Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU KEORGANISASIAN

RPS 8
Konsep Dasar Kepemimpinan

Oleh Kelompok 1
Anggota:
Luh Asri Eka Dewi 1707531142
Ni Luh Komang Winda Sindu Maharani 1707531155

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang
bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang
memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan
dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari
baik saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih
calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak dahulu kala, kerjasama, dan saling
melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut
muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam
rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi
alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia
dan mulai unsur-unsur kepemimpinan.
Untuk menciptakan suatu organisasi yang bejalan dengan baik, diperlunya seorang
pemimpin yang efektif. Oleh karena itu, sebagai calon pemimpin dibutuhkan banyak
pengalaman dan rasa ingin tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kepemimpinan.
Atas dasar latar belakang tersebut, makalah ini dibuat agar dapat bermanfaat untuk pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dipaparkan, yaitu:
1. Apa itu kepemimpinan?
2. Apa saja teori dalam munculnya kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
4. Apa perbedaan pemimpin dengan manajer?
5. Apa peran pemimpin?
6. Bagaimana pemimpin yang efektif?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan?
8. Bagaimana isu-isu kontemporer dalam kepemimpinan?
9. Bagaimana implikasi manajerial dalam kepemimpinan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah, adapun tujuan penulisan ini yang dapat
dipaparkan, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.

1
2. Untuk mengetahui teori dalam munculnya kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui perbedaan pemimpin dengan manajer.
5. Untuk mengetahui peran pemimpin.
6. Untuk mengetahui pemimpin yang efektif.
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
8. Untuk mengetahui isu-isu kontemporer dalam kepemimpinan.
9. Untuk mengetahui implikasi manajerial dalam kepemimpinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin atau lender adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang
mengendalikan jalannya organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku unsur-unsur yang
terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang
tanggung jawabutama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun
tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan
fungsional, kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam organisasi selalu terdapat
pemimpin, yang dapat disebut dengan istilah ketua umum, kepala, direktur utama, Presiden
direktur, manajer puncak, dan sebagainya. Bawahan dari pemimpin organisasi disebut ketua
bidang, manajer tingkat menengah, dan manajer paling bawah, misalnya manajer pemasaran,
manajer keuangan, supervisor, dan manajer operasional.
Seorang pemimpin mempunyai kelebihan yang memungkinkan ia mengatur dan
mengarahkan bawahannya. Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya
sikap taat dari seluruh bawahannya. Jika seorang pemimpin kurang berwibawa, kurang tegas,
dan kurang ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan, bawahan menjadi kurang taat
terhadap semua intruksinya dan menyepelekan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu,
kepemimpinan berkaitan dengan keterampilan dan keahlian menggerakkan orang lain.
Sedangkan kepemimpinan itu sendiri dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi
dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaanyang telah ditugaskan kepada
mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stone, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi kepemimpinan
menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses kepemimpinan
difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana pemimpin
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta
membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut
kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Oleh karena itu pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tujuan
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka.

3
Secara historis, ada tiga konsep kepemimpinan sebagaimana dijelaskan Ngalim Purwanto,
sebagai berikut.
1. Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan
yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin.
Dalam konsep ini kepemimpinan dapat diartikan sebagai traits within the individual
leader. Seseorang dapat menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan seorang
pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not
made). Konsep ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama
dianut orang.
2. Konsep kedua memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function of the
grup). Dalam konsep ini sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi
oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang paling
penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan cirri-ciri kelompok yang berlainan
sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.
3. Konsep ketiga merupakan konsep yang lebih maju lagi. Konsep ini tidak hanya didasari
atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan
politis.
Berikut merupakan definisi kepemimpinan menurut beberapa tokoh:
1. Stephen P. Robbins (1991)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar
bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan dapat menentukan apakah suatu
organisasi mampu mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan merupakan
rangkaian kegiatan penataan yang diwujudkan sebagai kemampuan mempengaruhi perilaku
orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati.
2. Miftah Toha (1992)
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain atau seni
mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik
perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang
menunjukan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah tercapainya
suatu tujuan tertentu.
3. Abraham Zaleznik (1986)
Menyatakan bahwa tidak semua pemimpin adalah manajer, sehingga kalau dibalik
apakah semua manajer adalah pemimpin. Seorang manajer yang diberi hak-hak tertentu

4
dalam suatu organisasi, belum tentu menjadi seorang pemimpin yang efektif. Tetapi tidak
disangsikan lagi bahwa kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang didapatkan dari
luar struktur yang formal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh formal,
sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat muncul secara informal dari
suatu kelompok dan dapat juga ditunjuk secara formal.
4. Sarros dan Butchatsky (1996)
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi.
2.2 Teori Munculnya Seorang Pemimpin
1. Teori Genetis (Hereditary Theory) - Leaders are born, not made.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia
di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Berbagai pengalaman
dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari.
Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena
orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya
dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin.
Teori ini biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta
yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan
Yogya saja. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan
kepemimpinan dari orang tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran
atau kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi
pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak
heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat ketidak-mampuan tersebut.
2. Teori Kejiwaan/Sosial - Leaders are made, not born.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan
yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang
pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada
henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya
semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk
menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
3. Teori Ekologis

5
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori kejiwaan/ sosial yang
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang
baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut
kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang
memang telah dimilikinya itu. Kalau teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi
pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/ sosial mengemukakan
bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan,
maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.
2.3 Teori- Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
Teori ini, yang sering disebut juga dengan teori “greatman”, menyatakan bahwa
seorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa ciri/sifat(traits) yang diperlukan bagi
seorang pemimpin. Pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat, sebab individu yang lahir telah
membawa ciri-ciri tertentu. Kepemimpinan adalah suatu fungsi dari kualitas seseorang dari
suatu individu, bukan dari situasi, teknologi atau dukungan masyarakat. Hal ini mengandung
pengertian dasar bahwa penelitian-penelitian kepemimpinan selalu condong menyebut bahwa
individu adalah sumber kegiatan-kegiatannya.
2. Teori Perilaku (Behavioral Theories)
Keruntuhan pendekatan kesifatan mengakibatkan para peneliti tidak lagi mencoba
untuk mencari jawaban tentang sifat-sifat pemimpin yang efektif, tetapi mencoba untuk
menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif atau dengan kata lain bagaimana
perilaku para pemimpin yang efektif, sebagai contoh apakah mereka lebih demokratis
daripada otokratik.
Melalui pendekatan perilaku ini, tidak hanya diharapkan untuk memberikan jawaban
yang lebih definitive mengenai kepemimpinan, tetapi hal inipun akan memberikan implikasi
yang berbeda dengan pendekatan kesifatan. Pada pendekatan kesifatan, pemimpin pada
dasarnya dianggap dilahirkan, sehingga jika pendekatan ini berhasil kita akan mendapatkan
suatu dasar untuk menyeleksi/menempatkan orang yang cocok/tepat untuk posisi yang
pemimpin. Tetapi jika pendekatan perilaku berhasil, mengidentifikasikan perilaku-perilaku
tertentu yang diperagakan oleh seorang pemimpin yang beararti kita dapat melatih orang-
orang untuk menjadi pemimpin.

