Anda di halaman 1dari 8

PENGKAJIAN CAP BERESIKO KECELAKAAN KERJA DI PABRIK

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawaratan Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Disusun oleh :

Sitti Latifah Faradiba Suaidy 1710711003


Afifah Jihan Ramadhan 1710711014
M. Panji Asmoro 1710711015
Nenden Purwaningsih 1710711017
Afifah Arum Meylany 1710711022
Anisa Nurhazyima 1710711025
Aldin Aditya Fareza 1710711075

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019/2020
Model Pengkajian Community As Partner

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri (1) inti komunitas (the community core),
(2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini
lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.

Tujuan Pengkajian CAP

            Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah


kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya.

1.      Data inti

a) Demografi

Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun perempuan. Data
diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah
kunjungan pasien yang berobat.

b) Statistik vital

Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian balita.
Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari
Puskesmas atau Kelurahan.

c) Karakteristik penduduk

Variabel karakteristik penduduk meliputi :

-   Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat mengobservasi ketika
ada program posyandu.

- Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan karena
anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak
pun akan terhambat atau sulit untuk berkembang.
-  Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan tidak memberikan
tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.

-  Perilaku :  seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi penyebab anak
mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang
mampu dalam hal ekonomi.

2. Sub sistem

a) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap penurunan daya
tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin mendapatkan
makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi
salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.

b)  Sistem kesehatan

Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki
1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan
sekali, namun untuk ketersedian posbindu belum ada.

c) Ekonomi

Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang berpenghasilan
bervariasi untuk setiap keluarga.

d) Keamanan dan transportasi

Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk dimaanfaatkan
oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan
layanan kesehatan.

Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan
dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.

e) Kebijakan dan pemerintahan


Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan,
kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi
masyarakat dalam

f) Komunikasi

Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya
komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan
terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita
yang sakit.

g) Pendidikan

Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang pengertian
tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara
perawatan ,serta cara mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan
tidak sekolah.

h) Rekreasi

Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi atau
kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.

      3. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh, mungkin
dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan
kesehatan mengenai suatu penyakit
TINJAUAN KASUS

Hasil pengkajian di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa penjualan
kayu yang dibagi menjadi Head Office dan pabrik. Data dari Head Office didapatkan data :
65.3% karyawan mengalami nyeri punggung dan lutut, 23.1% sering mengalami nyeri pada bahu
dan leher. Karyawan mengatakan tidak pernah berolahraga, karena jam kerja yang padat,
weekend digunakan untuk bersantai di rumah. Seluruh karyawan duduk 7 jam/hari dan bekerja di
depan laptop atau komputer. Tinggi kursi dan meja tidak ergonomis, bahkan beberapa karyawan
letak komputer berada di bawah meja yang dibatasi dengan kaca. Kepala perusahaan mengatakan
seluruh karyawannya disiapkan makan siang dan coffe break agar karyawan tidak perlu keluar
untuk membeli makan sehingga produktivikas karyawan tetap terjaga. Makan siang yang
disiapkan rata – rata mengandung tinggi lemak, bersantan, pasta, dan dessert yang manis. Bagian
personalia mengatakan karyawan yang berusia 40an sudah mengalami penurunan produktivitas,
ketidakhadiran karyawan meningkat karena sakit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan 76.1%
karyawan mengalami obesitas. Karyawan mengatakan tidak ada bagian yang membina kesehatan
karyawan.

Karyawan yang berada di bagian pabrik bertugas memotong kayu dan packaging.
Berdasarkan hasil observasi : banyak karyawan yang tidak menggunakan kacamata, masker, dan
penutup telinga saat memotong kayu atau besi. Karyawan mengatakan tidak nyaman
menggunakan APD. SOP kerja yang telah dibuat banyak dilanggar oleh karyawan, karena
menganggap menggunakan APD memperlambat kerja mereka. Hasil wawancara dengan
personalia mengatakan karyawan bagian pabrik sering sering tidak masuk karena sakit, sebagian
besar mengalami gangguan pernafasan, beberapa karyawan pernah mengalami luka di kaki
karena kejatuhan benda tajam, dan karyawan tersebut tidak menggunakan sepatu yang
berstandar.

PENGKAJIAN CAP

A. Data Inti
1. Sejarah
Perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa penjualan kayu telah berdiri sejak
tahun 2009. Awal mula terbentuknya perusahaan ini berasal dari inisiatif pemilik
perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya manusia yang muncul ketika
melihat banyak warga pemukiman sekitar pabrik yang tidak bekerja. Oleh karena
itu, pabrik pemotongan kayu dan packaging ini terletak di daerah pemukiman
desa. Alat dan mesin yang berada di pabrik dan Head Office sudah terlihat tua,
karena alat dan mesin tersebut belum diganti atau diperbarui sejak perusahaan ini
berdiri.
2. Demografi
Dari hasil pengkajian di perusahaan mendapatkan data bahwa 95% karyawan
yang bekerja di pabrik adalah laki – laki dengan rata – rata berusia diatas 30
tahun. Sedangkan untuk yang bekerja di Head Office 75% adalah laki – laki dan
15% adalah perempuan, dengan rata – rata berusia 30 – 40 tahun. Selanjutnya
presentase paling banyak untuk ketidakhadiran berasal dari karyawan yang
berusia 40an karena sakit.
3. Etnis
Mayoritas karyawan pabrik merupakan penduduk yang berada di sekitar
lingkungan pabrik.
4. Nilai dan Keyakinan
Mayoritas karyawan adalah beragama islam
5. Data Statistik
a. Angka Penyakit
1) 65.3% karyawan di Head Office mengalami nyeri punggung dan
lutut
2) 23.1% karyawan di Head Office mengalami nyeri pada bahu dan
leher
3) 76,1% karyawan di Head Office mengalami Obesitas
4) 40% karyawan di Head Office mengalami DM
5) 35% karyawan di Head Office mengalami Kolestrol
6) 45% karyawan di Pabrik mengalami Gangguan Pernafasan
7) 30% karyawan di Pabrik mengalami Kecelakaan Kerja (Kejatuhan
benda tajam)
b. Status Agama
Karyawan di perusahaan mayoritas 90% beragama islam
c. Jenis Pekerjaan
 Head Office bekerja di bagian pemasaran dan penjualanan kayu
 Pabrik bekerja di bagian pemotongan dan packaging kayu
6. Karakteristik
a. Fisik
1) Karyawan di Head Office cenderung bertubuh gemuk
2) Karyawan di Head Office sering mengeluh sakit punggung, lutut,
bahu, dan leher
3) Karyawan di Head Office sering mengeluh pusing atau sakit kepala
b. Psikologis
1) Karyawan Head Office merasa sedih, karena aktivitas terbatas dan
pasrah
2) Karyawan Pabrik sering merasa cemas, karena penempatan kayu
mentahan yang cukup tinggi sehingga beresiko untuk jatuh
c. Sosial
1) Jarang mengecek dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
2) Fasilitas pelayanan kesehatan di pabrik tidak memadai
3) Jarak tempuh menuju pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang
lengkap jauh
4) Kurangnya pengetahuan mereka mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
d. Perilaku
1) Karyawan tidak pernah berolahraga
2) Perusahaan tidak pernah menghimbau karyawannya untuk
melakukan peregangan
3) Perusahaan menghimbau karyawan tidak perlu keluar untuk membeli
makan saat istirahat
4) Perusahaan selalu menyiapkan makan siang yang mengandung tinggi
lemak, bersantan, pasta, dan dessert yang manis
5) Perusahaan tidak melakukan pengawasan karyawannya yang bekerja
di pabrik menggunakan APD
6) Perusahaan tidak melakukan pengadaan pemeriksaan kesehatan
setiap bulan

B. Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Pabrik terletak di daerah pemukiman. Walaupun jaraknya tidak terlalu dekat
dengan rumah rumah warga, serpihan serpihan kayu hasil produksi bisa terbang
sampai ke rumah warga. Pabrik belum memiliki system pembuangan limbah yang
baik, limbah cair di buang ke sungai di samping pabrik. Lingkungan pabrik
berdebu, kotor, dan banyak sekali serpihan kayu yang beterbangan.

2. Pelayanan Kesehatan Sosial


Jarak tempuh dari pabrik menuju rumah sakit dengan pelayanan kesehatan yang
lengkap cukup jauh yaitu sejauh 10 km, hanya ada puskesmas terdekat dengan
fasilitas minim dengan jarak 3 km dari pabrik.

3. Ekonomi
Gaji karyawan di pabrik berkisar Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 perbulannya,
sedangkan gaji karyawan di head office berkisar Rp. 3.000.000 – 5.000.000
perbulannya.

4. Transportasi & Keamanan


Karyawan mengatakan jarak rumah ke pabrik lumayan jauh, sehingga karyawan
sudah capek diperjalanan.
Variabel keamanan meliputi tinggi kursi dan meja tidak ergonomis, bahkan
beberapa karyawan letak komputer berada di bawah meja yang dibatasi dengan
kaca.
5. Politik & Pemerintahan
Kurangnya kebijakan pemerintah tentang peraturan tata bangunan dan lingkungan
maupun kesehatan, karyawan mengatakan tidak ada bagian yang membina
kesehatan karyawan.

6. Komunikasi
Komunikasi dalam pabrik tersebut kurang, banyak karyawan yang melanggar
SOP dan tidak adanya peringatan dari pimpinan.

7. Pendidikan
70% pekerja memilih untuk tidak melanjutkan SMA, serta kurang nya
pengetahuan pekerja tentang kesehatan keselamatan kerja.

8. Rekreasi
Karyawan tidak pernah berekreasi kemana-mana, karyawan pun mengatakan
tidak pernah berolahraga, karena jam kerja yang padat, weekend hanya digunakan
untuk bersantai di rumah.

C. Persepsi
1. Karyawan
Karyawan mengatakan tidak nyaman menggunakan APD, karena menganggap
menggunakan APD memperlambat kerja mereka.

2. Perawat
 Tinggi kursi dan meja tidak ergonomis menyebabkan banyak karyawan
mengalami nyeri punggung dan bahu serta lutut.
 Pelanggaran SOP dalam penggunaan APD oleh karyawan menyebabkan
banyak karyawan yang sakit, seperti sakit pernafasan, luka di kaki.
 Makan siang yang disiapkan rata – rata mengandung tinggi lemak, bersantan,
pasta, dan dessert yang manis sehingga menyebabkan beberapa karyawan
mengalami obesitas.

Anda mungkin juga menyukai