Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktifitas
hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Perilaku ini merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan sesorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan masyarakatnya. (Lubis,
2013)
Kondisi sehat dapat dicapai bila mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.
Rumah tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup yang
bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan di tanam kan kepada seluruh
anggota keluarga. Peranan keluarga dalam memegang sebuah rumah memegang
kunci utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. Karena jika
keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, sehat
harus diawali dari dalam rumah sendiri. Mengingat dampak dari perilaku terhadap
derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

PHBS merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan kemandirian


dalam menciptakan dan meraih kesehatan dan merupakan suatu perilaku yang
diterapkan berdasarkan kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran yang
dapat membuat individu atau anggota keluarga bisa meningkatkan taraf
kesehatannya di bidang kesehatan masyarakat. ( Banun, 2016)
Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dikelompokkan
menjadi 5 tatanan yaitu PHBS di Sekolah, PHBS di Rumah Tangga, PHBS di
Institusi Kesehatan, PHBS di Tempat-tempat umum dan PHBS di Tempat Kerja.
(Lubis, 2013)

1
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk
mencapai rumah tangga ber-PHBS Rumah Tangga yang ber-PHBS adalah rumah
tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan
buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak
merokok didalam rumah. (Supiyan, 2013)
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana
ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata.

Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara


dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam mewujudkan visi Indonesia 2010 telah ditetapkan misi pembangunan


yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, serta memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa


praktik PHBS di Indonesia masih rendah yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target
Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Data Riskesdas menunjukkan
sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional,
diantaranya yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% .

2
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian, maka peneliti
bertujuan menggambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada kehidupan sehari-
hari ibu rumah tangga.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
adalah : Bagaimana gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah
Tangga di Wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan .

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Gambaran


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah kerja
Puskesmas Tapaktuan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi peneliti, agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga di wilayah kerja
Puskesmas Tapaktuan.
2. Bagi Masyarakat, sebagai bahan pertimbangan ibu rumah tangga agar
lebih memerhatikan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
kesehatannya sendiri dan lingkungan.
3. Bagi Puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu
rumah tangga di Puskesmas, sehingga tujuan akhir program dapat tercapai.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Organisme – Respon.
Berdasarkan kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,
baikyang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.

4
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia
hidup dan beraktifitas.
b. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,
maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan
sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda. Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa
yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan
lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan
cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi
seperti: guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Sumber daya yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya: waktu, uang,
tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.

5
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Perilaku dapat
dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dansebagainya) Untuk
memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat
bersifat pasif atau tanpa tindakan.

2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


2.2.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. kondisi sehat dapat
dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga,
dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap rumah tangga serta diperjuangkan oleh
semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat. (Depkes,
2007).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
masyarakat maupun pada keluarga, yang artinya harus ada komunikasi antar
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran
sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di keluarga agar dijalankan
secara efektif. (Machfoedz, 2005).

2.2.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

6
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2007).

2.2.3 Indikator PHBS


Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada
program PHBS berdasarkan area / wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. Persentase penduduk tidak merokok.
b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan
regional, seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan
penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga. Pola makan yang buruk akan
berakibat buruk pada semua golongan umur, Kurang aktifitas fisik dan olah raga
mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan
menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes
RI, 2002).

2.2.4 Manajemen PHBS


Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat
proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindak
lanjutan berikut ini:
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan
semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah
satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan
seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan,dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah

7
kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya,
seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang
membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah
c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung
atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanyaaksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup
merupakanpola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan
karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok
sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang
yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan demikian suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (DepkesRI,
2002).

2.2.5 Sasaran PHBS


Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama sasaran utama
yaitu PHBS Tatanan Rumah Tangga yaitu seluruh anggota keluarga yaitu
Pasangan Usia Subur (PUS), bumil, buteki, anak, remaja, lansia, dan pengasuh
anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah Desa/Kelurahan, Kec
amatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006).

2.2.7 Tujuan PHBS


Tujuan Umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di
Desa, Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga
untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS dimasyarakat
(Depkes, 2007).

8
2.2.7 Manfaat PHBS
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat antara lain :
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
d. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, jaminan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin),
kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain- lain(Dinkes, 2008)

2.3 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga
2.3.1 Rumah Tangga
Rumah Tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil yang
terdiri dari pasangan suami istri, anak-anak, mertua, dan sebagainya. Terwujudnya
rumah tanggga yang syah (Islam-pen) setelah akad nikah atau perkawinan, sesuai
dengan ajaran agama dan undang-undang. Rumah tangga terdiri dari satu atau
lebih orang yang tinggal bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi
makanan atau akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau
sekelompok orang. Sebuah tempat tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tangga
jika penghuninya tidak berbagi makanan atau ruangan. Rumah tangga adalah
dasar bagi unit analisis dalam banyak modelsosial, mikroekonomi, dan
pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi. Dalam arti luas,
rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga, bisa berupa rumah tangga
perusahaan, rumah tangga negara, dan lain sebagainya.Istilah rumah tangga bisa
juga didefinisikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di
rumah. Sedangkan istilah berumah tangga secara umum diartikan sebagai
berkeluarga. (Pratiwi, 2015)
2.3.2 Jenis Rumah Tangga
a. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri
atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang
ada pada masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya

9
adalah berburu dan bertani, keluarga sudah merupakan struktur yang cukup
memadai untuk menangani produksi dan konsumsi. Keluarga merupakan lembaga
sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkembang karena kebudayaan
yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting. (Pratiwi, 2015)
b. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak
mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak
orang tua .
c. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya
Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan
keluarga nenek. (Pratiwi, 2015)

2.3.3 Pengertian Perilaku Hidup Bersih Sehat Tatanan Rumah Tangga


PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang
senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Mencegah lebih
baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan
Program PHBS. (Pratiwi, 2015)
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga
sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap
anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang
kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007).
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun

10
pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2007).

2.3.4 Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di
desa, kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga
untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat
(Depkes RI, 2007).

2.3.5 Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi rumah tangga
adalah setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak
tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan
dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga. (Pratiwi, 2015)
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat antara
lain masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu
mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, masyarakat mampu
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan
jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain- lain. (Pratiwi, 2015)

2.3.6 Sasaran Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam :

11
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan
dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu
dalam keluarga yang bermasalah)

2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orangtua,
tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan
dan lintas sektor.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dalam tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala Desa,lurah, camat, kepala
Puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat. (Pratiwi, 2015)

2.3.7 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai permasalahan
kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan yaitu:
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya. (Pratiwi, 2015)

12
b. Ibu hanya memberikan ASI eklusif kepada bayinya (0-6 bulan)
Menurut PP Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. Dalam Bab I pasal 1 ayat 2 PP tersebut, pengertian ASI Eksklusif yakni
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan
diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk
menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia
ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan
atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu
formula mana pun. (Pratiwi, 2015)
c. Rutin melakukan penimbangan berat badan balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau
gizi buruk. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi
Balita, perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari
yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami
kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. (Pratiwi, 2015)
d. Menggunakan air bersih
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari–hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Permenkes RI,1990). Air yang kita pergunakan sehari-hari
untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alatalat
dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. (Pratiwi, 2015)
Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih
cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam

13
tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anank–anak sekitar
65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam–macam cucian). Air
yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan
bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari
penyakit.Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain
(dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu
bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C
(saat mendidih). Syarat – syarat air minum yang sehat agar air minum itu tidak
menyebabkan penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan
sebagai berikut:
1) Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna ), tidak berasa.
2) Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas
dari
segala bakteri. Terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah
air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa
sampel air tersebut dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari
4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudahmemenuhi kesehatan
3) Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. (Pratiwi, 2015)
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman
dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Mencuci tangan dapat dilakukan setiap kali kita kotor (setelah memegang
uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah buang air besar, setelah
menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum

14
memegang makanan, sebelum menyusui bayi. setelah bersin, batuk dan
mengeluarkan ingus. (Pratiwi, 2015)
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus anti bakteri
2) Gosok tangan setidaknya selama 15–20 detik
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela–sela jari dan
kuku
4) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir
5) Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air.
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Manfaat mencuci tangan adalah:
1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
2) Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
3) Tangan menjadi bersih dan bebas kuman.
f. Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa
dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir.
Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks
yakni melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam
macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat (Notoatmodjo, 2003).

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut (Depkes RI, 2004):

15
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah sekitar.
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Dengan menggunakan jamban maka dapat menjaga lingkungan bersih,
sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya, tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
kulit, dan keracunan. Jenis jamban yang digunakan adalah jamban cemplung dan
jamban tangki septik atau leher angsa (Departemen Kesehatan RI, 2007).
g. Memberantas jentik nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah kegiatan
mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes Aegypti)
di tempat–tempat perkembangbiakannya (Depkes RI,2005). Pemberantasan jentik
nyamuk dilakukan dengan cara „3M plus‟ , yaitu :
1) Menguras dan menyikat tempat–tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dll seminggu sekali.
2) Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,

16
dll.
3) Mengubur dan menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
3) Menutup lubang–lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat–tempat yang sulit di kuras
atau di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak–bak penampung air.
6) Memasang kawat kasa.
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
9) Menggunakan kelambu.
10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
h. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)
Menurut Depkes RI, 2006 menu seimbang adalah makanan yang beraneka
ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang
yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh .
Membiasakan anggota keluarga mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan
3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari, tidak harus mahal, yang penting memiliki
kecukupan gizi. Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan, terutama sayuran
yang berwarna (hijau tua, kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk,
kacang panjang, selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua
bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga,
papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral
serta seratnya.
i. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur

17
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan
bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani. Dengan demikian akan
menentukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa
pertumbuhan. Dorongan olahraga secara teratur dapat memelihara jantung,
peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita
lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam.
Anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30
menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik
dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari , sehingga dapat
menyehatkan jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap
akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling
berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO).
1) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
2) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
3) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati. (Pratiwi, 2015)
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok.Perokok pasif
adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau
orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang
merokok. Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok
pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak menghirup asap rokok.
k. Membuang Sampah Pada Tempatnya
Sampah merupakan barang sudah tidak terpakai yang sering kita hasilkan
setiap hari. Mulai dari sampah plastik, organik, logam dan sebagainya. Jika
sampah dibuang secara sembarangan seperti di sungai, jalanan, pekarangan
rumah, di dalam rumah dan sebagainya akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Manfaat membuang sampah pada tempatnya:
1) Untuk menjaga kebersihan lingkungan hidup

18
2) Untuk menjaga bau tidak sedap dan banjir
3) Untuk menjadi kebiasaan baik dan teladan bagi orang lain.

Jenis-jenis sampah rumah tangga diantaranya:


a.Sampah basah
Sampah jenis ini dapat diurai (degradable) atau biasa dikatakan membusuk.
Contohnya ialah sisa makanan, sayuran, potongan hewan, daun kering dan semua
materi yang berasal dari makhluk hidup.
b. Sampah kering
Sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas dan sampah
nonlogam seperti kayu, kertas, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
c. Sampah lembut
Contoh sampah ini adalah debu dari penyapuan lantai rumah, gedung,
penggergajian kayu dan abu dari rokok atau pembakaran kayu.
d. Sampah besar
Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar seperti
meja, kursi, kulkas, televisi, radio dan peralatan dapur.
Berdasarkan titik berat perolehannya, terdapat dua macam metode
pengolahan sampah yaitu metode yang menitikberatkan pada penggunaan bahan
dan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi . (Pratiwi, 2015)
a. Metode yang menitikberatkan penggunaan bahan
1) Pemilahan
Metode ini bertujuan untuk memisahkan sampah berdasarkan
komposisinya agar tidak menjadi satu. Pemilihan mempunyai dua tujuan.
Pertama, mendapatkan bahan mentah berkualitas tinggi. Kedua, mendapatkan
bahan mentah sekunder dengan kandungan energi tinggi.
2) Daur ulang
Daur ulang atau recycling adalah mengembalikan suatu sisa barang dari
proses produksi ke dalam siklus produksi. Kegiatan ini dibagi menjadi tiga jenis
yaitu reuse (menggunakan ulang untuk tujuan yang sama), reutilization

