Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA
QBL 3 TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PENGAMPU :
Ns.. Ritanti, M.Kep, Sp.Kep.Kom

DISUSUN OLEH :
Norma Amalia (1710711057)
Lilis Mulyani (1710711073)
Ummi Nurahmah (1710711111)
Niasa Lora Rimar (1710711130)
Kelas Tutor Keluarga B

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Keperawatan Keluarga” yang di susun oleh team S1 Keperawatan 2017 Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ritanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom sebagai
dosen Keperawatan keluarga di S1 Keperawatan.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan profesi ilmu keperawatan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.

Jakarta, 11 Februari 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
1. Trend Dan Issue Keperawatan Keluarga........................................ 5
a. Definisi Trend dan Issue .................................................... 5
Trend dalam keperawatan keluarga ................................... 5
1) Global ........................................................................... 5
2) Perubahan Bidang Profeesi Keperawatan .................... 6
3) Dampak Perubahan ...................................................... 7
b. Issue Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga .................... 8
1) Issue Praktik ................................................................. 8
2) Issue Pendidikan .......................................................... 11
3) Issue Penelitian............................................................. 12
4) Issue Kebijakan ............................................................ 13
c. Peran Perawat Dalam Menyikapi Trend Dan Issue ........... 13
d. Keluarga Focus Sentral Dari Keperawatan ........................ 14
2. Program Pembangunan Kesehatan Keluarga ................................. 16
a. Pengertian Pembangunan Kesehatan ................................. 16
b. Tujuan Pembangunan Kesehatan ....................................... 16
c. Program Pokok Pembangunan Kesehatan ......................... 17
d. Kebijakan dan strategi Pembangunan Kesehatan .............. 20

iii
3. Home Care
a. Definisi Home Care .................................................................. 21
b. Tujuan Home Care ................................................................... 22
c. Prinsip Home Care ................................................................... 22
d. Bentuk-bentuk Layanan Home Care ........................................ 23
e. Aspek Legal Etik Home Care ................................................... 26
f. Kebijakan Dalam Home Care ................................................... 28
g. Kepercayaan dan Budaya Dalam Home Care .......................... 29
h. Pro dan kontra Home Care ....................................................... 30
i. Standar Praktik keperawatan Home Care ................................. 32
j. Peran Fungsi Perawat Home Care ............................................ 35
k. Standar Alat Home Care ........................................................... 35
l. Pendekatan Interdisiplin Home Care ........................................ 36
m. Perkembangan Home Care di Indonesia .................................. 38
4. Program Pembangunan Kesehatan Keluarga ................................. 39
a. Pengertian dan Pembngunan Kesehatan ................................... 40
b. Tujuan pembangunan Kesehatan .............................................. 40
c. Program Pokok Pembangunan Kesehatan ................................ 40
d. Tantangan Pembangunan Kesehatan ........................................ 43
e. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan .................... 44
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................... 46
B. Saran .............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan tren holistic dalam keperawatan yang ditujukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan
meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat
dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama. (Friedman, 1998)
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga
individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari
identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing
anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan
masyarakat. Tujuan Keperawatan Keluarga dari WHO di Eropa yang
merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah promoting dan
protecting people health merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi

1
care melalui tindakan preventif dan mengurangi kejadian dan penderitaan
akibat penyakit.
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi
dan tugas kesehatan, Friedman menyatakan bahwa keluarga dharapkan
mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi
afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.
Perawatan kesehatan keluara adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada
dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah
satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta
menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan
Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui
pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan
keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

2
bermutu secara adil dan merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang
kuat,hal ini lebih tepat tergambar sebagai tujuan pembangunan kesehatan.
Gambaran masyarakat di masa depan tersebut dapat dicapai dengan landasan
visi, “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” dalam mencapai
INDONESIA SEHAT 2010. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang
diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mecegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan
upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah
program pencegahan dan pemberantasan penyakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek legal dan etik serta isu-isu legal dalam home care
keluarga ?
2. Bagaimana perizinan dan akreditasi dalam home care keluarga ?
3. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia ?
4. Bagaimana kepercayaan dan budaya dalam home care ?
5. Bagaimana tujuan dan prinsip home care ?
6. Bagaimana bentuk pelayanan home care ?
7. Bagaimana standar praktik pelayanan home care ?
8. Bagaimana peran dan fungsi perawat home care ?
9. Bagaimana perkembangan home care di Indonesia ?
10. Bagaimana program pokok pembangunan kesehatan ?
11. Bagaimana tantangan program pembangunan kesehatan ?
12. Bagaimana kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan ?

3
C. Tujuan
1. Menjelaskan aspek legal dan etik serta isu-isu legal dalam home care
2. Menjelaskan perizinan dan akreditasi dalam home care
3. Menjelaskan kebijakan home care di Indonesia
4. Menjelaskan kepercayaan dan budaya dalam home care
5. Menjelaskan tujuan dan prinsip home care ?
6. Menjelaskan bentuk pelayanan home care ?
7. Menjelaskan standar praktik pelayanan home care ?
8. Menjelaskan peran dan fungsi perawat home care ?
9. Menjelaskan perkembangan home care di Indonesia ?
10. Menjelaskan program pokok pembangunan kesehatan ?
11. Menjelaskan tantangan program pembangunan kesehatan ?
12. Menjelaskan kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA

A. Definisi Trend Dan Issue


Trend adalah sesuatu yang sedang booming, aktual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga.

B. Beberapa Trend dalam Keperawatan keluarga


1. Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin global sehingga penyebarannya semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan
yang ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang
mengutamakan kualitas pendidikan.

5
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi kementrian
kesehatan sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga
dan model keperwatan keluarga di rumah yang perlu disosialisasikan.
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
2. Perubahan Bidang Profesi Keperawatan
a. Perubahan ekonomi Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap
pengurangan berbagai anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga
berdampak terhadap orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari
lembaga sosial ke orientasi bisnis.
b. Kependudukan Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya
jumlah penduduk di Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup,
maka akan membawa dampak terhadap lingkup dari praktik keperawatan.
Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya lebih menekankan pada
pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan pada “hospital-based” ke
“comunity based”
c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan Era
kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di tuntut
untuk menguasai teknolgi komputer di daam melaksanakan MIS
(Manajemen Information System) baik di tatanan pelayanan maupun
pendidikan keperawatan
d. Tuntutan Profesi Keperawatan
Karakteristik Profesi yaitu:

6
1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetehuan (body of knowledge)
melalui penelitian
2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang
lain
3) Pendidikan yang memenuhi standar
4) Terdapat pengendalian terhadap praktik
5) Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan gabung
6) Merupakan karier seumur hidup
7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi
3. Dampak Perubahan
a. Praktik keperawatan
1) Pengurangan anggaran Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada
suatu dilema,di satu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan
kualitas layanan kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong alokasi
anggaran untuk pelayan keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan
menjadikan rumah sakit swadan dimana juga berdampak terhadap
kinerja perawat. Dalam melaksanakn tugasnya perawat sering jarang
mengadakan hubungan interpersonal yang baik karena mereka harus
melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu.
2) Otonomi dan akuntabilitas Dengan melibatkan perawat dalam
pengambilan suatu keputusan di pemerintahan, merupakan hal yang
sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat
indonesia. Peran serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di
pertahankan. Kemandirian perawat dalam melaksanakan perannya
sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi perawat
semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di persiapkan.
3) Teknologi Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK
dalam praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu
keharusan.

7
4) Tempat praktik Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi
pada tatanan klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di
rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES R.I.647/2000 tentang
registrasi dan praktik keperawatan).
5) Perbedaan batas kewenangan praktik 3 Belum jelasnya batas
kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan,
sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan
b. Tantangan Pendidikan Keperawatan Di masa depan pendidikan
keperawatan dihadapkan pada suatu tantangan dalam meningkatkan
kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensi-kompetensi
profesional. Isi kurikulum program pendidikan ke depan, juga harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
c. Tantangan Perubahan Iptek Riset keperawatan akan menjadi suatu
kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan oleh perawat di era global.
Meningkatnya kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-kajian
dan pembaharuan yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian.
(Kuntoro, 2010, hal. 149-150)

B. Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami terhadap
literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga,
8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:

1. Isu Praktik:
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan ini
jelas merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan,
meskipun kesenjangan ini lebih tinggi dikeperawatan keluarga.
Keperawatan yang berpusat pada keluarga juga masih dinyatakan ideal
dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan Leahey mengatakan

8
bahwa faktor terpenting yang menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara
perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan
kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi
tingkat 4 keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk
menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti
pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang lebih
besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian keluarga
yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat
dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan
sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan
menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit
diwujudkan.
b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk
di integrasikan dalam praktik. Dalam beberapa tahun ini, terjadi
restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-besaran, yang mencakup
perkembangan pesat sistem pengelolaan perawatan berupa sistem
pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level
sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk
kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih
cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me nyebabkan
peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam profesi
keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien
keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang
bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan
keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan
Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga
selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan dan strategi
penghematan waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan
keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini. 5

9
b. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada
keluarga. Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang
disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke
pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi
sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan
Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan
akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan
keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih
baik akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email
telah memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk
belajar mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan
konsumen telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri
mereka sebagai konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan
kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari
kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk
memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan
demi kepentingan mereka sendiri.
c. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya
beragam. Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian
dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan
isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang
memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya
keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya
(termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan
politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk
persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti
pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara 6 kita memandang sesuatu.
Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif

10
dengan keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten
secara budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.
d. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses
yang dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan
kesempatan baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta
program yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan
perawatan yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses
bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan
profesional. Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi
kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS
menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang
diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi
internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan internasional
memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di Jepang,
pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat
telah mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga disekolah
keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada
keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks Jepang. Menurut Sugishita
Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang
ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang.
Negara lain, seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko,
Skotlandia, dan Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang
kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi
dan belajar dari perawat dibeberapa negara ini.
2. Isu Pendidikan:
Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum keperawatan
keluarga dan bagaimana cara menyajikannya?
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah
keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan

11
keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan
muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program
keperawatan pascasarjana dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang
tepat diberikan untuk program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara
mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program
sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi,
terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada
keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota
keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut
dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan
tetapi, masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam
keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program
praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi).
Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan
klinis perlu dilakukan
3. Isu Penelitian:
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi
keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah
membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan
kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi
keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para perawat
penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan
bahwa 8 “tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis
dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian
keperawatan yang nyata terletak dibidang studi interveni. Menurut Knafl
dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi intervensi dalam
keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor
journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing
Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi

12
keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah
studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan
untuk mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain
itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian
besar penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang
terkait dengan keluarga (yang berfokus pada anggota keluarga),bukan
penelitian keluarga (yang berfokus pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit)
4. Isu kebijakan:
Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk
kebijakan yang memengaruhi keluarga. Hanson, dalam bahasanya mengenai
reformasi pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di
tiap level sistem politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan
beliau. Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat
lokal, negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga.
Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan
membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan regulasi
yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan
menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait
dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “
membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai
hak 9 mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta
lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.

C. Peran Perawat Dalam Menyikapi Trend Dan Isu

Dalam kemajuan teknolgi ini seorang perawat mempunyai peran yang


besar, baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Peran perawat
sebagi educator seperti memberikan informasi kepada klien mengenai tindakan
yang akan diberikan. Juga sebagai care giver dalam memberikan layanan

13
kesehatan menggunakan dan memanfaatkan teknologi telehealth guna
mempermudah dan meningkatlkan hasil kerja dalam memberikan layanan
asuhan keperawatan. sebagai change agent teknologi sebelumnya perawat
merupakan tenaga yang paling sering berhubungan dengan pasien oleh karena
itu setiap sistem teknologi yang baru maka perawat harus mempu mengusai dan
menerapkannya. Perawat saat ini harus mampu mencari informasi
terbaru mengenai dunia teknologi kesehatan agar tidak ketinggalan zaman.
Dengan mempelajarinya maka kita akan
mengetahui bagaimana cara mengoperasikan teknologi baru dan mampu
memanfaatkannya didunia kesehatan.

D. Keluarga focus sentral dari keperawatan


Minuchin, seorang ahli terapi keluarga ternama, membuat ringkasan dengan
begitu indah tentang peran ganda yang dimainkan oleh keluarga: Keluarga
merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari anggota-anggotanya, merasa
memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan
psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara
umum. Keluarga juga membentuk unit sosial yang paling kecil yang
mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-nilai dari suatu masyarakat dan
dengan demikian melestarikannya. Keluarga harus beradaptasi dengan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat sementara keluarga juga membantu
perkembangan dan pertumbuhan anggota sementara itu semua tetap menjaga
kontinuitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok
referensi dari individu.

(Friedman, 1998) Beberapa alasan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus
sentral dari perawatan :

1. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
keluarganya, bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek
perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-

14
strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji/menilai dan memberikan perawatan
kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota
kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) hingga tingkat
optimum.
2. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan
perawatan diri (self-care), pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta
upaya-upaya yang berarti yang dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh
pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat
kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung
mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
3. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-
individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan ke
dalam perencanaan tindakan bagi individu-individu (Friedman, 1998).

Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:

1. Level 1, keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan


fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji
dan diintervensi.
2. Level 2, keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya,
masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota
akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit
yang terpisah.
3. Level 3, fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem
dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang
berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan
perkawinan; dll.
4. Level 4, seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama
dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai
latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus

15
intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga;
hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

2. PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN KELUARGA

A. Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional


yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.

Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku


yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan
hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab
itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan
masyarakat semesta.

B. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun
tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :

16
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
b. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
c. Peningkatan status gizi masyarakat.
d. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
e. Pengembangan keluarga sehat sejahtera
C. Program Pokok Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan keadaan, masalah dan kecenderungan yang dihadapi


serta memperhatikan arah, tujuan dan sasaran serta kebijakan dan strategi
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan pada dasarnya lebih
mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta
memperhatikan pula ketersediaan sumber daya kesehatan di masa depan,
maka program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam
pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan sektor lain yang terkait serta dengan dukungan masyarakat.

a. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari


Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu
Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program
Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi
program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat


kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan

17
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan
sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:

1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,


2) Meningkatnya pengendalian penyakit,
3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
4) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan,
5) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
6) Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga


pilar utama, yaitu:

1) Penerapan paradigma sehat,


2) Penguatan pelayanan kesehatan, dan
3) Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum


ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut:

1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data


Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan
datanya.
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3) Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.

18
4) Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah


disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga, yaitu:

1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks


Keluarga Sehat(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-
masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.

D. Tantangan Pembangunan Kesehatan


Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal itu
berarti terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang

19
penduduknya, di seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaran pembangunan kesehatan
yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, dengan indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup,
menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, dan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan dan sasaran
pembangunan kese hatan ini dapat dicapai dengan melakukan lima strategi
pembangunan kesehatan 2005-2025, yaitu: (1) pembangunan nasional
berwawasan kesehatan; (2) pemberdayaan masyarakat dan daerah; (3)
pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; (4) pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; serta (5) penanggulangan
keadaan darurat kesehatan. Untuk mejawab tantangan pembangunan
kesehatan dalam mencapai kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, selain
terfokus pada pendekatan program melalui empat kegiatan prioritas melalui
pendekatan siklus hidup yang telah dilakukan selama ini belum dapat
mengetahui secara pasti sumber penyebab permasalahan ditingkatan usia,
untuk itu diperlukan pendekatan keluarga yang diinisiasi dengan pemetaan
atas permasalahan secara mendalam dari pendekatan siklus hidup melalui
kunjungan rumah.

E. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kesehatan


Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas
terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan
sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia
Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor
kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk

20
penguatan upaya promotif dan preventif. Adapun strategi pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok strategi berikut:
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelaya- nan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
c. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
d. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
e. Meningkatkan Akses Pelayanan Kese- hatan Rujukan yang Berkualitas.
f. Meningkatkan Ketersediaan, Keter- jangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan.
g. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan. 8. Meningkatkan
Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan.
h. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 10.
Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem
Informasi Kesehatan.
i. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan atau JKN
j. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan.

3. HOME CARE

A. Definisi Home Care


Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan
kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan
untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan
meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan
kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit
terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian
integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk

21
membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat
kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat
spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat
gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan
masyarakat, dan perawat medikal – bedah.
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan
rumah adala pasien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan
secara profesional (multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan
membantu pasien kembali ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang
dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari
pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Home Care
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
2) Tujuan Khusus
 Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri
 Meningkatan kemandirian keluarga dalam pemeliharan kesehatan
 Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan dirumah

C. Prinsip Home Care


Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan home care.
Prinsip – prinsip tersebut diantaranya :
1) Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
2) Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter,
bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain).
3) Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.

22
4) Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif dan
rehabilitaif.
5) Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen.
6) Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
7) Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
8) Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care.

D. Bentuk – Bentuk Layanan Home Care


1) Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis masalah kesehatan yang dialami oleh pasien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori yaitu :
a. Layanan perawatan pasien sakit
Keperawatan pasien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling
banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan
alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan mencegah
tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi
dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu
bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala
tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses
menua, serta tentag diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada
penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis
seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan dan asuhan
pada anak.
2) Berdasarkan institusi penyelenggara

23
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home
Care (HC), antara lain :
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung
dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi
(baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Pasien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal
ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela
dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi
keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala
Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang
membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk
praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik
secara langsung dari pasien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak
berorientasi “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada pasien yang telah dirawat dirumah
sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang
telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
 Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga
kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga

24
untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat
tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam
post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga
kemandirian ibu masih kurang.
 Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada pasien
yang dirawat dirumah sakit.
 Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar
 Perlunya kesinambungan perawatan pasien dari rumah sakit ke rumah,
sehingga akan meningkatkan kepuasan pasien maupun perawat. Hasil
penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK
Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa
konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home
Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat
waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati,
1998).
3) Berdasarkan pemberi layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :
a. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan
layanan kepada pasien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di
Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua
aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut
untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus
seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan
layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

25
E. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care
apabila telah memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat ( SIPP). Isu legal
yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang
tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
2. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada pasien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga
karena kesalahan informasi dari perawat.
3. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk
perawatan di rumah, maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus
menentukan apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya
yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa
berlakunya sedangkan pasien membutuhkan perawatan yang terus-menerus
tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
a. Aspek etik dalam home care
1. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga hak
pasien terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang bersifat
rahasia.
2. Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanyakecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad Mu’in, 2015).
Didalam praktik harus memperhatikan dimensi politi, etika dan isu-isu seperti
akses ke layanan atau alokasi sumber daya, menajement kasus menjadi semakin
pragmatis, serta berbagai tanggapan dari masyarakat terhadap praktik mandiri
(Kristin Bjornsdottir, 2009).
b. Perizinan home care

26
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang
sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum :
1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun 210 tentang
izin dan penyelenggaraan parktik perawat.dan permenkes 17/ 2013. Perizinan
diatur SSI peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat maupun
daerah (Fatchulloh, 2015). Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan
pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga
profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan,
baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
 Persyaratan perizinan

27
1. Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte notaris tentang
yayasan di badan kesehatan.
2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada
Dinas Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:
a. Rekomendasi dari organisasi profesi
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Izin lingkungan
e. Izin usaha
f. Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana
komunikasi, dan sarana transportasi
g. Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan sertifikasi
pelayanan kesehatan rumah.
3. Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4. Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok
5. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
6. Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
7. Mendapatkan rkomendasi dari PPNI

F. Kebijakan dalam Home Care


1. Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berkewajiban mematuhi standar praktek
2. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan

28
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun
organisasi profesi.
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenanga.
Pelayanan dalam keadaan darurat ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP
diruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak
diperbolehkan memasang papan praktek.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai
kebutuhan (Galuh Forestry Mentari, 2012).

G. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care


Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi
secara alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya.
Hal ini terkait dengan sistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi
dalam pola asuh keluarga. Praktik mempertahankan kesehatan atau
menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan kesehatan dapat didasarkan
pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya pasien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat
pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan
kelompok budaya tertentu (pasien) sedangkan culture imposition adalah
kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun
terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari

29
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada
budaya kelompok lain (Galuh Forestry Mentari, 2012).

H. Pro dan Kontra Home Care


Pada saat pasien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem
pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka pasien dan keluarga
berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya dari pelayanan
keperawatan dirumah sakit. Adapun pasien dan keluarga memutuskan untuk
tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan
yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat. Dibawah ini terdapat
tentang pro dan kontra home care, yaitu :
Pro home care berpendapat :
1) Home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang
dikenal oleh pasien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit pasien akan
merasa asing dan perlu adaptasi.
2) Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan
secara focus pada satu pasien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi
pada beberapa pasien.
3) Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi
pasien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif
(biopsikososiospiritual).
4) Home care menjaga privacy pasien dan keluarga, dimana semua tindakan
yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
5) Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih
rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.
6) Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana
berguna memahami perubahan pola dan perawatan pasien.

30
7) Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga
dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan pasien.
8) Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan
pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan
pelayanan sekaligus dalam home care.
9) Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan
yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam
pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.
Kontra home care berpendapat :
1) Home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan
agency yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :
a. dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
e. Psikolog dan lain-lain.
2) Home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan
menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
3) Pasien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk
mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
a. Unit diagnostik rontgen
b. Unit diagnostik CT scan.
c. Unit diagnostik MRI.
d. Laboratorium dan lain-lain.
4) Pelayanan home care tidak dapat diberikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan total, misalnya: pasien dengan koma.

31
5) Tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan,
dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan pasien sudah dapat terlayani
dengan adanya home care.
6) Pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, misalnya :
a. Fasilitas resusitasi
b. Fasilitas defibrilator
7). Jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat
ketergantungan pasien dan keluarga pada perawat.

I. Standar Praktik Pelayanan Home Care


Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiap
tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan
minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawataan
yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang
dikembangkan oleh Amerikan Nurse Association(1986) yang memperlihatkan
hubungan proses keperawatan dengan standar praktik.
1. Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh
perawat profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk memberi
pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara
organisasi maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat
pelaksana bekerja bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang
sesuai dengan kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi, filosofi, dan tujuan
agen yang akan memutuskan jenis pelayan yang dibutuhkan pasien dan
keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan
metoda evaluasi terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara
memantau program kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat
pelayanan yang diberikan.

32
2. Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk
pengkajian, intervensi, dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari
keperawatan, kesehatan masyarakat, fisik, sosial dan ilmu prilaku. Perawatan
pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji pasien dan
kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan teratur
berikutnya. Informasi ynga diprileh dari pasien dan keluarga di tetapkan
menjadi data dasar yang terdiri dari data objektif dan subjektif.
3. Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsur - unsur promosi dan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.
4. Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama dan
sesudah kunjungan rumah, bertanggung pada keperluan perawat pelayanan
kesehatan rumah bertanggung jawab membantu pasien kembali ketingkat
fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin pasien dan keluarga terlibat.
Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan, pengawasan
terhadap obat-obat dan diet dan evaluasi terhadap Pengaturan pasien dengan
diabetes.
5. Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama pasien , keluarga dan perawat pelayanan kesehatan
rumah melakukan penilaian terhadap status pasien dan kemajuan yang dicapai
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena pada kunjungan rumah
yang pertama perawat telah menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai.
6. Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system keperawatan
yang menyediakan suatu transisi secara bertahap bag pasien dan keluarga,

33
dari rumah sakit kerumah. Hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan
sumber daya lain yang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. Standar IX (kerja sama antar disiplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup
penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan
rumah.agar kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka harus bersama-
sama merencanakan, menerapkan dan melakukan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan.
8. Standar X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil
bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi
terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim
kesehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya.
Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena pelayanan
kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam masalah sosisl dan ebutuhan peleyanan
kesehatan dirumah.
9. Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatan rumah berpartisipasi dalam berbagai
kesempatan dalam melakukan riset, walau belum pernah mempunyai
pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas,
namun jika sumber daya dan faktor pendukung dalam penelitian tersebut
memadai, perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.
10. Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat
guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai advokat
kilen, melakukan promosi kesehatan, memberikan informed consent dan
melakukan kontrak pertama untuk melihat sumber daya yang ada

34
dimasyarakat. Dilema dan konflik diselesaikan melalui suatu mekanisme
yang di rancang dan disepakati. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat
bertanggung jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan
keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai untuk
pemberian pelayanan kesehatan.

J. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care )


1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan, dengan fungsi:
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga
 Menyusun rencana pelayanan
 Mengkoordinir akifitas tim
 Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan
fungsi :
 Melakukan pengkajian komprehensif
 Menyusun rencana keperawatan
 Melakukan tindakan keperawatan
 Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
 Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif
 Melibatkan keluarga dalam pelayanan
 Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
 Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
 Mendikumentasikan asuhan keperawatan.

K. Standar Alat Home Care


1. Alat kesehatan 2. Alat habis pakai
a) Tas/ kit a) Obat emergency
b) Pemeriksaan fisik b) Perawatan luka
c) Set perawatan luka c) Suntik/ pengambilan darah

35
d) Set emergency d) Set infus
e) Set pemasangan selang lambung e) NGT dengan berbagai ukuran
f) Set huknah f) Huknah
g) Set memandikan g) Kateter
h) Set pengambilan preparat h) Sarung tangan, masker
i) Set pemeriksaan lab. Sederhana
j) Set infus/ injeksi 3. Sarana lain
k) Sterilisator a) Alat dan media pendidikan
l) Pot/ urinal kesehatan
m) Tiang infus b) Ruangan beserta
n) Tempat tidur khusus orang sakit perlengkapannya
o) Pengisap lendir c) Kendaraan
p) Perlengkapan oxigen d) Alat komunikasi
q) Kursi roda e) Dokumentasi
r) Tongkat/ tripot
s) Perlak/ alat tenun

L. Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care


Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan rumah.
Tanpa kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian pada
pasien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit dengan rrencana
pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan kebutuhan pasien
untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan bersama dengan dokter
untuk membuat program di rumah nanti. Peran dan fungsi profesi antar disiplin
bergantung beberapa faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap dengan karakteristik masing-masing anggota tim harus kompeten
sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di bidang mereka.

36
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan rumah
adalah dokter, Perawat, Apoteker, Ahli fisioterapi, ahli terapi wicara, ahli gizi,
pekerja sosial dan home health aide (pembantu kesehatan rumah)
1. Dokter
Pemberian Home Care harus berada di bawah perawatan dokter. Dokter harus
sudah menyetujui rencana perawatan sebelum perawatan diberikan kepada
pasien. Rencana perawatan meliputi: diagnosa, status mental, tipe pelayanan
dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan
untuk rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang diperbolehkan,
kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan tidak
langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua yang
membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk
dalam direct care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka, injeksi,
pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga
mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana
menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien
tidak perlu mengadakan kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini
terlihat saat perawat home care berperan sebagai konsultan untuk personil
kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.
3. Apoteker
Program Home Health Care atau yang dikenal dengan Homecare banyak di
lakukan oleh apoteker guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pasien. Program Homecare adalah suatu bentuk pelayanan yang dilakukan
oleh apoteker dengan cara memberikan pelayanan konsultasi, informasi dan
edukasi kepada pasien langsung ke rumah pasien, memonitoring terapi
penggunaan obat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
kepatuhan penggunaan obatnya.
4. Ahli fisioterapi ( Physical therapist )

37
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan penyembuhan pada
pasien di rumah. Perawatan yang diberikan meliputi perawatan langsung dan
tidak langsung. Perawatan langsung meliputi: penguatan otot, pemulihan
mobilitas, mengontrol spastisitas, latihan berjalan, dan mengajarkan latihan
gerak pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi dengan
petugas home care lain dan berkontribusi dalam konferensi perawatan pasien.
5. Ahli gizi
Peran ahli gizi dalam home care antara lain : melakukan pengkajian
kebutuhan nutrisi, menetapkan masalah nutrisi, menyusun rencana
pemecahan masalah nutrisi, memberikan bantuan tehnis tentang kebutuhan
nutrisi, membimbing atau konseling pada pasien dan semua anggota
keluarga dalam masalah nutrisi, melakukan evaluasi dan
mendokumentasikan tindakan
6. Ahli terapi wicara ( Speech pathologist )
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien mengembangkan
dan memelihara kemampuan berbicara dan berbahasa. Speech
pathologist juga bertugas memberi konsultasi kepada keluarga agar dapat
berkomunikasi dengan pasien, serta mengatasi masalah gangguan menelan
dan makan yang dialami pasien.
7. Pekerja social (Social wolker)
Pekerja social membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan diri
dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang berpengaruh pada
kesehatan mereka.
8. Pembantu kesehatan rumah ( Homemaker/home health aide )
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien mencapai level
kemandirian dengan cara sementara waktu memberikan personal hygiene.
Tugas tambahan meliputi pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga
lain (Bukit, 2008).

M. Perkembangan Home Care di Indonesia

38
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) bukan merupakan hal yang baru.
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal masyarakat dalam
system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada
sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai
pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi
pelayanan kesehatan.
Perkembangan home care di Indonesia sudah semakin maju sehingga
banyak masyarakat yang mengetahui home care dan mencoba menggunakan jasa
pelayanan home care yang disediakan oleh rumah sakit baik pemerintah
maupun swasta. Saat ini banyak kasus – kasus penyakit degenerative yang
memerlukan perawatan yang relative lama seperti kasus pasien pascastroke
yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan
rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama (Swedarma, 2009). Selain
itu, terjadinya transisi epidemiologis yang mengakibatkan semakin
meningkatknya kasus penyakit kronis dibandingkan penyakit akut, sehingga
terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit terminal yang tidak efektif dan
efisien dirawat di rumah sakit (Depkes, 2002 dalam Sri Listyanig wulan
2006). Dengan demikian pelayanan kesehatan saat ini menawarkan pelayanan
home care untuk menangani kasus seperti diatas.
Berkembangnya home care dikalangan masyarakat menjadi lebih baik jika
diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pelayanan asuhan keperawatan
salah satunya adalah pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga. Dari
penelitian terdahulu, 37% pasien bermasalah mengenai pemilihan obat, 20%
pasien membutuhkan pengetahuan dan keterampilan.

3. PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN KELUARGA


A. Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang


bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

39
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi
bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang


memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup
sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab
itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan
masyarakat semesta.

B. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan
utama dari pembangunan kesehatan yaitu :

f. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri


dalam bidang kesehatan.
g. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
h. Peningkatan status gizi masyarakat.
i. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
j. Pengembangan keluarga sehat sejahtera
C. Program Pokok Pembangunan Kesehatan

40
Sesuai dengan keadaan, masalah dan kecenderungan yang dihadapi serta
memperhatikan arah, tujuan dan sasaran serta kebijakan dan strategi
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan pada dasarnya lebih
mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta
memperhatikan pula ketersediaan sumber daya kesehatan di masa depan, maka
program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok
program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan
sektor lain yang terkait serta dengan dukungan masyarakat.

b. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda


ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat


kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan
sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:

7) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,


8) Meningkatnya pengendalian penyakit,
9) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,

41
10) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan,
11) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
12) Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar


utama, yaitu:

4) Penerapan paradigma sehat,


5) Penguatan pelayanan kesehatan, dan
6) Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum


ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut:

5) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data


Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan
datanya.
6) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
7) Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
8) Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah


disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga, yaitu:

13) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

42
14) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
15) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
16) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
17) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
18) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
19) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
20) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
21) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
22) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
23) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
24) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks


Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-
masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.

D. Tantangan Pembangunan Kesehatan


Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal itu berarti
terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang penduduknya, di
seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan
dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
dengan indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka
Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, dan menurunnya prevalensi
gizi kurang pada balita. Tujuan dan sasaran pembangunan kese hatan ini dapat

43
dicapai dengan melakukan lima strategi pembangunan kesehatan 2005-2025,
yaitu: (1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) pemberdayaan
masyarakat dan daerah; (3) pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan;
(4) pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; serta
(5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan. Untuk mejawab tantangan
pembangunan kesehatan dalam mencapai kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya, selain terfokus pada pendekatan program melalui empat kegiatan
prioritas melalui pendekatan siklus hidup yang telah dilakukan selama ini
belum dapat mengetahui secara pasti sumber penyebab permasalahan
ditingkatan usia, untuk itu diperlukan pendekatan keluarga yang diinisiasi
dengan pemetaan atas permasalahan secara mendalam dari pendekatan siklus
hidup melalui kunjungan rumah.

E. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kesehatan


Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas
terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan
sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia
Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor
kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk
penguatan upaya promotif dan preventif. Adapun strategi pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok strategi berikut:
k. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelaya- nan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
l. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
m. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
n. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
o. Meningkatkan Akses Pelayanan Kese- hatan Rujukan yang Berkualitas.

44
p. Meningkatkan Ketersediaan, Keter- jangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan.
q. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan. 8. Meningkatkan
Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan.
r. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 10.
Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem
Informasi Kesehatan.
s. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan atau JKN
t. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan.

45
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap dan pola perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa batas
(global village). Kemajuan teknologi dibidang transportasi mengakibatkan tingkat
mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang
berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah. Pelayanan keperawatan
keluarga belu berkembang tapi Departemen Kesehatan sudah menyusun pedoman
pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu
disosialisasikan serta munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta
asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu. Rendahnya minat
perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat sistem yang belum berkembang.

B. Saran

Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena keperawatan keluarga


dapat mengurangi kejadian atau penderitaan akibat penyakit dengan perubahan
paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan preventif.

46
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Depkes. RI. 2002. Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri Keperawatan .


Jakarta : Pusgunakes

Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik.
Jakarta: EGC

Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC

Syamsudin, 2005. Makalah Seminar Alternatif Model Keperawatan Home Health


Care. Akper Karya Bakti Nusantara Magelang : Magelang.

Anda mungkin juga menyukai