KOROSI
Dosen Pengampu :
Edward Yosep ST, MT
Disusun Oleh :
Angga Yudha Prabowo NIM : ACE 118 035
Prinaldo NIM : ACE 118 040
Ali Syarif H NIM : ACE 118 026
Dedi Hendra K NIM : ACE 118 000
Rizky Adi Saputra NIM : ACE 118 000
Rangga S NIM : ACE 118 000
B Agung Raharja NIM : ACE 118 000
Brian P NIM : ACE 118 000
Juanda NIM : ACE 118 000
Efras Yordan NIM : ACE 118 000
Allloy Ayu NIM : ACE 118 000
Dandi Supriadi NIM : ACE 118 000
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah makalah ini
dapat terselesaikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengamati korosi pada
besi. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi .
(karat), proses terjadinya korosi, kerugian serta cara mencegah terjadinya korosi.
Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penulis semata-mata. Namun, berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapakan demi
penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga malakah ini dapat memberi manfaat bagi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
KOROSI pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi
yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di
negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross
Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti
Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data
yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi
yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian
sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan
mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam
terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan
menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas,
proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut
hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian
dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak
institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian
untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korosi
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang
teroksidasi disebut dengan karat dengan rumus Fe2O3·xH2O. Proses perkaratan
termasuk proses elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai
anode dan oksigen yang terlarut dalam air yang ada pada permukaan besi bertindak
sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe → Fe2+ + 2 e–
Katode : O2 + 2H2O → 4e– + 4 OH–
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+.
Sedangkan OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion
H+ dari terlarutnya oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan.
Dari hasil reaksi di atas akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3·xH2O.
Karat ini bersifat katalis untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
a. Kerugian
Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini
sangat membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan
atau jembatan. Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak
bisa digunakan sebagai alat-alat masak, alat-alat industri makanan/farmasi/kimia.
b. Pencegahan
Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut :
1) Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan
dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang
digunakan adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta
(potensial reduksi lebih negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas, platina,
timah, dan nikel.
2) Proses katode pelindung (proteksi katodik)
Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katode, bukan
sebagai anode. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang
mudah teroksidasi, yaitu logam di sebelah kiri besi dalam deret volta (logam
dengan potensial reduksi lebih positif dari besi).
Hanya saja logam Al dan Zn tidak bisa digunakan karena kedua logam
tersebut mudah teroksidasi, tetapi oksida yang terbentuk (A12O3/ZnO) bertindak
sebagai inhibitor dengan cara menutup rapat logam yang di dalamnya, sehingga
oksigen tidak mampu masuk dan tidak teroksidasi. Logam-logam alkali, seperti
Na, K juga tidak bisa digunakan karena akan bereaksi dengan adanya air. Logam
yang paling sesuai untuk proteksi katodik adalah logam magnesium (Mg). Logam
2
Mg di sini bertindak sebagai anode dan akan terserang karat sampai habis, sedang
besi bertindak sebagai katode tidak mengalami korosi.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam
karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan
hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah
reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu
lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak karena
adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adanya penurunan pH atau alkalinitas
dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida. Pada proses korosi terjadi
reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan
logam dimana metal akan larut.
Reaksinya :
Fe → 2 Fe2+ + 4e-
engan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap
tinggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-
elektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi
dengan O2 dan H2O.
O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-
Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe 2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2.
Oleh kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.
Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2
2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-
3
b. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya
korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi
redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi
besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata
dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara
atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai
anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang
mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.
c. Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah
untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan
air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi
yang utama.
Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain
itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah),
korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat).
Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi
yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh
kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif
sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi
kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya
lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding
dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan
temperatur yang mendukung terjadinya korosi.
4
f. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat.
g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.
Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
h. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak
atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.
i. Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam
yang kasar cenderung mengalami korosi Kemurnian logam yang rendah
mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam
tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya
perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian
rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.
j. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut
mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
5
2.3 Bentuk-Bentuk KOROSI
Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di
lingkungan laut, yaitu;
6
d. Korosi sumuran (pitting)
Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari
permukaan metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih
besar dari diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks
dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran
dapat diantisipasi:
1. Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup,
terutama air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja
hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda
besar.
2. Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan
korosinya seperti stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif,
cenderung pembetukan korosi sumuran.
3. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung
chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.
4.
e. Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia
sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi
ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari
permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju
serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi
atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin.
Pada kasus ini lapis protektif di hilangkan.
7
h. Korosi celah (crevice corrosion)
Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan
bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah
timbul dari formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar
crivice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja
pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi lokal yang intensif.
2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih
besar dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi
(anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi.
Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni
oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan.
Besi (11) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida
besi (111) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : 2 Fe2+ → 2Fe3+ + 2e = - 0,77 volt
2 Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2 Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+Fe2O3.x H2O
inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya.Ion Fe di alam akan teroksidasi lagi
membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit
yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-
8
gas pencemar (SOx, NOx) yang di kenal dengan hujan asam.Selanjutnya oleh
oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses
perkaratan.Yaitu karat yang dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada
umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah
mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda positif,
sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-satunya
faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah
lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara,
akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi
bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng
mengalami oksidasi yang kurang sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi
yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis
yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.
9
(seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan melapisi besi
dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika besi dilapisi dengan cat
atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam yang mempunyai Enol lebih
besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah lapisan luarnya saja sehingga logam
tersebut bisa dilindungi oleh logam tersebut.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan
melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat
digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.
Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap
besi.
Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s) EO = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s) EO =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s) EO =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng,
besi tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi
lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi dilapisi dengan timah, besi tidak
akan berkarat.
10
pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan
kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan
elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara,
yaitu:
11
e) Pelumuran dengan Oli atau Gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.
f) Pembalutan dengan Plastik
Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut
dengan plastik. Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan.
Ø Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan
lingkungannya. Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara
alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH. Pada
proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah
bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut.
Ø Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, dan selective leaching.
Ø Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu : Kontak Langsung logam
dengan H2O dan O2, Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit,
temperatur, pH dan Mikroba
Ø Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung
berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang
rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.
Ø Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.angelfire.com/ak5/process_control/kor_merata.html
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-
pencegahannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
http://www.scribd.com/doc/22075509/Degradasi-Fungsi-Sistem-Industri-
Akibat-Korosi-Mikrobiologi
http://www.scribd.com/doc/17226684/Korosi
14