Oleh :
YUNITA HASAROH
071000221
SKRIPSI
Oleh :
YUNITA HASAROH
NIM.071000221
YUNITA HASAROH
071000221
Tim Penguji
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
NIP. 196205291989032001 NIP. 196806161993032002
Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Anak Balita Gizi
Buruk pada umumnya akan dirawat di Rumah Sakit karena terdapat upaya untuk
mengobati gejala-gejala klinis gizi buruk dengan penanganan khusus seperti terapi
penyakit dan terapi diet sesuai dengan fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan berat badan anak
balita gizi buruk usia 6-59 bulan yang dirawat di RSUP.H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain Cohort Retrospektif. Jumlah populasi
34 orang anak balita gizi buruk dan sampel sebesar 31 anak balita gizi buruk yang
dirawat selama ≥ 7 hari.
Hasil penelitian umumnya kelompok umur 12-24 bulan 51,61 %, Jenis
Kelamin perempuan 54,84 %, laki-laki 45,16 %, Status gizi kategori kurang
berdasarkan BB/U pada awal dirawat adalah 70,97 % dan status gizi sangat kurang
pada akhir dirawat 74,19 %, status gizi kategori normal berdasarkan TB/U pada
awal dirawat 48.39 % dan akhir dirawat 48,39 % dan status gizi kategori sangat kurus
berdasarkan BB/TB pada awal dirawat 58,06 % dan akhir dirawat 54,84 %,
perubahan berat badan kategori kurang 61,29 %. Jumlah pemberian energi protein
pada anak balita gizi buruk kategori tidak baik 93,55 % dan jumlah anak berdasarkan
komplikasi penyakit infeksi 51,61 %. Jumlah Anak Balita Gizi Buruk berdasarkan
terapi penyakit kategori baik100,00 %.
Disarankan kepada pihak RSUP Haji Adam Malik Medan agar mengukur
status Gizi Anak Balita yang akan dirawat dan diharapkan adanya koordinasi dalam
pengaturan diet Anak Balita Gizi Buruk serta kepada pihak yang ingin melanjutkan
penelitian ini supaya dapat membahas faktor-faktor yang menyebabkan tidak
berjalannya fase pemberian makanan.
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 142510 Kec. BT. Angkola
Kab. Tapanuli Selatan : Tahun 1980 - 1986
2. SMP Negeri 1 Kec. BT. Angkola
Kab. Tapanuli Selatan : Tahun 1986 - 1989
3. SMA Negeri 1. Padang Sidempuan
Kab. Tapanuli Selatan : Tahun 1989 - 1992
4. Akper RSU.DEWI MAYA MEDAN : Tahun 1992 – 1996
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2007 – 2010
Riwayat Pekerjaan :
1. Tenaga Perawat Kesehatan RSUP .H. Adam Malik Medan tahun 1998 sampai
Sekarang.
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmatNya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul “ Perubahan Berat Badan
Anak Balita Gizi Buruk yang dirawat di RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2010.”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini, dengan rasa
terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr.Ir.Zulhaida lubis, MKes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr.Ir.Evawany Aritonang MSi selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Hiswani MKes selaku Dosen PA.
6. Bapak Ibu dosen FKM USU atas Ilmu dan saran yang berarti bagi penulis.
7. Kepada Ayah dan Ibunda yang tercinta yang telah banyak memberikan doa dan
motivasi.
8. Kepada Suamiku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril dan
materi selama proses pendidikan.
9. Kepada putrid-putriku yang manis (Chairunissa Batubara, Eriza rahmi Batubara
dan Amirah Chairani Batubara).
