Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

STROKE

Disusun oleh :
Iman Taupik Nugraha
Khgc15074

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah.

Naskah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki naskah ini.

 Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan.[ CITATION Bat08 \l 1033 ]
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua
kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang
dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak,
biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini
memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
[ CITATION Wor15 \l 1033 ]
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita
stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan secara
nasional.  Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit
yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke
yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di
rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.[ CITATION Hut15 \l 1033 ]
B. Tujuan
 untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang baik
dilakukan pada klien dengan Stroke.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. [ CITATION
Man07 \l 1033 ]
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.[ CITATION Bat08 \l 1033 ]
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:

         fokal dan atau global


         akut
         berlangsung antara 24 jam atau lebih
         disebabkan gangguan aliran darah otak
         tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai
dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1.     Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang
timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2.    Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus
bertambah berat.
3.    Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan
dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih
berat, bisa kemudian membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1.    Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi,
pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa,
2.    stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
B. Etiologi
Penyebab stroke menurut [ CITATION Ari10 \l 1033 ]:
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk
pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a.  Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka
[ CITATION Hut15 \l 1033 ] . Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
b.  Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d.  Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel
sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
            Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
A.     Hipertensi yang parah.
B.     Cardiac Pulmonary Arrest
C.     Cardiac output turun akibat aritmia
4.  Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
A.    Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
B .   Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik
yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien
pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme
sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa  dan oksigen yang terdapat pada arteri-
arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit
dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar  7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu,
menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan
serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut).
Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan
tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan
intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping
itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri
atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan
dan menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark. [ CITATION
Bat08 \l 1033 ]

D. Tanda dan Gejala


Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
akan membaik sepenuhnya.
a.    Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b.    Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
c.    Tonus otot lemah atau kaku
d.    Menurun atau hilangnya rasa
e.    Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f.     Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia:
bicara defeksif/kehilangan bicara)
g.    Gangguan persepsi
h.    Gangguan status mental

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
1.      Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a.       Defisit neurologis mendadak,
b.      Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c.       Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d.      Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya.
2.  Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak,
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik),
c.  Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e.  Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i.  Nyeri kepala hebat,
j.  Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak. [ CITATION Sme02 \l 1033 ]
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.  Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2.  Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3.  Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4.   Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5.    Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan data:
A.    Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.

B.     Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
C.     Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
D.    Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E.     Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F.      Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas
dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
G.    Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H.    Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
I.       Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.
J.       Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
[ CITATION San07 \l
1033 ]

B. Diagnose Keperawatan
1.      Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
2.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3.      Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)  Implementasi Keperawatan


Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan NIC : 1. Memantau adanya tanda-
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam, Intrakranial Pressure tanda penurunan perfusi
serebral  b.d diharapkan suplai aliran darah (ICP) Monitoring serebral :GCS, memori,
aliran darah ke keotak lancar dengan kriteria hasil: (Monitor tekanan bahasa respon    pupil.
otak terhambat. NOC : intrakranial) 2. Mengobservasi tanda-
Circulation status - Berikan informasi tanda vital (tiap jam sesuai
Tissue Prefusion : cerebral kepada keluarga kondisi pasien)
Kriteria Hasil : - Monitor tekanan 3. Memantau intake-output
1. mendemonstrasikan status perfusi serebral cairan, balance tiap 24 jam
sirkulasi yang ditandai dengan : - Catat respon pasien 4. Mempertahankan posisi
-Tekanan systole dandiastole dalam terhadap stimuli tirah baring pada posisi
rentang yang diharapkan - Monitor tekanan anatomis atau posisi kepala
 -Tidak ada ortostatikhipertensi intrakranial pasien dan tempat tidur 15-30 derajat
-Tidk ada tanda tanda peningkatan respon neurology 5. Menghindari valsava
tekanan intrakranial (tidak lebih dari terhadap aktivitas maneuver seperti batuk,
15 mmHg) - Monitor jumlah mengejang dan sebagainya.
2.      mendemonstrasikan drainage cairan 6. Mempertahankan
kemampuan kognitif yang ditandai serebrospinal ligkungan yang nyaman
dengan: - Monitor intake dan 7. Menghindari fleksi leher
-  berkomunikasi dengan jelas dan output cairan untuk mengurangi resiko
sesuai dengan kemampuan - Restrain pasien jika jugular
-  menunjukkan perhatian, perlu
konsentrasi dan orientasi - Monitor suhu dan
-  memproses informasi angka WBC
- membuat keputusan dengan benar - Kolaborasi pemberian
3.      menunjukkan fungsi sensori antibiotik
motori cranial yang utuh : tingkat - Posisikan pasien pada
kesadaran mambaik, tidak ada posisi semifowler
gerakan gerakan involunter - Minimalkan stimuli
dari lingkungan
Terapi oksigen
1.    Bersihkan jalan
nafas dari sekret
2.    Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
3.    Berikan oksigen
sesuai intruksi
4.    Monitor aliran
oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5.    Beri penjelasan
kepada klien tentang
pentingnya pemberian
oksigen
6.    Observasi tanda-
tanda hipo-ventilasi
7.    Monitor respon
klien terhadap pemberian
oksigen
8.    Anjurkan klien
untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas
dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.      Libatkan keluarga 1. Mengevaluasi sifat dan
komunikasi keperawatan selama  3 x 24 jam, untuk membantu beratnya afasia pasien, jika
verbal b.d diharapkan klien mampu untuk memahami / berat hindari memberi
penurunan berkomunikasi lagi dengan kriteria memahamkan informasi isyarat non verbal
sirkulasi ke otak hasil: dari / ke klien 2. Melakukan komunikasi
- dapat menjawab pertanyaan yang 2.      Dengarkan setiap dengan wajar, bahasa jelas,
diajukan perawat ucapan klien dengan sederhana dan bila perlu
- dapat mengerti dan memahami penuh perhatian diulang
pesan-pesan melalui gambar 3.      Gunakan kata-kata 3. Mendengarkan dengan
- dapat mengekspresikan sederhana dan pendek tekun jika pasien mulai
perasaannya secara verbal maupun dalam komunikasi berbicara
nonverbal dengan klien 4. Berdiri di dalam lapang
4.      Dorong klien untuk pandang pasien pada saat
mengulang kata-kata bicara 
5.      Berikan arahan / 5. Melatih otot bicara secara
perintah yang sederhana optimal
setiap interaksi dengan 6. Melibatkan keluarga
klien dalam melatih komunikasi
6.      Programkan verbal pada pasien
speech-language teraphy 7. Mengkolaborasi dengan
7.      Lakukan speech- ahli terapi wicara
language teraphy setiap
interaksi dengan klien
3 Kerusakan           joint Movement : Active NIC : Memantau tingkat
mobilitas fisik b.d           Mobility Level Exercise therapy : kemampuan mobilisasi klien
kerusakan           Self care : ADLs ambulation 2. Memantau kekuatan otot
neurovaskuler           Transfer performance           Monitoring vital sign 3. Merubah posisi tiap 2 jan
Kriteria Hasil : sebelm/sesudah latihan 4. Memasang trochanter roll
          Klien meningkat dalam aktivitas dan lihat respon pasien pada daerah yang lemah
fisik saat latihan 5. Melakukan ROM pasif
          Mengerti tujuan dari peningkatan          Konsultasikan atau aktif sesuai kemampuan
mobilitas dengan terapi fisik dan jika TTV stabil
          Memverbalisasikan perasaan tentang rencana ambulasi 6. Melibatkan keluarga
dalam meningkatkan kekuatan dan sesuai dengan kebutuhan dalam memobilisasi klien
kemampuan berpindah            Bantu klien untuk 7. Mengkolaborasi:
          Memperagakan penggunaan alat menggunakan tongkat fisioterapi
Bantu untuk mobilisasi (walker) saat berjalan dan cegah 8. Melatih pasien dalam
terhadap cedera pemenuhan kebutuhan
          Ajarkan pasien atau ADLs secara mandiri sesuai
tenaga kesehatan lain kemapuan
tentang teknik ambulasi
          Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
          Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
          Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
          Berikan alat Bantu
jika klien memerlukan.
1.        Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Mengauskultasi bunyi
efektif perawatan selama 3 x 24 jam, NIC : nafas
berhubungan diharapkan pola nafas pasien efektif Airway Management 2. Mengukur tanda-tanda
dengan dengan kriteria hasil : ·         Buka jalan nafas, vital
penurunan - Menujukkan jalan nafas paten guanakan teknik chin lift 3. Memberikan posisi semi
kesadaran ( tidak merasa tercekik, irama nafas atau jaw thrust bila perlu fowler sesuai dengan
normal, frekuensi nafas normal,tidak ·         Posisikan pasien kebutuhan (tidak
ada suara nafas tambahan untuk memaksimalkan bertentangan dgn masalah
- NOC : ventilasi keperawatan lain)
v  Respiratory status : Ventilation ·         Identifikasi pasien 4. Melakukan penghisapan
v  Respiratory status : Airway perlunya pemasangan lendir dan pasang OPA jika
patency alat jalan nafas buatan kesadaran menurun
v  Vital sign Status ·         Pasang mayo bila 5. Melakukan fisioterapi
Kriteria Hasil : perlu dada dan latihan nafas dalam
-Mendemonstrasikan batuk efektif ·         Lakukan 6. melakukan suction pada
dan suara nafas yang bersih, tidak fisioterapi dada jika mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu perlu 7. Mengatur intake cairan
mengeluarkan sputum, mampu ·         Keluarkan sekret untuk meoptimalkan
bernafas dengan mudah, tidak ada dengan batuk atau keseimbangan
pursed lips) suction 8. Memantau respirasi dan
-Menunjukkan jalan nafas yang ·         Auskultasi suara status O2
paten (klien tidak merasa tercekik, nafas, catat adanya suara 9. Memberikan
irama nafas, frekuensi pernafasan tambahan bronkodilator bila diperlulan
dalam rentang normal, tidak ada ·         Lakukan suction 10. Memberikan pelembab
suara nafas abnormal) pada mayo udara kassa basah NaCl
Tanda Tanda vital dalam rentang ·         Berikan lembab
normal (tekanan darah, nadi, bronkodilator bila perlu
pernafasan ·         Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
·         Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
·         Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
          Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
          Pertahankan jalan
nafas yang paten
          Atur peralatan
oksigenasi
          Monitor aliran
oksigen
          Pertahankan posisi
pasien
           Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
          Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan
stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada
asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan
neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi
terhadap menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
 Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan
dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena
dengan mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan
tersebut maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik
dalam hal ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.

Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018.

Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Organization, W. H. (2015). STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia dalam


www.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 23 September 2018, pukul 19.31 WIB).

Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.

Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai