Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENGENALAN

Dalam bab ini membincangkan tentang latar belakang kajian, pernyataan masalah, tujuan

kajian, objektif kajian, soalan kajian, hipotesis kajian, kerangka teori kajian, kepentingan

kajian, batasan kajian, definisi operasional dan rumusan bab.

1.1 Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara membangun yang ada di dunia. Sebagai negara

membangun, maka banyak usaha yang dibuat dalam pelbagai cara untuk menjadikan

Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi. Sebahagian daripadanya adalah bidang

pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, kesihatan dan lain-lain. Aspek asas dalam

pembangunan sebuah negara adalah dengan pendidikan. Dengan pendidikan yang baik

maka sebuah negara dapat mengurus semua aspek dalam kehidupannya dengan baik.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat

menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara


menyeluruh dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004: 79). Dengan demikian, jika

seseorang menginginkan perubahan pada dirinya, maka salah satu cara yang harus

dilakukan adalah dengan belajar, karena belajar adalah sebuah proses untuk mewujudkan

perubahan dalam diri seseorang melalui proses berinteraksi dengan lingkungan.

Sekolah merupakan salah satu pendidikan formal yang dapat ditempuh untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal dituntut untuk selalu aktif dalam meningkatkan sumber daya manusia yang

berdaya saing tinggi. Salah satu lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas

sumber daya manusia adalah sekolah menengah kejuruan.

.
1.2 Latar Belakang kajian

Pertanian merupakan salah satu sektor vital untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pertanian tanaman pangan khususnya padi diharapkan bisa mencapai swasembada

pangan. Selain tanaman padi dan palawija, Indonesia juga memiliki potensi yang besar

dari pertanian sayur-mayur. Keadaan toprografi daerah yang berbukit dan bergunung

membuat Indonesia memiliki produksi sayur yang cukup besar. Sedangkan sumber daya

alam dengan sumber daya manusia yang ada merupakan set pendukung yang berpotensi

yang belum maksimal terakomodasi, Dengan demikin maka diperlukan perhatian

pemerintah mengenai pembangunan suatu pendidikan berupa SMK Pertanian untuk

mendukung potensi pertanian supaya lebih maju dengan generasi yang pintar dan lebih

mampu mengembangkan potensi SDA yang ada.


Berdasarkan pemikiran di atas, maka dibutuhkan sebuah sarana pendidikan

berupa sekolah yang memiliki fasilitas belajar yang memadai dengan memiliki

keunggulan skill dalam bidang pertanian yang lebih dari sekolah lain. Penyediaan

fasilitas, sarana dan prasrana pendidikan yang lengkap ini juga diharapkan akan

meningkatkan minat generasi muda. Untuk menunjang hal tersebut dibutuhkan tenaga

terampil yang berkualitas yang menguasai permasalahan di bidang pertanian mulai dari

budidaya, pengolahan hasil sampai pemasaran, maka sangat tepat jika dikembangkan

Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian sebagai upaya meningkatkan hasil pertanian.

Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) pertanian yang mengkhususkan pada kurikulum

keterampilan pertanian dengan program unggulan berupa budidaya tanaman

menggunakan metode pembelajaran yang merupakan perpaduan antara kurikulum

pendidikan formal yang telah ditentukan oleh Dinas Pendidikan disertai dengan skill

keterampilan serta memiliki fasilitas dan kurikulum yang disisipi kegiatan bermanfaat

yang diharapkan juga mampu menjadi alternative baru bagi masyarakat.

Sebagai negara yang tengah berkembang, telah dilakukan berbagai macam cara

untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, salah satunya yaitu dengan pembuatan dan

pemberlakuan kurikulum sebagai kerangka pelaksanaan pendidikan di Indonesia serta

tercapailah tujuan pendidikan nasional. Setiap negara, tentunya memiliki sistem

pendidikan nasional masing- masing yang disusun berdasarkan pada filosofis negara

masing-masing. Misalnya Indonesia yang menyusun sistem pendidikan nasional

berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam sistem pendidikan nasional, terdapat
tujuan yang mana harus tercapai. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional

tersebut maka disusunlah kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan di Indonesia dari

tahun 1947 hingga 2013 telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan ini

tentunya didasari oleh kebutuhan bangsa tersebut.

Dengan adanya beberapa kali perubahan pada kurikulum tersebut seharusnya

tidak menjadikan pendidik bingung untuk menerapkan kurikulum tersebut. Bahkan

seharusnya pendidik dapat memodifikasi kurikulum yang telah ditetapkan sehingga

sesuai dengan perkembangan peserta didiknya, terutama untuk pendidik di Sekolah

menengah Kejuruan, karena hasil dari Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan adalah

pelajar yang siap terjun ke dunia kerja dengan Skill/ ability yang baik.

Supaya tujuan pendidikan tercapai, maka di Indonesia disusunlah sebuah

kurikulum. Menurut UU No.2 Tahun 1989, kurikulum yaitu seperangkat rencana dan

peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (Rohman, 2012: 3). Sedangkan kurikulum

sendiri telah mengalami perubahan dari tahun 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994,

1997, 2004, 2006, 2013. Perubahan ini merupakan konsekuensi logis dari terjadinya

perubahan system politik, ekonomi dan iptek dalam masyarakat. Semua kurikulum

nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,

perbedaanya adalah pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan

dalam merealisasikannya. Kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 merupakan

pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004.


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh pemerintah untuk

menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah berlaku selama

kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek

pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Kurikulum ini dikenal

dengan kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter. Sehingga, dalam kegiatan

apapun sikap seperti sopan, santun, religius harus selalu diterapkan. Apabila ditarik

benang merah, sesungguhnya poin dari setiap kurikulum, baik itu dari kurikulum 1947

hingga kurikulum 2013 adalah karakter. Karakter untuk membangun bangsa sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama.

Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi

diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata

pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.

Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan

penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam

mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Untuk pembelajaran menurut kementrerian Pendidikan Indonesia (2015) dalam

kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses

keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti


pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran

yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning,

project-based learning, problem-based learning, inquiry learning.

Pengembangan kurikulum Sekolah menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu

rancangan pendidikan yang menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Salah satu

tujuan dari pendidikan ialah untuk mempersiapkan generasi yang siap terjun ke

lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, kurikulum yang diterapkan di SMK merupakan

kurikulum yang sesuai dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan

masyarakat tersebut.

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus di

tempuh oleh pelajar dalam kegiatan belajar-mengajar. Struktur kurikulum dijelaskan

sebagai gambaran konseptualisasi isi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi

konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran per minggu

untuk setiap pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan

beban belajar per minggu untuk setiap pelajar. Pengembangan kurikulum mencakup

silabus, buku teks, serta buku pedoman guru.

Secara umum SMK dikelompokkan dalam 7 kelompok yaitu ; Binis dan

Manajemen, Teknologi dan Industri, Pertanian dan Kehutanan, Kesejahteraan

Masyarakat, Pariwisata, Seni dan Kerajinan, dan kurikulum SMK itu sendiri dapat dibagi

dalam tiga kelompok sesuai dengan Pasal 21, ayat 2 Kep. Mendikdub No. 0490/U/1992,
yaitu : Normatif yaitu berpesan dalam pembentukan watak menusia Indonesia, Adaptif

berperan dalam penanaman dasar dan kemampuan profil dan Produktif berperan dalam

pembekalan ketrampilan produktif.

Berdasarkan spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan, terdapat beberapa

program studi (Prodi) diantaranya adalah Program studi Agribisnis Produksi Tanaman

dalam kaitannnya dengan pertanian. Program studi tersebut memiliki kompetensi

keahlian Agribisnis Pembibitan dan Kultur jaringan, Agribisnis Tanaman Perkebunanan

serta Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kurikulum Mata Pelajaran Aliran vokasioal di Sekolah Menengah kejuruan

Pertanian di seluruh Indonesia Manawarkan 21 Mata Pelajaran. Salah satu mata pelajaran

elektif atau lebih dikenal mata pelajaran produktif adalah Mata pelajaran Pembiakan

Tanaman. Pembiakan Tanaman merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam

spektrum kurikulum sekolah menengah kejuruan pertanian dalam bidang Agribisnis dan

Agroteknologi dan termasuk dalam program keahlian Agribisnis Tanaman. Selain itu

mata pelajaran pembiakan tanaman termasuk dalam kelompok mata pelajaran dasar

kompetensi kejuruan (C2) yang merupakan salah satu mata pelajaran dasar yang wajib di

ambil oleh pelajar tingkat I untuk setiap program studi.