19
(menggunakan lagi untuk keperluan yang berbeda) dan recovery (mendapatkan
bahan dasar kembali).
3) Pengomposan
Proses mengolah sampah organik menjadi kompos yang berguna untuk
memperbaiki kesuburan tanah.
4) Pryolisis untuk menghasilkan sintesis
Pryolisis adalah suatu cara menghancurkan bahan padat atau cair tanpa
menggunakan gas. Padatan akan terurai menjadi fragmen-fragmen yang lebih
kecil. Pryolisis dapat mengubah sekitar 50% padatan menjadi cairan yang 95%
beratnya adalah senyawa aromatik. (Pratiwi, 2015)
b. Metode yang menitikberatkan pada perolehan energi
1) Pryolisis
Selain menghasilkan cairan, 50% dari padatan juga menghasilkan gas
(yang sebagian besar campuran methan, ethan dan prophan). Gas yang dihasilkan
bukan energi yang bisa disimpan, melainkan sebagai panas yang harus digunakan
lagi atau dikonversikan menjadi energi lain.
2) Incinerator
Pembakaran sampah (incineration) bertujuan untuk mereduksi volume
buangan padat. Teknologi ini dapat mengurangi volume sampah hingga 97%
dan bobot hingga 70%. Panas hasil pembakaran dipakai untuk menghasilkan
energi. (Pratiwi, 2015)
3) Sampah sebagai bahan bakar
Bahan bakar dari metode ini diperoleh fraksi organik sampah. Fraksi
organik tersebut selanjutnya dipress hingga menyerupai bahan bakar batu bara.
Jumlah kandungan panas bahan ini memang hanya setengahnya dari batu bara,
namun memiliki kandungan debu lebih kecil dari batu bara. (Pratiwi, 2015)

2.4 Konsep Ibu Rumah Tangga


2.4.1 Pengertian Ibu Rumah Tangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan
sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam

20
pekerjaan rumah tangga, atau ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu)
yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di
kantor).
2.4.2 Peranan Ibu Rumah Tangga Dalam Keluarga
Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku yang berkenaan dengan siapa
yang memegang posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat
seseorang dalam suatu sistem sosial (Biddle, 1998).
Menjadi seorang ibu dalam rumah tangga adalah “profesi” yang tidak bisa
dianggap remeh. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Dari
sederet peran yang bisa dimainkan seorang ibu rumah tangga. Menurut Sharif
Baqhir (2003:64) 7 di antara peran penting ibu rumah tangga dalam keluarga
adalah
1. Ibu sebagai manager
Sebagai seorang manager, seorang ibu rumah tangga mampu
mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam keadaan/
kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumah tangga. Ibu
rumah tangga berperan menjadi sosok pengaturan kelangsungan roda
rumah tangganya sehari-hari.
2. Ibu sebagai guru
Sebagai seorang teacher (guru), seorang ibu mampu mendidik putra
putrinya, mengajarkan sesuatu yang baru, melatih, membimbing
mengarahkan serta memberikan penilaian baik berupa reward maupun
punishment yang mendidik. Ibu merupakan sekolah yang paling utama
dalam pembentukan kepribadian anak, serta sarana untuk memenuhi
mereka dengan berbagai sifat mulia.
3. Ibu sebagai chef
Sebagai seorang chef tentunya seorang ibu harus pandai memutar otak
untuk berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua
anggota keluarga, baik menu srapan, makan siang, maupun makan malam.
Ibu rumah tangga juga berperan menjaga kesehatan keluarga.
4. Ibu sebagai perawat

21
Sebagai seorang perawat, seorang ibu bagaimana dengan telatennya
merawat putra-putrinya, dari mulai mengganti popokketika bayi,
memandikan, menyuapi makan, sampai segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh putra-putrinya sekecil apapun beliau perhatikan, dan tidak bosan-
bosannya mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya yang begitu tulus.
5. Ibu sebagai accountant
Sebagai seorang akuntan, seorang ibu mampu mengelola APBK
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaik-baiknya,
bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar
listrik, telepon, PAM, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang tak terduga. Dan bahkan bagaimana seorang ibu rumah
tangga mampu membantu perekonomian keluarganya dengan tidak
melupakan kodratnya sebagai ibu.
6. Ibu sebagai design interior
Ibu sebagai seorang design interior seorang ibu harus mampu
menciptakan/menata berbagai turnitur yang ada di rumahnya untuk
menciptakan suasana baru, tidak membosankan anggota keluarganya.
Sehingga rumah nyaman untuk ditempat keluarga.
7. Ibu sebagai dokter
Ibu sebagai seorang dokter bagaimana seorang ibu harus mampu
mengupayakan kesembuhan dan menjaga putra-putrinya dari berbagai hal
yang mengancam kesehatan. Berbagai cara dilakukan untuk menjaga
anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan perilaku
hidup bersih dan sehat pada Ibu Rumah Tangga dalam kehidupan sehari-hari
(Notoatmodjo,2003).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Puskesmas Tapak tuan pada bulan Juli 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Rumah Tangga yang datang
ke Puskemas Tapaktuan untuk berobat pada bulan Juli 2019.

3.2.2 Sampel penelitian


Sample adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability
sampling, jenis accidental sampling, yaitu pasien yang secara insidental bertemu
dengan peneliti dapat menjadi sampel penelitian, sebanyak 40 pasien Ibu Rumah
Tangga.
.
3.4 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu Rumah tangga yang berusia 20 – 50 tahun
b. Responden bersedia mengikuti wawancara
2. Kriteria eksklusi
a. Responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner
b. Responden yang mengisi kuisioner tidak lengkap.
c. Responden yang tidak kooperatif
d. Responden yang berumur <20 tahun dan >50 tahun

23
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitan ini adalah
dengan menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung
dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.

3.7 Teknik Pengukuran


Kriteria penilaianmenurut Arikunto (2006)
1. Perilaku
a. Perilaku baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100%
dari seluruh pertanyaan, yaitu 8-10 soal.
b. Perilaku cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75%
dari seluruh pertanyaan, yaitu 5-7 soal.
c. Perilaku kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-
55% dari seluruh pertanyaan, yaitu <5 soal.
Nilai :
2 = Benar
1 = Kurang
1 = Salah.

3.8 Metode Analisis Data


Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data diperoleh
dari penelitian melalui kuesioner dan harus dikelompokkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Editing (Pemeriksaan Data)
Proses editing dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang
sudah terkumpul, dan data yang sudah terkumpul diperiksa kebenarannya.
b. Coding (Pengkodean data)

24
Setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean.
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Tabulating
Selanjutnya dikelompokkan secara teliti, dihitung dan dijumlahkan
kemudian dimasukkan kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Distribusi gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah
tangga di puskesmas Tapaktuan dengan menggunakan kuesioner.

4.1 PHBS berdasarkan umur


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Berdasarkan Pengetahuan

Rentang umur Jumlah responden (orang) Persentase(%)


20 – 30 th 19 47,5
31- 40 th 11 27,5
41-50 th 10 25
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa gambaran perilaku hidup bersih
dan sehat paling baik berada pada rentang umur dari 20- 30 tahun sebanyak
47,5 % , perilaku cukup rentang umur 31 – 40 tahun sebanyak 27,5% dan
perilaku kurang dari rentang umur 41-50 tahun sebanyak 25%.

. Hasil uji deskriptif yang menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat


yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas Tapaktuan menunjukkan bahwa
mayoritas menjadi responden penelitian berusia 20-40 tahun sebanyak 30 orang
(75%), dan sebaliknya kisaran usia yang paling sedikit ditemukan adalah 41-50
tahun sebanyak 10 orang (25%).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Usia mereka yang mayoritas berkisar antara 20-40 tahun, yang
dapat dikategorikan sebagai usia muda atau usia produktif. Responden dengan
usia yang masih muda dan produktif cenderung memiliki perilaku dan
pengetahuuan PHBS yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berusia
remaja atau bahkan sebaliknya usia lansia. Sebab, usia berkaitan dengan

26
kemampuan daya pikir, kedewasaan dalam bersikap serta daya adaptasi dalam
menerima perubahan – perubahan baru khusunya yang mengarah pada
peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan, Seperti PHBS.

4.2 PHBS berdasarkan pendidikan terakhir


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir Jumlah responden (orang) Persentase(%)


SD 4 10
SMP 4 10
SMA 15 37,5
Perguruan Tinggi 17 42,5
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa gambaran perilaku hidup bersih
dan sehat paling baik Pada Ibu Rumah Tangga yang pendidikan terakhir
perguruan tinggi sebanyak 42% , perilaku cukup pada Ibu Rumah Tangga yang
pendidikan terakhir SMA sebanyak 37,5% dan perilaku kurang pada Ibu Rumah
Tangga yang pendidikan SD dan SMP Sebanyak 10%.

Pendidikan adalah indikator yang paling luas dalam status sosial ekonomi.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan dalam mengkarakteristikkan tingkat
pendidikan yang diraih oleh sebagian besar individu. Pendidikan merupakan
komponen yang paling dasar dalam status ekonomi karena hal ini mempengaruhi
kesempatan dalam memperoleh pekerjaan dan pedapatan seseorang. Individu
dengan pendidikan yang tinggi menjadi sangat mungkin untuk bersosialisasi
dengan gaya hidup dan perilaku promosi kesehatan dan mempunyai kondisi
ekonomi, pekerjaan dan kondisi psikologi yang lebih baik (Shavers,2007).

Hasil penelitian Hardiayanto (2004), bahwa tingkat pendidkan yang


kurang mendukung salah satu penyebab rendahnya kesadaran kesehatan
lingkungan, karena kesadaran memerlukan pemehaman yang baik akan arti
pentingnya kondisi lingkungan yang sehat.semakin baik tingkat pendidikan

27
formal, maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan
mematangkan pemehaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan
kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk prinsip –prinsip hidup sehat.

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang.


Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam
cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. Semakin
tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan
( Hastono,2005).

BAB V

28
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
paling baik berada pada rentang umur dari 20- 30 tahun sebanyak 47,5 % ,
perilaku cukup rentang umur 31 – 40 tahun sebanyak 27,5% dan perilaku kurang
dari rentang umur 41-50 tahun sebanyak 25%.

- Hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
paling baik Pada Ibu Rumah Tangga yang pendidikan terakhir perguruan tinggi
sebanyak 42% , perilaku cukup pada Ibu Rumah Tangga yang pendidikan terakhir
SMA sebanyak 37,5% dan perilaku kurang pada Ibu Rumah Tangga yang
pendidikan SD dan SMP Sebanyak 10%.

- Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada Ibu
rumah tangga di wilayah kerja puskesmas Tapaktuan sudah baik hanya beberapa
yang masih kurang dan buruk, sehingga perilaku cukup dan kurang dapat diubah
dengan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari – hari.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan hal yang lebih baik di kemudian hari, sebaiknya perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mempertahankan serta meningkatkan edukasi pasien secara personal oleh


dokter maupun petugas Puskesmas
2. Memberikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu
Rumah Tangga melalui penyuluhan.
3. Dapat dilaksanakan penelitian lanjutan dengan desain penelitian yang lebih
baik untuk mengetahui penyebab perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu
rumah tangga yang masih cukup dan kurang.

DAFTAR PUSTAKA

29
Arikunto S, Prosedur Penelitian, 2006, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Jakarta: Rineka Cipta.
Banun, T (2016). Hubungan Antara Pengetahuan PHBS Dengan Pola Hidup
Sehat Di SD Tamanan.Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 14
tahun ke 5 UNY

Depertemen Kesehatan RI, (2002). Panduan Menajemen PHBS


Menujukabupaten/kota Sehat. Jakarta : Depkes RI.
Depertemen Kesehatan RI, (2007). Rumah Tangga Sehat dengan perilaku
HidupBersih dan Sehat. Jakarta : Depkes RI.
Depkes R.I. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, 2010, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara
Hardiyanto, (2004) Rendah Kesadarn Kesehatan Lingkungan . Tersedia Dalm :
http ://suaramerdeka.com/hrian0305/25/ko13.htm
Hastono,P.S. (2005) Hubungan faktor sosila Demografi ibu dengan pemanfaatan
penolong persalinan di kabupaten cianjur . jurnal penelitian UI. Makaro no.1 seri
A
Irianto, K. ( 2007). Gizi dan pola hidup. Yrama widya, Bandung
Lubis, Z ( 2013). Pengaruh Penyuluhn Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Anak Tentang PHBS Di
SDN 065014 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan.Skripsi
FKM USU
Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari PromosiKesehatan.
Yogyakarta : Fitramaya
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan
IlmuPerilakuKesehatan , Yogyakarta : Andi offset
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta :
RinekaCipta

30
Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Pratiwi, P (2015). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan
Rumah tangga Masyarakat Using.Skripsi FKM UNJ
Purwanto, M. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Shavers,V.L., (2007). Measurement of socioeconomic status in Health Disparities
Research. Journal of The National Medical Association. Vol 99 Number 9
Supiyan (2013) Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Tatanan Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Skripsi Ilmu
Keperawatan UNRI

Lampiran

31
32

Anda mungkin juga menyukai