Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Praktek penyelenggaraan pendidikan pada suatu masyarakat selalu

dilatarbelakangi oleh pertimbangan subyektif masing-masing berupa filosofi,

nilai-nilai, serta suatu prinsip yang dipilih. Pertimbangan subyektif tersebut

sebenarnya bisa dimengerti, mengingat praktek pendidikan merupakan bagian dan

bentuk aktualisasi atas keinginan-keinginan masyarakat dalam mewujudkan

kehendaknya. Kehendak masyarakat yang dimaksud merupakan sebuah cita-cita

sosial (social ideals), ke mana penyelenggaraan pendidikan diarahkan. Perbedaan

arah praktek penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya disebabkan oleh

perbedaan idiologi.

Ada tiga ideologi besar yang banyak dianut oleh masyarakat dan bangsa-

bangsa di dunia. Ketiga ideologi yang dimaksud adalah: konservatisme,

liberalisme, dan kritis-radikal. Ideologi konservatisme memiliki varian tiga tradisi

pokok yaitu: fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan

konservatisme pendidikan. Begitu pula ideologi liberalisme terdapat beberapa

varian pokok, yaitu liberalisme pendidikan, dan anarkhisme pendidikan.

Masyarakat yang telah memiliki dan menganut ideologi pendidikan

tertentu akan memperoleh cara hidup dan cara pandang dalam penyelenggaraan

pendidikan secara kokoh sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan cara hidup

dan cara pandangnya. Selanjutnya cara hidup dan cara pandang tersebut bisa

dipakai untuk menciptakan kondisi tertentu yang dapat membantu mewujudkan

1
2

keberhasilan dalam menumbuhkan, membangun jejaring, dan mengorganisir

segenap sumberdaya pendidikan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai hal yang harus diperhatikan. Salah

satunya adalah peran kepemimpinan dalam instansi manajemen pendidikan di

sekolah.

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal

yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan berat seolah-olah

kepemimpinan dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti; sruktur atau

tatanan, koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya,

kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi suatu alat penyelesaian yang

luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa suatu organisasi.

Dalam hal ini kepemimpinan dapat berperan didalam melindungi

beberapa isu pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti distribusi kekuasaan

yang menjadi penghalang tindakan yang efektif, kekurangan berbagai macam

sumber, prosedur yang dianggap buruk (archaic procedure), dan sebagainya yaitu

problem- problem organisasi yang lebih bersifat mendasar.

Demikianlah esensi salah satu pendapat yang diungkapkan oleh Richard

H. Hall melalui bukunya yang berjudul Organizations Strucrure and Process,

mengapa perlu dan banyak terdapat studi tentang kepemimpinan pada masa-masa

lalu. Suatu kenyataan bahwa di dalam situasi tertentu kepemimpinan dirasakan

penting, bahkan amat penting (critical). Oleh karena peranan sentral


3

kepemimpinan dalam organisasi tersebut, dimensi-dimensi kepemimpinan yang

bersifat kompleks perlu dipahami dan dikaji secara terkoordinasi, sehingga

peranan kepemimpinan dapat dilaksanakan secara efektif. Dimensi-dimensi

tersebut adalah definisi apa yang dimaksud kepemimpinan, berbagai macam studi

tentang kepemimpinan, tugas dan fungsi kepemimpinan, efektivitas

kepemimpinan, serta usaha-usaha memperbaiki kepemimpinan.

Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah

adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan

lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa “keberhasilan sekolah adalah

keberhasilan kepala sekolah”. Beberapa diantara kepala sekolah dilukiskan

sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, kepala

sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka

yang menentukan irarna bagi sekolah mereka. Kepala sekolah berperan sebagai

kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah, kepala

sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah,

serta memiliki kepedulian kepada guru.

Sekarang ini, mutu menjadi satu-sarunya hal yang sangat penting dalam

pendidikan, bisnis dan pemerintahan. Kita semua mengakui, saat ini memang ada

masalah dalam sistem pcndidikan. Lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi tidak

siap memenuhi kebutuhan masyarakat, dan masalah ini berakibat pula bagi

masyarakat itu sendiri. Para siswa yang tidak siap jadi warga negara yang

bertanggung jawab dan produktif itu, akhirnya hanya jadi beban masyarakat dan

pemerintah. Para siswa itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus
4

pada mutu, yang akhirnya hanya memberatkan anggaran kesejahteraan sosial saja.

Adanya lulusan lembaga pendidikan yang seperti ini berdampak pula pada sistem

peradilan kriminal, lantaran mereka tak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

generasi mendatang, dan yang lebih parah lagi, akhirnya mereka menjadi warga

negara yang merasa terasing dari masyarakatnya.

Bila mutu pendidikan hendak diperbaiki, maka perlu ada pimpinan dan

para profesional pendidikan. Manajemen mutu merupakan sarana yang

memungkinkan para profesional pendidikan dapat beradaptasi dengan “kekuatan

perubahan” yang memikul sistem pendidikan bangsa kita. Pengetahuan yang

diperlukan untuk memperbaiki sistem pendidikan kita sebenarnya sudah ada

dalam komunitas pendidikan kita sendiri. Kesulitan utama yang dihadapi para

profesional pendidikan sekarang ini adalah ketidakmampuannya menghadapi

“sistem yang gagal” sehingga menjadi tabir bagi para profesional pendidikan itu

untuk mengembangkan atau menerapkan proses baru pendidikan yang akan

memperbaiki mutu pendidikan.

Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi

dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa,

guru dan komunitas. Proses diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu

untuk wilayah dari setiap sekolah serta departemen dalam wilayah tersebut. Visi

mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan kostumer mendorong keterlibatan

total komunitas dalam program, mengembangkan sistem pengukuran nilai tambah

pendidikan. Agar sekolah mengembangkan fokus mutu, setiap orang dalam sistem
5

sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah

kostumer.

Berdasarkan pengamatan sementara, secara umum di SMA Negeri 1,2,4

dan 5 Kota Tasikmalaya yang akan penulis lakukan penelitian, pada saat ini

kepemimpinan kepala sekolah belum dirasakan mempunyai dampak pada

peningkatan mutu sekolah. Kecenderungan ini apabila berlangsung terus-menerus

akan dapat memperburuk keadaan bahkan akan menghambat pencapaian tujuan

pendidikan, khususnya pada tingkat mikro.

Salah satu faktor yang berpengaruh pada peningkatan mutu sekolah

adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang

optimal mampu menciptakan situasi yang kondusif untuk terciptanya mutu

sekolah. Kenyataan di lapangan kepala sekolah belum sepenuhnya punya peran

maksimal dalam hubungan antar perseorangan (Interpersonal Roles), kurang

berperan dalam Informasional (Informational Roles), serta kurangnya peranan

sebagai pengambil keputusan (decisional Roles).

Fenomena lainnya yang sekarang banyak terjadi adalah pimpinan atau

kepala sekolah khususnya di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 kota Tasikmalaya, jika

dilihat dari visi kepemimpinannya maka dirasakan kurang mempunyai visi

kedepan. Hal tersebut dibuktikan dengan kurangnya program yang menyangkut

kesiapan sekolah menghadapi masalah jangka panjang, seperti program untuk

menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Padahal dalam kenyataannya

sekarang seorang kepala sekolah semestinya sudah mengimplementasikan gaya

kepemimpinan visioner yang senantiasa terus berpikir kearah masa depan.


6

Selanjutnya masalah yang berkaitan dengan mutu sekolah terutama yang

berhubungan dengan mutu pembelajaran diantaranya adalah guru kurang

memperhatikan pada aspek perencanaan pembelajaran atau RPP, hal ini

dibuktikan dengan masih adanya RPP yang dibuat tidak sesuai dengan kurikulum

yang dilaksanakan di sekolahnya. RPP yang digunakan masih RPP tahun

sebelumnya dan tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik serta metode yang

digunakan pun kurang sesuai.

Selanjunya pada proses pembelajaran guru masih melaksanakan proses

pembelajaran secara klasikal saja padahal sekolah mereka sudah melaksanakan

kurikulum 2013 atau kurikulum nasional yang mestinya metode yang digunakan

adalah metode saintifik, sehingga dilihat dari segi efektivitas para guru yang

sudah disertifikasi kurang efektif dan kurangnya produktivitas sesuai dengan

harapan.

Sementara menurut Mulyono (2009:29) pembelajaran yang bermutu,

mestinya mengandung lima rujukan, yaitu: “1). Kesesuaian, 2) Pembelajaran, 3)

Efektivitas, 4) Efisiensi, serta 5) Produktivitas”. Pembelajaran yang bermutu akan

bermuara pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana

kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan merencanakan

pembelajaran, proses pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.

Lebih jelasnya permasalahan yang penulis dapatkan dilapangan sebagai

hasil observasi yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:


7

Tabel 1.1
Permasalahan di lapangan tempat penelitian

No Permasalah di Lapangan
1 Dilihat dari sisi kepemimpinan visioner kepala sekolah, permasalahan yang

ada adalah:

a. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu dalam merumuskan

visi yang jelas dan mau kemana arah tujuan dari organisasi sekolah

yang dipimpinanya,

b. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu dalam merumuskan

sasaran, dan target tahun pencapaian visi misi sekolah

c. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu dalam

mempengaruhi kinerja sekolah yang dipimpinnya

d. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu dalam memberikan

rangsangan kreativitas para guru

e. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu dalam menjalin

kebersamaan dengan staekholder yang diantaranya dengan komite

sekolah

f. Pimpinan atau kepala sekolah masih kurang mampu mempengarui

terhadap kinerja para guru.


2 Dilihat dari sisi peningkatan mutu sekolah permasalahan yang ada adalah:

Pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan masih dirasakan belum

sepenuhnya tercapai, hal itu dapat dilihat dari standar pengelolaan atau

manajerial masih kurang padahal hal tersebut merupakan bagian terpenting

dari fungsi kepemimpinan pendidikan di sekolah. Disamping permasalahan

tersebut, mutu pembelajaran yang ada di sekolah masih kurang optimal hal
8

ini dibuktikan dengan proses pembelajaran di kelas masih dilakukan secara

klasikal, efektiviatas dan efisiensi pembelajaran masih dirasakan kurang

optimal. Selain itu produktivitas pembelajaran masih kurang sehingga hal

tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu sekolah.

Selanjutnya dilihat dari kemampuan guru dalam hal merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan melaksanakan sistem

evaluasi pembelajaran masih monoton dan tidak mengikuti aturan

kurikulum yang sudah dijadikan kebijakan pemerintah yaitu kurikulum

nasional.
Sumber: Hasil survei/observasi penulis 2016.

Maka berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas,

penulis mengajukan judul penelitian yang dituangkan kedalam judul Tesis

sebagai berikut; “Implementasi Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah”. (Studi di Sekolah Menengah Atas Negeri

1,2, 4 dan 5 Kota Tasikmalaya).

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memfokuskan masalah

sebagai berikut: “Implementasi Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah”

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


9

1. Bagaimana implementasi gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu sekolah di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 kota

Tasikmalaya?

2. Hambatan apa yang dihadapi kepala sekolah dalam implementasi gaya

kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah

di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 kota Tasikmalaya?

3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi

gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

sekolah di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 kota Tasikmalaya?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana implementasi gaya

kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah

di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan apa yang dihadapi

kepala sekolah dalam implementasi gaya kepemimpinan visioner kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah di SMA Negeri 1,2,4 dan 5

Kota Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan dalam

implementasi gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu sekolah di SMA Negeri 1,2,4 dan 5 Kota

Tasikmalaya.
10

1.5 Kegunaan penelitian

Kegunaan dari penelitian ini tiada lain untuk memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan tentang faktor-faktor

yang dapat meningkatkan mutu sekolah, khususnya dalam implementasi gaya

kepemimpinan visioner kepala sekolah baik secara teoritis maupun secara praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat, yaitu :

1.5.1 Aspek teoritis

Hasil pemikiran dalam penelitian ini dipergunakan untuk memberikan

sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia

pendidikan mengenai hal-hal yang berhubungan gaya kepemimpinan visioner

kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah

1.5.2 Aspek praktis

Secara praktis, penelitian ini digunakan untuk memberikan sumbangan

pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan terhadap para kepala sekolah agar

selalu menciptakan kepemimpinan yang baik dan selalu berpikir ke depan serta

menjaga kondusivitas sekolah agar mutu sekolah lebih meningkat lagi.

Anda mungkin juga menyukai