Dalam Kajian ini menggunakan model perkembangan kurikulum Tyler yang

bertujuan untuk mendapatkan pandangan guru terhadap kurikulum pembiakan tanaman.

Model Perkembangan kurikulum Tyler digunakan adalah disebabkan model ini


merupakan model perkembangan kurikulum yang terawal digunakan serta merupakan

rujukan bagi model-model perkembangan kurikulum yang lain dan model perkembangan

kurikulum Tyler adalah mudah difahami dengan jelas dan dapat digunakan dengan

mudah oleh semua pihak terutama ialah guru.

1.3 Pernyataan Masalah

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya disusun dan

dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan.

Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan

Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai

kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria

mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai

kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21

Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah bahwa Standar Isi
disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual

dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi

dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang

sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi

Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian,

kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik

kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas

Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang berbasis

pada Kompetensi Abad XXI, Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta

didik yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang

dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata

pelajaran. Selanjutnya kegiatan transformasi kurikulum perlu dilaksanakan bagi

memastikan negara dibekalkan dengan modal insan yang berpengetahuan, berkemahiran

serta mempunyai nilai-nilai yang relevan dengan keperluan semasa yang seiring dengan

pembangunan negara. Oleh karena itu, kajian ini dilaksanakan adalah bertujuan untuk

mengenal pasti pandangan guru terhadap kurikulum pembiakan tanaman daripada aspek

objektif, kandungan, kaedah pengajaran dan penilaian.


1.4 Tujuan Kajian

Tujuan dari dilakukannya penyelidikan ini adalah untuk mengenal pasti

pandangan guru terhadap kurikulum pembiakan tanaman daripada aspek objektif,

kandungan, kaedah pengajaran dan penilaian.

1.5 Objektif Kajian

Untuk mendapatkan maklumat tentang pandangan guru terhadap kurikulum

pembiakan tanaman daripada aspek objektif, kandungan, kaedah pengajaran dan

penilaian.

penyelidik menetapkan empat objektif kajian iaitu :

1. Mengenal pasti pandangan guru terhadap objektif dalam kurikulum pembiakan

tanaman.

2. Mengenal pasti pandangan guru terhadap kandungan kurikulum pembiakan tanaman.

3. Mengenal pasti pandangan guru terhadap kaedah pengajaran dalam kurikulum

pembiakan tanaman.

4. Mengenal pasti pandangan guru terhadap penilaian dalam kurikulum pembiakan

tanaman.

1.6 Soalan kajian

Kajian ini dilakukan untuk menjawab empat persoalan berikut :


1. Bagaimanakah kefahaman guru tentang objektif dalam kurikulum pembiakan

tanaman?

2. Bagaimana kefahaman guru tentang kandungan dalam kurikulum pembiakan

tanaman?

3. Bagaimanakah kefahaman guru tentang kaedah pengajaran dalam kurikulum

pembiakan tanaman?

4. Bagaimanakah kefahaman guru tentang penilaian dalam kurikulum pembiakan

tanaman?

1.7 Hipotesis Kajian

Kajian ini menetapkan 4 hipotesis nul (Ho) untuk di uji :

H01 Tidak terdapat perbezaan yang signifikan pandangan guru pembiakan tanaman

berkaitan objektif yang terkandung dalam dokumen standar kurikulum pembiakan

tanaman mengikuti jantina.

H02 Tidak terdapat perbezaan yang signifikan pandangan guru pembiakan tanaman

berkaitan kandungan yang terkandung dalam dokumen standar kurikulum

pembiakan tanaman mengikuti jantina.

H03 Tidak terdapat perbezaan yang signifikan pandangan guru pembiakan tanaman

berkaitan kaedah pengajaran yang terkandung dalam dokumen standar kurikulum

pembiakan tanaman mengikuti jantina.

H04 Tidak terdapat perbezaan yang signifikan pandangan guru pembiakan tanaman

berkaitan penilaian yang terkandung dalam dokumen standar kurikulum

pembiakan tanaman mengikuti jantina.


1.8 Kerangka Teori Kajian

Menurut Mok Soon Sang (2008.p.49) kurikulum sekolah sebagai rancangan yang

merangkumi aktiviti-aktiviti akademik, misalnya sukatan pelajaran, pengajaran-

pembelajaran mata-mata pelajaran, dan aktiviti kokurikulum, seperti penyertaan murid

dalam kegiatan permainan dan sukan, kelab dan persatuan, dan unit beruniform,

disamping objektif, tujuan dan matlamat penilaiannya.

Selanjutnya Mok Soon Sang (2008.p.49) menjelaskan pula bahwa kurikulum

sekolah dibahagikan kepada empat komponen, iaitu objektif-objektif kurikulum,

kandungan kurikulum (akademik dan bukan akademik), termasuk sukatan pelajaran,

aktiviti-aktiviti pengajaran-pembelajaran serta proses penilaian kurikulum. Keempat

komponen ini saling berkaitan dan berhubung rapat diantara satu sama lain.

Tyler (1950) memberi definisi kurikulum sebagai pelajaran yang dirancang,

dikelola dan dilaksanakan oleh pihak sekolah untuk mencapai matlamat pendidikan yang

ditentukan. Mengikuti tyler, objektif pelajaran hendaklah merangkumi dua aspek yang

berkaitan, iaitu perkembangan tingkah laku kendiri pelajar dan isi kandungan mata

pelajaran yang beroperasi dengan tingkah laku pelajar. Selanjutnya tyler juga

berpendapat bahawa dengan adanya pernyataan objektif pelajaran dalam sesuatu

kurikulum, guru akan dapat merancang dan pembelajaran berdasarkan objektif pelajaran
yang dinyatakan dalam kurikulum itu. Berdasarkan huraian tersebut, tyler (1950)

mengusulkan suatu model kurikulum yang mengandungi perkara-perkara berikut :

1. Matlamat pendidikan yang harus dicapai.

2. Isi pelajaran yang berdasarkan objektifnya.

3. Methodologi yang digunakan untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan

objektifnya.

4. Penilaian untuk mengukur keberkesanan pengajaran dan pembelajaran

Berikut pengkaji mengilustrasikan secara ringkas perkara-perkara yang termasuk

kedalam model kurikulum Tyler.

Model Kurikulum
Tyler

Kaedah
Objektif Kandungan Penilaian
Pengajaran

Rajah. 1.1 Ilustrasi perkara-perkara yang termasuk kedalam model kurikulum

tyler

Berdasarkan rajah 1.1 diatas, pengkaji dapat menyusun kerangka teori kajian

sebagai berikut :

Objektif

Kandungan

Mata Pelajaran
Pandangan Guru
Pembiakan Tanaman
Kaedah
Pengajaran
Penilaian

Rajah. 1.2 Model Kerangka teori kajian


Berdasarkan kepada kerangka teori kajian dalam rajah 1.2 di atas pengkaji ingin

mengenal pasti pasti pandangan guru terhadap kurikulum pembiakan tanaman daripada

aspek objektif, kandungan, kaedah pengajaran dan penilaian.

1.9 Kepentingan kajian

Kajian ini penting dilaksanakan supaya dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak

terkait dalam menyediakan perancangan, merangka pelan jangka panjang untuk

pembelajaran masa depan dan penambahbaikan kurikulum sedia ada. Antara kepentingan

yang kajian yaitu :

1. Dapatan kajian ini dapat memberikan sumbangan kepada sektor sains, bahagian

pembangunan kurikulum, kementrian pendidikan Indonesia, Jabatan pendidikan

negeri dan pejabat pendidikan daerah.

2. Pihak sekolah

Kajian ini juga boleh digunakan oleh pihak pentadbiran sekolah bagi mengenal

pasti kepakaran guru yang ada dalam bidang berkaitan. Pihak pentadbiran sekolah

iaitu sekolah menengah vokasional boleh melakukan penambahbaikan dari segi

kemudahan yang disediakan, pembangunan profesionalisme para guru dan proses

pengajaran dan pembelajaran di bilik darjah.


3. Kepada Pihak Guru

Kajian ini juga berguna kepada para guru yang mengajar mata pelajaran

pembiakan tanaman untuk membuat persediaan serta mencari matlumat-matlumat

baru untuk dijadikan panduan dan bahan pengajaran yang selaras dengan

keperluan masa kini. Harapannya dapatan kajian ini dapat menjadi sumber

matlumat dan rujukan dan memberi gambaran tentang pandangan guru terhadap

kurikulum pembiakan tanaman daripada aspek objektif, kandungan, kaedah

pengajaran dan penilaian.

1.10 Batasan Kajian

Pengkaji membatasi kajian kepada guru-guru Tingkat 1 sekolah menengah kejuruan yang

mengajar mata pelajaran pembiakan tanaman untuk membincangkan tentang objektif,

kandungan, kaedah pengajaran dan penilaian yang terkadung dalam kurikulum mata

pelajaran pembiakan tanaman. Penglibatan pihak lain seperti murid, guru-guru lain serta

pihak jabatan tidak diambil kira dalam kajian ini. Oleh sebab itu, hasil dapatan kajian ini

tidak mewakili pandangan semua guru diseluruh Indonesia.

Kajian yang akan dilakukan adalah berbentuk kuantitatif yang bergantung

sepenuhnya kepada jawapan daripada soal selidik yang dijalankan keatas responden iaitu

dalam kalangan guru mata pelajaran pembikan tanaman di 58 sekolah kajuruan sahaja.

Populasi kajian adalah 120 guru, dengan merujuk jadual Krejcie dan Morgan (1970) saiz

sampel yang digunakan adalah 92 responden yang terdiri daripada 44 responden bagi

guru lelaki dan 48 responden bagi guru perempuan dikalangan guru-guru di 58 buah
sekolah vokasioanl pertanian. Ini akan memberi 95% aras keyakinan. Dalam kajian ini,

sekolah vokasional pertanian sahaja yang akan dipilih sebagi tempat pelaksanaan kajian.

Model kurikulum yang akan digunakan dalam kajian ini adalah model

perkembangan kurikulum Tyler yang bertujuan untuk mendapatkan pandangan guru

terhadap kurikulum pembiakan tanaman. Dalam kajian ini, penggunaan model

perkembangan kurikulum Tyler disebabkan karena model kurikulum merupakan model

perkembangan kurikulum yang terawal digunakan serta merupakan rujukan bagi model-

model perkembangan kurikulum yang lain. Selain itu, model perkembangan kurikulum

Tyler adalah mudah difahami dengan jelas dan dapat digunakan dengan mudah oleh

semua pihak terutama guru, walaupun terdapat beberapa batasan dalam kajian ini,

diharapkan dapatan kajian dapat memberikan panduan kepada kajian-kajian lain dalam

bidang yang berkaitan pada masa akan datang.

1.11 Definisi Operasional

i). Definisi Kurikulum

Whiles dan Bondi (2007) mengatakan bahwa pelaksanaan kurikulum adalah fasa yang

dilaksanakan selepas proses mengenal pasti matlamat, objektif dan menetapkan

parameter sesuatu program. Tugasan yang utama ialah menghasilkan gambaran luas

terhadap pelaksanaan kurikulum. Gambaran tersebut adalah perkara-perkara berkaitan

dengan bagaimana untuk melaksanakan kurikulum dengan berkesan kepada pelajar di

bilik darjah. Keberkesanan pelaksanaan kurikulum banyak bergantung pada guru sebagai
pelaksana kurikulum. Ini penting kerana kejayaan pelaksanaan kurikulum bergantung

pada guru sebagai pelaksana kurikulum di dalam bilik darjah (Noran Fauziah & Ahmad

Mahdzan, 1990;Sufean,2004; Hewitt,2006).

Didalam kajian ini, pelaksanaan kurikulum adalah merujuk pada pelaksanaan

kurikulum pembiakan tanaman disekolah menengah kejuruan pertanian.

ii) Pandangan Guru

Pandangan memberi maksud pendapat sendiri seseorang, hujah dan anggapan

(Kamus Dewan Edisi Keempat , 2010). Selanjutnya pandangan boleh juga diartikan

sebagai pendapat persendirian guru idea, buah fikiran, sikap, kepercayaan dan persepsi

guru yang dapat mewakili pendapat umum terhadap sesuatu isu atau masalah yang

berlaku dipersekitaran mereka, perkembangan yang berlaku dan dasar yang dilaksanakan

oleh kerajaan.

iii) Sekolah Menengah Kejuruan

menurut Hamalik (2001:24) pendidikan kejuruan adalah suatu pengembangan bakat,

pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan yang mengarah kepada dunia kerja yang

dipandang sebagai latihan keterampilan. Lebih lanjt Djohar (2007:1285) memberikan

makna pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu
peserta didik menjadi tenaga kerja professional dan siap untuk melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi.