10. Kepada Direktur RSUP.H.Adam Malik yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian.
Yunita Hasaroh
Halaman Pengesahan
Abstrak ..................................................................................................... i
Abstrac ..................................................................................................... ii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ iii
Kata Pengantar ........................................................................................ iv
Daftar Isi .................................................................................................. vi
Daftar Tabel ............................................................................................ xi
Daftar Gambar ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................... 4
1.3.1 Tujuan Khusus ........................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gizi Buruk ....................................................................... 36
5.2 Perubahan Berat Badan .................................................... 36
5.2. Status Gizi ....................................................................... 36
5.3. Jumlah Energi dan Protein .............................................. 38
5.4. Komplikasi Penyakit ....................................................... 39
5.5. Terapi Penyakit ............................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
TABEL 2.1 Tata Laksana Rumah Sakit Pada Penderita Gizi Buruk ..... 20
TABEL 3.1 Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makanan .......... 24
TABEL 4.1 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin ..................................................................... 29
TABEL 4.2 Distribusi Anak Menurut Status Gizi BB/U ...................... 30
TABEL 4.3 Distribusi Anak Menurut Status Gizi TB/U ...................... 31
TABEL 4.4 Distribusi Anak Menurut Status Gizi BB/TB .................... 32
TABEL 4.5 Distribusi Anak Menurut Perubahan Berat Badan............. 33
TABEL 4.6 Distribusi Anak Menurut Komplikasi Penyakit ................ 33
TABEL 4.7 Distribusi Anak Menurut Pemberian Energi dan
Protein ................................................................... ............ 35
TABEL 4.8 Distribusi Anak Menurut Terapi Penyakit ......................... 35
Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Anak Balita Gizi
Buruk pada umumnya akan dirawat di Rumah Sakit karena terdapat upaya untuk
mengobati gejala-gejala klinis gizi buruk dengan penanganan khusus seperti terapi
penyakit dan terapi diet sesuai dengan fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan berat badan anak
balita gizi buruk usia 6-59 bulan yang dirawat di RSUP.H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain Cohort Retrospektif. Jumlah populasi
34 orang anak balita gizi buruk dan sampel sebesar 31 anak balita gizi buruk yang
dirawat selama ≥ 7 hari.
Hasil penelitian umumnya kelompok umur 12-24 bulan 51,61 %, Jenis
Kelamin perempuan 54,84 %, laki-laki 45,16 %, Status gizi kategori kurang
berdasarkan BB/U pada awal dirawat adalah 70,97 % dan status gizi sangat kurang
pada akhir dirawat 74,19 %, status gizi kategori normal berdasarkan TB/U pada
awal dirawat 48.39 % dan akhir dirawat 48,39 % dan status gizi kategori sangat kurus
berdasarkan BB/TB pada awal dirawat 58,06 % dan akhir dirawat 54,84 %,
perubahan berat badan kategori kurang 61,29 %. Jumlah pemberian energi protein
pada anak balita gizi buruk kategori tidak baik 93,55 % dan jumlah anak berdasarkan
komplikasi penyakit infeksi 51,61 %. Jumlah Anak Balita Gizi Buruk berdasarkan
terapi penyakit kategori baik100,00 %.
Disarankan kepada pihak RSUP Haji Adam Malik Medan agar mengukur
status Gizi Anak Balita yang akan dirawat dan diharapkan adanya koordinasi dalam
pengaturan diet Anak Balita Gizi Buruk serta kepada pihak yang ingin melanjutkan
penelitian ini supaya dapat membahas faktor-faktor yang menyebabkan tidak
berjalannya fase pemberian makanan.
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh masalah
kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat
tersebut, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai
saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan iptek gizi. Secara umum
masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Orang yang mengidap gejala klinis
KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis
KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, adalah marasmus,
energi dan marasmic kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein.
berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-
tanda anak yang mengalami marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan
malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur lima tahun dan
tinggi terdapat pada penderita KEP berat, hal tersebut dapat terjadi karena pada
umumnya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberkulosa
paru, radang paru lain, disentri, dan sebagainya. Pada penderita KEP berat, tidak
jarang pula ditemukan tanda-tanda penyakit kekurangan zat gizi lain, misalnya
Anak yang mengalami gizi buruk disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut penyebab langsung yaitu tidak mendapat makanan bergizi seimbang pada usia
balita dan penyakit infeksi dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan
keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan lingkungan (Dinkes
Propsu, 2006).
Berdasarkan data Depkes RI (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 5 juta
anak (27,5%) kurang gizi. 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5
prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok adalah: rendah (di bawah 10%), sedang
(10-19%), tinggi (20-29%), sangat tinggi (30%). Gizi buruk merupakan kondisi
kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009),
ditemukan gizi buruk sebanyak 447 balita (0,6%), sementara balita yang gizi kurang
sebanyak 6.545 balita (8,9%). Kasus gizi buruk tertinggi di kota Medan terdapat di
Kecamatan Medan Belawan yang mencapai 55 balita dan gizi kurang sebanyak 174
balita. Sementara di daerah Medan Timur ada 7 balita gizi buruk dan gizi kurang
sebanyak 16 balita.
Anak balita gizi buruk umumnya akan di rawat di rumah sakit, karena di
rumah sakit terdapat upaya untuk mengobati penyakit penderita (kuratif), disamping
perawatan anak balita gizi buruk, RSUP H Adam Malik Medan merupakan rumah
sakit rujuk tertinggi di wilayah Sumatera, baik bagi pengunjung rawat inap maupun
rawat jalan. Berdasarkan data RSUP. H. Adam Malik tahun 2009, ditemukan
sebanyak 34 anak balita gizi buruk yang di rawat inap dan 16 balita gizi buruk rawat
Anak balita gizi buruk yang menjalani perawatan dari pelayanan kesehatan
rumah sakit, status gizi anak balita gizi buruk tersebut setidaknya akan mengalami
peningkatan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan dari gizi buruk menjadi gizi
kurang atau bahkan bisa berubah menjadi normal. Namun demikian juga tidak
kurun waktu beberapa minggu atau bulan karena pada kurun waktu tersebut adanya
perubahan status gizi akan dapat dilihat kembali. Perubahan status gizi tersebut
disebabkan oleh faktor tertentu seperti komplikasi penyakit dan pemberian makanan.
sebagai berikut : bagaimana perubahan berat badan anak balita gizi buruk tahun 2009
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan berat badan
anak balita gizi buruk yang dirawat di RSUP H Adam Malik Medan.
1. Mengetahui status gizi anak balita gizi buruk pada awal rawat dan akhir
2. Mengetahui komplikasi penyakit anak balita gizi buruk pada awal rawat
3. Mengetahui jumlah pemberian energi dan protein anak balita gizi buruk
pada awal rawat dan akhir dirawat di RSUP H Adam Malik Medan.
1. Sebagai bahan informasi kepada pihak rumah sakit tentang perubahan berat
anak balita gizi buruk pada awal dan akhir rawat inap.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi semua pihak yang terkait dalam
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu
kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan
lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun
(Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
2.1.2.1. Marasmus
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2.1.2.2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
2.1.2.3. Marasmik-Kwashiorkor
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia
bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan
nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja
terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel
kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel
terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan
mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.
Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak
lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema . Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari
ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi
kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
kongenital.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
cukup
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping
berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan
mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering
disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat
diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan
terkena infeksi.
karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain
gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan
tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya
anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka
perkembangannya.
anak, akibat kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan
dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak
itu sendiri. Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah
bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi
sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak
yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara
adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola
makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan
yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.
Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri
gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang
jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan
dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare,
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi,
fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah
mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita
hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap
penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih
lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan.
Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan berupa makanan
bayi. Makanan utama adalah formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa
+2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan
Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan
untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair,
kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut:
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan
keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3
jam.
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara
berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai
150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.
makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
hipoglikemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP
berat.
Tabel 2.1. Tata Laksana Rumah Sakit pada Penderita Gizi Buruk
Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
No. Fase
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh
kejar/peningkatan
pemberian makanan
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
1. Sumber : Dirjen Bina Kesmas, 2000.
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan
mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu
dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya
sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa
organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati,
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan
karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi
sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko
kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena
penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena
gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering
atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai
sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan
dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan
tidak memerlukan banyak waktu. Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik
untuk :
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian
secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat
status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan,
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi (Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake
dan kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang
makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat
badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga
lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton dan Bengoa (1973) dalam.
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
3. faktor ekologi
Dalam proses pengobatan anak balita gizi buruk terdapat tiga fase yaitu
fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah
2. Atasi/cegah hipoglikemi
3. Atasi/cegah hiportemia
4. Atasi/cegah dehidrasi
Terapi diet :
Konsumsi energi
Konsumsi protein
Bagan di atas menjelaskan bahwa perubahan berat badan anak balita gizi
buruk dari awal dan akhir rawat inap disebabkan karena kekurangan energi protein
dan komplikasi penyakit sehingga dapat mempengaruhi status gizi anak balita dengan
memperhatikan terapi penyakit dan terapi diet anak balita gizi buruk dalam
mengetahui perubahan berat badan anak balita gizi buruk dari awal rawat inap
pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan wilayah
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita gizi buruk yang rawat
inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 adalah sebanyak 34 orang anak
Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah anak balita gizi buruk
yang berusia 6-59 bulan dan rawat inap 7 hari di RSUP H. Adam Malik Medan
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari data rekam
medik anak balita gizi buruk yang dirawat di RSUP .H. Adam Malik Medan pada
tahun 2009, yang meliputi : umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
komplikasi penyakit, jumlah pemberian energi dan protein dan terapi penyakit..
1. Anak balita adalah anak balita gizi buruk yang berusia 6-59 bulan .
2. Perubahan berat badan anak balita gizi buruk adalah perubahan jumlah gram
3. Komplikasi penyakit adalah penyakit penyerta yang diderita anak balita gizi
4. Jumlah pemberian energi dan protein adalah jumlah pemberian energi dan
protein yang diberikan melalui makanan selama satu hari pada anak balita gizi
buruk.
gizi buruk
6. Status gizi adalah suatu keadaan yang dapat memberikan petunjuk tentang
keadaan gizi anak balita yang diukur secara antropometri dengan indeks
sebagai berikut :
pemberian makanan tidak adekuat, defisiensi nutrient; vitamin, mineral, infeksi yang
tidak terdeksi sehingga tidak diobati dan masalah psikologik. (Depkes RI, 2000).
Infeksi
Non infeksi
Tidak Baik : Apabila tidak sesuai dengan kebutuhan gizi menurut fase pemberian
makan
Tidak Baik : Apabila tidak sesuai dengan pemberian terapi menurut fase
(Antropometri WHO 2005) kemudian di analisa secara deskriptif dan disajikan dalam
RSUP.H Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan
pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal
2 Mei 1992. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Kedokteran
Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.
pada Juni 2007 RSUP.H.Adam Malik telah berubah status menjadi Badan Layanan
diberikan oleh DitJen YanMed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status
menjadi Badan Layanan Umum (BLU) penuh. Untuk mewujudkannya hal ini
Fungsional) sehingga produktif dan efisien. RSUP.H. Adam Malik sebagai salah satu
berkualitas.
d. Meningkatkan pembiayaan.
Bagian Uatara dan Tengah pada tahun 2015 yang bertumpu kepada
kemandirian ”.
pelayanan kesehatan.
38 orang, Kepala Instalasi 25 orang, Kepala SMF 20 orang, Medis 790 orang,
Paramedis Perawatan 604 orang, Paramedis Non Perawatan 298 orang, Non Medis
fungsional yang bersifat operasional yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi dan
dibantu oleh wakil kepala instalasi gizi yang membawahi kelompok kerja (Pokja)
pengembangan)
6. Tata Usaha
RSUP.H.Adam Malik Medan dalam menangani anak balita gizi buruk pada
rawat jalan dan rawat inap memberikan therapy penyakit dan therapy diet sesuai
dengan fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi dimana pada rawat jalan
RSUP.H.Adam Malik mempunyai Poliklinik Gizi untuk menangani masalah gizi baik
Jumlah anak balita gizi buruk di RSUP H ADAM MALIK pada bulan
Januari–Desember 2009 berjumlah 50 anak balita gizi buruk, di rawat jalan berjumlah
Pengelompokan umur anak yang diperoleh dari data Medical Record dari
Januari sampai dengan Desember tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi anak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
6 - 11 bulan 6 19,36
12 - 24 bulan 16 51,61
1. Umur 25 - 36 bulan 3 9,68
37 - 48 bulan 4 12,90
49 - 59 bulan 2 6,45
Laki-laki 14 45,16
2. Jenis
Kelamin Perempuan 17 54,84
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok umur anak yang paling
banyak adalah umur 12-24 bulan adalah sebanyak 16 orang (51,61%), sedangkan
yang paling sedikit adalah kelompok umur 49-59 bulan adalah sebanyak 2 orang
(6,45%).
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan badan (BB/TB) dengan menggunakan standar WHO 2005 dalam skor
simpangan baku (standard deviation score = Z-score). Adapun distribusi status gizi
anak pada awal dan akhir rawat inap RSUP.H.Adam Malik Medan berdasarkan
BB/TB, TB/U, BB/U dapat dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4.
Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status). Berdasarkan hasil penelitian
status gizi BB/U, dapat dilihat distribusi anak pada tabel 4.3
Tabel 4.2. Distribusi status gizi responden pada awal rawat inap dan akhir
rawat inap RSUP .H. Adam Malik Medan berdasarkan BB/U
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak berdasarkan
status gizi kategori sangat kurang pada awal rawat inap adalah sebanyak 17 orang
sebanyak 9 orang (29,03%) sedangkan jumlah anak yang paling banyak berdasarkan
status gizi kategori kurang pada akhir rawat inap adalah sebanyak 20 orang (64,52%)
dan anak yang paling sedikit berdasarkan status gizi kategori normal adalah sebanyak
Indeks Tinggi Badan menurut Umur ini menggambarkan status gizi pada
masa lalu dan juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. Berdasarkan
hasil penelitian status gizi TB/U, dapat dilihat distribusi anak pada tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi status gizi anak pada awal rawat inap dan akhir rawat inap
RSUP .H. Adam Malik Medan berdasarkan TB/U
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah responden yang paling banyak
berdasarkan status gizi kategori normal pada awal rawat inap adalah sebanyak
15 orang (48,39 %) dan responden yang paling sedikit berdasarkan status gizi
yang paling banyak berdasarkan status gizi kategori normal pada akhir rawat inap
adalah sebanyak 15 orang (48,39%) dan responden yang paling sedikit berdasarkan
status gizi kategori pendek adalah sebanyak 7 orang (22,58%) lihat pada lampiran 2
dan lampiran 3.
Indeks Berat Badan menurut Umur merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat kini (sekarang). Berdasarkan hasil penelitian status gizi
Tabel 4.4. Distribusi status gizi anak pada awal rawat inap dan akhir rawat inap
RSUP .H. Adam Malik Medan berdasarkan BB/TB
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak berdasarkan
status gizi kategori sangat kurus pada awal rawat inap adalah sebanyak 18 orang
(58,06%) dan anak yang paling sedikit berdasarkan status gizi kategori kategori
gemuk adalah sebanyak 1 orang (3,23 %) sedangkan jumlah anak yang paling banyak
berdasarkan status gizi kategori sangat kurus pada akhir rawat inap adalah sebanyak
18 orang (58,06 %) dan anak yang paling sedikit berdasarkan status gizi kategori
gemuk adalah sebanyak 1 orang ( 3,22 %) lihat pada lampiran 2 dan lampiran 3.
Berat badan merupakan parameter yang terpenting dan dipakai pada setiap
kesempatan untuk memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur dan
indikator terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak dan
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak berdasarkan
perubahan berat badan kategori kurang adalah sebanyak 19 orang (61,29 %) dan
responden yang paling sedikit berdasarkan perubahan berat badan kategori baik
menurut komplikasi penyakit pada anak balita gizi buruk dimana dapat dilihat pada
tabel 4.6
Dermatitis, Bronchopneumonia,
Peritoritis TB, Effusi Pleura,
1. Infeksi Enchelopati, 16 51,61
Meningoencephalitis, GE
Kronik, Pneumonia.
Dekompensasiocordis, Higroma
Coli, Herniainguinalis, Gagal
Tumbuh, Post craniotomy,
Hepatoblastoma, Post vp-shunt,
2. Non Infeksi Hernia Umbilicalis, Dandy 15 48,39
Walker Malformation, Susp
Hisprung, Colostomy, Labio
palatoschizis, Tumor Abdomen,
Hernia Umbilicalis, CHF,
Hypotiroid, Colostomy
Jumlah 31 100,00
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak menurut
anak yang paling sedikit menurut komplikasi penyakit kategori non infeksi adalah
anak balita gizi buruk menurut fase pemberian makanan yaitu fase stabilisasi, transisi
dan rehabilitasi. Adapun distribusi anak menurut jumlah pemberian energi dan
Jumlah 31 100,00
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak berdasarkan
jumlah pemberian energi dan protein yang tidak baik adalah sebanyak 29 orang
(93,55%), sedangkan anak yang paling sedikit berdasarkan jumlah pemberian energi
dan protein yang baik adalah sebanyak 2 orang (6,45%) lihat pada lampiran 7.
Terapi penyakit pada anak balita gizi buruk di rumah sakit sesuai dengan fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Adapun distribusi anak menurut terapi penyakit
2. Tidak Baik 0 0
Jumlah 31 100,00
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terapi penyakit berdasarkan fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi seluruhnya ada pada kategori baik yaitu sebanyak
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Dari hasil penelitian dapat dilihat jumlah anak yang paling banyak
berdasarkan perubahan berat badan kategori kurang adalah sebesar 61,29 % dan anak
yang paling sedikit berdasarkan perubahan berat badan kategori baik adalah sebesar
adekuat, defisiensi nutrient, vitamin, mineral dan infeksi tidak terdeteksi sehingga
Balita atau anak usia dibawah lima tahun merupakan usia penting dalam
Dimana keadaan gizi balita dapat dilihat dari status gizinya, dimana jika kekurangan
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record, penilaian status gizi di
diketahui, jumlah anak terbanyak berada pada status gizi kategori sangat kurang
berdasarkan BB/U pada awal rawat inap adalah sebesar 54,48 % sedangkan jumlah
anak yang paling banyak pada status gizi kategori kurang pada akhir rawat inap
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, jumlah anak yang paling banyak
berada pada status gizi kategori normal berdasarkan TB/U pada awal rawat inap
adalah sebesar 48,39 % sedangkan jumlah anak yang paling banyak berada pada
status gizi kategori normal pada akhir rawat inap adalah sebesar 48,39 %.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, jumlah anak yang paling banyak
berada pada status gizi kategori sangat kurus berdasarkan BB/TB pada awal rawat
inap adalah sebesar 18 orang (58,06 %) sedangkan jumlah anak yang paling banyak
berada pada status gizi kategori sangat kurus pada akhir rawat inap adalah sebesar
54,84 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut status gizi mengalami perubahan pada
awal dan akhir rawat disebabkan karena asupan gizi tidak adekuat, defisiensi zat gizi,
penyakit infeksi dan masalah psikologis yang terjadi karena hipoglikemia, gangguan
saluran pencernaan, asupan zat gizi kurang, modifikasi diet, formula rendah atau
bebas laktosa.
Jumlah pemberian energi dan protein disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak
balita gizi buruk menurut fase pemberian makanan yaitu fase stabilisasi, transisi dan
rehabilitasi.
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
Orang yang menghadapi gejala klinis KEP ringan dan sedang pada
pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar
marasmus –kwashiorkor.
pada anak balita gizi buruk sesuai dengan kebutuhan gizi menurut fase pemberian
makan dikategorikan baik adalah sebesar 6.45% sedangkan jumlah pemberian energi
protein pada anak balita yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi menurut fase
pemberian makan atau dikategorikan tidak baik adalah sebesar 93.55% dan dapat
Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu (Zn, Cu, Mg, Magnesium,
Kalium)
rendah serat
rumah sakit, status gizi penderita gizi buruk tersebut setidaknya akan mengalami
peningkatan. Dimana perubahan tersebut dapat berupa perubahan dari gizi buruk
menjadi gizi kurang atau bahkan bisa berubah menjadi normal, namun demikian juga
tidak menutup kemungkinan adanya penurunan status gizi yang lebih parah lagi
dalam kurun waktu beberapa minggu atau bulan, karena pada kurun waktu tersebut
adanya perubahan status gizi akan dapat dilihat kembali. Perubahan status gizi
tersebut disebabkan oleh faktor tertentu seperti komplikasi penyakit yang dapat
berdasarkan komplikasi penyakit infeksi adalah sebesar 51,61% dan jumlah anak
balita gizi buruk berdasarkan komplikasi penyakit non infeksi adalah sebesar 48,39%.
Dimana penyakit infeksi yang diderita anak balita gizi buruk terdiri dari Dermatitis,
infeksi yang diderita anak balita gizi buruk terdiri dari Gagal Tumbuh, Hernia
Herniainguinalis, Hypotiroid.
Dalam proses pengobatan anak balita gizi buruk terdapat tiga fase yaitu fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Dimana pada fase stabilisasi pemberian vitamin A
diberikan dosis 1 kali pemberian saja dan pemberian multivitamin tanpa Fe 1 cth,
asam folat diberikan 1 kali 5 mg pada awal pemberian selanjutnya 1 kali 1 mg dan
pemberian zink 1 kali 1 mg. Pada fase transisi dan rehabilitasi, pemberian
multivitamin sudah diberikan dengan Fe. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa terapi penyakit berdasarkan fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi seluruhnya
6.1 Kesimpulan
berikut :
1. Anak balita gizi buruk dengan penyakit infeksi sebesar 51.62%. dan non
2. Perubahan berat badan dari awal rawat inap dan akhir rawat inap dialami anak
balita gizi buruk dari usia 6 bulan sampai 59 bulan. Perubahan berat badan
kategori kurang adalah sebesar 61,29 % dan anak yang paling sedikit
3. Status gizi pada anak balita gizi buruk mengalami perubahan berat badan dari
awal masuk rawat inap dan akhir rawat inap. Status gizi kategori kurang
berdasarkan BB/U pada awal dirawat sebesar 70,97% dan status gizi sangat
kurang pada akhir dirawat sebesar 74,19 %, status gizi kategori normal
berdasarkan TB/U pada awal dirawat sebesar 48.39 % dan akhir dirawat
sebesar 48,39 % dan status gizi kategori sangat kurus berdasarkan BB/TB
pada awal dirawat sebesar 58,06 % dan akhir dirawat sebesar 54,84,
4. Jumlah pemberian energi dan protein yang diberikan melalui makanan pada
anak balita gizi buruk berdasarkan fase pemberian makanan sesuai dengan
6. Pemberian terapi penyakit pada anak balita gizi buruk berdasarkan fase
6.2 Saran
1. Disarankan kepada pihak RSUP Haji Adam Malik Medan agar mengukur
Buruk.
Arifin, M. 2007. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal
14 Desember 2007
Depkes RI. 1997a. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Pada Anak di
Puskesmas dan di Rumah Tangga. Depkes, Jakarta.
Depkes RI. 2000. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein Pada Anak
di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta.
Dinas kesehatan Propinsi Sumatera Utara. 2006. Pedoman Rencana Aksi Nasional
Pencegah dan Penanggulangan Gizi Buruk 2006-2010.
Depkes RI. 2003b. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2003.
Penuntun Diit Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Supariasa, dkk 2002. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.