6
3. Teori Kontingensi
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Model kepemimpinan
kontingensi mengemukakan bahwa prestasi kelompok tergantung interaksi antara gaya
kepemimpinan dengan kadar menguntungkan/tidaknya situasi. Kepemimpinan dipandang
sebagai suatu hubungan yang didasarkan atas kekuasaan dan pengaruh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: pertama, pada tingkat manakah situasi
menyediakan kekuasaan dan pengaruh yang diperlukan pemimpin agar efektif, dan seberapa
menguntungkan faktor situasi tersebut; kedua, sejauh mana pemimpin dapat meramalkan
dampak gayanya atas perilaku dan prestasi bawahnya.
Tiga faktor penting dalam pendekatan ini adalah hubungan pemimpin dengan
anggota, struktur tugas, dan otoritas pada suatu situasi. Faktor hubungan pemimpin-anggota
mengacu pada kadar keyakinan, kepercayaan, rasa hormat para pengikut terhadap
pemimpinyang bersangkutan. Variabel situasional ini mencerminkan penerimaan pengikut
kepada pemimpin. Struktur tugas mencakup masalah untuk mencapai tujuan, kesahihan
keputusan, kerincian keputusn. Otoritas pada suatu posisi menunjukan kekuasaan yang
melekat pada posisi kepemimpinan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Fiedler telah meneliti keefektifan orientasi kepemimpinan seseorang dihubungkan
dengan menguntungkan/tidaknya situasi. Orientasi kepemimpinan seseorang dibedakan
antara berorientasi tugas atau kepemipinan seseorang yang mengendalikan dengan
berorientasi hubungan manusiawi atau kepemimpinan pasif.
4. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan (group theory of leadership) dikembangkan
atas dasar ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan
kelompok harus ada pertukaran yang positif antara bawahan dan pemimpinannya.
Kepemimpinan merupakan suatu proses pertukaran (exchange process) antara
pemimpin dan pengikutnya, yang juga melibatkan konsep sosiologis tentang peranan yang
diharapkan kedua belah pihak. Penelitian psikologis sosial dapat digunakan untuk membantu
penerapan konsep pertukaran dan peranan tersebut pada proses kepemimpinan.
Hal ini nampak pula dari hasil studi Ohio Otate University khususnya dimensi
pemberian perhatian (consideration) pada para bawahan yang akan memperluas pandangan
kelompok terhadap kepemimpinan.
5. Teori Situasional

7
Fred Fiedler telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi efektivitas
kepemimpinan, yang dikenal dengan contingency model of leadership effectiveness. Model
ini menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang
menguntungkan/menyenangkan.
Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh Fiedler dalam tiga dimensi empiris, yaitu
a. Hubungan pimpina anggota
b. Tingkat dalam struktur tugas
c. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang formal.
Situasi-situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi diatas adalah
berderajat tinggi. Bila situasi terjadi sebaliknya maka akan sangat tidak menguntungkan bagi
pemimpin. Atas dasar penemuannya, Fiedler berkeyakinan bahwa situasi menguntungkan
yang dikombinasikan dengan gaya kepemimpinanakan menentukan efektivitas pelaksanaan
kerja kelompok.
6. Teori Path – Goal
Teori Path-Goal dikemukakan oleh Robert House (1974). Esensi dari teori ini adalah
bahwa seorang pemimpin mempunyai tugas untuk membantu bawahannya dalam pencapaian
tujuan-tujuan dan menyediakan petunjuk dan/atau dukungan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa tujuan-tujuan tersebut seiring sejalan dengan tujuan kelompok atau
organisasi secara keseluruhan.
Ada dua preposisi yang dikemukakan dalam teori path-goal. Kedua preporsisi
tersebut adalah:
a. Perilaku seorang pemimpin dapat diterima oleh bawahannya sejauh perilaku tersebut
dipandang oleh bawahan sebagai sumber untuk memperoleh kepuasaan saat ini
ataupun sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan pada masa yang akan datang.
b. Perilaku pemimpin dapat dikatakan motivatif, jika:
a) Perilaku tersebut membuat kebutuhan bawahan akan kepuasan, bergantung pada
prestasi kerja yang efektif.
b) Perilaku tersebut melengkapi lingkungan bawahan dengan menyediakan
perbekalan, bimbingan, dukungan, dan imbalan yang diperlukan untuk pencapaian
prestasi kerja yang efektif.
Teori ini memuat empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yaitu:
1) Kepemimpinan direktif (direktive leadership).
Bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah
khusus diberikan oleh pemimpin. Disini tidak ada partisipasi oleh bawahan (pemimpin yang

8
otokratis). Hasil penemuan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif mempunyai
hubungan yang positif dengan kepuasan dan harapan bawahan yang melakukan pekerjaan
yang mendua (ambiguous) dan mempunyai hubungan yang negatif dengan kepuasan dan
harapan bawahan yang melakukan tugas-tugas yang jelas.
2) Kepemimpinan suportif (supportive leadership).
Pemimpin yang selalu yang bersedia menjalankan, sebagai teman, mudah didekati dan
menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai
pengaruh yang sangat positif bagi kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas-tugas yang
penuh tekanan, frustasi dan tidak memuaskan.
3) Kepemimpinan Partisipatif (Partisipatif leadership).
Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih
membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam organisasi industri manufaktur, didapatkan
dalam tugas-tugas yang tidak rutin, karyawan lebih puas daripada pemimpin yang non
partisipatif.
4) Kepemimpinan Berorientasi prestasi
Pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi
bawahan, merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut dan melaksanakan dengan
baik. Diperoleh penemuan bahwa untuk bawahan yang melaksanakan tugas-tugas mendua
dan tidak rutin, makin tinggi orientasi pemimpin akan prestasi, makin banyak bawahan yang
percaya bahwa usaha mereka akan menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif.
7. Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata
merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-
individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu:
a. Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain
merupakan sumber informasi yang kaya.
b. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa
proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
c. Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu
teori yang berfokus pada akal sehat.
2.4 Perbedaan Pemimpin dan Manajer
Menurut John Kotter :

9
Manajemen terkait dengan usaha untuk menangani kompleksitas. Manajemen yang baik
menghasilkan keteraturan dan konsistensi dengan cara mempersiapkan rencana formal,
merancang struktur organisasi yang kuat, dan memonitor hasil berdasarkan rencana.
Sebaliknya, kepemimpinan berkaitan dengan perubahan. Pemimpin menentukan arah dengan
cara mengembangkan suatu visi masa depan, kemudian mereka menyatukan orang-orang
dengan mengkomunikasikan visi ini dan menginspirasi mereka untuk mengatasi berbagai
rintangan.
Menurut Robert House:
Manajemen terbentuk dari implementasi visi dan strategi yang ditentuka oleh pemimpin,
koordinasi dan susunan kepegawaian organisasi, dan penanganan berbagai masalah sehari-
hari.
Pemimpin didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
guna untuk mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Sumber pengaruh
ini bisa jadi bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam
sebuah organisasi. Karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara
formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya dalam organisasi
tersebut. Namun, tidak semua pemimpin adalah manajer, demikian pula sebaliknya, tidak
semua manajer adalah pemimpin.
Hanya karena suatu organisasi memberikan hak-hak formal tertentu kepada para
manajernya, bukan jaminan bahwa mereka mampu memimpin dengan efektif. Bahwa
kepemimpinan non-formal yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang muncul
dari luar struktur formal suatu organisasi, sering kali sama pentingnya dengan atau malah
lebih penting pengaruhnya daripada pengaruh formal.
2.5 Peran pemimpin
Pemimpin merupakan seseorang yang berani dalam mengambil sebuah keputusan dan
mempunyai jiwa yang bijaksana serta dapat memimpin untuk mencapai tujuan organisasinya.
Tugas seorang pemimpin adalah dapat memahami dan menangani situasi anggotanya dan
dapat memotivasi atau mendorong anggotanya untuk bekerja lebih keras. Pemimpin harus
dapat mengatasi konflik-konflik yang ada, pemimpin dapat memberikan kesempatan kepada
semua anggotanya untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi - kondisi penting yang
diinginkan dan menurut persepsi masing - masing yang harus dipenuhi dengan pemanfaatan
berbagai sumber daya yang tersedia dalam organisasi tersebut.

10
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, dan untuk mencari seorang pemimpin
tidaklah mudah. Karena dalam sebuah organisasi harus mempunyai pemimpin yang efektif
untuk mengatur jalannya sebuah organisasi.
Peranan Pemimpin menurut Prof. Dr. Arifin Abdurahman:
1. Sebagai Pelaksana (executive)
2. Sebagai Perencana (planner)
3. Sebagai Seorang Ahli (expert)
4. Mewakili Kelompok (external group representative)
5. Mengawasi Hubungan (controller of internal relationship)
6. Sebagai pemberi Ganjaran atau Pujian dan Hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
7. Sebagai Wasit dan Penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari Kelopmpok (exemplar)
9. Merupakan Lambang Kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang Tanggungjawab (surrogate for individual responsibility)
11. Sebagai Pencipta atau Memiliki Cita-cita (ideologist)
12. Sebagai Seorang Ayah (father figure)
13. Sebagai Kambing Hitam (Scape Goat)
Peranan Pemimpin menurut HG. HICKS & C.R. Gullett
1. Bersikap Adil (arbitrating)
2. Memberikan Sugesti (suggesting)
3. Mendukung Tercapainya Tujuan (supplying objectives)
4. Menjadi Katalisator (catalyzing)
5. Menciptakan Rasa Aman (providing security)
6. Sebagai Wakil Organisasi (representing)
7. Sumber Inspirasi (inspiring)
8. Bersikap Menghargai (praising)
2.6 Pemimpin yang Efektif
Seorang pemimpin yang efektif memiliki 5 ciri, yaitu:
1. Strategis
Seorang pemimpin yang efektif harus dapat menyusun strategi dengan baik dalam
rangka mencapai visi dan misi organisasinya.
2. Eksekutor

