NIM : 1805025247
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain ”
(HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206)
Berikut ini terdapat Tata cara mengkafani jenazah yang ada dalam video tersebut yaitu:
Untuk mengkafani jenazah gunakan kain putih yang menutupi seluruh tubuh
jenazah , hal ini sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
berbunyi :
“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih.
Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no.
994, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).
Selanjutnya untuk sunnahnya jenazah diberi wangi – wangian pada kain
kafannya sesuai dengan hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu :
“Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali ” (HR
Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).
Akan tetapi untuk jenazah yang meninggal dalam keadaan berihram jangan lah
diberi wangi – wangian dan jangan pula diberi tutup kepala sesuai dengan hadist
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi :
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849,
Muslim no. 1206).
Selanjutnya jenazah laki – laki dikafani dalam tiga helai kain sesuai dengan
hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Dari „Aisyah radhiallahu‟anha ia
berkata:
Lalu untuk jenazah perempuan ada tambahan kain basahan, baju kurung,
kerudung, lalu kain yang menutupi seluruh badannya. Namun apabila jenazah wanita
dikafani kurang dari apa yang disebutkan tadi, maka tidak mengapa. Diantara
keterangan yang menjelaskan tentang tambahan kain kafan pada jenazah perempuan
yaitu hadits Laila Binti Qanif Ats Tsaqafiyah Radliyallahu „Anha. Beliau mengatakan:
َع ٌْ َذ َو َفاتِ َها َو َكاى ِ ن َ َّ سلَ َ َو ِ صلَّى اللَّ َُ َعلَ ْي َ َ ِ َّىل الل ِ س ُ ت َر َ ٌْ ِم ُك ْل ُثى ٍم ب َّ ل ُأَ غَس
َّ يْ و
َ ت فِي ُ ٌْ ُك
ن
َّ ُوا َر ثَ خ ِ ن ا ْل
َّ ُع ث َ ذ ْر
ِّ ن ال ِ ن ا ْل
َّ ُحقَا َء ث َ َّسلَ َ َو ِ صلَّى اللَّ َُ َعلَ ْي َ َ ِ َّىل اللُ س ُ ل َها أَ ْعطَاًَا َر ُ أَ َّو
َ َّسل
ن َ َ َو ِ صلَّى اللَّ َُ َعلَ ْي َ َ ِ َّىل الل
ُ س ُ ت َو َرْ َ خ ِر َقال ِ ت بَ ْع ُذ فِي ال َّث ْىبِ ْاْل ْ ج َ ن أُ ْد ِر
َّ ُة ثَ ح َف َ و ْلِ ا ْل
ِ ٌَ ع ٌْ َذ ا ْلبَابِ َه َع َُ َك َف ٌُ َها ُي
اولُ ٌَا ٍُ ثَ ْىبًا ث َ ْىبًا ِ الس ٌ ج َ
“Aku termasuk yang memandikan jenazah Ummu Kultsum anak wanita Rasulullah
Shallallahu „Alaihi wa Sallam ketika ia meninggal. Maka paling pertama yang Rasulullah
Shallallahu „Alaihi wa Sallam berikan kepada kami adalah sarung, kemudian baju,
kemudian kerudung, kemudian selimut atau kain yang panjang, kemudian dimasukkan
jenazah Ummu Kultsum ke pakaian kain tersebut kemudian kain berikutnya. Dan
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam duduk di dekat pintu yang memegang kafan
putrinya dan memberikan kami satu persatu.”
Demikianlah tata cara serta tuntunan dalam mengkafani jenazah yang sesuai
dengan hadist dan perintah Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam.