Anda di halaman 1dari 11

Nama : Kadek Sheila Anastasia

Kelas : 2018C

NPM : 18700103

Judul : Hematologi – Trombosit ( tugas 3 dr Budi )

1. Apa itu hematoma, hemarthrosis dan ecchymoses dan Apa perbedaannya!


Jawaban :
 Hematoma
komplikasi paling umum yang terkait dengan venipuncture. Ini mewakili ekstravasasi
darah ke ruang interstitial yang mengelilingi pembuluh darah. Kehadiran darah di
ruang ini menyebabkan pembengkakan dan perubahan warna. Ketika venipuncture
berhasil, jarum itu sendiri bertindak sebagai obturator, menyegel lubang di dinding
vena yang dibuat selama masuknya jarum. Pada beberapa pasien, terutama pasien
yang lebih tua di mana dinding pembuluh darah telah mengurangi elastisitas,
kebocoran darah di sekitar jarum dapat terjadi selama prosedur meskipun ujung jarum
masih terletak di dalam lumen vena.

 Hemarthrosis
Pendarahan pada persendian dapat terjadi sesering atau dua kali seminggu pada
pasien dengan hemofilia parah. Pasien sering diperingatkan akan timbulnya
hemarthroses dengan adanya sensasi kesemutan atau gelembung sebelum tanda-tanda
yang terlihat muncul. Nyeri, pembengkakan dan kenaikan suhu, dan gerakan
berkurang karena ruang sendi menjadi lebih buncit dengan darah.
 Ecchymoses
ekstravasasi subkutan darah dalam jaringan, yang menghasilkan perubahan warna kulit
dari rembesan darah dalam jaringan. Lokasi ecchymoses mungkin jauh ke lokasi
bedah karena gravitasi (yaitu, selalu memberi tahu pasien sebelum operasi).
Ecchymoses yang timbul pada daerah mandibula inferior atau leher mungkin akibat
perdarahan di bawah flap dan perjalanan melalui ruang fasia akibat gravitasi
Perbedaan hematoma, hemarthrosis dan ecchymoses

Hematoma Hemarthrosis Ecchymoses


kumpulan darah lokal di perdarahan pada ruang ekstravasasi subkutan
luar pembuluh darah, baik sendi darah dalam jaringan,
karena penyakit atau yang menghasilkan
trauma termasuk cedera perubahan warna kulit
atau pembedahan dari rembesan darah
dalam jaringan

2. Bagaimana cara untuk melakukan rumple leed tes,bleeding time,clotting time?Dan


masing masing kelainannya dimana

Jawaban :

 Rumple leed test

Secara umum langkah-langkah tes tourniquet dapat dibagi dalam 3 tahap utama
yaitu :
1.      Pra Analitik

a.       Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus

b.      Prinsip :

Terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung darah vena.
Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler
bertahan. Jika ketahanan kapiler turun aan timbul petechie di kulit.

c.       Alat dan bahan :

 Tensimeter dan stetoskop


 Timer

 Spidol

2.      Analitik

Cara kerja :

a.       Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Carilah tekanan sistolik (TS) dan
tekanan diastolik (TD).

b.      Buat lingkaran pada bagian volar lengan bawah :

 Radius 3 cm

 Titik pusat terletak 2 cm dibawah garis lipatan siku

c.       Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS + TD), pertahankan
tekanan ini selama 5 menit.

d.      Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechie dalam lingkaran yang
telah dibuat.

3.      Pasca Analitik

Nilai rujukan :
 o   < 10                 :           normal (nagatif)

 o   10 – 20            :           dubia (ragu-ragu)

 o   > 20                 :           abnormal (positif)


                                                               

Tes tourniquet merupakan tes yang sederhana untuk melihat gangguan pada vaskuler
maupun trombosit. Tes tourniquet akan positif jika ada gangguan pada vaskuler
maupun trombosit.

Pengujian ini didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang diperlukan
untuk diagnosis DBD. Ketika manset tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan
darah sistolik dan diastolik selama lima menit, maka tes ini akan dinilai. Tes positif
jika ada 10 atau lebih petechiae per inci persegi. Dalam DBD tes biasanya
memberikan hasil positif yang pasti dengan 20 petechiae atau lebih.

 Bleeding Time

a. Metode Ivy Ikatan spigmomanometer dikenakan pada lengan atas dengan


tekanan 40 mmHg. Penusukan bagian lenganbawah kira-kira 3 jari dibawah
lipat siku dengan kedalaman tusukan 3mm (R.Gandasoebrata,2010). Insisi
harus dibuat di tempat yang sudah dibersihkan, bebas dari penyakit kulit dan
jauh dari vena (Riswanto,2013) Prinsip metode Ivy : Dibuat perlukaan standar
pada permukaan volar lengan bawah. Lamanya perdarahan sampai berhenti
dicatat sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013).

b. Metode Duke Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan tusukan pada bagian


cuping telinga dengan kedalaman 2 mm (R.Gandasoebrata, 2010). Prinsip
metode Duke : Dibuat perlukaan standar pada daun telinga. Lamanya
perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan
(Riswanto,2013).

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan skrining


(penyaring) untuk menilai gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya
kelainan von willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah
trombosit terutama dibawah 50.000/mm3, kemampuan trombosit membentuk plug,
vaskularisasi dan kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak
mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang
cukup parah (Nugraha, Gilang, 2015).

 Clotting Time
a. Metode Tabung (Modifikasi Lee dan White) Metode tabung menggunakan 4
tabung masing-masing terisi 1 ml darah lengkap, kemudian tabung perlahan-
lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan dengan dinding
tabung sekaligus melihat sudah terjadinya gumpalan padat (Sacher dan
McPherson, 2000). Masa pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-
rata dari tabung kedua, ketiga dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan
dengan dibulatkan sampai setengah menit. Nilai normal untuk metode tabung
(modifikasi Lee dan White) adalah 9 – 15 menit (Gandasoebrata, 2001).
Pemeriksaan waktu pembekuan saat ini jarang dilakukan, dan telah digantikan
dengan aPTT. Sensitivitas PT danaPTT dengan adanya defisiensi faktor
pembekuan tergantung cara pemeriksaan dan derajat pemanjangan, serta
adanya defisiensi faktor pembekuan dapat berbeda bermakna antar reagen.
Sumber kesalahan pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan meliputi
pungsi vena yang tidak berhasil baik, busa dalam sempritatau tabung,
menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa, semprit atau
tabung kotor, serta pemakaian obat yang mempengaruhi hasil. Semakin lebar
tabung, semakin lama waktu pembekuan (Pramudianti, 2011). Penetapan
masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap 9 sebenarnya satu tes
yang kasar, membutuhkan waktu yang lama, ketelitian yang buruk dan sensitif
hanya pada defisiensi faktor pembekuan yang berat, tapi diantara tes-tes yang
mengggunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik (Gandasoebrata,
2001).

b. Metode Slide Cara ini sangat kasar dan hanya boleh dipakai dalam keadaan
darurat jika cara tabung atau cara dengan kapiler tidak dapat dilakukan. Cara ini
menggunakan darah yang diteteskan pada object glass yang kering dan bersih
sebanyak 2 tetesan besar berdiameter 5 mm secara terpisah dan setiap 30 detik darah
diangkat menggunakan lidi dan dicatat waktu saat terlihat adanya benang fibrin,
setelah itu dilakukan hal yang sama pada tetesan yang kedua secara bersamaan.
Kemudian hentikan stopwatch setelah terlihat adanya benang fibrin pada tetesan
kedua. Waktu pembekuan adalah saat adanya benang fibrin dalam tetes darah yang
kedua terhitung mulai dari darah masuk ke semprit, nilai normal untuk metode slide
adalah 2-6 menit. Sumber kesalahan terjadi pada pencampuran darah dengan
tromboplastin jaringan yang meliputi pungsi vena yang tidak berhasil baik, busa
dalam semprit, object glass yang basah dan kotor, serta pemakaian obat yang dapat
mempengaruhi hasil (Gandasoebrata, 2001)

Dalam tes ini hasilya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah,
terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari
trombosit (Gandasoebrata,2001). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit
thromboplebitis, infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-
paru), penggunaan obat barbiturat,
kontrasepsihormonalwanita,vitaminK,digitalis(obatjantung), 7 diuretik (obat yang
berfungsi mengeluarkan air jika ada pembengkakan), sedangkan perpanjangan masa
pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah,
leukemia, dan gagal jantung kongestif (Sutedjo, 2009).
Estrogendapatmeningkatkankoagulabilitas(dayabeku) darah, meningkatkan faktor
pembekuan yaitu Faktor II, VII, IX dan X dalam darah serta menurunkan antitrombin
III (Marks et al., 2000).

