Anda di halaman 1dari 17

KGK V SKENARIO I

I PUTU VISNU GANGGA 10617049


MALOKLUSI

1. Etiologi Maloklusi

Pengelompokan faktor-faktor etiologi maloklusi dimaksudkan untuk

mempermudah identifikasi kelainan oklusi yang ada (Moyers, 1969). Graber

(1962) membagi faktor etiologi maloklusi menjadi 2, yaitu ekstrinsik dan

intrinsik. Faktor ekstrinsik meliputi herediter, kelainan bawaan, malnutrisi,

kebiasaan buruk, dan malfungsi, postur tubuh, dan trauma, sedangkan kelainan

jumlah, bentuk dan ukuran gigi, premature loss, prolonged retention dan karies

gigi desidui, termasuk faktor intrinsik etiologi maloklusi. Lesmana (2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan maloklusi bahkan

menyebabkan kelainan bentuk wajah, jika memapar tulang-tulang wajah,

gigigeligi, sistem neuromuskular, ataupun jaringan lunak mulut, dalam jangka

waktu lama

2. Klasifikasi Maloklusi menurut Angle

1. Klas I

Maloklusi dengan molar pertama permanen bawah setengah lebar

tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas. Relasi

lengkung gigi semacam ini biasa disebut juga dengan istilah nektroklusi.

Kelainan yang menyertai dapat berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan

terbuka anterior dan lain-lain.

2. Klas II
Lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari

relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar.

Relasi seperti ini biasa disebut juga distoklusi.

Maloklusi klas II dibagi menjadi dua divisi menurut inklinasi

insisivi atas.

Divisi 1: insisivi atas proklinasi atau meskipun insisivi atas

inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang

bertambah.

Divisi 2: insisivi sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisivi

lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit

biasanya dalam batas normal tetapi kadang-kadang sedikit bertambah.

Tumpang gigit bertambah. Dapa juga keempat insisivi atas retroklinasi dan

kanisnus terletak di bukal.

3. Klas III

Lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke

mesialdaripada lengkung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama

permanen. Relasi lengkung geligi semacam ini biasa disebut mesioklusi.

Relasi anterior menunjukkan adanya gigitan terbalik

Angle hanya membuat klasifikasi maloklusi dalam jurusan sagital

pada hal maloklusi juga bisa terjadi dalam jurusan transversal dan vertikal.

Kelainan dalam jurusan transversal berupa gigitan silang posterior, baik

yang dental maupun yang skeletal. Kelainan dalam jurusan vertikal bisa

berupa gigitan dalam dan gigitan terbuka anterior ataupun poosterior,

dental maupun skeletal.(Rahardjo, 2009).


3. Komponen piranti ortho lepasan

Konstruksi Plat Aktif terdiri atas bagian-bagian :

a. Plat dasar/base plate

b. Klamer/cangkolan/Clasp

c. Busur labial/Lengkung labial/Labial Arch (Labial Bow)

d. Busur Lingual / Lingual arch / Mainwire

e. Pir-pir Pembantu/Auxilliary Springs


A. Plat Dasar/ Baseplate

Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya

berupa plat akrilik, berfungsi untuk :

1. Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis

spring, klammer, busur labial dan lain-lain.

2. Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.

3. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.

4. Melindungi spring-spring di daerah palatal.

5. Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan

Ada beberapa hal khusus yang perlu di perhatikan :

1.Untuk plat rahang atas :

Plat dibuat selebar mungkin, tepi distal sampai mencapai daerah

perbatasan palatum molle dan palatum durum, di bagian tengah melengkung ke

anterior sehingga cukup luas daerah palatinal yang bebas agar tidak menggangu

fungsi lidah sewaktu mengunyah dan bicara.

2.Untuk plat rahang bawah :


Daerah di bagian lingual mandibula sempit maka untuk memperkuat plat

perlu di pertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3mm), di daerah sulcus

lingualis tempat perlekatan frenulum linguale plat dipersempit agar tidak

mengganggu gerakan lidah. Di regio molar dibagian lingual biasanya terdapat

daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah, didaerah ini

ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak lurus turun ke bawah,

tepi plat dibagian bawah dipertebal sehingga jika diperlukan pengurangan

ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi plat tidak menjadi terlalu tipis dan

kawat basis yang tertanam di dalam plat tidak terpotong.

B. Klamer/Clasp

Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen

retentif dari alat ortodontik lepasan .

Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan

kait / hook, berfungsi untuk :

a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.

b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.

c. Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan

pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian

aktif untuk menggerakkan gigi.

d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik. Klamer

dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan

yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal

yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat .
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai

komponen retentif pada alat ortodontik lepasan adalah :

1. Klamer C / Simple/Buccal Clasp.

2. Klamer Adams / Adams Clacp.

3. Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp

4. Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea, Pinball)

C. Pir-Pir Pembantu/ Auxilliary Springs

Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah pir-pir ortodontik yang

digunakan untuk menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi baik secara

individual atau beberapa gigi secara bersama-sama.

Macam-macam spring :

1. Pir Jari / Finger spring (koil)

2. Pir Simpel / Simple spring

3. Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring

4. Pir Kontinyu / Continous spring

D. Busur Labial/Labial Arch/Labial Bow

Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang

menempel pada permukaan labial gigi-gigi.

• Fungsi Busur labial :

a. Untuk meretraksi gigi-gigi depan ke arah lingual/palatianal.

b. Untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial.

c. Untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.

E. Busur Lingual (Lingual Arch/Mainwire)


Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior

berfungsi untuk : 1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.

2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary

3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs

4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut (Moyers,1988).

4. Tujuan perawatan ortho

Tujuan perawatan orthodonti adalah memperbaiki letak gigi dan rahang

yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi dan estetik geligi yang baik

maupun wajah yang menyenangkan dan dengan hasil ini akan meningkatkan

kesehatan psikososial seseorang. Hasil perawatan orthodonti yang kurang baik

akan berakibat sebaliknya. Hal ini dapat terjadi apabila timbul ketidak sesuaian

antara kasus yang dirawat dengan perencanaan perawatan, pemilihan piranti yang

digunakan,, serta kemampuan dokter gigi yang melakukan perawatan. Kasus yang

sederhana dapat dirawat dengan peranti yang sederhana oleh dokter gigi umum

sedangkan kasus-kasus yang sukar menjadi tanggung jjawab spesialis orthodonti.

Tugas dokter gigi umum adalah memonitor dan menatalaksana perkembangan

oklusi berbekal pengetahuan orhodonti yang cukup sehingga dapat mengitervensi

suatu maloklusi atau merujuk ke seorang spesialis ortodonti bila kasus yang

dihadapi membutuhkan perawatan yang kompleks (Maulindha, 2015).

5. Perawatan orthodonti yang tepat pada kasus skenario

Ekspansi dengan Plat aktif lepasan

Dalam melakukan perawatan ortodontik sering sekali diperlukan

penambahan ruang untuk mengatur gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah


perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam lengkung yang baik. Alat ekspansi yang

menghasilkan gerakan ortodontik , misalnya : plat ekspansi

Plat Ekspansi

Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan

pada kasus gigi depan berjejal yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur

gigi-gigi tersebut diperoleh dengan menambah perimeter lengkung gigi

menggunakan plat ekspansi. Pada pasien dewasa, pelebaran yang dihasilkan

merupakan gerakan ortodontik, yaitu hanya melebarkan lengkung gigi dengan

cara tipping, merubah inklinasi gigi.

Elemen-elemen plat ekspansi Plat ekspansi terdiri dari :

1. Plat dasar akrilik

2. Klamer yang mempunyai daya retensi tinggi, misalnya Adam’s clasp atau

Arrowhead clasp. 3. Elemen ekspansif, dapat berupa sekrup ekspansi maupun

coffin spring

4. Busur labial ( labial arch )

5. Kadang dilengkapi juga dengan spur, tie-bar dan pir-pir penolong ( auxilliary

spring).

Ekspansi arah lateral secara paralel, simetris

Plat ekspansi ini paling banyak digunakan, mempunyai bentuk sederhana

tapi kuat dan hasil memuaskan. Fungsi pokok adalah melebarkan lengkung gigi ke

arah lateral secara paralel, jadi disini gerakannya secara resiprokal. Gerakan

prosesus alveolaris dalam mengikuti gerakan plat dapat dicapai dengan cepat tapi

penguatan jaringan sekitar gigi berjalan lebih lambat.


Selain berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi, alat ini dapat digunakan untuk

meretrusi atau meretraksi gigi-gigi insisivi yang protrusif..Untuk keperluan ini

plat ekspansi dilengkapi dengan busur labial.

Cara kerja alat

Pemutaran sekrup ekspansi dilakukan di dalam mulut. Pada waktu alat

diaktifkan dengan memutar sekrup ekspansi, kedua ujung busur labial akan

melebar mengikuti gerakan plat, sehingga busur labial akan menjadi tegang dan

menekan gigi-gigi insisivi yang protrusi. Plat akrilik di sebelah palatinal gigi-gigi

tersebut dikurangi, dan tekanan dari kawat busur labial akan meretrusi atau

retraksi gigi-gigi insisivi.

Jika gerakan retrusi gigi-gigi insisivi belum memungkinkan misalnya

ruangan belum cukup, maka tekanan busur labial terhadap gigi harus dihindari

dengan jalan melebarkan U-loop. Setelah alat diaktifkan beberapa kali dan

ruangan yang diperlukan sudah cukup, busur labial diaktifkan dengan cara

memperkecil atau mempersempit U-loop dan plat akrilik di sebelah palatinal gigi

insisive dikurangi (Iyyer,2005).

6. Dalam ilmu orthodontik apa yang dimkasud dengan protusif anterior

RA+RB
Bimaksiler protrusi merupakan salah satu maloklusi yang mempengaruhi

penampilan seseorang. Karakteristik malposisi ini ditandai dengan gigi-gigi

insisivus atas dan bawah protrusi serta profil yang cembung (Bills dkk., 2005).
PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA

Bills DA, Handelman CS, BeGole EA. Bimaxillary dentoalveolar protrusion:


traits and orthodontic correction. Angle Orthod. 2005; 75: 333-9.

Dewiyanti, E., & Mardiati, E. (2019). Perawatan impaksi gigi kaninus dan gigitan
bersilang anterior menggunakan teknik open window dan piggyback
pada alat ortodonti straight wire Treatment of canine impaction and
crossbite anterior using the open window and piggyback techniques on
straight wire orthodontic appliance. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, 31(1), 28-36.
Graber, T. M., 1962, Orthodontics Principles and Practice, W. B. Saunders Co.,
Philadelphia, pp.192-5
Iyyer BS. Orthodontics. The art and science. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing
House; 2005. H. 271- 376.
Lesmana, M., 2003, Kebiasaan Oral sebagai Problema Ortodontik, JITEKGI, 1:
15-21
Maulindha, W. T. 2015 Perbandingan Lepasan Ion Nikel Kawat Niti Non Coated
Dan Niti Coated Pada Perendaman Di Dalam Minuman Berkarbonasi
Dan Saliva Artifisial.
Moyers, R.E., Handbook Of Ortodontics, 4th.Ed. Year Book Medical Publisher,
Inc., Chicago, London, Boca Raton,1988.
Moyers, R. E., 1969, Hand Book of Orthodontics, 2nd ed., Year Book Medical
Publishers Inc., Chicago, pp.127-59
Rahardjo P. Ortodonti Dasar, Airlangga University Press: Surabaya, 2009: 2-4,
198-202

RESUME JURNAL
KEMAJUAN PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN SKRUP

EKSPANSI RAHANG ATAS PADA CROWDING RINGAN

Crowding merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya maloklusi.

Crowding dapat juga diartikan yakni dimana gigi-gigi terlalu berdekatan satu

dengan yang lainnya dan terjadi malposisi seperti overlapping, perpindahan

tempat, atau rotasi. Hal tersebut bisa saja terjadi karena ukuran lengkung rahang

lebih kecil daripada ukuran mesio-distal gigi, sehingga menyebabkan gigi tersebut

kekurangan tempat dan bergeser keluar dari garis lengkung rahang yang

seharusnya. Crowding dibagi atas 3 kategori, yaitu crowding ringan (mild

crowding), crowding sedang (moderate crowding), dan crowding berat (severe

crowding).

Alat-alat yang dipakai dalam perawatan ortodonti ini dibagi menjadi dua

macam, yaitu alat cekat dan alat lepasan. Alat ortodonti lepasan lebih banyak

dipakai di Indonesia karena konstruksinya yang sederhana, mudah dibuat,

harganya terjangkau dan hasilnya cukup memuaskan khususnya pada perawatan

yang sederhana/ kasus maloklusi ringan. Selain itu, waktu bekerja dalam mulut

pasien lebih singkat, hanya dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah. Proses

selanjutnya dikerjakan dalam laboratorium sampai alat ortodonti tersebut siap

diinsersikan dalam mulut pasien.

Alat ortodonti lepasan terdiri dari tiga komponen, yaitu pelat dasar,

komponen retensi dan komponen aktif. Salah satu alat yang termasuk dalam

komponen aktif adalah sekrup ekspansi. Sekrup ekspansi adalah salah satu
perawatan ortodonti yang dilakukan untuk memperoleh ruang tanpa melakukan

ekstraksi gigi. ekspansi dibagi menjadi dua yaitu ekspansi lengkung gigi (ekspansi

dental) dan ekspansi lengkung rahang (ekspansi skeletal). Ekspansi lengkung gigi

merupakan ekspansi ortodonti dilakukan untuk perawatan gigi yang mengalami

crowding. Ekspansi ortodonti dapat dilakukan dalam arah transversal, sagital dan

kombinasi keduanya. Ekspansi lengkung rahang merupakan ekspansi ortopedik

dilakukan untuk perawatan gigi yang mengalami crowding akibat defisiensi

maksila. Ekspansi ortopedik hanya dapat dilakukan dalam arah transversal/lateral

dengan cara membuka sutura media palatina, salah satu alat yang sering dipakai

adalah Rapid Palatal Expansion (RPE). Ekspansi lengkung gigi ini hanya dapat

dilakukan bila ukuran dari lebar lengkung rahang lebih besar daripada lebar

lengkung gigi yang diukur pada analisis Howes.

Pada laporan penelitian ini, peneliti mengambil sampel melalui pasien

dengan kondisi maloklusi ringan dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi

seperti pasien akan dirawat dengan ekspansi transversal/lateral pada otho lepasan,

klasifikasi pasien di maloklusi klas 1 Angle, dengan kondisi overjet normal (1-

3mm) , overjet sedang (2-5mm), gigi permanen telah erupsi semua, dan tidak ada

gigi yang hilang serta pasien dengan tidak adannya kondisi crossbite anterior

maupun posterior.

Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti, mendapatkan result : jumlah

aktivasi sekrup ekspansi transversal/lateral memberikan pengaruh yang bermakna

terhadap pertambahan lebar lengkung gigi dan jarak gigi 14-24 . Ekspansi

ortodonti ke arah lateral menyebabkan perubahan pada lebar lengkung gigi (LLG)
yang didapat dengan mengukur pertambahan jarak antara puncak bonjol bukal

gigi 14-24, yang dilakukan pada analisis Howes. Ekspansi transversal/lateral juga

menyebabkan bertambahnya jarak sentral fossa gigi 14-24 dan gigi 16-26 yang

diukur pada analisis Pont. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu

referensi, yang mengungkapkan bahwa pada ekspansi transversal / lateral gigi

diberikan tekanan sehingga mahkota gigi posterior mengalami tipping ke lateral

dan akan terjadi ruang antar gigi.

Menurut salah satu referensi yakni Isaacson, pergerakan tipping adalah

pergerakan mahkota gigi akibat gaya yang diaplikasikan pada satu titik di

mahkota gigi sehingga gigi bergerak sesuai dengan titik fulkrumnya. Apabila gaya

diaplikasikan pada dua titik di mahkota gigi, maka akan terjadi translasi atau

bodily movement. Pusat rotasi atau titik fulkrum gigi biasanya berada pada 40%

panjang akar yang diukur dari apeks gigi berakar tunggal. Titik fulkrum pada gigi

berakar jamak 1-2mm ke apikal dari furkasi. Hal ini berarti bahwa ketika mahkota

gigi bergerak pada satu arah, apeks gigi akan bergerak pada arah yang berlawanan

dengan pergerakan mahkota. Tipping pada gigi posterior ini terjadi akibat gaya

minimum yang diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi. Gaya minimum

adalah gaya paling kecil yang dibutuhkan untuk menggerakan gigi dan dapat

dihasilkan oleh alat ortodonti lepasan.

Pergerakan tipping ini dapat dilakukan apabila gigi permanen telah erupsi

sempurna, yang dicapai pada usia 11-12 tahun. Perawatan ini lebih efektif

dilakukan pada usia muda, karena tipping membutuhkan resorpsi dan

pembentukan tulang alveolar. Pasien berusia dibawah 21 tahun, proses


pembentukan sel osteoblas dan osteoklas berlangsung lebih aktif. Perawatan ini

dilakukan pada usia 12-20 tahun akan didapatkan kemajuan perawatan yang

optimal, sedangkan pada pasien berusia 21-40 tahun, proses pembentukan sel- sel

osteoklas dan osteoblas berlangsung lebih lambat dibandingkan usia yang lebih

muda. Pasien berusia lebih dari 40 tahun, sel osteoklas lebih aktif sehingga tidak

dianjurkan untuk dilakukan perawatan ortodonti.

Komponen aktif pada alat ortodonti lepasan yang dipakai untuk

memperbesar lengkung gigi salah satunya adalah sekrup ekspansi transversal/

lateral. Sekrup ekspansi dapat memperlebar lengkung gigi sebesar 0,2mm setiap

1⁄4 putaran. Sekrup ini dapat diaktivasi sebanyak 1-2 kali per minggu. Hasil

penelitian yang didapat menunjukkan bahwa jumlah aktivasi memberikan

pengaruh yang bermakna pada selisih jarak gigi 14-24 sedangkan interval hari

tidak memberikan pengaruh yang bermakna. Jumlah aktivasi sekrup ekspansi

transversal/lateral yang semakin banyak menyebabkan jarak gigi 14-24 semakin

besar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah aktivasi tidak

memberikan pengaruh yang bermakna pada selisih jarak gigi 16-26, sedangkan

interval hari aktivasi memberikan pengaruh yang bermakna. Hal ini berarti

semakin pendek jarak tiap aktivasi sekrup ekspansi transversal/ lateral, maka jarak

gigi 16-26 semakin besar. Gigi molar memiliki ukuran yang lebih besar daripada

premolar, sehingga membutuhkan gaya yang lebih besar untuk menggerakkan gigi

tersebut. Hal ini sesuai dengan teori dari Graber yang menyatakan bahwa gaya

ringan yang diaplikasikan pada gigi secara terus-menerus akan menghasilkan gaya

yang lebih besar untuk menggerakkan gigi dalam waktu yang singkat.

Anda mungkin juga menyukai