1. Etiologi Maloklusi
kebiasaan buruk, dan malfungsi, postur tubuh, dan trauma, sedangkan kelainan
jumlah, bentuk dan ukuran gigi, premature loss, prolonged retention dan karies
waktu lama
1. Klas I
lengkung gigi semacam ini biasa disebut juga dengan istilah nektroklusi.
2. Klas II
Lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari
relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar.
insisivi atas.
inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang
bertambah.
Tumpang gigit bertambah. Dapa juga keempat insisivi atas retroklinasi dan
3. Klas III
mesialdaripada lengkung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama
pada hal maloklusi juga bisa terjadi dalam jurusan transversal dan vertikal.
yang dental maupun yang skeletal. Kelainan dalam jurusan vertikal bisa
b. Klamer/cangkolan/Clasp
anterior sehingga cukup luas daerah palatinal yang bebas agar tidak menggangu
perlu di pertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3mm), di daerah sulcus
daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah, didaerah ini
ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak lurus turun ke bawah,
ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi plat tidak menjadi terlalu tipis dan
B. Klamer/Clasp
pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian
d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik. Klamer
dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan
yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal
yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat .
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai
Macam-macam spring :
yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi dan estetik geligi yang baik
maupun wajah yang menyenangkan dan dengan hasil ini akan meningkatkan
akan berakibat sebaliknya. Hal ini dapat terjadi apabila timbul ketidak sesuaian
antara kasus yang dirawat dengan perencanaan perawatan, pemilihan piranti yang
digunakan,, serta kemampuan dokter gigi yang melakukan perawatan. Kasus yang
sederhana dapat dirawat dengan peranti yang sederhana oleh dokter gigi umum
suatu maloklusi atau merujuk ke seorang spesialis ortodonti bila kasus yang
Plat Ekspansi
pada kasus gigi depan berjejal yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur
2. Klamer yang mempunyai daya retensi tinggi, misalnya Adam’s clasp atau
coffin spring
5. Kadang dilengkapi juga dengan spur, tie-bar dan pir-pir penolong ( auxilliary
spring).
tapi kuat dan hasil memuaskan. Fungsi pokok adalah melebarkan lengkung gigi ke
arah lateral secara paralel, jadi disini gerakannya secara resiprokal. Gerakan
prosesus alveolaris dalam mengikuti gerakan plat dapat dicapai dengan cepat tapi
diaktifkan dengan memutar sekrup ekspansi, kedua ujung busur labial akan
melebar mengikuti gerakan plat, sehingga busur labial akan menjadi tegang dan
menekan gigi-gigi insisivi yang protrusi. Plat akrilik di sebelah palatinal gigi-gigi
tersebut dikurangi, dan tekanan dari kawat busur labial akan meretrusi atau
ruangan belum cukup, maka tekanan busur labial terhadap gigi harus dihindari
dengan jalan melebarkan U-loop. Setelah alat diaktifkan beberapa kali dan
ruangan yang diperlukan sudah cukup, busur labial diaktifkan dengan cara
memperkecil atau mempersempit U-loop dan plat akrilik di sebelah palatinal gigi
RA+RB
Bimaksiler protrusi merupakan salah satu maloklusi yang mempengaruhi
insisivus atas dan bawah protrusi serta profil yang cembung (Bills dkk., 2005).
PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA
Dewiyanti, E., & Mardiati, E. (2019). Perawatan impaksi gigi kaninus dan gigitan
bersilang anterior menggunakan teknik open window dan piggyback
pada alat ortodonti straight wire Treatment of canine impaction and
crossbite anterior using the open window and piggyback techniques on
straight wire orthodontic appliance. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, 31(1), 28-36.
Graber, T. M., 1962, Orthodontics Principles and Practice, W. B. Saunders Co.,
Philadelphia, pp.192-5
Iyyer BS. Orthodontics. The art and science. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing
House; 2005. H. 271- 376.
Lesmana, M., 2003, Kebiasaan Oral sebagai Problema Ortodontik, JITEKGI, 1:
15-21
Maulindha, W. T. 2015 Perbandingan Lepasan Ion Nikel Kawat Niti Non Coated
Dan Niti Coated Pada Perendaman Di Dalam Minuman Berkarbonasi
Dan Saliva Artifisial.
Moyers, R.E., Handbook Of Ortodontics, 4th.Ed. Year Book Medical Publisher,
Inc., Chicago, London, Boca Raton,1988.
Moyers, R. E., 1969, Hand Book of Orthodontics, 2nd ed., Year Book Medical
Publishers Inc., Chicago, pp.127-59
Rahardjo P. Ortodonti Dasar, Airlangga University Press: Surabaya, 2009: 2-4,
198-202
RESUME JURNAL
KEMAJUAN PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN SKRUP
Crowding dapat juga diartikan yakni dimana gigi-gigi terlalu berdekatan satu
tempat, atau rotasi. Hal tersebut bisa saja terjadi karena ukuran lengkung rahang
lebih kecil daripada ukuran mesio-distal gigi, sehingga menyebabkan gigi tersebut
kekurangan tempat dan bergeser keluar dari garis lengkung rahang yang
crowding).