3. Menentukan FDP dibagi d-dimer ratio, pemeriksaan apakah itu? Bagaimana


interpretasinya? Terjadi hipofibrinolisis atau hiperfibrinolis mana? Nilainya berapa?
Jawaban :
 Pemeriksaan nya adalah Uji D-dimer atau fragmen D-dimer (fibrin
degradation fragment) adalah suatu jenis uji sampel darah di laboratorium.
Pemeriksaan D-dimer secara tidak langsung dapat dipakai untuk menilai
adanya abnormalitas kejadian trombotik, secara langsung dapat menilai
adanya proses fibrinolisis, dan pemeriksaan tidak bersifat invansif. Hasil
pemeriksaan kadar D-dimer memiliki nilai sensitivitas dan negative predictive
valueyang tinggi untuk dua keadaan tersebut. Indikasi pemeriksaan D-dimer
yaitu disseminated intravascular coagulation (DIC), deep vein thrombosis
(DVT), pulmonary embolism (PE), venous dan arterialthrombosis (VT dan
AT), terapi antikoagulan dan trombolitik serta sebagai parameter tambahan
pada penyakit jantung koroner
 Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah dengan menggunakan antibodi
monoklonal yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer. Ada beberapa
metoda pemeriksaan yaitu Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA),
Immunometric Flow Through,Whole Blood Agglutination (WBA) dan Latex
Agglutination (LA).
Interpretasi hasil D-dimer Hasil pemeriksaan kadar D-dimer secara kuantitatif
dinyatakan dalam satuan ng/ml. Nilai cut off D-dimer dengan metoda latex
agglutination500ng/ml.27 Kadar Ddimer yang lebih dari nilai normal rujukan
menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam kadar yang tinggi,
mempunyai arti adanya pembentukan dan pemecahan trombus dalam tubuh.
Kadar D-dimer yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis
banding gangguan pembekuan darah sebagai penyebab dari gejala klinik yang
ada.
 Dalam pemeriksaan D-Dimer terdapat Hiperfibrinolisis. Hiperfibrinolisis
menggambarkan situasi dengan aktivitas fibrinolitik yang sangat meningkat,
yang mengakibatkan peningkatan, terkadang pendarahan yang dahsyat.
Diagnosis hiperfibrinolisis dibuat secara tidak langsung dengan metode
imunokimia yang mendeteksi ketinggian biomarker seperti D-Dimer (produk
degradasi ikatan- silang), produk pemecahan fibrinogen (FSP), kompleks
plasmin dan alpha-2-antiplasmin (PAP).
Daftar Pustaka

Malamed, Stanley. 2018. Sedation : A Guide to Patient Management 6th Edition.


Resnik, Randolph. 2018. Misch’s Avoiding Complication in Oral Implantology.
Lestari, Widya. Tes tourniquet.Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu. Online :
https://www.academia.edu/19161380/TES_TOURNIQUET .
Noprianti, Aulia. 2013. Pemeriksaan Bleeding Time dan Clotting Time. Online :
https://www.academia.edu/36410933/Pemeriksaan_bleeding_time_dan_clotti
ng_time .
Widjaja, Andreas Christian. 2010. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar D-Dimer Plasma
Pada Diagnosis Stroke Iskemik. Online :
http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf .
Bounds EJ, Kok SJ. 2019. D Dimer. Online :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431064/ .
Nuras, Riski. Online : http://eprints.umm.ac.id/26019/1/jiptummpp-gdl-rizkinuraz-
37448-2-babi.pdf
Online : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44575/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai