Anda di halaman 1dari 21

CRITIKAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HERI SYAHPUTRA (2172101002)

KELAS: A

PRODI: PENDIDIKAN SENI RUPA

DOSEN: RAMSUL NABABAN, S.H.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Critical Book Report” yang berjudul pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi,
dalam waktu yang dihitung.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak
Ramsul Nababan, S.H. Sebagai dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Jika dalam penulisan Critical Book Report penulis terdapat berbagai kesalahan dan
kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-
besarnya.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan, September 2018


Heri Syahputra
(2172151002)

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN

1. Rasionalisasi Pentingnya CBR----------------------------------------------------------------4


2. Tujuan Penulisan CBR-------------------------------------------------------------------------4
3. Manfaat CBR------------------------------------------------------------------------------------4
4. Identitas Buku-----------------------------------------------------------------------------------4

BAB II. RINGKASAN BUKU

BAB III. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

1. Keunggulan Buku.........................................................................................................10
2. Kelemahan Buku..........................................................................................................10

BAB I V. PENUTUP

1. Kesimpulan.------------------------------------------------------------------------------------------11
2. Saran--------------------------------------------------------------------------------------------------11

DAFTAR PUSTAKA

3
Bab I

PENDAHULUAN
1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita
memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa ,
pembahasan tentang pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
buku referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang pendidikan kewarganegaraan.

1.2. Tujuan penulisan CBR


1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari buku pertama dan buku kedua.
4. Membandingkan isi buku pertama dan buku kedua.
5. Mengkritisi satu topik materi kuliah pendidikan kewarganegaraan dalam dua buku yang
berbeda.

1.3. Manfaat CBR


1. Untuk menambah wawasan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi ini.
2. Untuk mengetahui cakupan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi ini.
3. Untuk mengetahui sumber dan pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan di
perguruan tinggi ini.

1.4. Identitas Buku


A. Identiatas Buku
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
2. Pengarang : Apiek Gandamana
3. Penerbit : Titan Books
4. Kota terbitann : Medan
5. Tahun terbit : 2017

4
Bab II

RINGKASAN BUKU
BAB I
WAWASAN NUSANTARA
A. Wawasan Nasional Suatu Bangsa
Pemerintah dan rakyat memerlukan sutau konsepsi berupa wawasan nasional untuk
menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin
kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri bangsa. Dengan tiemikian, wawasan
nasional adalah cam pandang suatu bangsa yang telah menegara tenrang din dan
lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (melaluj interaksi dan
interrelasi) dan dalam pembangunannva di lingkungan nasional (rermasuk lokal dan
propinsional), regional, serta global.
B. Teori-Teori Kekuasaan
1. Paham-paham Kekuasaan
Teori-teori yang dapat mendukung rumusan tersebut antara lain:
a. Paham Machiavelli : sebuah negara akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil
berikut: pertama, segala cara dihalalkan dalam merebut dan mempertafiankan
kekuasaan; kedua, untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (“divide et
impera’) adalah sah; ketiga, dalam dunia politik (yang disamakan dengan
kehidupan binatang buas), yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
b. Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII) : Dia berpendapat bahwa
kekuatan politik harus didampingi oleh kekuatan logistik dan ekonomi nasional.
Kekuatan mi juga perlu didukung olch kondisi sosiai budaya berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi demi terbentuknya kekuatan hankam untuk
menduduki dan rnenjajah negara-negara di sekitar Prancis. Karena itu terjadi
c. Paham Jenderal Clausewirz (abad XVI) : menurut Clausewirz, perang adalah
kelanjuran politik dengan cara lain. Baginya, peperangan adalah sah-sah saja
untuk mencapai tujuan suatu bangsa.
d. Paham Feuerbach dan Hegel : Paham matenialisme Feuerbach dan teori sintesis
Hegel menimbulkan dua aliran besar Barar yang berkembang di dunia, yaitu
kapitalisme di satu.pihak dan komunisme di pihak lain. Paham ini pula yang
mendorong Belanda untuk melakukan perdagangan (VOC) dan pada akhirnya
menjajah Nusantara selama 3,5 abad.
e. Paham Lenin (àba4 XDQ) : Lenin telah memodifikasi paham Clausewitz.
Menurutnya, perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Bagi
Leninisme komunisme, perang atau pertumpahari darah atau revolusi di seluruh
dunia adalah sah dalam kerangka mengkomuniskan
f. Paham Lucian W. Pye dan Sidney : Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-
unsur subyektivitas dan psikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik
suatu bangsa, Kemantapan suatu sistem politik dapat dicapal apabila sistem
5
tersebut berakar pada kebudayaan polirik bangsa yang bersangkutan. Dengan
demikian proyeksi eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata ditentukan
oleh kondisi-kondisi obyektif tetapi juga sulbyektif dan psikologis.
2. Teori-Teori Geopolitik
a. Pandangan Aja ran Frederich Ratzel : Pada abad ke-19, Fredenich Rat-zel
merumuskan untuk pertama kalinya Jimu Bumi Politik sebagai hasil penelitiannya
yang ilmiah dan universal.
b. PandanganAjaran Sir Halford Mackinder : Teori ahli Geopolitik mi pada dasarnya
rnenganut “konsep kekuatan” dan mencetuskan Wawasan Benua, yaitu konsep
kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan: barang siapa dapat menguasai “Daerah
Jantung”, yairu Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan dapat menguasai “ Pulau
Dunia”, yaitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya, barang siapa dapat menguasai
pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.
c. Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan : Kedua ahli ini
rnempunyai gagasan “Wawasan Bahari”, yaitu kekuatan di lautan. Ajarannya
mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai “
perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “ kekayaan dunia”
sehingga pada akhirnya menguasai dunia.
d. Pandangan Ajaran W Mitchel, A Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederik
Charles Fuller : Keempat ahli geopolitik ml berpendapat bahwa kekuatan di udara
justru yang paling menentukan. Mereka rnelahirkan teori “Wawasan Dirgantara”
yaitu konsep kekuatan di udara.
e. Ajaran Nichozasj Spyknian : Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan Teori
Daerah Batas (rimland), yaitu teori wawasan kombinasi yang menggabungkan
kekuatan darat, laut, dan udara.
BAB II
Identitas Nasional
A. Pengertian identitas nasional
Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”.
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri,
tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep
kebangsaan.Nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia
yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa
dan sebagainya. Jadi, identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada
suatu negara sehingga membedakan dengan negara lain.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa

6
tersebut. Demikian pula dengan hal ini sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang
sifatnya nasional.Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder.Bersifat buatan karena
identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara.Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir
belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah
dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional, warga
bangsa  telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300
dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama
yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah  pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan
manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian sebagai berikut : Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan
falsafah bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara Identitas Instrumental yang berisi
UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”. Identitas Alamiah, yang meliputi
Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan
agama, sertakepercayaan.
B. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara
Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh
para pendiri negara Indonesia.Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
7
Identitas Nasional Indonesia :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur ucapan
manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.Dan di
Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.Karena di
Indonesia ada berbagai macam bahasa daerah dan memiliki ragam bahasa yang unik
sebagai bagian dari khas daerah masing-masing.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan
simbol suatu negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera
dalam UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa “ Bendera Negara Indonesia
adalah Sang Merah Putih”. Warna merah dan putih juga memiliki arti sebagai berikut,
merah yang artinya berani dan putih artinya suci.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan pada kongres
pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober 1928.Setelah proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh
Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan. Ketika mempublikasikan
Indonesia Raya tahun 1928, wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu
kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun
1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera melarang penyebutkan lagu
kebangsaan bagi Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa lambang
negara Indonesia adalah Garuda Pancasila.garuda Pancasila disini yang dimaksud
adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia. Burung
garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan
kejayaan Indonesia.sedangkan perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa
Indonesia
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhineka Tnggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan
yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu paham yang
membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan paham pluralisme tidak
perlu adanya konsep yang mensubtitusi keanekaragaman demikian pula halnya
dengan faham multikulturalisme.
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV yang telah
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila
8
dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
7. Konsepsi Wawasan Nusantara
Wawasan artinya pandanagan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain
menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga mempunyai pengertian
menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tangggap indrawi.
Kata nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup.Bentuk kata yang berasal
dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam
kehidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah
menegara.Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara
Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua
Australia.
C. Sikap Masyarakat Indonesia Terhadap Identitas Nasional Indonesia
Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas nasional
menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara.
Contoh sederhana dari implementasi identitas nasional yaitu kewajiban
diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh instansi sekolah maupun non
sekolah.Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas negara. Seperti
pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menyanyikan lagu
nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada penutup di akhiri
dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat SD hingga SMA,
bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan Upacara Bendera.Hal ini membuktikan
bahwa masyarakat sudah dijarkan bagaimana mengimplementasikan identitas nasional
sejak dini.Namun, masih banyak yang tak acuh dalam kegiatan semacam ini.Kebanyakan
dari mereka menganggap kegiatan upacara hanya sebagai kewajiban agar terbebas dari
hukuman yang sudah diterapkan.Dan juga kurangnya penjelasan tentang makna dari
kegiatan upacara itu sendiri.Sehingga mereka tak acuh dengan makna dibalik upacara
bendera ini.
BAB III
KETAHANAN NASIONAL
A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa, meliputi seluruh aspek
kehidupannasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan,
ancaman, hambatan, serta gangguan dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak

9
langsung membahayakan integrasi, identitas, kelangsungan hidupbangsa dan negara , serta
perjuangan mengejar tujuan nasionalnya.
B. ASAS KETAHANAN NASIONAL
Asas Ketahanan Indonesia adalah taat laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan
Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1.  Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Kesejahteraan dan kemakmuran dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial. Dengan demikian,
kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa
kesejateraaan dan keamanan, sesitem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung.
Kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan
nasuional itu sendiri. Kesejahtrean maupun keamanan harus selalu ada, berdampingan
pada kondisi apa pun. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan
nasional yang dicapai merupakan tolok ukur Ketahanan Nasional
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu 
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras pada seluruh
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketahanan Nasional
mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan
terpadu (komprehensif intergral).
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
Sistem kehidupan naasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang
saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan
linkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak
baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam
maupun keluar.
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan
nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemadirian yang proporsional untuk
meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi
dampak lingkungan stategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan
ketergantungan dengan dunia internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan
kemitraan agar tidak berkembangkan menjadi konflik yang bersifat saling
menghancurkan.
C. SIFAT KETAHANAN NASIONAL
10
1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan tumpuan
pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (idenpendency) ini
merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam
perkembangan global (interdependent).
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung pada
situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan
hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu
senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus
senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian
kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan
meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan
Nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang
dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
atagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuata fisik semata, tetapi lebih
mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan, moral dan kepribadian bangsa.
D. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
a. Kedudukan: ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya
oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di
implementasikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional
yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan
sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan
UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b. Fungsi : Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional
perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan
pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah),
inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara
berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan
terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi
dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar
pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan sektor pembangunan secara
terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
11
E. Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan
nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk
menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan negar serta perjuangan
mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
1. Ketangguhan, Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
2. Keuletan, Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
3. Identitas, Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara
dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh
wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan
peran internasionalnya.
4. Integritas, Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.
5. Ancaman, Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan
politis.
6. Hambatan dan gangguan, Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri
sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional.
BAB IV
KONSTITUSI
A. KONSEP DASAR KONSTITUSI
1. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari
bahasa belanda “constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa
prancis yaitu “constiture” dalam bahsa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI
diartikan sama dengan Undang – undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan
peraturan dasar dan yang memuat ketentuan – ketentuan pokok dan menjadi satu
sumber perundang-undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakata negara. Istilah konstitusi mempunyai tiga
pengertian, yaitu konstitusi dalam arti luas, arti tengah, dan konstitusi dalam arti
sempit. Berikut dijelaskan satu per satu mengenai pengertian konstitusi tersebut.
a. Pengertian konstitusi dalam arti luas
Istilah constitutional law dalam bahasa inggris berarti hukum tata
negara.Konstitusi yang berarti hokum tata Negara adalah  keseluruhan aturan