Alat-alat yang dipakai dalam perawatan ortodonti ini dibagi menjadi dua
macam, yaitu alat cekat dan alat lepasan. Alat ortodonti lepasan lebih banyak
yang sederhana/ kasus maloklusi ringan. Selain itu, waktu bekerja dalam mulut
pasien lebih singkat, hanya dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah. Proses
Alat ortodonti lepasan terdiri dari tiga komponen, yaitu pelat dasar,
komponen retensi dan komponen aktif. Salah satu alat yang termasuk dalam
komponen aktif adalah sekrup ekspansi. Sekrup ekspansi adalah salah satu
perawatan ortodonti yang dilakukan untuk memperoleh ruang tanpa melakukan
ekstraksi gigi. ekspansi dibagi menjadi dua yaitu ekspansi lengkung gigi (ekspansi
dental) dan ekspansi lengkung rahang (ekspansi skeletal). Ekspansi lengkung gigi
crowding. Ekspansi ortodonti dapat dilakukan dalam arah transversal, sagital dan
dengan cara membuka sutura media palatina, salah satu alat yang sering dipakai
adalah Rapid Palatal Expansion (RPE). Ekspansi lengkung gigi ini hanya dapat
dilakukan bila ukuran dari lebar lengkung rahang lebih besar daripada lebar
dengan kondisi maloklusi ringan dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi
seperti pasien akan dirawat dengan ekspansi transversal/lateral pada otho lepasan,
klasifikasi pasien di maloklusi klas 1 Angle, dengan kondisi overjet normal (1-
3mm) , overjet sedang (2-5mm), gigi permanen telah erupsi semua, dan tidak ada
gigi yang hilang serta pasien dengan tidak adannya kondisi crossbite anterior
maupun posterior.
terhadap pertambahan lebar lengkung gigi dan jarak gigi 14-24 . Ekspansi
ortodonti ke arah lateral menyebabkan perubahan pada lebar lengkung gigi (LLG)
yang didapat dengan mengukur pertambahan jarak antara puncak bonjol bukal
gigi 14-24, yang dilakukan pada analisis Howes. Ekspansi transversal/lateral juga
menyebabkan bertambahnya jarak sentral fossa gigi 14-24 dan gigi 16-26 yang
diukur pada analisis Pont. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu
pergerakan mahkota gigi akibat gaya yang diaplikasikan pada satu titik di
mahkota gigi sehingga gigi bergerak sesuai dengan titik fulkrumnya. Apabila gaya
diaplikasikan pada dua titik di mahkota gigi, maka akan terjadi translasi atau
bodily movement. Pusat rotasi atau titik fulkrum gigi biasanya berada pada 40%
panjang akar yang diukur dari apeks gigi berakar tunggal. Titik fulkrum pada gigi
berakar jamak 1-2mm ke apikal dari furkasi. Hal ini berarti bahwa ketika mahkota
gigi bergerak pada satu arah, apeks gigi akan bergerak pada arah yang berlawanan
dengan pergerakan mahkota. Tipping pada gigi posterior ini terjadi akibat gaya
minimum yang diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi. Gaya minimum
adalah gaya paling kecil yang dibutuhkan untuk menggerakan gigi dan dapat
Pergerakan tipping ini dapat dilakukan apabila gigi permanen telah erupsi
sempurna, yang dicapai pada usia 11-12 tahun. Perawatan ini lebih efektif
dilakukan pada usia 12-20 tahun akan didapatkan kemajuan perawatan yang
optimal, sedangkan pada pasien berusia 21-40 tahun, proses pembentukan sel- sel
osteoklas dan osteoblas berlangsung lebih lambat dibandingkan usia yang lebih
muda. Pasien berusia lebih dari 40 tahun, sel osteoklas lebih aktif sehingga tidak
lateral. Sekrup ekspansi dapat memperlebar lengkung gigi sebesar 0,2mm setiap
1⁄4 putaran. Sekrup ini dapat diaktivasi sebanyak 1-2 kali per minggu. Hasil
pengaruh yang bermakna pada selisih jarak gigi 14-24 sedangkan interval hari
memberikan pengaruh yang bermakna pada selisih jarak gigi 16-26, sedangkan
interval hari aktivasi memberikan pengaruh yang bermakna. Hal ini berarti
semakin pendek jarak tiap aktivasi sekrup ekspansi transversal/ lateral, maka jarak
gigi 16-26 semakin besar. Gigi molar memiliki ukuran yang lebih besar daripada
premolar, sehingga membutuhkan gaya yang lebih besar untuk menggerakkan gigi
tersebut. Hal ini sesuai dengan teori dari Graber yang menyatakan bahwa gaya
ringan yang diaplikasikan pada gigi secara terus-menerus akan menghasilkan gaya
yang lebih besar untuk menggerakkan gigi dalam waktu yang singkat.