Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Masalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak dan Remaja

A. Stunting
 Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunted adalah tinggi badan yang kurang
menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan.
Kondisi anak yang lahir dengan stunting selain sangat disayangkan, juga dapat
mengurangi tingkat kecerdasan anak bahkan saat dewasa anak tersebut beresiko besar
terkena penyakit tidak menular seperti jantung atau diabetes. Menurut Dr Damayanti R.
Sjarif, Sp.A(K), dibutuhkan tata laksana gizi yang benar di masyarakat untuk memperbaiki
kondisi stunting. "Penyebab stunting tak lain kalau bukan asupan nutrisi kurang atau kondisi
kesehatan kurang baik. Persoalan ini sama seperti anak gagal tumbuh seperti seharusnya
karena kekurangan gizi,"

 Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
Selain karena faktor pemenuhan nutrisi pada ibu sebelum dan selama kehamilan yang juga
dapat dikatakan sebagai penyebab tidak langsung. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi
akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Terdapat faktor lain penyebab stunting pada anak :
1) Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2) Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3) Riwayat penyakit
4) Kekurangan gizi yang kronis dalam waktu yang lama.
5) Asupan makan anak tidak beragam dan bervariasi mengakibatkan anak kekurangan
protein dalam tubuh. Kurangnya protein hewani dalam makanan anak sehari-hari.
6) Sering mederita infeksi pada awal kehidupan anak.
7) Kebersihan lingkungan di sekitar anak yang kurang baik.
8) Status gizi ibu hamil dan saat menyusui. Jika pada masa menyusui dan kehamilan nutrisi
ibu terpenuhi dengan baik, maka dapat berpengaruh pada perkembangan janin saat hamil.
9) Rendahnya asupan mineral dan vitamin akibat anak jarang makan sayur dan buah.
10) Infeksi pada ibu saat hamil.
11) Jarak kelahiran anak yang pendek dengan sebelumnya
12) Usia ibu pada saat hamil masih remaja

 Fakta – Fakta Tentang Terjadinya Stunting


Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain
sebagai berikut :
1) Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mentalnya.
Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari
sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi
terhadap kesuksesan anak dalam  kehidupannya di masa yang akan datang.
2) Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak.
Stunting terjadi karena bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai,
makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan..
3) Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Stunted terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko
lebih besar meninggal saat melahirkan.

 Penilaian Stunting secara Antropometri 
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan
gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi.
Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan standar
deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak.

 Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu dan
nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar
deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Dalam menentukan
klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-
score, dan pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U)
Standar baku WHO-NCHS.

 Dampak Stunting
 Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ)
Sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari
pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat
pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis)
dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan.
 Dilihat dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya pendek.

 Cara Mencegah Stunting
1. Mencegah Stunting pada Balita
 Imunisasi dasar pada balita
 Pencegahan dini pada saat kehamilan
 Pemberian ASI eksklusif
 Gaya hidup yang bersih dan sehat
 Kondisi pangan yang layak

B. Wasting pada Anak


 Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun sangat kurang, atau bahkan
berada di bawah rentang normal. Anak yang mengalami wasting umumnya memiliki
proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting biasanya terjadi karena penurunan berat badan
drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi harian anak. Memiliki satu atau lebih
penyakit yang bisa berujung pada turunnya berat badan, seperti diare, juga bisa
mengakibatkan wasting. Kejadian wasting pada anak juga dapat berdampak besar terhadap
kondisi kesehatannya sekarang atau di kemudian hari. Anak yang mengalami wasting
umumnya lebih mudah terserang penyakit, bahkan berisiko sampai berakibat fatal.
Sedangkan indikator yang digunakan untuk menilai kemungkinan wasting pada anak
yakni berat badan berbanding dengan tinggi badan (BB/TB). Anak dikatakan mengalami wasting
ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai dengan di bawah -2 standar deviasi
(SD). Lebih dari itu, anak juga bisa mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika
indikator BB/TB menunjukkan angka di bawah -3 SD. Atau dengan kata lain, wasting akut
adalah kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang wasting biasa.

 Gejala Wasting pada Anak

 Indikator BB/TB menunjukkan angka kurang dari -3 SD


 Memiliki pembengkakan karena cairan (edema) di beberapa bagian tubuh
 Lingkar Lengan Atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5 cm

 Penyebab Wasting pada Anak

 Kurang terjangkau atau sulitnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat, sehingga


membuat banyak orangtua engga memeriksakan kondisi kesehatan anaknya.
 Pemberian asupan makanan harian yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak. Misalnya
pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, maupun makanan padat tapi dengan jumlah dan
kualitas yang kurang memadai.
 Kebersihan lingkungan sekitar yang buruk, termasuk sulitnya mendapatkan akses air
bersih dan pelayanan kebersihan.
 Pengetahuan kurang mengenai nutrisi dan kesehatan.
 Pilihan sumber makanan yang sangat terbatas dan kurang beragam.

 Cara Mengatasi Wasting

Aturan makan untuk anak yang mengalami wasting biasa sebagai berikut:

- Berikan berbagai makanan dengan kandungan energi yang tinggi guna mendukung
kenaikan berat badan.
- Berikan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin, serta mineral, guna mempercepat
pembentukan jaringan baru. Sebab kenaikan berat badan anak yang mengalami
wasting bisa kurang sehat, bahkan menjadi terlalu gemuk jika terlalu banyak diberi
makanan sumber energi tanpa disertai dengan pemberian zat gizi lain.
- Makanan harian anak wasting setidaknya harus berisi:
- Energi dari protein sekitar 12-15 persen
- Energi dari lemak sekitar 30 persen

Sedangkan berbagai pilihan sumber makanan untuk anak dengan wasting diperoleh dari :

- Sumber makanan hewani seperti daging merah, daging ayam, ikan, susu, telur, dan
lainnya.
- Serat dalam taraf sedang.
- Rendah garam

C. Gizi Buruk (Malnutrition).

Gizi buruk (malnutrisi) adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu
lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Malnutrisi disini dapat dipahami sebagai kesalahan dalam pemberian nutrisi.
Kesalahan tersebut bisa berupa kekurangan maupun kelebihan nutrisi.

 Gejala Gizi Buruk (Malnutrition)

 Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat anggota geraknya
 Anak terlihat sering gelisah
 Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
 Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering terjadi perubahan
warna
 Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat bercak-bercak
putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
 Anak juga akan menderita anemia akibat kekurangan nutrien seperti zat besi dan vitamin
B kompleks.

 Cara Mencegah Gizi Buruk pada Anak

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total
kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi
anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.

 Obesitas pada Anak

Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu
identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri. Secara klinis obesitas dengan
mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas, yaitu: wajah
membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung dengan
payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai
pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam
jaringan lemak supra-pubik, pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.

Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita yang disebabkan
menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit.orang tua pasti tidak menyadari bahwa di
tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam kesehatan anak tersebut. Namun tidak
semua anak yang gemuk dikategorikan sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga
anak yang memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata,selain itu juga memiliki kadar
lemak yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. jadi akan kelihatan seperti anak yang
memiliki obesitas. Perlu diketahui obesitas pada anak tidak hanya dilihat dari ukuran badan
anak tersebut.

 Penyebab Obesitas dan Penanganan pada Anak

 Kebiasaan Makan yang Buruk


Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian (grains) dan
lebih memilih fast food, minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki
kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan tersebut merupakan
makanan yang tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah.

Penanganan: Merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat. Batasi tingkat
konsumsi fast food dan semacamnya.Perbanyak konsumsi sayur, buah dan menu bergizi
lainnya.

 Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang memiliki orang tua atau
keluarga yang mengalami obesitas juga berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu
Anda ketahui bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat
berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang
seharusnya ia konsumsi.

Penanganan: Melakukan diet makanan agar jumlah kalori, lemak maupun zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi setiap harinya dan tidak berlebihan.

 Tidak Aktif Secara Fisik


Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih banyak duduk diam
menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer maupun televisi sehingga mereka
tidak banyak bergerak. Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh
tidak membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka.

Penanganan: Latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main game atau nonton TV
dan ganti dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.
2.3 Kebutuhan Nutrisi pada Anak dan Remaja

 Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui
sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi
disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-
benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi
menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 –
2 liter perhari.

 Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan
motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan
kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering
mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya
optimal. Pada usia ini  ASI tetap diberikan.  Pada masa ini berikan juga makanan
keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan.
Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet
dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa
efek samping

Adapun Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Permasalahan Kebutuhan


Nutrisi pada Anak
a.       Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi
otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju,
kacang-kacangan.
b.      Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok
dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
c.       Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang,
telur dan kacang-kacangan.
d.      Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme
energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
buah-buahan.
e.       Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

Anda mungkin juga menyukai