Anda di halaman 1dari 9

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Berdasarkan dari Nurhalimah, 2016 konsep asuhan keperawatan sebagai
berikut :
1. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat
pendidikan berisiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat
keseriusan/tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah),
status (belum menikah, menikah, atau bercerai), alamat, kemudian nama
perawat.
2. Alasan Masuk dan Faktor prespitasi
faktor yang membuat klien menggunakan napza individu dengan
kepribadian rendah diri, suka mencoba-coba / berksperimen, mudah
kecewa, dan beresiko untuk melakukan penyalahgunaan NAPZA .
3. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/
pengguna NAPZA, baik dari pasien, keluarga, maupun lingkungan
seperti : orangtua yang menyalahgunakan NAPZA, Harga diri rendah,
Keluarga tidak harmonis, cara pemecahan masalah yang salah Kelompok
sebaya yang menggunakan NAPZA, banyakya tempat untuk memperoleh
NAPZA dengan mudah dan perilaku kontrol masyarakat kurang terhadap
penggunaan NAPZA
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan
dijumpai kondisi yang disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan
perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi/normal
Nadi : takikardi
Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit
Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : mengantuk, nyeri, tidak bisa tidur, kelelahan.
5. Psikososial
1) Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga. Menjelaskan : seseorang yang berada
dalam disfungsi keluarga akan tertekan dan ketertekanan itu dapat
merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat
dalam penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA, kondisi keluarga
yang tidak baik itu adalah: 1) Keluarga yang tidak utuh: orang tua
meninggal, orang tua cerai, dll, 2) Kesibukan orang tua, 3) hubungan
interpersonal dalam keluarga tidak baik.
2) Konsep Diri
a. Citra tubuh : klien merasa tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
c. Peran : klien anak keberapa dari berapa saudara
d. Ideal diri : klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
e. Harga diri : kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
3) Hubungan sosial
Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota
keluarga lainnya karena takut ketahuan, da menolak makan bersama.
Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan
mulai suka berbohong.
4) Status Mental
a. Penampilan: Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian todak
seperti biasanya
b. Pembicaraan: Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap,
apatis, lambat atau membisu. Biasanya klien menghindari kontak
mata langsung, berbohong atau memanipulasi keadaan,
benggong/linglung.
c. Aktivitas Motorik
 Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan
kesadaran)
 Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah, tidak dapat dikontrol), tremor, kompulsif
(kegiatan yang dilakukan berulang)
d. Afek dan Emosi
 Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran
 Emosi : klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya
memiliki emosi yang berubah-ubah (cepat marah, depresi,
cemas, eforia)
e. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang dan cepat tersinggung. Biasanya klien akan
menunjukan curiga
f. Persepsi
Biasanya klien mengalami halusinasi
g. Proses Pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa
sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan
penurunan kesadaran, sehingga kien mungkin kehilangan asosiasi
dalam berkomunikasidan berpikir
h. Isi Pikir
Pecandu ganja mudah pecaya mistik, sedangkan amfetamin
menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia.
Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya.
i. Tingkat Kesadaran
Menunjukkan perilaku binggung, disorientasi dan sedasi akibat
pengaruh NAPZA.
j. Memori
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran
mungkin akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi.
Pecandu ganja mengalami penurunan berhitung.
l. Kemampuan Penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien
alkoholik. Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun
bermakna.
m. Daya Tilik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-
hal diluar dirinya.

6. Sumber Koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu individu terbebas
dari peyalahgunaan zat yaitu kemampuan individu untuk
melakukan komunikasi yang efektif, ketrampilan menerapkan
sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari, perlunya dukungn
sosial yang kuat, pemberian alternative kegiatan yang
menyenangkan, ketrampilan melakukan teknik reduksi stress,
ketrampilan kerja dan motivasi untuk mengubah perilaku.
7. Mekanisme koping
Individu dengan penyalahgunaan zat seringkali mengalami
kegagalan dalam mengatasi masalah. Mekanisme koping sehat
dan individu tidak mampu mengembangkan perilaku adaptif.
8. Mekanisme Pertahanan Ego
Pertahanan ego yang digunakan pada individu
penyalahgunaan zat meliputi penyangkalan terhadap masalah,
rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab terhadap
perilakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang
digunakan.

2.1.1 Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan koping individu b.d tidak mampu mengatasi


keinginan menggunakan zat.
2.1.2 Intervensi

No. DX Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan Koping  Koping 1. Bantuan kontrol


Individu Definisi:  Tingkat stres marah
Ketidakmampuan untuk 1. penegakangan diri 2. Dukungan
membentuk penilaian terhadap emosional
valid tentang stresor, perilaku 3. Manajemen
ketidakakeuatan pilihan respon kekerasan perilaku:
yang dilakukan, dan/atau 2. menahan menyakiti diri
ketidakmampuan untuk diri dari 4. Peningkatan
menggunakansumber daya yang agresifitas peran
tersedia. 3. kontrol resiko: 5. Peningkatan tidur
Batasan karakteristik : penggunaan obat 6. Pencegahan
1. Akses dukungan sosial terlarang pengunaan
tidak adekuat 4. pengaturan zat terlarang
2. Ketidakmampuan psikososial: 7. Pemberian obat
mengatasi masalah perubahan 8. Peningkatan
3. Ketidakmampuan kehidupan harga diri
menghadapi situasi 5. perilaku 9. Relaksasi
4. Penyalahgunaan zat penghentian otot progresif
5. Perilaku penyalahgunaan obat 10. Fasilitasi meditasi
mengambil resiko terlarang
6. Kurang perilaku yang 6. menahan
berfokus pada pencapaian diri dari
tujuan kemarahan
7. Dukungan sosial yan tidak 7. dukungan sosial
adekuat yang diciptakan
oleh karakteristik
hubungan
Faktor yangberhubungan:
1. Ketidakadekuatan mengubah
energi yang adaptif
2.Ketidakadekuatan kese-mpatan
untuk bersiap terhadap stressor
3.Kurangpercaya dirida-
lamkemampuan menga-tasi
masalah
4.Tingkatpersepsi kontrol yang
tidak adekuat
II. ASUHAN KEPERAWATAN NAPZA
A. PENGKAJIAN
1. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
 Kapan zat digunakan
 Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
 Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
 Berbagi peralatan suntik
 Perilaku seks yang tidak nyaman
 Menyetir sambil mabuk
 Riwayat over dosis
 Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3. Kaji pola penggunaan
 Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)
 Penggunaan selama seminggu.
 Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
 Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah bandar)
 Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan pacar,
teman pakai)
 Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau
“Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
 Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
 Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur
atau stres yang berkepanjangan)
4. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila
tidak menggunakan.
B. Pathway

Resti Menciderai Diri

(CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri


Atau
Koping Inefektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ancaman kehidupan
a. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah berhubungan dengan
pemutusan zat opioda.
b. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik.
c. Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif,
hipnotik.
d. Panik berhubungan dengan putus zat alcohol.
2. Intoksikasi
a. Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan intoksikasi sedatif
hipnotik, alcohol, opioda.
3. Withdrawl
a. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan putus zat alcohol,
sedatif, hipnotik.
b. Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda, MDMA: extasy.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan putus zat
opioda.
4. Pasca detoksikasi
a. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dengan dampak
penggunaan zat adiktif.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri.
c. Resiko melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan tehadap zat
adiktif.
Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :
1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
2. Intoksikasi
3. Harga diri rendah
4. Gangguan Konsep diri
5. Koping individu inefektif

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Kondisi overdosis
Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda – tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam
pertama, 30 menit pada 3 jam kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya.
2. Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat.
3. Observasi keseimbangan cairan.
4. Menjaga keselamatan diri klien.
5. Menemani klien.
6. Fiksasi bila perlu.
b. Kondisi intoksikasi

Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan berkurang/hilang


Rencana tindakan:
1. Membentuk hubungan saling percaya.
2. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
3. Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah dimengerti.
4. Dengarkan klien berbicara.
5. Sering gunakan komunikasi terapeutik.
6. Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji, memberi
jawaban nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap tegas, hangat dan
bersahabat.

c. Kondisi withdrawl
1. Observasi tanda- tanda kejang.
2. Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut.
3. Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi: terutama untuk
menuunkan perasaa yang disebabkan masalah ini: takut, curiga, cemas, gembira
berlebihan, benarkan persepsi yang salah.
4. Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti nyeri.

d. Kondisi detoksikasi
1. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi.
2. Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual klien selama ini
yang menyimpang, ditujukan agar klien menjadi manusia yang bertanggung
jawab, sehat mental, rasa bersyukur, dan optimis.
3. Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan bekerja sama
dengan pekerja social, psikolog.

Anda mungkin juga menyukai