Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU BAHAN

KOROSI

Dosen Pengampu :
Edward Yosep ST, MT

Disusun Oleh :
Angga Yudha Prabowo NIM : ACE 118 035
Prinaldo NIM : ACE 118 040
Ali Syarif H NIM : ACE 118 026
Dedi Hendra K NIM : ACE 118 000
Rizky Adi Saputra NIM : ACE 118 000
Rangga S NIM : ACE 118 000
B Agung Raharja NIM : ACE 118 000
Brian P NIM : ACE 118 000
Juanda NIM : ACE 118 000
Efras Yordan NIM : ACE 118 000
Allloy Ayu NIM : ACE 118 000
Dandi Supriadi NIM : ACE 118 000

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah makalah ini

dapat terselesaikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengamati korosi pada

besi. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi .

Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan

tentang bahan-bahan yang dapat timbulkan dan mempercepat terjadinya korosi

(karat), proses terjadinya korosi, kerugian serta cara mencegah terjadinya korosi.

Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan

penulis semata-mata. Namun, berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.

Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapakan demi

penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga malakah ini dapat memberi manfaat bagi

para pembaca tentang faktor terjadinya korosi.

Palangka Raya, 15 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2


2.1 Pengertian Korosi......................................................................................2
2.2 Faktor Penyebab Korosi............................................................................3
2.3 Bentuk-bentuk Korosi ..............................................................................6
2.4 Proses Korosi pada Besi ...........................................................................8
2.5 Dampak Korosi..........................................................................................9
2.6 Pencegahan Korosi ...................................................................................9

BAB III PENUTUP ............................................................................................13


3.1 Kesimpuan ................................................................................................13

Daftar Pustaka ......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
KOROSI pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi
yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di
negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross
Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti
Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data
yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi
yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian
sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan
mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam
terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan
menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas,
proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut
hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian
dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak
institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian
untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan korosi?


b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi?
c. Apa saja bentuk-bentuk korosi?
d. Bagaimana proses terjadinya korosi pada besi?
e. Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian dari korosi
b. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab korosi
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk korosi
d. Untuk mengetahui proses terjadinya korosi pada besi
e. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korosi
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang
teroksidasi disebut dengan karat dengan rumus Fe2O3·xH2O. Proses perkaratan
termasuk proses elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai
anode dan oksigen yang terlarut dalam air yang ada pada permukaan besi bertindak
sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe → Fe2+ + 2 e–
Katode : O2 + 2H2O → 4e–  + 4 OH–
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+.
Sedangkan OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion
H+ dari terlarutnya oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan.
Dari hasil reaksi di atas akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3·xH2O.
Karat ini bersifat katalis untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
a. Kerugian
Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini
sangat membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan
atau jembatan. Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak
bisa digunakan sebagai alat-alat masak, alat-alat industri makanan/farmasi/kimia.
b. Pencegahan
Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut :
1)   Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan
dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang
digunakan adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta
(potensial reduksi lebih negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas, platina,
timah, dan nikel.
2)   Proses katode pelindung (proteksi katodik)
Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katode, bukan
sebagai anode. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang
mudah teroksidasi, yaitu logam di sebelah kiri besi dalam deret volta (logam
dengan potensial reduksi lebih positif dari besi).
Hanya saja logam Al dan Zn tidak bisa digunakan karena kedua logam
tersebut mudah teroksidasi, tetapi oksida yang terbentuk (A12O3/ZnO) bertindak
sebagai inhibitor dengan cara menutup rapat logam yang di dalamnya, sehingga
oksigen tidak mampu masuk dan tidak teroksidasi. Logam-logam alkali, seperti
Na, K juga tidak bisa digunakan karena akan bereaksi dengan adanya air. Logam
yang paling sesuai untuk proteksi katodik adalah logam magnesium (Mg). Logam

2
Mg di sini bertindak sebagai anode dan akan terserang karat sampai habis, sedang
besi bertindak sebagai katode tidak mengalami korosi.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam
karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan
hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah
reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu
lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak karena
adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adanya penurunan pH atau alkalinitas
dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida. Pada proses korosi terjadi
reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan
logam dimana metal akan larut.
Reaksinya :
       Fe → 2 Fe2+ + 4e-
engan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap
tinggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-
elektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana   (oleh logam) dan bereaksi
dengan O2 dan H2O.
O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-
Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe 2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2.
Oleh kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.
Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2
2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-

b 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe → 3Fe2+ + 4OH- + H2 


. Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O
Faktor yang berpengaruh
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

2.2 Faktor Penyebab KOROSI


Faktor Penyebab Korosi Pada umumnya ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya percepatan korosi, yaitu:
a. Uap air
     Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor
penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap
air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.

3
b. Oksigen
    Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya
korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi
redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi
besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata
dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara
atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai
anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang
mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.

c. Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah
untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan
air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi
yang utama.
Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain
itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah),
korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat).
Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi
yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh
kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif
sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi
kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya
lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding
dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan
temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

d. Permukaan logam yang tidak rata


Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam
yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi
kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.

e. Keberadaan Zat Pengotor


Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi
reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai
contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada
permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada
permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

4
f. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat.

g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.
Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

h. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak
atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.

i. Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam
yang kasar cenderung mengalami korosi Kemurnian logam yang rendah
mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam
tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya
perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian
rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.

j. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut
mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

5
2.3 Bentuk-Bentuk KOROSI
Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di
lingkungan laut, yaitu;

a.    Korosi merata (uniform attack)


    Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk
pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang
sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada
peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja yang berkarat
dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal terexpose
diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang hilang jarang sekali
betul-betul merata. Menurut teori electrochemical mixed potential, proses anodic dan
katodik terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal. Dengan demikian agar
bentuk korosi ini terjadi, diperlukan sistem korosi yang menunjukkan keseragaman
(homogenitas) baik pada metal, media (perbedaan konsentrasi) dan faktor-faktor
korosi lainnya.
Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke
tebalan metal menurut waktu misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun. Biasanya
laju korosi hanya dinyatakan pada satu muka saja, dan bila kedua metal terserang
korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi dua kali.

b.    Korosi setempat (local corrosion)


Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat tidak
begitu tajam, sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan beberapa
bentuk korosi, mulai dari korosi merata sampai korosi yang menghasilkan sumuran
dalam, korosi setempat sulit diduga.

c.    Korosi galvanik (galvanik corrosion)


Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara
listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama.
Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial
korosi tinggi akan kurang terkorosi).
Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan
dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah
perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan
pemakaian lebih dari satu macam metal.
Bila berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat diharapkan
akan terjadi masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis pada lingkungan laut.
Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda,
haruslah jangan sampai menimbulkan masalah korosi.

6
d.    Korosi sumuran (pitting)
Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari
permukaan metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih
besar dari diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks
dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran
dapat diantisipasi:
1. Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup,
terutama air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja
hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda
besar.
2. Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan
korosinya seperti stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif,
cenderung pembetukan korosi sumuran.
3. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung
chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.
4.
e.    Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia
sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi
ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari
permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju
serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi
atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin.
Pada kasus ini lapis protektif di hilangkan. 

f.    Impingement attack


Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan
kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa
dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lengkungan dapat mengakibatkan
kerusakan setempat, bagian lain dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan
terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement (timpa bentur,tekan) air yang
biasanya mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

g.    Perusakan cavitasi


Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya
gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi
dan perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya
terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk
dari partial vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan
membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.

7
h.    Korosi celah (crevice corrosion)
Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan
bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah
timbul dari formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar
crivice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja
pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi lokal yang intensif.

2.4 Proses Korosi Pada Besi


Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia (redoks). Pada
permukaan besi (Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh
dua hal:
1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
     Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen
terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian
ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen
terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
            Fe → Fe2+ + 2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (111)
dalam senyawa besi (111) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau
zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih
besar dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi
(anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi.
Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni
oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O        = + 1,23 volt
Anodik : Fe    →Fe2+ + 2e-            = + 0,44 volt
          Fe + ½ O2 + 2H+     → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan.
Besi (11) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida
besi (111) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e-     → H2O        = + 1,23 volt
Anodik : 2 Fe2+         → 2Fe3+ + 2e         = - 0,77 volt
    2 Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O    = + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2 Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+Fe2O3.x H2O
inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya.Ion Fe  di alam akan teroksidasi lagi
membentuk Fe2+ atau Fe3+   . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit
yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-

8
gas pencemar (SOx,  NOx) yang di kenal dengan hujan asam.Selanjutnya oleh
oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses
perkaratan.Yaitu karat yang dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada
umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah
mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda positif,
sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-satunya
faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah
lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara,
akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi
bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng
mengalami oksidasi yang kurang sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi
yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis
yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

2.5 Dampak Korosi


Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama
sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat
memperkirakan kerugian akibat korosi yang menyerag permesinan industri,
infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya tersebut mencapai 276
miliar dollar AS. Jembatan yang runtuh akibat korosi yang terjadi pada tiang
penahannya.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung
berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang
rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan
akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan
meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya.
korosi yang menyebabkan kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam.

