Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rosa Salsabila

NIM : P17324419031
Jalum : 1B
Uraian
Resutasi Jantung Pulmoner
A. Resusitasi Jantung Paru
1. Definisi
Disimpulkan resusitasi adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio
pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan
pernafasan buatan.
Resusitasi ini merupakan cara untuk menolong jiwa dalam peristiwa apnea
mendadak atau henti jantung, jantung adalah penyebab tersering henti jantung dan
napas pada orang dewasa. Dalam keadaan tanpa afiksia, kadar oksigen didalam darah
tinggi dan penting dalam agar sirkulasi dikembalikan secara cepat dan lebih
diutamakan dari ventilasi (Handley, 2005).
2. Komponen Utama dari Resusitasi
Resusitasi terdiri atas dua komponen utama yaitu :
a. Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Basic Life Support
Adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka,
menunjang pernapasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini
harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau henti nafas
dan segera memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi.
a) Airway (jalan nafas)
 Tarik mendibula ke depan dengan ibu jari sambil,
 Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,
 Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut atau
hidung.
 Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong berada pada
bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan,
penolong harus pindah ke samping korban untuk segera melakukan
pernafasan buatan mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
b) Breathing (Pernafasan)
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu
perhatikan :

 gerakan dada waktu membesar dan mengecil


 merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu
mengembang
 Dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
 Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru
korban mengecil sampai batas habis. (5)
c) Circulation (Sirkulasi buatan)
Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti
jantung (cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara
tiba-tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa; merupakan keadaan
darurat yang paling gawat. Sebab-sebab henti jantung :
 Afiksi dan hipoksi
 Serangan jantung
 Syok listrik
 Obat-obatan
 Reaksi sensitifitas
 Kateterasi jantung
 Anestesi.
Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus
diberikan dalam 3 atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi henti
jantung yang tidak terduga, maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup
dasar harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan sirkulasi buatan.Henti
jantung diketahui dari :
 Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
 Korban tidak sadar
 Korban tampak seperti mati
 Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.
Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama
membuka jalan nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak
bernafas, segera tiup paru korban 3-5 kali lalu raba denyut a. carotis.
Perabaan a. carotis lebih dianjurkan karena :

1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan


pernafasan buatan
2. Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban
3. Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut
sekalipun daerah perifer lainnya tidak teraba lagi.
Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi
hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi
buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai
dengan pernafasan buatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP tersebut
adalah,

1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun


2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali
bila ia sudah stabil
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat
berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan
tidak terputus.
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP. (5)

ABC RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat
memberi kemungkinan beberapa hasil,

1. Korban menjadi sadar kembali


2. Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan RJP
yang terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi tidak betul
pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan.
Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu bantuan hidup
lanjut (BHL).

b. Bantuan Hidup Lanjut (BHL)


Adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan usaha hidup dasar dengan
memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.
Obat-obatan tersebut dibagi dalam 2 golongan yaitu,

1. Penting, yaitu :
 Adrenalin
 Natrium bikarbonat
  Sulfat Atropin
 Lidokain
2. Berguna, yaitu :
 Isoproterenol
 Propanolol
 Kortikosteroid
 Natrium bikarbonat
B. Tujuan Resusitasi
1. Untuk memenuhi kebutuhan peredaran darah yang mengandung O2 ke seluruh tubuh
pada jaringan substansi glukosa untuk keperluan metabolisme dan mengeluarkan sisa
pembakaran CO2.
2. Untuk oksigenasi darurat
3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
4. Membantu pernapasan
5. Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Basic Life Support
6. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan (advance life support)
7. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan oksigen,
8. Pengelolaan intensif pasca resusitasi (prolonged life support)

C. Indikasi Resusitasi Jantung Paru


a. Henti Napas / Apnea
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik
di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan
suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada
keadaan normal. Bila berlangsungnya lama akan memberikan kelelahan pada otot-
otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi
Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang dikenal
sebagai henti nafas.
b. Henti Jantung / Cardiac Arrest
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka
oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).

D. Langkah-langkah melakukan Resusitasi


Langkah Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP), yaitu :
1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )    
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC
dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.
2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil
bantuan.
3. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board).  Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan
trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban   .
5. Pemeriksaan Pernafasan
Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik.
- Tidak terlihat gerakan otot napas
- Tidak ada aliran udara via hidung
Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik lihat, dengan dan rasa, bila korban
bernapas, korban tidak memerlukan RJP.
6. Pemeriksaan Sirkulasi
1. Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
2. Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
4. Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila
ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak
ada pulsasi, dilakukan RJP.

Tindakan yang dilakukan pada Orang Dewasa yang Henti nafas :


Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
 Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis,
HIV) karena itu harus memakai ”barrier device”  (alat perantara). Dengan cara ini akan
dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
1. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari
telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
2. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas
mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan sambil
memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas
penolong..
3. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban.
Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
 Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian
dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi
tadi.
 Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face
mask.
 Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu
petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
 Bag Valve Mask Ventilation (FROP)
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas
korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya
dibebaskan terlebih dahulu.
Tindakan yang dilakukan orang dewasa yang Henti Jantung, yaitu :
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau kompresi yang dilakukan oleh satu atau dua
orang penolong. Lokasi titik tumpu kompresi antara lain :
1) 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal processus xiphoideus
2) Jari tengah tangan kanan diletakkan di processus xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
3) Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4) Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung
5) Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada pasien.
Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) antara lain :
1) Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
2) Tekan ke bawah sedalam 4 – 5 cm
a) Tekanan tidak terlalu kuat
b) Tidak menyentak
c) Tidak bergeser / berubah tempat
3) Kompresi ritmik 100 x/menit (2 pijatan/detik)
4) Fase pijatan dan relaksasi sama (1 : 1)
5) Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 x kompresi : 2 x hembusan napas)
6) Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi

Langkah Awal Resusitasi Jantung (RJP)


1) Buka jalan napas dengan cara mengangkat dagu dan tengadahkan kepala pasien
(head tilt and chin lift) atau dengan pendorongan rahang bawah (jaw thrust
maneuver)  Airway
2) Periksa apakah pasien bernapas atau tidak
Penilaian :
a) Look : lihat gerakan dada mengembang atau tidak
b) Listen : dengarkan suara nafas pasien pada mulut/hidung ada atau tidak
c) Feel : rasakan hembusan nafas pasien pada mulut/hidung ada atau tidak
3) Bila tidak bernapas, berikan napas buatan dua kali  Breathing
Teknik yang digunakan untuk memberikan napas buatan, yaitu :
a) Menggunakan mulut penolong (mulut ke mulut)
b) Menggunakan alat bantu (Bag valve mask)
4) Periksa denyut nadi arteri besar (arteri carotis atau femoralis)
5) Bila tidak teraba denyut nadi maka lakukan sirkulasi bantuan yaitu PJL (Pijatan
Jantung Luar) 30 x pijat jantung luar ditambah napas buatan 2x. Dengan
demikian pasien terhindar dari kekurangan oksigen baik ke otak maupun ke
jaringan lain  Circulation

E. Bahaya dari Pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru


Adapun beberapa kesalahan dalam melakukan RJP dan akibat yang ditimbulkannya
adalah sebagai berikut

1. Korban tidak dibaringkan pada bidang yang keras, hal ini akan menyebabkan Pijatan
Jantung Luar kurang efektif.
2. Korban tidak horizontal, jika kepala korban lebih tinggi maka jumlah darah yang ke otak
berkurang.
3. Teknik tekan dahi angkat dagu kurang baik, maka jalan nafas masih terganggu.
4. Kebocoran saat melakukan nafas buatan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut korban kurang terbuka saat
pernafasan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
6. Letak tangan kurang tepat dan arah tekanan kurang baik, bisa menimbulkan patah tulang,
luka dalam paru-paru.
7. Tekanan terlalu dalam dan terlalu cepat, maka jumlah darah yang dialirkan kurang.
8. Rasio kompresi dan nafas buatan tidak baik, maka oksigenisasi darah kurang.

Akibat lainnya yang dapat terjadi jika RJP yang dilakukan salah adalah

 Patah tulang dada dan tulang iga.


 Bocornya paru-paru (Pneumotoraks).
 Perdarahan dalam paru-paru atau rongga dada (Hemotoraks).
 Luka dan memar pada paru-paru.
 Robekan pada hati.

Anda mungkin juga menyukai