Anda di halaman 1dari 6

Tugas Divisi

PERIOPERATIF PASIEN PADA KELAINAN GINJAL

Oleh:

Cempaka, S. Ked

NIM. 18309123

Pembimbing :

Dr. dr. Agung Ary Wibowo, Sp.B- KBD

BAGIAN/SMF BEDAH DIGESTIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM


RSUD ULIN BANJARMASIN

Maret, 2020
Pasien dengan kelainan ginjal yang akan menjalani pembedahan harus dilakukan

evaluasi berupa:

- Diagnosis (tipe kelainan ginjal)

- Kondisi comorbid

- Derajat keparahan

- Komplikasi

- Risiko penurunan fungsi ginjal

- Risko penyakit cardiovaskular

Tujuan dari koordinasi ini antara lain:

- Tujuan preoperative: tekanan darah, waktu dialysis

- Obat-obatan selama perioperative

- Pemeriksaan laboratorium preoperative

Tujuan Preoperatif

Hipotensi intraoperative dan penurunan fungsi ginjal sering ditemukan dalam

perioperative yang dapat menimbulkan AKI. Pasien dengan hipertensi ataupun

diabetes yang menjalani pembedahan noncardiac dengan MAP lebih besar dari 110

mmHG dapat meningkatkan risiko untuk terjadi intraoperative hipotensi. Hipotensi

dapat berpengaruh terhadap komplikasi renal dan kardiovaskular.

Obat-obatan selama perioperative

ACEI dan ARA merupakan antihipertensi yang sering digunakan pada pasien

CKD, dan juga sering mempengaruhi hipotensi intraoperative saat induksi anastesi
general. Tidak menggunakan ACEI ataupun ARA selama 10 jam sebelum

pembedahan dapat menurunkan risiko hpotensi postinduksi. Tidak menggunakan

CPD selama 7-10 hari sebelum pembedahan juga bermanfaat untuk mengurangi

kejadian perdarahan saat pembedahan.

Penatalaksanaan anestesia yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik

membutuhkan pengertian tentang perubahan patologis yang berhubungan dengan

penyakit ginjal, dan juga penilaian apakah penyakit ginjal yang terjadi membutuhkan

hemodialisis, obat-obat yang dapat menurunkan fungsi ginjal, perlu dinilai juga

apakah penyakit ginjal dalam keadaan stabil, mengalami perbaikan, atau perburukan.

Informasi tersebut dapat diperoleh dengan memantau konsentrasi kreatinin serum.

Perioperatif

Tujuan dari peroperatif pada kelainan ginjal yaitu untuk mempertahankan

euvolemia, perfusi ginjal, mencegah nefrotoksik. Fenoldopam mesylate merupakan

dopamine-1 reseptor antagonis yang dapat digunakan untuk hipertensi emergensi dan

dapat menurunkan kejadian AKI. Dosis fenoldopam sekitar 0.1 mg/kgBB/min.


Postoperatif

Pada setiap tindakan bedah adakalanya setelah tindakan bedah dijumpai

gangguan fungsi ginjal berupa anuria dan oliguria. Gangguan fungsi ginjal ini

diperkirakan terjadi ± 10% dan kasus-kasus yang bedah dan gangguan ini dikenal

sebagai Gagal Ginjal. Gagal ginjal adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang ditandai

dengan berkurangnya produksi urine sampai kurang dari 400 ml/24 jam disertai

perubahan biokimia didalam plasma dan urine. Gagal ginjal disebut akut = GGA

(Acute Renal Failure) oleh karena perubahan tersebut terjadi baru beberapa jam atau

beberapa hari. Sedangkan yang disebut kronis = GGK (Chronic Renal Failure) oleh

karena perubahan itu terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun. Acute on chronic

renal failure adalah episode akut ditandai dengan bertambah turunnya Filtrasi

Glomeruli (Glomerulus Filtration Rate) pada penderita GGK yang pada mulanya

dalam keadaan stabil. Secara garis besar fungsi ginjal adalah: filtrasi, reabsorbsi,

sekresi, kontrol cairan dan elektrolit (homeostatis) dan fungsi endokrin.

Faktor Risiko untuk Terjadinya Gagal Ginjal Pasca-bedah

Risiko gagal ginjal berkaitan dengan factor yang mudah diidentifikasi yaitu

faktor pre operatif, faktor post operatif, faktor medis, faktor surgical. Pasien post

operatif yang dirawat secara intensif, beberapa factor penting yang diduga penyebab

penurunan fungsi ginjal yang paling sering adalah hipovolemi, sepsis, dan obat-

obatan nefrotoksik.
Pendekatan terhadap Oliguria Pasca-bedah

Berkurangnya volume urine 400 ml/hari atau < 30ml/jam untuk 3 jam

berturut-turut adalah tidak normal. Ini bisa menjadi pertanda buruk akan terjadinya

gagal ginjal. Penderita pasca bedah yang mengalami hipovolemia yang berkelanjutan

akibat perdarahan harus segera ditanggulangi. Langkah-langkah yang harus diambil

pada keadaan ini adalah sebagai berikut:

− Nilai sirkulasi. dengan monitoring frekwensi nadi, turgor kulit dan tekanan darah

− Pasang kateter urine dan pantau jumlah urine per jam

− Periksa elektrolit, kreatinin, urea dan Hb segera (dalam 3 jam)

− Perhatikan irama jantung. Oliguria dan gagal ginjal bisa terjadi sekunder terhadap

gagal jantung

− Cari tanda-tanda infeksi luka, infeksi paru, septikemia (biakan darah), urine.
− Pikirkan komplikasi mayor dari pembedahan itu sendiri, kebocoran anastomosis

usus, kebocoron empedu, jaringan gangren usus, anggota gerak otot.

− Pikirkan apakah ada tanda-tanda obstruktif ureter

Chronic Renal Failure

Tindakan pembedahan pada kasus Chronic Renal Failure memerlukan

persiapan pra-bedah yang cukup sempurna. Perlu diperhatikan mengenai penyakit

dasar yang menjadi indikasi pembedahan, jika tindakan pembedahan, bukan operasi

ginjal, (misalnya hernia) yang menderita GGK, sebaiknya kondisi pasien dalam

keadaan terkontrol dengan nilai serum ureum ≤ 150 mg/dl dan serum kreatinin < 7

umol/l. Tindakan operasi dilaksanakan sehari setelah dialisis mencegah terjadinya

pendarahan post operative.

DAFTAR PUSTAKA

Sefer S, et al. Perioperative management of patients with chronic renal failure. Acta.
2004; 43:397-415.

Jones DR. Surgery in the patient with renal dysfunction. Anesthesiology Clin. 2009.

Sinaga UM. Pedoman perioperative renal assessment. Majalah Kedokteran. 2006;


39(3).

Putri YS, Yadi DF. Blok aksilar pada pasein pseudoaneurisma pada antebrakii
sinistra yang disertai gagal ginjal terminal. JAM. 2014; 2(1).

Anda mungkin juga menyukai