2.6 Pencegahan Korosi


Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah
terjadinya korosi, yaitu:
a.    Cara pelapisan (coating)
Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam istilah
tonase baja, untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi paduan logam dari
lingkungan yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya timbul banyak problem dan
biasanya kurang perhatian tentang masalah itu. Tersedia banyak sekali macam pelapis
dan yang paling umum adalah cat.  Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat
menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink

9
(seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
    Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan melapisi besi
dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika besi dilapisi dengan cat
atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam yang mempunyai Enol lebih
besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah lapisan luarnya saja sehingga logam
tersebut bisa dilindungi oleh logam tersebut.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan
melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat
digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.
    Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap
besi.
Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s)                    EO    = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s)                     EO    =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s)                  EO     =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng, 
besi tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi
lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi dilapisi dengan timah, besi tidak
akan berkarat.

b.    Cara proteksi katodik (katode pelindung)    


Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam tanah.
Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang bertindak sebagai
anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan untuk melindungi besi
harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu memiliki potensial
reduksi yang lebih negatif daripada besi. Umumnya digunakan logam Magnesium
(Mg). Logam alkali tidak dapat di gunakan karena reaktif.Logam alumunium(Al) dan
seng (Zn) tidak dapat digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO)
akan menghambat proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan
logam.
    Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah harus
dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang lebih aktif,
seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa dan di
hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg yang
rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan demikian pipa yang
terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini juga dapat dicegah dengan
menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif sumber listrik.
     Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja
jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
    Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang
pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion logam
(karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi
lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja
akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan

10
pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan
kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan
elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara,
yaitu:

a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan


dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada
suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar,
misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada
sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda
pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang.
Keuntungan besar dari metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat
menggunakan anoda inert atau anoda yang tahan karat seperti platina dan
karbon.
b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain
sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini
terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang
pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi.
Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari korosi
namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu akan
rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda
lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding mengganti tiang
pancang pipa baja.
c) Perancangan
Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang
baik dan pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan
cara pengendaliannya dalam batas perancangan keseluruhan. Perencanaan dan
perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan masalah
yang baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.
d) Anoda karbon
Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan menggunakan anoda
karbon. Dengan membandingkan potensial reduksi standar besi dan
magnesium.
Fe2+         + 2e → Fe(s)                EO = -0,41 volt
Mg2+   + 2e → Mg(s)               EO =-2,39 volt
    Terlihat bahwa Mg2+  lebih sulit direduksi dibandingkan dengan Fe2+ 
atau sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s). Sepotong Mg
yang terhubung dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi dibandingkan
dengan besi, dan sekali terpakai oleh oksidasi harus diganti. Metode ini
biasanya digunakan untuk melindungi lambung kapal, jembatan, dan pompa
air besi dari korosi. Pelat magnesium dihubungkan dengan interval yang
teratur sepanjang potongan pipa yang terkubur, dan ini jauh lebih mudah
untuk menggantikannya secara periodik dari pada mengganti keseluruhan
pipa.

11
e) Pelumuran dengan Oli atau Gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.
f) Pembalutan dengan Plastik
Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut
dengan plastik. Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.

2.7 Masalah-Masalah di Lapangan


Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi
disebabkan oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut
yaitu :
1. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)
menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethy lene (APL 5L X-65).
Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi denganim pr es s ed current
proteksi katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4).
Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif
menggunakan pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating
defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area
di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan
terekspos. Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk
perkembangan mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local
(pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok.

2. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.


Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran
mengalami masalah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau
tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu
korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam
yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.
Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding
bagian dalam, kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal
berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan
senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat
kelarutan logam

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ø Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan.
Ø Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan
lingkungannya. Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara
alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH. Pada
proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah
bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut.
Ø Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, dan selective leaching.
Ø Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu : Kontak Langsung logam
dengan H2O dan O2, Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit,
temperatur, pH dan Mikroba
Ø Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung
berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang
rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.
Ø Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.angelfire.com/ak5/process_control/kor_merata.html
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-
pencegahannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
http://www.scribd.com/doc/22075509/Degradasi-Fungsi-Sistem-Industri-
Akibat-Korosi-Mikrobiologi
http://www.scribd.com/doc/17226684/Korosi

14

Anda mungkin juga menyukai