Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan kerusakan fungsi ginjal yang progresif yang
berakibat fatal di mana tubuh gagal untuk mempertahanan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan azotemia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah (Diyono & Sri, 2019).

Berdasarkan studi Global Burden Of Disease (2010), penyakit ginjal kronik


merupakan penyakit penyebab kematian yang menempati posisi 27 (15,7 dari 100.000
kematian/tahun pada tahun 1990) dan menempati posisi 18 sebagai penyebab kematian (16,3
dari 100.000 kematian/tahun pada tahun 2010).

Data menteri kesehatan di Indonesia telah memperlihatkan prevelensi gagal ginjal


kronis di Indonesia sebesar 2% dari 499.800 orang, prevelensi terendah sebesar 1% dan
tertinggi sebesar 4% (Kemenkes, 2018). Di Indonesia tindakan hemodialisis mengalami
peningkatan sejak tahun 2007-2017 meningkat dimana pada tahun 2007 terdapat 4,977 pasien
baru dan 1,885 pasien aktif (lama). Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 30,831 pasien baru
dan 77,892 pasien aktif (lama) (Indonesia Renal Registry, 2017).

Berdasarkan data Indonesia Renal Registry (IRR), jumlah pasien baru gagal ginjal
kronik di provinsi sumatera selatan sebanyak 1287 orang dan jumlah pasien aktif gagal ginjal
kronik di provinsi sumatera selatan sebanyak 715 orang (Indonesia Renal Registry, 2018).

Data hasil penelitian tahun 2019 menunjukkan pasien yang menjalani hemodialisa di
RS. Islam Siti Khadijah Palembang sebanyak 360 orang dalam 3 bulan terakhir (setiyo,
2019).

Pasien gagal ginjal kronik harus melakukan beberapa tindakan, tindakan yang paling
identik yaitu melakukan kegiatan hemodialisis, karena pada klien dengan gagal ginjal kronik
tindakan hemodialisis dapat menurunkan resiko kerusakan organ-organ vital lain akibat
akumulasi zat toksik dalam sirkulasi tetapi pada tindakan hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan dan fungsi ginjal tidak dapat kembali secara permanen. Biasanya sepanjang
hidup pasien dengan gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisis (Erma &
Miswadi,2016). Hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang bertujuan untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti
air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana akan
terjadi proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi (Rudy Haryono,2013).

Menurut Tucker dalam Erma dan Miswadi (2016), pada pasien dengan gagal ginjal
kronik akan mengalami berbagai masalah yang dapat menimbulkan gangguan psikologis,
diantaranya Gangguan Konsep Diri, Ansietas, Depresi, dan Berduka. Pada pasien hemodialisi
baik yang sudah rutin ataupun baru menjalani terapi ini gangguan psikologis yang paling
dominan muncul adalah ansietas atau kecemasan. Menurut stuart dalam Sutejo 2018, ansietas
atau kecemasan adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena merasa tidak nyaman
atau takut yang disertai dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan.
Perasaan takut dan tidak menentu ini akan mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya
yang akan datang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan untuk mengahadapi
ancaman.

Menurut Jhoni, dkk (2015), pasien yang menjalani hemodialisis setiap minggunya
membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisis, atau paling sediki 3-4 jam perkali terapi.
Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya. Seberapa lama waku yang
sudah dijalani oleh pasin dalam menjalankan hemodialisis juga berpengaruh terhadap
kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Karena pasien sering menganggap hemodialisis
merupakan suatu hal yang mengerikan terutama ruangan, peralatan dan mesin yang serba
asing.

Menurut Siti Arafah, dkk (2014) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
kecemasan pasien antara lain Faktor-faktor instrinsik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengalaman pasien menjalani pengobatan) dan faktor ekstrinsik (lamanya terapi, jenis
pembiayaan dan dukungan keluarga).

Pengalaman seseorang yang kurang dalam menjalani terapi hemodialisis dapat


menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pertahanan psikologis seseorang.
Pengalaman pertama kali dalam pengobatan merupakan pengalaman yang sangat berharga
pada indivdu untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman pertama kali ini sebagai faktor
yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kondisi mental dikemudian hari. Apabila
pengalaman seseorang kurang tentang tindakan hemodialisa, maka cenderung mempengaruhi
peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan hemodialisis (Erma, Miswadi 2016).

Penelitian Chandra dalam siti, dkk 2014, pasien yang baru menjalani hemodialisa
akan merasa cemas terhadap penusukan jarum dialisa, melihat adanya darah yang terdapat di
selang dialisa, dan bunyi suara alarm unit dialisa.

Tingkat kecemasan seseorang akan berkurang atau diatasi yaitu dengan adanya
dukungan baik dukungan internal maupun dukungan eksternal. Dukunagn internal seseorang
dapat diperoleh dari dirinya sendiri untuk mengatasi adanya masalah yang akan dihadapi,
sedangkan dukungan eksternal yaitu dukungan yang didaptkan dari pihak luar seperti
dukungan keluarga, orang terdekat dan orang yang sangat berarti dikehidupannya (Erma,
Miswadi 2016). Menurut Maslow dalam Siti, dkk 2014, dukungan keluarga termasuk ke
dalam keburuhan kasih sayang dan kebutuhan harga diri. Manusia senantiasa akan bertingkah
laku karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika kebutuhan sudah terpenuhi maka
akan merasa puas dan motivasi untuk ingin memenuhi pada jenjang berikutnya.

Sudah ada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang mendukung penelitian
ini, penelitian yang dilakukan oleh Rozi Tri Gutama (2018) yang meneliti tentang hubungan
lama terapi hemodialisa dengan tingkat kecemasan (p = 0,000, α ≤ 0,05). Begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Siti Arafah, dkk (2014) tentang faktor- faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
dengan uji korelasi Spearman dengan jumlah sampel 62 orang. Diperoleh adanya hubungan
usia dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan nilai signifikan p = 0,049 dan r =
0,250, tidak ada hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis
dengan hasil uji spearman didapatkan nilai signifikan p = 0,563 dan r = 0,75, ada hubungan
pengalaman pengobatan dengan tingkat kecemasan dengan hasil uji spearman didapatkan
nilai signifikan p = 0,008 dan r = 0,334, ada hubungan lama terapi pasien dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisis dengan hasil uji spearman didapatkan nilai signifikan p =
0,021 dan r = 0,292, tidak ada hubungan jenis pembiayaan pengobatan pasien dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisis dengan hasil uji spearman didapat nilai signifikan p = 0,430
dan r = 0,102, dan ada hubungan dukungan keluarga pasien dengan tingkat kecemasan pasien
hemodialisis dengan hasil uji spearman didapatkan nilai signifikan p = 0,021 dan r = -0,292.
Penelitian yang dilakukan oleh Erma dan Miswadi (2016), tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi
hemodialisis di ruangan hemodialisis RSUD Bengkalis, menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi
hemodialisis (p value 0,045), ada hubungan antara pengalaman dengan kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi hemodialisis (p value 0,015), dan ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang akan
menjalani terapi hemodialisis (p value 0,024).

Mengingat banyaknya faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada


pasien yang menjalani hemodialisa diantaranya lama menjalani hemodialisa, pengalaman
pengobatan, jenis pembiayaan dan dukungan keluarga, sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien yang menjalani
hemodialisa di RS. Islam Siti Khadijah Palembang 2020.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan berbagai fenomena yang muncul tentang
tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada
pasien yang menjalani hemodialisis di RS. Islam Siti Khadijah Palembang 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Siti
Khadijah Palembang 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pengalaman menjalani pengobatan, jenis pembiayaan, lama menjalani
hemodialisa, dukungan keluarga) pada pasien yang menjalani hemodialisa.
b. Diketahui hubungan usia dengan kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa.
c. Diketahui hubungan jenis kelamin dengan kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisa.
d. Diketahui hubungan pendidikan dengan kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisa.
e. Diketahui hubungan pekerjaan dengan kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisa.
f. Diketahui hubungan jenis pembiayaan dengan kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisa.
g. Diketahui hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kecemasan pasien yang
menjalani hemodialisa.
h. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien yang
menjalani hemodialisa.

D. Ruang Lingkup Peneliti


Peneliti ini termasuk dalam area keperawatan medikal bedah yang membahas
tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Pasien Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang 2020. Yang menjadi sampel
penelitian ini ditujukan kepada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Siti
Khadijah Palembang pada bulan Februari-Maret 2020. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif analitik pendekatan cross-sectional dengan cara menilai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan menggunakan kuisioner Depression
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42), dan kuisioner Dukungan Keluarga.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang
keperawatan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien
yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang 2020.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar serta menambah wawasan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
b. Bagi Pasien
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisa di
RS.Islam Siti Khadijah Palembang 2020.
c. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dijadikan kepustakaan oleh Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palembang dan memberikan tambahan pengetahuan bagi pengunjung
kepustakaan yang membacanya.
F. Keaslian Skripsi
Penelitian ini melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada
pasien yang menjalani hemodialisa di RS. Islam Siti Khadijah Palembang 2020. Sebelumnya
sudah ada penelitian yang sejenis dari beberapa jurnal publikasi. Adapun perbedaan dan
persamaan penilitian ini denga penelitian sebelumnya terletak pada variabel, subjek, waktu,
dan tempat penelitian. Penelitian yang pernah dilakukan antara lain :

1. Erma Kusuma Yanti, Miswadi (2016), “Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi hemodialisis di
ruangan hemodialisis (Studi di RSUD Bengkalis)” tujuan penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang
akan menjalani terapi hemodialisis di ruangan hemodialisis. Metode penelitian ini
menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian ini merupakan seluruh pasien
gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi hemodialisis di ruangan hemodialisis
RSUD Bengkalis periode November-Desember 2016. Diperoleh sebanyak 30 subjek
dengan metode total sampling. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu hasil
pengukuran kuisioner skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dan data sekunder
berupa rekam medis. Hasil univariat lebih dari separuh responden mengalami cemas
yaitu sebanyak 18 orang (60,0%), pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (66,7%),
pengalaman yang kurang sebanyak 21 orang (70%), dan tidak mendapat dukungan
keluarga sebanyak 18 orang (60,0%) dan hasil bivariat menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p value 0,045), pengalaman (p value
0,015), dan dukungan keluarga (p value 0,024). Kesimpulan bahwa pengetahuan,
pengalaman dan dukungan keluarga merupakan variabel independent yang memiliki
hubungan dengan kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani
hemodialisis di ruangan hemodialisis RSUD Bengkalis. Di harapkan pihak rumah sakit
terutama petugas agar memberikan dukungan pasien seperti memperbolehkan 1 orang
keluarga terdekat untuk menemani pasien selama cuci darah berlangsung dan
mendengarkan keluhan agar dapat membantu psikologis pasien yang akan menjalani
terapi hemodialisa dan memberikan informasi berupa pengetahuan yang akan
menjadikan pengalaman yang berharga bagi pasien sehingga secara emosional pasien
tidak mengalami kecemasan.
2. Siti Arafah Julianty Hrp, Ida Yustina, Dedy Ardinata (2014), “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan”. Tujuannya adalah untuk menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalman pengobatan, lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga)
yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Pengambilan sampel
dengan tehnik purposive sampling dengan 62 pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data dianalisa menggunakan uji korelasi
Spearman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioer data demografi,
kuisioner faktor-faktor, kuisioner dukungan keluarga, instrumen spierbelger et al. (1983)
Stait Trait Anxiety Inventory (STAI) Form A-State. Berdasarkan hasil uji statistik
diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
hemodialisis yaitu faktor usia (p = 0,049), pengalaman pengobatan (p = 0,008), lama
terapi (0,021) dan dukungan keluarga (p = 0,021). Faktor jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pembiayaan tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
dengan hemodialisis. Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di ruangan hemodialisis, melalui pemberian asuhan keperawatan
secara holistik bio-psiko-sosial pada pasien gagal ginjal sehinga dapat mengurangi
kecemasan, meningkatkan angka harapan hidup pasien gagal ginjal yang mengalami
hemodialisis.
3. Rozi Tri Gutama (2018), “Hubungan lama terapi hemodialisa dengan ingkat kecemasan
pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RS. Sumber Waras Cirebon”.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan lama terapi hemodialisa dengan
tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RS Sumber
Waras Cirebon. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah 40 responden. Tehnik sampel pada penelitian
ini menggunakan Accidental samplingyaitu metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa
mereka kebetulan muncul. Hasil uji statistik diperoleh p-value ≤ α dengan nilai (p-value
= 0,000) yang menunjukkan bahwa Hα diterima artinya ada hubungan lama terapi
hemodialisa dengan tingkat kecemasan pasien gagal hinjal kronik di RS Sumber Waras
(p = 0,000, α ≤ 0,05).
4. Suci Aprilia, Resty Yulianti Sutrisno (2016), “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di PKU
Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik yang digunakan adalah total
sampling dan didapatkan 85 responden. Pengambilan data pada bulan februari 2016.
Pengumpulan data menggunakan menggunakan kuisioner Generalized Anxiety Disorder
(GAD) 7 dan Social support questionaire (SSQ) 6. Analisis penelitian ini adalah analisis
univariat dan bivariat menggunakan uji kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Somers’d.
Hasil analisis uji univariat adalah mayoritas pasien berumur pada tahap lansia awal (46-
55 tahun) (36,5%), pasien berjenis kelamin laki-laki (69,4%), pasien yang bekerja
(56,5%), pasien dengan lama hemodialisanya > 6 bulan (89,4%), pasien dengan
dukungan sosial yang buruk (61,2%) dan pasien dengan tingkat kecemasan minimal
(76,5%). Hasil analisis bivariat didapatkan hasil p > 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.

Anda mungkin juga menyukai