oleh
Agel Dinda Trianugraha.
NIM 192311101218
ii
1
A. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebutfibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang sering ditemukan pada traktus genitaliawanita, terutama wanita
sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia
produktif tetapi kerusakan reproduksidapat berdampak karena mioma uteri pada
usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas organ eksterna dan interna.
Organ interna yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis,
dan ginetal eksterna yang terletak di perineum. Organ reproduksi wanita terdiri
dari 2 bagian yaitu organ ektremitas dan organ interna:
1. Organ Eksterna
a. Mons veneris / mons pubis
Bantalan berisi lemak subkutan bulat yang lunak dan padat yang terletak
dipermukaan anterior simphisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar.
Sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
2
b. Labiya mayora
Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lunak yang ditutupi kulit
dari rectum. Panjang labia mayora 7 - 8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Labia mayora melindungi memanjang ke bawah dan ke
belakang dari mons pubis sampai sekitar satu inci labia minora, meatus urinalius,
dan introitus vagina (muara vagina)
c. Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia minora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina : merah muda dan basah. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan
labia minora membengkak.
d. Klitoris
Jaringan yang homolog dengan penis, bentuknya kecil, silinder, erektik dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini menonjol kebawah diantara ujung
labia minora. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual.
e. Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi
dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil, dan dibelakang oleh
perineum; embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm
dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra ekstrenum (lubang kemih) berbentuk
membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh
lipatan – lipatan selaput vagina.
f. Vestibulum
Merupakan daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
diantara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagian, dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran semprot,
3
garam – garaman, busa sabun), panas, dan fiksi (celana jins yang ketat).
g. Perineum
Merupakan daerah muskulus yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan
perineum kadang – kadang tertukar, tatapi secara tidak tepat.
h. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
permukaan ujung bawah labia mayora dan labia minora digaris tengah dibawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak diantara
fourchette dan hymen.
2. Organ Eksterna
a. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak didepan rectum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna
divestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu
tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas.
Karena tonjolan servik ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina
hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior 9 cm. Ceruk yang
berbentuk disekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri,
anterior, dan posterior. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel – sel mukosa tunggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel – sel yang diambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus ginetalia atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara
laktobasilus vagian dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila PH naik
diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
b. Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir terbaik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil,
beratuterus adalah 60 gram (2 ons). Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
4
bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung
kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus lebih banyak mengandung rongga
selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih
padat setelah menopause. Uterus terdiri dari tiga bagian : fundus yang merupakan
tonjolan bulat dibagian atas dan terletak diatas insersi tuba valopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, dan instmus merupakan
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai segmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Fungsi – fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk
kelangsungan fisiologis wanita.
c. Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritonium dan
lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas :
1). Pars intersisialis Bagian yang terdapat di dinding uterus.
2). Pars ismika Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
3). Pars ampularis Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi
4). Pars infundibulum Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria
d. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel, fungsinya
untuk perkembangan dan pelepasan ovum. Serta sintesis dan sekresi hormon
steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm, labar 1,5-3 cm, dan tebal 0,6-1 cm.
Ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang tuba fallopi. Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira – kira
setinggi kristal iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii proprium (Bobak,
2004).
5
C. Etiologi
Etiologi Menurut Aspiani (2007) ada beberapa faktor yang diduga kuat
merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometriumnormal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untukmenderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(redmeat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namunsayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadarestrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan sekali atau lebih.
6
E. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam myometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumordidalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uterimaka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak padadinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekandan mendorong kandung kemih keatas
sehingga sering menimbulkankeluhan miksi (Aspiani, 2017). Secara makroskopis,
tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas dengan
permukaan potongan memperlihatkangambarankumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapiumumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan
ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar
10
F. Clinical Pathway
Reseptor estrogen ↑
Myoma Uteri
Tanda / Gejala
Proses Infeksi/nekrosis
Gangguan Ansietas
HB↓ keseimbangan
cairan Nyeri akibat inflamasi
Anemia
Nyeri Akut
Syok Hipovolemik
G. Penatalaksanaan Medis
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalanendometriium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma jugadapat dideteksi dengan
CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaanitu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,leiomiosarkoma sangat jarang
karena USG tidak dapat membedakannyadengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena polagemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus;
lebih lanjut uterus membesar dan berbentuktak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosadisertai
dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,ureum,
kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
adanyaefek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yangmenurunkan
efeksamping analgesik(misalnya, konstipasidan
iritasi lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah obat,dosis,
rute, pemberian, atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
bedasarkan prinsip analgesik
2. Resiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan Pencegahan Syok
perdarahan selama1x24 jam diharapkan 1) Monitor adanya respon konpensasi terhadap
tidak terjadi syok syok(misalnya, tekanan darahnormal, tekanan
hipovolemik dengan nadimelemah, perlambatan pengisian kapiler,
kriteria: pucat/dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
1) Tanda vital dalam batas takipnearingan, mual dan munta, peningkatan
normal. rasa haus,dan kelemahan)
2) Tugor kulit baik. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon sindroma
3) Tidak adasianosis. inflamasi sistemik(misalnya, peningkatan suhu,
4) Suhu kulit hangat. takikardi, takipnea,hipokarbia, leukositosis,
5) Tidak adadiaporesis. leukopenia)
6) Membran 3) Monitor terhadap adanya tanda awal reaksi
17
neoplasma pada organ sekitarnya, diharapkan eliminasi urin konsistensi, bau, volume dan warna urin sesuai
gangguan sensorik motorik. kembali normal dengan kebutuhan.
kriteria hasil: 2) Monitor tanda dan gejala retensi urin.
1) Pola eliminasi kembali 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi saluran
normal kemih.
2) Bau urin tidak ada 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
3) Jumlah urin dalam batas melaporkan urin uotput sesuai kebutuhan.
normal 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum saat
4) Warna urin normal makan dan waktu pagi hari.
5) Intake cairandalam batas 6) Bantu pasien dalam mengembangkan rutinitas
normal toileting sesuai kebutuhan.
6) Nyeri saat kencing tidak 7) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan
ditemukan gejala infeksi saluran kemih.
Kateterisasi Urin
1) Jelaskan prosedur dan alas an dilakukan
kateterisasi urin.
2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
4) Posisikan pasien dengan tepat (misalnya,
perempuan terlentang dengan kedua kaki
21
Daftar Pustaka