11
Seorang pemimpin yang efektif tahu bagaimana cara mengeksekusi strategi yang telah
disusunnya, walaupun dia tidak terjun langsung dalam eksekusinya.
3. Manajer Talenta
Seorang pemimpin efektif dapat konsisten dalam menerapkan manajemen talenta
dalam organisasinya.
4. Pengembang SDM
Seorang pemimpin efektif dapat fokus pada pengembangan SDM dalam organisasi
yang sedang dijalankan.
5. Kecakapan Pribadi
Seorang pemimpin yang efektif mempunyai kecakapan pribadi yang memungkinkan
dia untuk dapat dicontoh, menginspirasi dan juga memotivasi para pengikutnya
Pemimpin yang efektif terlihat dari organisasi yang terlihat produktif. Produktivitas
organisasi tersebut tentunya mengarah pada pencapaian visi dan misi organisasinya.
Pemimpin yang efektif juga dapat dilihat dari organisasi yang sistemnya terstruktur dengan
baik dan efisien. Oleh karena itu, pemimpin efektif mempunyai peran yang sangat penting
dalam suatu organisasi karena pemimpin yang efektif sangatlah berpengaruh terhadap
jalannya suatu organisasi untuk mencapai tujuan.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Seperti yang telah kita ketahui kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup
meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai tujuan tertentu. namun ada beberapa faktor-faktor penting yang mempengaruhi
kepemimpinan tersebut, diantaranya adalah:
1. Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang
lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan
perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa
dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan
kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan perlakuan
edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya
seorang pemimpin.
2. Faktor Jabatan

12
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak
dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi.
Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai jabatan
dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh, sama-sama mempunyai jabatan tetapi
tingkatannya tidak sama maka akan mempunyai pengarauh yang berbeda.

3. Faktor Situasi dan Kondisi


Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat
situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang
karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang
tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang
akan dicitrakan organisasi adalah religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi
berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat
yang tepat atau tidak.
2.8 Isu-Isu Kontemporer dalam Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan Kontemporer
Teori Kepemimpinan kontemporer merupakan teori yang dikembangkan baru-baru
ini. Ada tiga teori kepemimpinan kontemporer yang komponen umumnya adalah bahwa teori
itu menampilkan pemimpin sebagai sosok yang menggunakan kata-kata, gagasan dan
kehadiran fisik mereka untuk memerintah pasukan, yaitu : Kepemimpinan kharismatik,
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan visioner.
1) Kepemimpinan Kharismatik
Menurut teori kepemimipinan karismatik Robert House, para pengikut memandang
sebagai sikap heroik atau kepemimipinan yang luar biasa saat mengamati perilaku tertentu.
Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa karisma merupakan anugerah dan oleh
karenanya tidak bisa dipelajari, sebagian besar ahli percaya seseorang juga bisa dilatih untuk
menampilkan perilaku yang karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi seorang
pemimpin yang karismatik. Memang terdapat kecenderungan tertentu, dan bisa jadi hal
tersebut itu bermanfaat, tetapi tidak berarti orang tidak bisa berubah.
Seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara
pandang yang optimis, menggunakan kesabaran sebagai katalis untuk menghasilkan
antusiasme, dan berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan cuma dengan kata-kata.

13
Seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan ikatan yang menginspirasi orang lain
tersebut untuk mengikutinya. Dan seseorang menyebarkan potensi kepada para pengikutnya
dengan cara menyentuh emosi mereka.
2) Kepemimpinan Transformasional
Tipe pemimpin seperti ini mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya pada
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Pemimpin
trasnformasional menginspirasi para pengikutnya untuk menyampingkan kepentingan pribadi
mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa
pada diri para pengikutnya.
Para pemimpin transformasional mendorong bawahannya agar lebih inovatif dan
kreatif. Para pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka sendiri lebih
kreatif, tetapi mereka juga lebih efektif karena mampu mendorong para pengikutnya menjadi
kreatif pula.
Adanya tujuan yang ditetapkan merupakan mekanisme penting lain yang menjelaskan
bagaimana kepemimpinan transformasional bekerja. Para pengikut pemimipin
transformasional cenderung mengejajar tujuan-tujuan ambisius, memahami dan menyetujui
tujuan-tujuan strategis organisasi, dan yakin bahwa tujuan-tujuan yang mereka kejar itu
memang penting. Hal yang lebih penting lagi adalah memiliki orang-orang untuk diajak
bekerja sama, yang memiliki keinginan, komitmen, perhatian, dan keinginan bersaing yang
sama untuk bersam-sama menggapai tujuan yang sama.
3) Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan Visioner merupakan kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan
visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit
organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Kualitas visi, sifat dasar
yang menentukan keberhasilan tampaknya adalah kemungkinannya memberikan inspirasi
yang berpusat pada nilai dan dapat diwujudkan, disertai gambaran dan artikulasi yang unggul.
2. Issue Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Kharismatis: pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan heroic/luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku pemimpin mereka.
b. Kepemimpinan transformasional: pemimpin yang menginpirasi pengikut untuk
melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalamdan
luar biasa pada para pengikut.
c. Kepemimpinan Visioner: kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi
yangrealistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi

14
3. Peran Kepemimpinan Kontemporer
1) Menyediakan Kepemimpinan Tim
Pemimpin yang efektif dalam sebuah tim harus dapat menyeimbangkan saat untuk
meninggalkan tim dan saat untuk turun tangan ke dalam tim. Tugas pemimpin tim
diantaranya:
a. Penghubung dengan para konstituen eksternal, yakni mewakili tim ke para konstituen
lainnya (manajemen puncak, tim internal lain, pelanggan, dan pemasok),
mengamankan sumber-sumber daya yang dibutuhkan, memperjelas ekspektasi pihak
lain terhadap tim, mengumpulkan informasi dari luar, dan berbagi informasi dengan
para anggota tim.
b. Menyelesaikan masalah. Terkait dengan masalah, pemimpin lebih berkontribusi
dengan mengajukan berbagai pertanyaan, membantu tim membicarakan masalah
tersebut, dan memperoleh sumber-sumber daya yang dibutuhkan dari pihak-pihak
luar.
c. Manajer konflik, yakni apabila timbul pertentangan pemimpin membantu memproses
konflik tersebut.
d. Pelatih, yakni menjelaskan ekspektasi dan peran, mendidik, menawarkan dukungan,
memberi semangat, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk membantu
anggota tim meningkatkan kinerjanya.
2) Mentoring
Seorang mentor adalah karyawan senior yang membantu dan mendukung karyawan
yang masih kurang berpengalaman (sebagai seorang anak didik).
3) Kepemimpinan Mandiri
Cara para pemimpin menyiapkan pemimpin mandiri:
1. Menjadi model pemimpin bagi diri sendiri, yang dilakukan: observasi diri, tetapkan
tujuan pribadi, arah pribadi, dan tujuan yang menantang, kemudian tunjukkan
perilaku-perilaku ini dan dorong orang lain untuk berlatih dan mempraktikkan
perilaku tersebut.
2. Dorong karyawan untuk menciptakan tujuan-tujuan yang mereka tetapkan sendiri.
3. Beri penghargaan pada diri sendiri untuk memperkuat dan meningkatkan perilaku
yang diinginkan. Sebaliknya, berikan hukuman hanya apabila karyawan terbukti tidak
jujur atau melakukan sesuatu yang destruktif.
4. Ciptakan pola pikir yang positif.
5. Ciptakan iklim kepemimpinan mandiri.

15
6. Dorong sikap kritis pada diri sendiri.
7. Asumsi yang mendasari kepemimpinan mandiri adalah bahwa orang memiliki
tanggung jawab, kemampuan, dan inisiatif tanpa hambatan eksternal dari atasan,
aturan atau regulasi. Dengan dukungan yang memadai, seseorang bisa memonitor dan
mengendalikan perilaku mereka sendiri.
4) Kepemimpinan Online
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa manajer dan karyawannya semakin terhubung
dalam jaringan dibandingkan dengan kedekatan geografis. Dalam komunikasi tatap muka,
kata-kata yang kasar bisa diperhalus dengan tindakan nonverbal. Komunikasi digital
menuntut pemimpin untuk dapat menyampaikan karismanya melalui kata-kata tertulis, dapat
menentukan secara tepat pilihan-pilihan kata, struktur, nada, dan gaya komunikasi digitalnya,
mengembangkan keahlian membaca yang tersirat dalam pesan-pesan yang diterima, dan
mengembangkan keahlian dalam mengartikan komponen emosional dari suatu pesan.
Tantangan yang dihadapi pemimpin online adalah mengembangkan dan memelihara
kepercayaan dikarenakan kedekatan dan interaksi tatap muka yang sangat kurang.
5) Kepemimpinan Moral
Kepemimpinan tidak bebas dari nilai. Sebelum kita menilai pemimpin macam apa
yang efektif, kita hendaknya memperhatikan baik upaya yang digunakan oleh pemimpin
untuk mencapai sasarannya mempunyai muatan moral dari sasaran tersebut.
2.9 Implikasi Manajerial dalam Kepemimpinan
1. Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua
dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada
dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas
dua aspek tersebut, yaitu:
a. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk
menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan
organisasi.
b. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara
individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan
menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
c. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi
tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan
komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama

16
lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan
dan penghargaan.
d. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan
organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
e. Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan
antara tugas dan hubungan manusiawi, dengan kata lain kinerja organisasi yang
mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan
memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu
berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan
antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang
pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga
mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap sistem
komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam
menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya
orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi
harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam
mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun di berbagai
kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset
berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif dalam organisasi.
Organisasi apapun yang berdiri, tentu akan menggunakan konsep kepemimpinan
karena ada unsur filosofi (pandangan), harapan/tujuan, tantangan, dan sumber daya di
dalamnya. Semua faktor itu harus diatur sehingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Pada tataran praktis-managerial, konsep kepemimpinan juga mesti diterapkan sehingga dalam
organisasi terkonsep rapi, bersinergis, dan efektif.

17
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan itu sendiri dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaanyang telah ditugaskan kepada
mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stone, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi kepemimpinan
menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses kepemimpinan
difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana pemimpin
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta
membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut
kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Oleh karena itu pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tujuan
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka.
Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap
bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori
ini terhadap sistem komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya
komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para
pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan
dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai
motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu
terjun di berbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan
sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki

18
pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif dalam
organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Robbins, P Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Djafri, Novianty dan Syamsu Badu. 2017. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Gorontalo: Ideas Publishing
http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/2011/09/kepemimpinan-perilaku-organisasi.html?
m=1 (Diakses pada tanggal 3 April 2020)
http://asimpimpinorganisasi.blogspot.com/2016/10/teori-munculnya-seorang-
pemimpin.html?m=1 (Diakses pada tanggal 3 April 2020)
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/taniaprtw/5b3633bbf133446a1b6
9f732/pentingnya-peran-pemimpin-efektif-dalam-suatu-organisasi (Diakses pada
tanggal 3 April 2020)
https://www.google.com/amp/s/dayensobarna.wordpress.com/2015/06/01/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-kepemimpinan/amp/ (Diakses pada tanggal 3 April 2020)
http://tutisriendrawati.blogspot.com/2015/06/tugas-perilaku-organisasi-isu-isu.html?m=1
(Diakses pada tanggal 3 April 2020)
http://idhoidhoy.blogspot.com/2013/04/implikasi-manajerial-kepemimpinan-dalam.html?
m=1 (Diakses pada tanggal 3 April 2020)
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.com/2013/05/implikasi-manajerial.html?m=1 (Diakses
pada tanggal 3 April 2020)

19

Anda mungkin juga menyukai