Selain daripada itu Sidira (2009) memberikan makna pendidikan kejuruan

mempunyai tiga manfaat utama, iaitu :

a. Manfaat yang akan didapat oleh peserta didik iaitu sebagai peningkatan kualitas

diri, peningkatan peluang mendapat pekerjaan, peluang berwirausaha,

peningkatan penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan diri

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri terhadap perubahan dan

lingkungan,

b. Manfaat yang akan didapat oleh dunia kerja, iaitu mereka memperoleh tenaga

kerja berkualitas tinggi, meringankan biaya usaha, membantu memajukan dan

mengembangkan usaha.

c. Bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan

negara dan mengurangi pengangguran.

Sekolah Menengah Kejuruan (disingkat SMK) merupakan salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

menengah sebagai lanjutan dari tingkat dibawahnya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

sering juga disebut STM (Sekolah Teknik menengah). Untuk kurikulum Sekolah

Menengah Kejuruan hampir sama dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), namun SMK

lebih menekankan kepada pelajaran kejuruan yang diambil oleh siswa dan lebih

mengedepankan praktek daripada teori pada saat proses pembelajaran. Secara umum
SMK dikelompokkan dalam 7 kelompok yaitu ; Binis dan Manajemen, Teknologi dan

Industri, Pertanian dan Kehutanan, Kesejahteraan Masyarakat, Pariwisata, Seni dan

Kerajinan.

Kurikulum Mata Pelajaran Aliran vokasioal di Sekolah Menengah kejuruan

Pertanian di seluruh Indonesia Manawarkan 21 Mata Pelajaran, diantara 21 mata

pelajaran tersebut ialah yang termasuk kedalam Kelompok A (wajib) ada 6 mata

pelajaran, Kelompok B(wajib) ada 3 mata pelajaran. Untuk kelompok C (peminatan)

dibagi menjadi dua kelompok, iaitu Kelompok C1 (Dasar Bidang Keahlian) ada 3 mata

pelajaran dan kelompok C2 (Dasar Program Keahlian terdapat 5 mata pelajaran iaitu :

dasar-dasar budidaya tanaman, alat mesin pertanian, pembiakan tanaman, penyuluhan

pertanian dan simulasi digital.

iv. Pembiakan Tanaman

Pembiakan Tanaman merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam

spektrum kurikulum sekolah menengah kejuruan pertanian dalam bidang Agribisnis dan

Agroteknologi dan termasuk dalam program keahlian Agribisnis Tanaman.

Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (Plant propagation) ialah proses

menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek,

umbi dan bagian tanaman lainnya (Anonymous, 2018). Tujuan utama dari pembiakan

tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari

tanaman dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan
tanaman, iaitu : perbanyakan secara seksual atau generative dan perbanyakan secara

aseksual atau vegetative (Askari, 2010).

v. Guru

  Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. (Undang-undang No. 14 tahun 2005).

Seterusnya  Noor Jamaluddin (1978: 1) menyatakan Guru adalah pendidik, yaitu

orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak

didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,

mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di

muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

VI. Objektif

Dalam model Tyler objektif diartikan sebagai matlamat yang hendak dicapai oleh guru

tehadap muridnya. Dalam mencapai suatu objektif seseorang pendidik harus memastikan

bahawa objektif pelajaran yang dipilih harus selaras dengan keperluan murid disamping

isis kandungan yang sesuai dengan keperluan masyarakat. Objektif kajian ini ialah

objektif yang terkandung dalama dokumen kurikulum pembiakan tanaman.

VII. Kandungan

Menurut Tyler (1940) kandungan merupakan aras kedua dalam pembentukan

kurikulum. Kandungan yang mantap mestilah berdasarkan pemilihan dan perancangan


pembelajaran oleh pendidik. Dalam memilih kandungan menuntut kreativiti yang

mendalam seseorang pendidik. Perancang kurikulum harus mengambil kira aspek

pengalaman sedia ada murid. Untuk mencapai objektif yang telah ditentukan,

penyusunan bahan kurikulum harus disusun mengikuti unit-unit pembelajaran dari

aras mudah ke aras yang lebih kompleks. Seterusnya Tyler (1940), menyarankan tiga

prinsip utama yang perlu dijadikan dasar dalam penyusunan kandungan iaitu prinsip

kesinambungan, prinsip ketertiban dan prinsip kesepaduan.

1.8 Kaedah Pengajaran

Pemilihan kaedah pengajaran merupakan suatu perkara yang sangat penting kerana

pemilihan kaedah yang sesuai dengan isi kandungan akan membawa kesan kepada proses

pembelajaran. Model kurikulum tyler berfokus kepada pemilihan set-set dan kaedah yang

dipilih oleh seorang guru. Dalam kajian ini kaedah pengajaran adalah kaedah pengajaran

yang terkandung dalam dokumen standar kurikulum pembiakan tanaman.

1.9 Penilaian

Nitko (2004) menjelaskan penilaian adalah sebagai satu kaedah yang mengumpul,

merekod, menganalisis serta menggunakannya untuk membantu proses pembelajaran.

Menentukan penilaian pembelajaran merupakan langkah yang terakhir dalam model tyler

dan juga merupakan langkah yang terpenting. Langkah penilaian ini menentukan sama

ada tujuan yang ditentukan pada awal pembinaan kurikulum tercapai ataupun tidak.

Penilaian juga dapat dilaksanakan dengan pelbagai cara dan pada pelbagai objektif yang

telah ditetapkan.
Menurut Tyler, penilaian dilakukan bagi melihat kesan daripada pencapai suatu objektif

dan matlamat kurikulum sama ada Berjaya ataupun tidak. Penilaian yang dilakukan

dalam kajian ini ialah penilaian terhadap kurikulum pembiakan tanaman.

1.12 Rumusan

Kajian yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum telah banyak dijalankan,

begitu juga dengan kajian yang berkaitan dengan pengetahuan dan amalan peedagogi

yang mendorong kepada keberkesanan kurikulum dalam pelbagai mata pelajaran didalam

dan luar negara juga telah dilaksanakan, tetapi masih kurang kajian yang dijalankan

dalam bidang teknik dan vokasional terutama dalam mata pelajaran pembiakan tanaman.

Dengan demikian, secara umum kajian ini dijalankan untuk mengenal pasti pandangan

guru terhadap kurikulum pembiakan tanaman daripada aspek objektif, kandungan,

kaedah pengajaran dan penilaian.

RUJUKAN ;

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz
Media Group
Ahmadi, Fatah. 2012. Makalah Peran dan Fungsi Guru, (online),
(http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/, diakses 27 April 2012)

Barell, J. (2007b). Why are school buses always yellow? Teaching for inquiry, preK–5.
Thousand Oaks, CA: Corwin Press. Barell, J. (2009). [Professional development
materials]. Unpublished raw data

Bahagian Kurikulum Teknikal dan Vokasional. (2007). Pembangunan Kurikulum


Teknikal dan Vokasional. Jabatan Pendidikan Teknikal.

Frostig, M.& Maslow, P. (1973). Learning Problems In The Classroom. New York:
Grune & Stratton Inc.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21


Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalila Indonesia.

Huberman, M. (1995). Professional Career and Profesional Development: Some


Intersection. In Guskey. T, & Huberman, M, Professional Development in
Education: New Paradigms & Pratice (pp. 77-86). New York: Teacher College
Press.

Noran Fauziah Yaakub, & Ahmad Mahdzan Ayob. (1990). Guru Dan Perguruan.
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia.

Mok soon sang. 2008, pengurusan kokurikulum, penerbit multimedia Sdn. Bhd.

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No 104 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh


Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rogan, J. M., & Grayson, D. J. (2003). Towards A Theory Of Curriculum


Implementation With Particular Reference to Science Education In Developing
Countries. International Journal of Science Education, 25(10),
Shulman, L. S. (1987). Knowledge and Teaching: Foundations of The New Reform.
Harvard Educational Review, 57(1), 1-21. dicapai Mei 29, 2010 dari
http://ci.unlv.edu/files/Week3_Shulman_Knowledge_Teaching.pdf

Nitko, A.J. (2004). Educational Assessment of Student. 4th Edition. New Jersey: Peason
Merril Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai