulin yang dihasilkan

pankreas tidak cukup (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau

ketika insulin yang dihasilkan tubuh tidak dapat secara efektif digunakan.

Diabetes merupakan penyakit nomor 4 di dunia sehingg harus di priortaskan

karena diabetes adalah masalah kesehatan yang penting, menjadi salah satu dari

empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para

pemimpin dunia (Infodatin, 2018).

Diabetes melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh

terganggunya fungsi pankreas yang tidak mampu memproduksi hormone insulin

sesuai kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga kadar gula dalam darah mengalami

peningkatan dan melebihi ambang batas normal (Khotimah, 2014).

Data World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4

terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia dan pada tahun 2000

lalu diperkirakan terdapat 4 juta penderita diabetes melitus di Indonesia. Jumlah

ini diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 5

juta dan tahun 2030 diperkirakan sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia menderita

diabetes melitus (Simanjuntak, 2018).

Berdasarkan Data Riset Kesehatan dasar tahun 2018 prevalensi diabetes

melitus semua umur masih tinggi yaitu 1,5%, sedangkan Gorontalo menempati

tertinggi prevalensi 1,7 dengan posisi urutan ke 8 dari 33 provinsi lainnya di

Indonesia.
2

Berdasarkan Data Riset Kesehatan dasar tahun 2018, Provinsi Gorontalo

prevalensi diabetes melitus pada semua umur yaitu 1,7%. Sedangkan Kota

Gorontalo menempati prevalensi tertinggi dengan proporsi 2,87% dibandingkan

dengan Kabupaten Gorontalo yaitu 1,88%, Kabupaten Gorontalo Utara yaitu

1,73%, Kabupaten Bone Bolango yaitu 1,33%, dan Kabupaten Boalemo yaitu

0,73%.

Diabetes melitus dapat dikendalikan dengan terapi obat dan non obat. Terapi

obat merupakan obat-obatan kimia yang berfungsi menurunkan kadar gula darah.

Terapi obat ini bisa berupa obat hipoglikemik oral ataupun insulin. Terapi non

obat ini diantaranya menambah pengetahuan mengenai diabetes, rutin

berolahraga, menjalankan pola makan yang tepat, serta mengonsumsi tanaman

obat. Cara kerja tanaman obat dalam mengatasi diabetes yaitu dengan

menghambat penyerapan gula darah sehingga jumlahnya di dalam tubuh tidak

melebihi batas normal. Tanaman obat yang bekerja dengan cara ini diantaranya

alpukat, buncis, jagung, jambu biji, lamtoro, kemlandingan, mahoni, dan salam.

Tanaman jambu biji yang dapat dijadikan obat diabetes melitus adalah buah dan

daunnya (Tim Bumi Medika, 2017). Kandungan yang terdapat di dalam daun

jambu biji yaitu tanin dan kalsium. Daun jambu biji adalah herbal yang

bermanfaat sebagai penormal fungsi kelenjar pankreas dengan efek farmakologis

memperlancar sistem sirkulasi darah dalam membantu menormalkan fungsi

pankreas dalam mengatasi diabetes melitus (Maharani, 2013).

Ada dua jenis jambu yaitu jambu air dan jambu biji. Berdasarkan

pengamatan jenis jambu yang mudah ditemukan dikalangan masyarakat yaitu


3

jambu biji. Kandungan kimia pada buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji

adalah tannin. Terdapat salah satu jurnal yang melakukan penelitian

menggunakan jambu biji maka penulis tertarik menggunakan jambu biji sebagai

penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013), ada pengaruh

pemberian air rebusan daun jambu biji terhadap kadar glukosa darah pada

penderita diabetes melitus tipe II di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang. Terapi air rebusan daun jambu biji dapat digunakan sebagai

alternatif untuk penatalaksanaan dalam menurunkan kadar glukosa darah pada

penderita diabetes melitus tipe II.

Berdasarkan pengambilan data awal di Puskesmas Telaga Biru tahun 2018

diperoleh masyarakat yang menderita diabetes melitus sebanyak 28 orang.

Adapun penanganan yang dilakukan di Puskesmas Telaga Biru untuk mengatasi

penyakit diabetes melitus petugas Puskesmas Telaga Biru hanya memberikan obat

antidiabetik, selain itu beberapa program terapi non obat untuk mengatasi

terjadinya diabetes melitus di Puskesmas Telaga Biru yang sudah berjalan yaitu

Prolanis dan Posbindu.

Dari hasil wawancara dengan petugas di Puskesmas Telaga Biru penderita

diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru belum

mengsosialisasikan atau mendemonstasikan tentang pengobatan diabetes melitus

menggunakan obat tradisional. Begitu juga hasil wawancara dengan pasien

diabetes melitus, pasien belum pernah mengkonsumsi obat tradisional untuk

mengatasi penyakitnya.
4

Dari penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh pemberian air rebusan daun jambu biji terhadap kadar glukosa

darah pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Telaga Biru Kabupaten

Gorontalo.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun jambu biji (psidium

guajava) terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun jambu biji (psidium

guajava) terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kadar glukosa darah pada penderita diabetes

melitus di Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

b. Untuk menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun jambu biji

terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai pengembangan bagi ilmu

pengetahuan dan informasi dalam menurunkan kadar glukosa darah penderita

diabetes melitus secara herbal dengan air rebusan daun jambu biji sehingga

pengobatan lebih optimal.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Responden; Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan menjadi salah satu pengobatan alternatif serta dapat diaplikasikan

secara mandiri sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukosa

darah.

b. Bagi Peneliti; Penelitian ini dapat memperdalam pemahaman dan

pengalaman melalui penelitian serta pengembangan wawasan tentang

pengobatan secara tradisional pada diabetes melitus dengan air rebusan

daun jambu biji.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya; Dapat menjadi salah satu referensi bagi

penelitian selanjutnya terkait dengan pengobatan secara tradisional pada

diabetes melitus untuk menurunkan kadar glukosa darah.


6

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan studi kasus dan keperpustakaan yang telah dilakukan, peneliti

menemukan judul yang hampir mirip dengan yang diteliti.

Tabel 1. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya


Uraian Maharani, dkk (2013) Ifander Ischak (2020)
Jenis Penelitian Quasy Exprerimen design Pra- Experiment dengan
dengan rancangan non rancangan One Grup Pre-
equivalent control grup dengan Test dan Post- Tes Design
tehnik purposive sampling dengan tehnik purposive
sampling
Variabel Bebas Air rebusan daun jambu biji Air rebusan daun jambu
(psidium guajava) biji (psidium guajava)
Variabel Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah
Terikat
Populasi Seluruh penderita diabetes melitus Semua penderita diabetes
tipe II di Desa Leyangan melitus di Puskesmas
Kecamatan Ungaran Timur Telaga Biru Kabupaten
Kabupaten Semarang Gorontalo
Sampel Sampel dalam penelitian ini Sampel dalam penelitian
sebanyak 28 reponden, 14 ini sebanyak 28 orang
Eksperiment, 14 kontrol.
Hasil Penelitian Uji analisis t-test dependen dan -
independen menunjukkan ada
pengaruh pemberian air rebusan
daun jambu biji (psidium
guajava) terhadap kadar
glukosa darah pada penderita
diabetes melitus tipe II di Desa
Leyangan Kec. Ungaran Timur
Kab. Semarang dengan (p-value
0,014 < α (0,05)).

Anda mungkin juga menyukai