12
dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan system ketatanegaraan suatu
Negara.
b. Pengertian konstitusi dalam arti tengah
Konstitusi berarti hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan suatu Negara. Dalam bahasa Belanda, constitutie berarti
hukum dasar yang terdiri atas grondwet (grond= dasar,  wet= undang-
undang) atau UUD dan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan.
c. Pengertian konstitusi dalam arti sempit
Konstitusi yang berarti undang-undang dasar adalah satu atau beberapa
dokumen yang memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat
pokok atau dasar dari ketatanegaraan suatu bangsa atau Negara.Konstitusi
berarti undang-undang dasar contohnya adalah  The Constitution of The
United States of America,berarti undang-undang dasar Amerika.
2. Tujuan konstitusi
a. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang
maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan
dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa
merugikan rakyat banyak.
b. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang
lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
c. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
3. Nilai konstitusi
a. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi
juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan
secara murni dan konsekuen.
b. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak
berlaku / tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi
seluruh wilayah negara.
c. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
B. PENTINGNYA KONSTISUSI DALAM SUATU NEGARA
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara merupakan
sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk
sebuah negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abadke-21 ini, hampir tidak ada negara
yang tidak memiliki konstitusi.Hal ini menunjukkan betapa urgennya konstitusi sebagai suatu
perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain
13
tidak terpisahkan. Konstitusi atau Undang-undang Dasar merupakan suatu hal yang
sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai
pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,
Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam 2 (dua)
bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah
atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan,
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan dibagai di antara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagaialat untuk
menjamin hak-hak warga negara.Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak
untuk hidup, kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan. Suatu keinginan, di mana
perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.Keempat materi yang
terdapat dalam konstitusi atau undang-undang tersebut, menunjukkan arti pentingnya
suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta
memberikan arahan dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu
negara. Dan pada prinsipnya, semua agenda penting kenegaraan serta prinsip-prinsip
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah tercover  dalam konstitusi
(Thaib, 2001: 65)
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi dalam sebuah
negara, maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam suatu
negara merupakan suatu keniscayaan, karena dengn adanya konstitusi akan tercipta
pembatasan kekuasaan melalui pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan
negara. Selain itu, adanya konstitusi juga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
menjamin hak-hak asasi warga negara, sehingga tidak terjadi penindasan dan
perlakuansewenang-wenang dari pemerintah.
C. KONSTITUSI DEMOKRATIS
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa konstitusi merupakan aturan-aturan dasar
yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara negaradan masyarakat
(rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah aturan dasar
yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bernegar.
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara. Dengan kata lain, Negara yang memilih demokrasi sebagai
pilihannya, maka konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-
prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara:
 Menempatkan warga Negara sebagai sumber utama kedaulatan.
 Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas.
 Pembatasan pemerintahan.

14
 Pembatasan dan pemisahan kekuasaan Negara yang meliputi:
 Pemisahan wewenang kekuasaan.
 Kontrol dan keseimbangan lembaga – lembaga pemerintahan.
 Proses hukum.
 Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan   kekuasaaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokrasi ini, merupakan refleksi dari nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam hak asasi manusia yang meliputi:
 hak-hak dasar (basic rights)
 kebebasan mengeluarkan pendapat,
 hak-hak individu,
 keadilan,
 persamaa,
 keterbukaan.
BAB V
DEMOKRASI
A. MAKNA DAN HAKIKAT DEMOKRASI
Demokrasi secara bahasa (etimologis)  demokrasi terdiri dua kata berasal dari
bahasa Yunani yaitu “ Demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“ cratein”   atau “cratos” yang berarti  kekuasaan ata kedaulata. Jadi secara
bahasa demos-craten atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara di mana
dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintah rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat. Secara terminologi(istilah), demokrasi adalah:
 Menurut Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan
dimana keputusan-keputusan pemerintah ang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.
 Menurut Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik (demokrasi
empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak
dilakukan Aoleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi
dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Dengan demikian makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara
mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara.Dengan demikian
negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.Dari sudut organisasi, demokrasi berarti
pengorganisasian negara yang dilakukan oelh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat
karena kedaulatan berada di tangan rakyat. Kekuasaan pemerintahan berada ditangan
rakyat mengandung pengertian tiga hal yaitu:

15
a. Pemerintah dari Rakyat (Government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah dan diakui
(legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui
(unligitimete government) berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan yang diberikan oleh rakyat.Sebaliknya pemerintahan yang tidak sah dan
tidak diakui berarti suatu pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan
tidak mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat.
b. Pemerintah oleh rakyat (Government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan
atas nama rakyat suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan
atas dorongan diri dan keinginannya sendiri. Selalin itu juga mengandung pengertian
bahwa dalam menjalankan kekuasaanya, pemerintahan berada dalam pengawasan
rakyatnya.
c. Pemerintahan untuk rakyat (Government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat.Kepentingan rakyat harus
didahulukan dan diutamakan di atas segalanya.
B. DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Demokrasi bukanlah kata benda, tetapi lebih merupakan kata kerja yang mengandung
makna sebagai proses dinamis. Karena demokrasi harus diupayakan. Demokrasi adalah
proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya merealisasikan
nilai-nilai demokrasi. Menurut Nurcholih Madjid,pandangan hidup demokratis
berdasarkan pada bahan-bahan telah berkembang, baik secara teoritis maupun
pengalaman praktis di negeri-negeri yang demokrasinya cukup mapan paling tidak
mencakup tujuh norma. Ketujuh norma itu adalah sebagai berikut:
a. Pentingnya kesadaran akan pluralisme
b. Internalisasi makna dan semangat musyawarah
c. Pertimbangan  moral
d. Permufakatan yang jujur dan sehat
e. Pemenuhan segi-segi ekonomi
f. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai I’tidak baik masing-
masing
g. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan.
C. UNSUR PENEGAK DEMOKRASI
1. Negara Hukum (Rechtsstaat dan The Rule of Law)
Konsep negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas
dan tidak memihak dan penjaminan hak asasi manusia.
a. Konsep Rechtsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

16
 Adanya perlindungan terhadap HAM
 Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk
menjamin perlindungan HAM
 Pemerintahan berdasarkan peraturan
 Adanya peradilan administrasi
b. Konsep The Rule of Law mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Adanya supremasi aturan-aturan hukum
 Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum
 Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.
2. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari
pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif
serta masyarakat egaliter.Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat penting
signifikan dalam membangun demokrasi.Masyarakat madani mensyaratkan adanya
keterlibatan warga negara dalam asosiasi sosial. Menurut Gellner, masyarakat madani
bukan merupakan syarat penting atau prakondisi bagi demokrasi semata, tetapi tatanan
nilai dalam masyarakat madani seperti kebebasan dan kemandirian juga merupakan
sesuatu yang inheren baik secara  internal maupun eksternal. Masyarakat madani dan
demorasi bagi Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan.Demokrasi
dapat dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya
partisipasi.Tatanan nilai-nilai masyarakat tersebut ada dalam masyarakat madani karena
demokrasi membutuhkan tatanan nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat madani.
3. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik (politival party), kelompok gerakan
(movement group) dan kelompok penekanan atau kelompok kepentingan (pressure /
inters group). Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama yaitu
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan
kebijakan-kebijakanya. Menurut Miriam Budiarjo, fungsi partai politik adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai sarana komunikasi politik
b. Sebagai sarana sosialisasi politik
c. Sebagai sarana rekrutmen kader dan anggota politik
d. Sebagai sarana pengatur konflik.    
D. MODEL-MODEL DEMOKRASI
1. Demokrasi liberal yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan
pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang tertentu. Banyak
negara afrika menerapkan model ini hanya sedikit yang bisa bertahan.

17
2. Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka
dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaraan
untuk menduduki kekuasaan.
3. Demokrasi sosial adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial
dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
4. Demokrasi pertisipasi, yang menekankan hubungan timbal balik antar penguasa dan
yang dikuasai.
5. Demokrasi consociational yang menekankan proteksi khusus bagi kelompok-
kelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat di antara elit yang
mewakili bagian budaya masyarakat utama.
E. PRINSIP DAN PARAMETER DEMOKRASI
1. Adanya pembagian kekuasaan
2. Adanya pemilihan umum yang bebas
3. Adanya manajemen yang terbuka
4. Adany kebebasan individu
5. Adanya peradilan yang bebas
6. Adanya pengakuan hak minoritas
7. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum
8. Adanya pers yang bebas
9. Adanya beberapa partai politik
10. Adanya musyarawah
11. Adanya persetujuan parlemen
12. Adanya pemerintahan yang konstitusional
13. Adanya ketentuan tentang pendemokrasian
14. Adanya pengawasan terhadap administrasi
15. Adanya pemerintahan yang bersih
16. Adanya mekanisme politik
1.

Bab III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

A. Keunggulan Buku
 Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah cukup
menarik bagi pembaca dengan tampilan yang simple tapi elegan

18
 Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah
tergolong cukup rapi.
 Dari aspek isi buku adalah terlihat konten dan pembahasan materi yang sangat
jelas dan lengkap mengenai pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.
 Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah cukup dapat dipahami bagi pembaca

B. Kelemahan Buku
 Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah
walaupun tampilan buku cukup menarik bagi pembaca dengan tampilan yang
simple tapi elegan namun masih banyak kekurangan seperti tampilan visual yang
tidak menjelaskan bahwa buku tersebut merupakan buku pendidikan
kewarganegaraan.
 Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah
walaupun tergolong cukup rapi, namun banyak juga tata tulis yang kurang rapi
dan masih acak dan sulit dibaca karena buku ini merupakan diktat.
 Dari aspek isi buku adalah walaupun konten dan pembahasan materi yang sangat
jelas dan lengkap mengenai pendidikan kewarganegaraan, namun masih banyak
materi yang kurang jelas dan tidak lengakap (hanya dipaparkan secara umum)
 Dari aspek tata bahasa, walaupun buku tersebut adalah cukup dapat dipahami bagi
pembaca, namun karena buku ini sendiri banyak menggunakan istilah inggris
yang sulit dipahami khususnya bagi para pembaca awam.

Bab V

PENUTUP

A. Kesimpulan

19
Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak lain
karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi. Hal ini jelas seperti yang disebutkan dalam landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin masalah-masalah di Indonesia yang
berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini kembali terjadi di masa depan.
Pastinya kita berharap Indonesia menjadi lebih baik nantinya.
Tidak ada lagi masalah sosial seperti kemiskinan dan kualitas pendidikan yang
rendah, banyaknya kasus sara, korupsi yang merajalela, dan daerah-daerah yang semakin
tertinggal dan diabaikan oleh pemerintah pusat. Jadi, butuh partisipasi dari masyarakat
khususnya mahasiswa sebagai bagian dari pendidikan tinggi negeri ini untuk dapat
mengamalkan pembelajaran yang dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Saran
Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu untuk lebih mengefisienkan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan ini. Pendidikan Kewarganegaraan dinilai
masih kurang, dengan pembelajaran yang hanya diadakan satu kali dalam seminggu.
Sebaiknya pembelajaran ebih diefektifkan lagi.
Masyarakat juga harus lebih berpartisipasi dalam pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan, harus dapat memahami dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-
hari bukan hanya menjadi sebatas teori didalam kelas saja. Kita sebagai masyarakat juga
harus mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi setiap permasalahan di
negeri ini. Sehingga dapat tercipta Indonesia yang lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

 Apiek, Gandamana. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Medan.

20
 Arief. D. B. 2104. Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Politik dan
Wawasan Kebangsaan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kaukaba.
 Aidul, Fitriacida Azhari. 2015. Menemukan Demokrasi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai